Title : NIGHTMARE FACTORY

Author : V.D_Cho

Cast : Wonwoo, Mingyu dan teman-teman ^^

Genre : Fantasy, Absurd

Type : YAOI

Rate : T+

Warning : It's a YAOI fanfict. As you see in other ff. DLDR. Don't be a plagiator, make your own story don't take my idea or any plot in this ff. This is all pure my own imagination. Please appreciate my hard work. Take with full credit. ^^

V.D Entertainment

.

.

Proudly Present

.

.

:::NIGHTMARE FACTORY CHAPTER 1 OF 4:::

.

.

.

Summary: "Tugasmu hanya satu." –Seungcheol. "Apa?" –Wonwoo. "Temukan ketakutan Kim Mingyu. Seseorang setidaknya harus mendapatkan mimpi buruk sekali seumur hidup, 'kan?"

.

.

.

Hoodie biru, blazer hitam, celana panjang hitam, sepasang sneaker. Rambut hitamnya diatur sedemikian rupa agar terlihat rapi dan menarik. Fix, Wonwoo sudah terlihat tampan.

Begitu lulus kuliah, dia langsung mengirimkan banyak surat lamaran ke berbagai macam perusahaan sampai-sampai dia sendiri tidak ingat apa saja nama perusahaan yang dia tuju. Setelah menunggu beberapa minggu, akhirnya ada sebuah perusahaan yang mengabarinya. Sebuah surat beramplop putih tanpa ada jejak dari pengirim bersarang di dalam kotak suratnya dua hari yang lalu. Isinya hanya ucapan selamat dan sebuah alamat serta tanggal yang menunjukkan kapan Wonwoo harus datang ke alamat yang disebutkan disurat.

Awalnya Wonwoo tidak menaruh curiga apapun, tapi begitu dia sampai di depan gedung pencakar langit yang berada di tengah pusat ibukota, Wonwoo mulai curiga. Pasalnya, entah kenapa gedung itu terlihat begitu suram meski jika diperhatikan tidak ada perbedaan dengan gedung-gedung lain yang berdiri berdampingan dengan gedung tersebut. Wonwoo juga tidak melihat ada orang yang keluar masuk dari gedung itu, seolah semua yang dibutuhkan sudah tersedia di dalam gedung dan segala macam bisnis yang terjadi, semuanya terjadi didalam tanpa perlu ada urusan dengan dunia luar.

Mungkin efek dari keseringan membaca buku bertema fantasi thriller, otak Wonwoo mulai membayang hal yang tidak-tidak, seperti bagaimana jika tiba-tiba saja saat dia masuk ke dalam gedung nanti dia diseret oleh orang-orang berbadan besar, lalu dibius, lalu tubuhnya dipotong-potong untuk diambil organnya dan dia berakhir menjadi korban human trafficking? Atau jangan-jangan gedung yang berada dihadapannya sekarang merupakan markas dari gembong mafia yang berencana untuk meneror warga Korea Selatan? Atau jangan-jangan gedung ini adalah pusat prostitusi tersembunyi?

Wonwoo masih ingin berspekulasi yang aneh-aneh lagi kalau saja orang yang entah sejak kapan berdiri disebelahnya saat ini tidak berbicara padanya.

"Kau mau berdiri didepan sini sampai kapan, Jeon Wonwoo?" tanyanya.

Dari mana orang ini tahu namanya? Wonwoo memperhatikannya dari atas hingga bawah. Dia sangat cantik untuk dikatakan sebagai seorang pria, ditambah lagi rambutnya juga panjang sampai bisa dikuncir begitu. Tapi melihat penampilannya, mungkin orang yang berdiri disebelahnya ini memang pria.

"Bukan mungkin. Aku memang pria. Laki-laki tulen. Ayo masuk."

Tangan Wonwoo ditarik oleh pria tadi untuk masuk kedalam gedung. Wonwoo ingin bertanya tentang banyak hal, tapi hawa dingin yang semakin menusuk hingga ketulang bersamaan dengan semakin tinggi lantai yang mereka lewati membuat Wonwoo kehilangan fokusnya. Lift yang mereka tumpangi berhenti di lantai 13.

Jeonghan –si pria yang Wonwoo sebut cantik tadi– mengantarnya ke sebuah ruangan. Disepanjang perjalanan ke ruangan tersebut, Wonwoo sama sekali tidak melihat atau merasakan keberadaan manusia lain selain dirinya dan Jeonghan (itupun jikalau Jeonghan memang manusia, bukannya Wonwoo tidak sadar kalau Jeonghan bisa membaca pikirannya, itu membuat Wonwoo sedikit sangsi kalau Jeonghan bukan manusia). Sampai di depan pintu, Jeonghan tidak menggunakan tangannya untuk membuka, melainkan kakinya yang ia layangkan untuk menendang daun pintu hingga terbuka.

Seseorang di balik meja mendengus, "Kalau pintunya rusak lagi, akan kupotong biaya perbaikannya dari gajimu. Belajarlah untuk menggunakan tanganmu, Jeonghan."

Jeonghan hanya menggedikkan bahunya cuek lalu berbalik meninggalkan Wonwoo diambang pintu tanpa mengatakan apapun.

"Jeon Wonwoo?"

"Ya."

"Masuklah. Aku Choi Seungcheol, pimpinan disini. Itu tadi Jeonghan, sekretarisku."

Dengan langkah yang ragu-ragu, Wonwoo perlahan memasuki ruangan tersebut. Seungcheol mempersilahkannya duduk, dan Wonwoo menurut sambil mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan dengan kaku.

"Sebelumnya aku ingin bertanya, apa yang kau ketahui tentang perusahaan ini?"

Wonwoo menggeleng pelan, "Aku tidak tahu apapun. Maksudku, aku sudah berusaha untuk mencari tahu, tapi aku tidak menemukan apapun."

Seungcheol tersenyum, lesung pipinya membuatnya terlihat semakin tampan, "Seungkwan…"

"Ya, bos?"

Wonwoo dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang bernama Seungkwan tersebut. Padahal Seungcheol hanya berucap dengan intonasi pelan, bagaimana bisa si Seungkwan itu mendengarnya? Dan juga, bagaimana bisa Seungkwan langsung sampai di ruangan Seungcheol sedetik setelah dia dipanggil?

"Ini Jeon Wonwoo. Dia calon pegawai baru kita, tolong kau bawa dia berkeliling dan jelaskan semua yang perlu dijelaskan," perintah Seungcheol. Seungkwan mengangguk lalu lagi-lagi tangan Wonwoo ditarik bahkan sebelum dia sempat memberi hormat pada Seungcheol.

.

"Jadi, kelahiran tahun berapa?"

"1996."

"Oke, berarti hyung. Nah, Wonwoo hyung aku akan mulai menjelaskan semuanya dan aku harap kau tidak memotong penjelasanku sampai aku yang mengizinkanmu untuk bertanya, jadi, jika kau memiliki pertanyaan ditengah-tengah penjelasanku nanti, simpan saja dulu dikepalamu dan tanyakan diakhir. Oke?"

"Oke."

Pintu lift terbuka, dan Seungkwan memulai ceritanya saat pintu lift menutup. Dia menekan tombol berlabelkan angka 4 sambil bercerita.

"Gedung tempatmu berada saat ini adalah sebuah pabrik. Nightmare Factory. Pabrik mimpi buruk, cabang Seoul, Korea Selatan. Di Korea Selatan sendiri ada 5 cabang tapi yang terbesar adalah pabrik ini. Setiap harinya semua pegawai di pabrik ini melakukan riset untuk mengumpulkan data yang nantinya akan memberikan hasil berupa mimpi buruk bagi para penduduk Seoul dan sekitarnya yang menjadi area kerja kita. Jika kau bertanya dimana pabrik mimpi indah, Sweet Dream Factory berada di kawasan Itaewon.

Pembagian tugas dibagi dalam 3 divisi. Divisi Riset adalah divisi yang bertugas untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang ditakuti oleh para penduduk kota yang nantinya akan diserahkan pada Divisi Nightmare. Divisi Nightmare sendiri adalah divisi yang semua anggotanya bertugas untuk menyebarkan mimpi buruk ke target masing-masing. Lalu yang terakhir ada Divisi Controller, mereka yang bertugas mengatur intensitas mimpi buruk agar tidak selalu berbenturan dengan mimpi indah atau tidak terulang terus menerus hingga menghasilkan trauma pada si pemimpi. Level intensitas dibagi menjadi 4 kategori, white yang paling aman dan paling rendah, lalu Green, lalu Blue, dan yang paling tinggi adalah Red. Red adalah kategori berbahaya dimana seseorang mengalami mimpi buruk tiada henti, kemudian hal itu bisa menyebabkan trauma berkepanjangan bahkan kematian.

Semua divisi bekerja 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, 365 hari dalam setahun, tanpa mengenal lelah, karena faktanya, kita tidak akan pernah merasakan lelah. Aku sendiri bekerja di divisi Riset, sesekali membantu di divisi Controller, terkadang jadi pemandu bagi anak baru seperti sekarang ini. Manusia biasa yang tidak diundang untuk datang kemari atau orang yang tidak memiliki kepentingan disini akan melihat gedung ini sebagai gedung perkantoran biasa. Untukmu, hyung, karena kau adalah orang baru dan belum terikat kontrak, kau hanya akan bisa melihat apa yang kami tunjukkan seperti ruang kerja Seungcheol hyung dan ruang kerja Jeonghan hyung yang akan kita kunjungi nanti. Jika ada yang ingin ditanyakan, tanyakan sekarang, jika tidak, aku akan mengantarmu keruangan Jeonghan hyung untuk membicarakan masalah kontrak kerja."

Penjelasan Seungkwan berakhir bersamaan dengan terbukanya pintu lift.

Wonwoo menyimak semua yang dikatakan oleh Seungkwan dari awal hingga akhir dengan sangat jelas. Tapi rasanya ada yang salah. Kenapa semua yang diucapkan oleh Seungkwan terdengar gila?

"Ini nyata?"

Seungkwan tertawa mendengar pertanyaan Wonwoo.

"Iya, hyung. Ini nyata, sama nyatanya dengan kau yang akan merasakan sakit jika sedang patah hati."

Wonwoo mendelik, "Aku tidak pernah patah hati."

'Pacaran saja tidak pernah, bagaimana mau patah hati?' sambungnya dalam hati.

"Tidak ada pertanyaan lagi, 'kan? Sekarang ikuti aku. Kita akan menemui Jeonghan hyung."

.

Jika diruangan Seungcheol tadi auranya terasa gelap dan mencekam, maka diruangan kerja milik Jeonghan adalah kebalikannya, auranya nyaman dan menenangkan.

"Silahkan duduk."

Lagi-lagi Wonwoo menurut sedangkan Seungkwan sibuk bermain dengan kucing hitam gemuk berbulu lebat milik Jeonghan yang masih berada di dalam kandang.

"Seungkwan sudah menjelaskan semuanya tentang tempat ini padamu, 'kan. Sekarang giliranku. Ini adalah kontrak kerjamu."

Jeonghan menyodorkan sebuah map berisikan lembaran kontrak kerja kehadapan Wonwoo. Wonwoo membaca setiap poin dengan seksama dan sesekali bertanya jika ada yang tidak dia mengerti. Akhirnya, Wonwoo sampai pada bagian gaji yang membuatnya menganga.

"35 juta won per bulan? Untuk pegawai baru sepertiku?"

"Ya. Dan jika pekerjaanmu bagus, jumlah itu masih bisa bertambah."

Akal sehat Wonwoo tidak bisa menerima ini. Semuanya terdengar gila. Mulai dari penjelasan Seungkwan sampai jumlah gaji pertamanya yang fantastis. Pabrik Mimpi? Wonwoo saja baru tahu kalau mimpinya, mimpi penduduk kota Seoul bahkan orang-orang didunia ternyata dibuat disebuah pabrik. Ini adalah fantasi tingkat tinggi yang sulit untuk Wonwoo terima.

"Kami tahu kalau bagimu ini terdengar tidak masuk diakal. Tapi tidak sembarang orang bisa menerima undangan seperti yang kau terima. Kau juga bisa menolak untuk bekerja sama dengan kami, tapi sebagai gantinya, kami harus menghapus seluruh ingatanmu tentang Nightmare Factory ini. Jika kau membutuhkan waktu untuk berpikir, kami akan memberikannya, tapi hanya sampai besok. Kami tidak akan menawarkan kesempatan yang sama dua kali dan jangan coba-coba kabur atau menceritakan hal ini pada orang lain jika kau tidak mau menerima konsekuensinya," ungkap Jeonghan.

.

Wonwoo menatapi langit-langit kamarnya dalam diam. Dia sedang merenung. Kaleng-kaleng kosong bekas bir berserakan diantara kakinya yang menggantung dipinggiran ranjang.

"Ugh!"

Wonwoo meringis saat hendak bangun, dia bahkan terlalu mabuk untuk bisa merubah posisinya menjadi duduk, jadi, masih dengan posisi berbaring, tangannya meraba-raba untuk menemukan ponselnya, tapi alih-alih ponsel, dia malah mendapatkan sebuah anak panah. Wonwoo menatap anak panah dan papan dart yang menggantung di dinding kamarnya bergantian. Bahkan sekarang papan dart itu sudah terlihat dua dimatanya.

"Baiklah, ini gila. Mari putuskan dengan cara yang gila juga."

Wonwoo bersiap melemparkan anak panah tersebut dengan posisi berbaringnya sekarang. Dalam hati sudah dia tetapkan, jika anak panah ini menancap tepat ditengah, maka dia akan menerima tawaran di Nightmare Factory. Lagipula, kemungkinan berhasilnya sangat kecil, jaraknya cukup jauh, posisinya tidak benar, sedang mabuk pula. Tapi Wonwoo tetap melemparkannya.

Begitu melihat hasilnya, nafas Wonwoo tercekat, pusing dikepalanya hilang seketika dan pandangannya menjadi jelas.

"Tidak mungkin…"

Anak panah yang dilemparkan Wonwoo secara asal-asalan tadi, menancap tepat di tengah-tengah target papan dart.

.

Seungkwan menyambutnya dengan senyuman riang di depan gedung.

"Aku tahu kau pasti akan datang, hyung! Ayo masuk."

Wonwoo berada diruangan Jeonghan lagi, dan Seungkwan bermain dengan kucing peliharaan Jeonghan lagi sedangkan Jeonghan duduk dihadapannya, menunggu Wonwoo selesai menandatangani semua berkas kontrak.

"Sudah semua?" Tanya Jeonghan sambil menerima berkas yang diberikan oleh Wonwoo dan Wonwoo mengangguk.

"Kemarikan tanganmu," pinta Jeonghan.

Wonwoo menyerahkan tangan kanannya, tapi kemudian Jeonghan berujar lagi, "Tidak jadi. Buka bajumu saja."

"Hah!?"

"Buka sajalah Wonwoo hyung, tidak usah malu. Kita semua sama-sama laki-laki, santai saja." Ujar Seungkwan.

Wonwoo masih enggan menuruti Jeonghan dan Jeonghan pun mulai tidak sabaran.

"Buka sendiri, atau aku yang bukakan?" ancam Jeonghan.

"T-tapi…"

"Aku hanya perlu bahumu."

Akhirnya Wonwoo menurut dan membuka kemejanya, Jeonghan berdiri dibelakangnya, entah sedang apa, lalu tiba-tiba saja Wonwoo merasakan panas yang menyengat di punggungnya, di dekat bahunya. Hanya sebentar, tapi cukup untuk membuat Wonwoo meringis karena pedihnya.

"Apa itu tadi?" Tanya Wonwoo.

"Tanda kalau kau sudah menjadi bagian dari kami. Sekarang kau bisa melihat semuanya, isi dari pabrik ini dengan sesuka hatimu. Tapi saat diluar pabrik, ingat poin pertama, semua ini adalah rahasia. Jadi, jangan coba-coba untuk menyebutkan sedikit saja tentang Nightmare Factory. Bahkan jika kau secara tidak sengaja melakukannya sekalipun, hukuman yang sama tetap akan berlaku. Mengerti?"

"Mengerti, Jeonghan hyung."

"Kau berada di divisi Riset. Seungkwan, ajak Wonwoo ke divisimu dan beritahu apa saja tugasnya."

"Oke, Mom!"

.

"Kemarin kau memanggilnya hyung, sekarang Mom, sebenarnya Jeonghan hyung itu kakakmu atau ibumu?"

"Kakak merangkap ibu? Ibu merangkap kakak? Ya begitulah pokoknya. Jeonghan hyung mengatakan bahwa aku adalah anaknya, jadi ya aku memanggilnya Mom."

"Lalu siapa ayahnya?"

"Seungcheol hyung."

"Mereka pacaran?"

"Tidak juga sih. Hubungan mereka itu membingungkan. Cinta segitiga yang kadang dihiasi pertengkaran, tapi penuh adegan romantis juga."

"Cinta segitiga?"

"Ya. Seungcheol hyung, Jeonghan hyung dan Jisoo hyung. Jisoo hyung itu anggota divisi Controller di Sweet Dream Factory, ngomong-ngomong."

"Ooh~"

Pintu lift terbuka, mereka sekarang berada dilantai 20 dan Wonwoo bisa melihat semuanya sekarang. Apa yang harus dikatakan, ya? Yang dilihat oleh Wonwoo sekarang mirip seperti ruang laboraturium seperti di film-film science fiction yang biasa ditontonnya. Sama sekali tidak terlihat jika mereka sedang melakukan riset untuk membuat sebuah mimpi buruk. Lebih seperti melakukan riset untuk menemukan vaksin kanker.

"Semua yang ada disini adalah pekerja laboraturium, tapi kau, hyung, adalah pekerja lapangan. Kau tidak akan berada disini sering-sering. Pekerjaanmu itu semacam mata-mata, begitu. Nanti kau akan memberikan laporan mengenai targetmu pada kami."

"Seungkwan!"

"Jihoon hyung, ada apa?"

"Aku minta data terbaru Kwon Soonyoung."

Seungkwan mendelik pada Jihoon sementara yang dipandangi malah sibuk memandangi Wonwoo dari atas sampai bawah.

"Siapa?" tanyanya.

"Jeon Wonwoo, anggota baru divisi riset," jawab Wonwoo.

"Kau itu terobsesi sekali dengan Kwon Soonyoung. kau tidak kasihan padanya? Aku heran kenapa tidak ada anggota divisi controller yang protes padamu. Intensitasnya hampir memasuki kategori red, hyung!"

"Ssst! Berisik Boo Seungkwan…"

Seseorang melintas didekat mereka untuk meletakkan sebuah map diatas meja lalu berbalik pada Seungkwan, Wonwoo dan Jihoon.

"Orang baru itu, ya?" tanyanya dan Wonwoo mengangguk.

"Perkenalkan, aku Vernon, agen lapangan divisi Riset, sama sepertimu, Wonwoo hyung. Dan ini Jihoon hyung, dari divisi Nightmare."

"Jadi, kau mau memberikan datanya atau tidak, Seungkwan?" Tanya Jihoon tidak sabaran.

"Tidak! Aku akan melaporkanmu pada Jeonghan hyung!"

Seungkwan berlari meninggalkan yang lain setelah memeletkan lidahnya pada Jihoon, disusul oleh Jihoon kemudian. Vernon hanya tertawa sedangkan Wonwoo diam ditempatnya.

"Mereka biasa seperti itu, hyung. Tidak usah dipikirkan."

Wonwoo menganggukkan kepalanya.

"Sudah mendapatkan tugasmu, hyung?"

"Belum. Aku baru sampai disini."

"Kalau begitu akan kuantarkan ketempat Seungcheol hyung."

.

Vernon meninggalkannya di depan pintu ruangan Choi Seungcheol. Wonwoo mengetuk pintunya pelan dan saat diizinkan baru dia masuk kedalam.

"Haa~ andai saja Jeonghan membuka pintu dengan tangan sepertimu. Dia itu seperti tidak tahu cara mambuka pintu menggunakan tangannya. Tidak terhitung lagi berapa kali aku sudah mengganti pintu ruanganku. Belakang aku baru tahu kalau dia hanya begitu dengan pintuku saja, tidak dengan pintu yang lainnya. Aku sedih sekali. Padahal pintuku tidak pernah salah apa-apa padanya. Kau tahu tidak kira-kira kenapa dia melakukan hal keji seperti itu pada pintuku?"

Baru saja Wonwoo menapak selangkah diruangan Seungcheol, Seungcheol sudah curhat yang aneh-aneh pada Wonwoo. Mana dia tahu kenapa Jeonghan bisa seperti itu.

"Mungkin warna pintunya membuat Jeonghan hyung kesal. Makanya pintunya ditendang begitu," jawab Wonwoo asal.

"Warnanya ya? Memang, sih, hitam itu suram. Tapi aku suka hitam. Bagaimana dong?"

"Aku tidak tahu, Seungcheol hyung. Ngomong-ngomong, aku kemari karena kata Vernon kau akan memberiku tugas."

"Oh, tugas pertamamu ya?"

Wonwoo mengangguk. Seungcheol menghampirinya dengan sebuah map hitam ditangan.

"Duduklah. Mau sampai kapan kau berdiri disana?"

"Ini berkas targetmu. Namanya Kim Mingyu, usia 20 tahun. Sebelumnya, apa kau tahu apa yang biasanya menjadi inti dari mimpi buruk?"

"Rasa takut?" tebak Wonwoo, karena selama ini yang dibahas pasti selalu mengenai ketakutan akan sesuatu.

"Benar sekali. Dan si Kim Mingyu ini sepertinya tidak memiliki rasa takut sama sekali. Bayangkan saja, selama 20 tahun hidupnya, sampai detik ini pun dia belum pernah satu kalipun mengalami mimpi buruk karena kami sama sekali tidak menemukan pemicu rasa takutnya. Berbeda dengan klien nya Jihoon, Si Kwon Soonyoung itu. Intensitasnya mengalami mimpi buruk hampir memasuki level red. Entah apa yang membuat Jihoon terobsesi sekali dengan Soonyoung, aku kasihan padanya. Aku ingin menghentikannya, tapi, Jihoon meskipun mungil begitu tenaganya seperti hulk. Aku takut padanya, hanya Jeonghan yang bisa membuatnya menurut, itupun dengan susah payah…"

Wonwoo memasang ekspresi datarnya. Seungcheol ini suka sekali curhat sepertinya.

"Jadi, hyung, apa tugasku?" Wonwoo mencoba untuk meluruskan kembali topik pembicaraan mereka yang mulai melenceng.

Seketika raut wajah Seungcheol berubah jadi serius.

"Tugasmu hanya satu."

"Apa?"

"Temukan ketakutan Kim Mingyu. Seseorang setidaknya harus mendapatkan mimpi buruk sekali seumur hidup, 'kan?"

.

.

.

TBC or END

Author's Note:

Fandom baluu~

Aneh kan? Ya kan? Grey tau ini aneh. Idenya muncul begitu aja waktu baca webtoon dengan judul yang sama, tapi ceritanya beda kok sama yang di webtoon.

Udah lama suka sama SVT, ide ff juga banyak banget buat mereka, tapi baru berani ngepost sekarang. Inipun masih ragu-ragu. Semoga responnya bagus. Ini bakalan dibuat 4 chapter aja.

Kritik dan saran yang membangun bakalan Grey terima dengan senang hati. Jangan nge-bash, nanti kalian nangis kalau Grey balas, hehehe, bercanda kok. :v

Jadi, lanjut atau tidak itu terserah anda semua para readers. See you at next chapter.

p. s: kayaknya Grey bakalan berhenti ngerjain ff lain dan fokus sama yang seventeen dulu. Cuma untuk sementara karena juju raja, selama ini Grey udah nyoba, tapi feelnya susah banget balik buat ff-ff Grey yang EXO. Believe me, I've tried my best, dan hasilnya malah hancur sehancur hancurnya. Tolong dimengerti, Grey bakalan lanjutin ff-ff Grey yang lain sampai tamat, tapi ga sekarang. Mian buat yang udah nunggu lama dan Gomawo buat yang masih bertahan buat nunggu. I Love U guys~ 3

p. s. s: Grey udah masuk semester 5, jadi Grey sibuk, tapi diusahakan untuk tetap update setiap hari minggu. Grey mau nyoba buat kembali aktif lagi kayak dulu, hehehe…