[Yoosung

CluMmudh pu6e3h do3n1Aaa]

MC menatap layar smartphone-nya dengan muka tertekuk. Mentang-mentang sekarang abad milenium, ada saja orang yang menggunakan bahasa alien untuk berkomunikasi.

[MC

Selamat… pagi?

Belum tidur, nih?]

[Yoosung

Belum. Baru selesai main LOLOL…

Kamu jg belum tidur?]

MC merenggangkan badannya.

[MC

Belum nih…]

[Yoosung

Yaa, jangan lupa istirahat, deh. Jangan kayak aku, hehehe.

Oh iya, tadi ngintip chatroom sebelah. Kamu udah ngobrol ama Kak Jaehee, ya?]

MC mengingat-ingat chatting bersama Jaehee tengah malam tadi. Jaehee menjelaskannya sedikit banyak mengenai RFA dan tugas apa saja yang harus ia selesaikan selama bergabung di organisasi ini.

[MC

Udah.]

[Yoosung

Kalau gitu berarti kamu udh ngerti dikit soal tugas kamu, kan?]

[MC

Ngerti. Aku usaha yang terbaik aja dulu…]

[Yoosung

Ah, bagus deh! Kalau ada yang bisa aku bantu, bilang aja ya?]

MC tertawa pelan. Baik banget sih nih orang.

Sebelum ujung jarinya mendarat di papan ketik smartphone-nya, Yoosung mengirimkan pesan terakhir.

[Yoosung

Eh, nanti kita ngobrol lagi ya? Aku sudah harus istirahat, ada kelas pagi soalnya. Met pagi, MC.]

[MC

Met pagi juga. Have a nice day, ya~]

[Yoosung

Yup~ kamu juga ea :)]

Yoosung pun keluar dari chatroom.

MC menghela napas perlahan, lalu meletakkan smartphone-nya di atas meja di samping tempat tidur. Dari pagi kemarin sampai sekarang ia masih belum beristirahat.

Ya udah, bobo syantiik dulu, ah~


PEMBAWA PESAN GAIB

Sebuah parodi gaje dari Mystic Messenger

Mystic Messenger dan semua karakternya tetap punya Cheritz. Saya cuma pengen punya selera humor itu ajah~


Kira-kira jam tujuh pagi lewat sedikit, MC bangun dari tidurnya yang dilelap-lelapin. Gimana nggak, waktu tidurnya hanya sekitar empat jam.

MC meraih smartphone yang ia letakkan di atas meja di samping tempat tidurnya. Dengan mata setengah terbuka, ia menekan tombol untuk mengaktifkan smartphone tersebut. Udah kebiasaan anak kekinian, sih. Beberapa saat setelah smartphone-nya menyala, muncul sebuah telepon dari ZEN. Ia pun menekan tombol hijau.

"Selamat pagi, Cyin~"

MC keselek.

"Err… Iya, selamat pagi?" MC merespon dengan nada suara yang agak aneh. Mempertanyakan jawabannya sendiri.

"Ahaha. Baru bangun, ya?" tanya ZEN dengan nada normal.

"Yah, begitulah..."

"Hm… kalau begitu, setelah ini cuci muka atau mandi sekalian, terus sarapan ya!"

MC tersenyum. Ternyata seperti ini rasanya ditelepon cowok ganteng pagi-pagi. Ngenes, emang.

"Oke. Kamu juga, ya!"

"Sip. Bisa diatur," nada suara ZEN terdengar riang. "Hari ini rencananya kamu mau ngapain?"

MC berpikir sejenak. Biasanya dari tempat tinggalnya, dia bakal siap-siap berangkat kuliah atau masih malas-malasan kalau tidak ada jadwal. Sekarang ia berada di sebuah rumah di perkampungan antah berantah, tanpa membawa baju ganti dan perbekalan.

"Nggak tahu, deh… Pasrah pada nasib, mungkin…" jawab MC nelangsa.

"Yah, sayang banget. Di sana nggak ada yang menarik untuk dilakukan, gitu?"

"Nggak ada. Kata V kemarin kan nggak boleh nyentuh barang sembarangan…"

"Iya juga, sih."

MC hampir pengen nangis kejer saking bingungnya, tapi gengsi. Ya kali nangis kejer di depan cowok yang belum kenal banget.

"Hm… Kalau begitu sekarang kamu fokus cuci muka dan sarapan, oke?" suara Zen sedikit menenangkan hatinya.

"Oke, deh. Have a nice day ya di sana," sahut MC. Setelah mendengar sahutan 'oke' dari seberang, telepon pun terputus.

Hm… Mungkin bertanya pada Seven dapat memberikan pencerahan. MC pun menghubungi Seven lewat telepon, akan tetapi yang ia dengar hanyalah…

"Agen 707 tidak bisa menerima telepon saat ini! Pesannya sampein ke Vanderwood, yah, soalnya daku sibuk. Kalau nggak sibuk kerja ya sibuk bermalas-malasan. Udah, tutup aja teleponnya, ntar pulsanya habis, lho~"

MC merasakan sakit yang tidak berdarah. Perih, namun tiada luka.

Sembari MC meratapi sakit yang dialaminya, sebuah chatroom terbuka. Kali ini, Jumin dan Seven, yang barusan ditelepon, sedang online.

"Nih orang ada di chatroom! Ngabis-ngabisin pulsa ajeee…!"

MC pun masuk ke dalam chatroom tersebut.

[MC

Celumudh pageh…]

[707

Oh! Kamu juga belajar bahasa alay, ya? Sama, dong!

C1umMu0dH p461eE jJu3gH4a]

[Han Jumin

Seumur hidup saya belum pernah melihat bahasa yang sebegini abstraknya…]

[707

GhA4 gA0uw11 siCH L03ee~]

[Han Jumin

Saya anggap saya tidak membacanya.

Apa kabarmu, MC?]

MC tersadar dari perbuatan alaynya, lalu membalas dengan kata-kata biasa.

[MC

Kabarku baik-baik saja.

Ah, tapi aku mau nanya sama 7! Boleh nggak?]

[707

nAnyY44 apP4anDh TuU3cH~?]

[Han Jumin

Luciel, hentikanlah. Tidak semua manusia mengerti bahasa itu.]

Muncul emot monyong dari Seven.

[MC

Luciel?]

[707

Itu nama daku juga~~

Btw, mau nanya apaan emangnya?]

[MC

Emm… ini kan aku nggak bawa baju ganti segala macem… terus gimana dong ini?

Aku harus tinggal di sini, ya?]

[707

Karena kita masih baru kenal dikau, untuk nyari aman kita harus menahan dikau tinggal di sini sementara waktu.]

[Han Jumin

Ya. Akan ada kemungkinan setelah kau pergi, kau akan bercerita tentang tempat itu dengan orang lain.]

Kening MC berkerut.

[MC

Aku nggak bakal nyeritain apa-apa! Serius! Aku bisa pulang, nggak?]

[707

Dikau hapal jalan pulangnya?]

MC terkejut. Benar juga. Dia tidak hafal jalan pulangnya. Leminho jejadian itu memang berkomunikasi dengannya via pesan, namun saat diceknya kembali pesan-pesan tersebut telah terhapus.

Hati MC terasa kalut.

[MC

Nggak…]

[707

Maaf deh udah bikin dikau cemas.

Di sebelah kamar tidur ada gudang. Kalau nggak salah ada pakaian baru dan semacamnya. Dipakai aja sementara.

Kamar mandinya juga udah disiapin. Di kulkas cuma ada air dingin, sih.]

[Han Jumin

Kau tahu sampai sebegitu detilnya?]

[707

Yoa~ Kan daku pernah ke sana~]

[Han Jumin

Berarti tidak ada yang perlu kau ragukan lagi, MC. Fokus saja pada pekerjaan barumu sekarang.]

Ah, ya. Sekarang, karena MC telah bergabung dengan sebuah organisasi berskala internasional (tapi jarang masuk berita pagi), ia harus mengerjakan apa yang sudah diamanatkan padanya.

[MC

Er… Mengundang tamu-tamu ke acara pesta amal tahun ini, kan ya?]

[Han Jumin

Benar sekali.

Saya harap kau dapat memperlihatkan kinerja terbaikmu selama kau bergabung di sini.]

Dingin amet kayak kulkas.

[707

Kita-kita bakal bantuin dikau juga, jadi janganlah kuatir, okeh?!]

MC merenung sejenak. Peristiwa ini begitu cepat menghampirinya. Ia masih ragu apakah ia bisa melakukan yang terbaik bagi organisasi ini…

[707

KARAWANG MANA SUARANYAAA~~~?!]

[Han Jumin

Namanya MC, bukan Karawang.

Apakah Kara Wang itu nama seseorang?]

[707

Eh? Tau deh~

MC? MC? Masih idup?]

MC tersadar. Sekarang bukan waktunya untuk meragukan dirinya sendiri. Karena ia sudah terlibat, ia harus berusaha yang terbaik!

MC, jangan ragu pancarkan kilaumu!

[MC

Eh iya… Masih…

Makasih banyak, 7, Jumin…]

[Han Jumin

Ya. Sama-sama.]

[707

Nama daku pendek amat kalau cuma ditulis begitu~ Panggil yang agak panjangan dikit dong~]

Agak panjangan? 7777777777777777777…?

[MC

Kalau gitu…

Panggil Ayang boleh, nggak?]

Gombal gembel, emang.

[707

A-Ayang?!

Kaukah itu, Beb? Bebeb?

Apakah

Kita

Adalah

Sepasang

UNGGAS?!]

Gagal gombal! MC pake gombalannya Author, sih. Gagal, kan.

[Han Jumin

Kenapa kita jadi berbicara mengenai unggas?

Ngomong-ngomong, MC, apakah kau sudah sarapan?]

Oh iya! Jangankan sarapan, cuci muka aja belum! Asyik main smartphone, sih!

[MC

Belum…]

Semoga hati Jumin tergerak setelah membaca pesan singkat penuh harapan tersebut!

[Han Jumin

Saya sudah, dong.]

…JLEB.

[Han Jumin

Baiklah, saya harus mulai bekerja sekarang. Sampai jumpa, semuanya.]

[707

Aaa daku juga! Ada kerjaan!

Jangan lupa sarapan yah, MC!]

Mereka berdua pun telah keluar dari chatroom.

MC pun memutuskan untuk segera mengecek gudang dan kamar mandi. Benar kata Seven. Gudang tersebut menyimpan pakaian bersih siap pakai yang kelihatan tak tersentuh selama ini. Di dalam kamar mandi, perlengkapan mandinya pun lengkap dan masih terbungkus rapi. Seakan-akan orang yang masuk sebelumnya tahu bahwa akan ada orang lain yang datang…

Saat MC terdiam sambil memikirkan tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi, ia mendengar suara yang cukup keras dari luar rumah.

"BELI DOOOONG~ BELI DOOOOONG~ SAYA CAPEK DORONG!"

Yang bener aja ah, ada yang jualan es krim pagi-pagi. MC bergegas menuju pintu rumah, menyibak sedikit tirai jendela di sampingnya.

Seorang tukang sayur lewat.

SUMBER MAKANAN!

"Kaaaang! Kang Sayuuuur!" panggil MC dari dalam rumah sambil memutar kunci pintu tersebut. Si tukang sayur menoleh, lalu memperlambat laju gerobaknya.

Yang MC tidak lihat saat ia kembali masuk untuk mengambil dompet dan memakai sandalnya untuk pergi keluar, sang tukang sayur berambut hitam dan bermata hijau itu menyeringai.

"…Rencana pertama berjalan baik. Selanjutnya…"

"Kang? Kang Sayur? 'Napa senyam-senyum sendiri?"

Kang Sayur tersentak saat merasakan colekan di bahunya. Ia tertawa gugup.

"Nggak papa, 'Neng! Mau beli apa?" sahutnya ramah. MC pun mulai memilih-milih bahan-bahan makanan yang bisa diolahnya hari ini.

"…Kau akan membantuku merancang pesta tiada akhir, MC. HAHAHAHAHAHA! MWUEHEHEHEHEHE!"

"Kang, ganteng-ganteng kok ketawanya kayak Mak Lampir…?"

.

Waktu tak terasa begitu cepat berlalu, soalnya udah di-skip sama Author. Pada siang hari, MC mendapat sebuah SMS.

Apakah dari Leminho?

[MC, ini saya, Kang Jaehee. Kalau ada yang masih ingin ditanyakan seputar tugas di RFA, harap beritahukan pada saya. Jangan lupa makan siang, ya.]

Sebaris pesan dari satu-satunya wanita di organisasi ini membuat hati MC senang. Bergabung di RFA melalui aplikasi Pembawa Pesan Gaib sepertinya akan menyenangkan...

[Makasih banyak, Kak! Nanti aku tanya-tanya lagi ya!]

MC kembali melanjutkan kegiatannya di dapur, menyiapkan makan siang yang digabung dengan sarapan. Dapur di rumah ini juga berada dalam kondisi yang baik, meskipun agak berdebu sebelum dibersihkannya. Peralatan memasak yang ada tidak terlalu lengkap, namun cukup untuk memasak sesuatu yang sederhana. Bahkan tabung gasnya sudah terpasang.

Bukankah...

Untuk ukuran rumah terpencil di perkampungan antah berantah yang tidak semua orang tahu letaknya...

Rumah ini terawat?

Apa sebenarnya yang Leminho inginkan dengan kedatangannya ke rumah ini? Apakah berhubungan dengan organisasi filantropi ini?

Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Apakah MC mampu mengerjakan tugasnya dengan baik? Apakah MC bisa ngecengin satu di antara cowok-cowok ganteng atau cewek cantik? Apakah Author bisa mengukuhkan benang merah dari cerita parodi ini?

Saat ini, yang terpenting adalah makan dulu. Jangan lupa makan, ya~