Aku mau update tapi ada aja halangannya ya Tuhan -_,- ini buat kalian semua yang suka ff ini /love love/ enjoy ya~

.

.

.

.

Bodoh©lateautumn

.

.

Chanyeol mendudukkan dirinya di bangku kelasnya. Untuk alasan yang dia sendiri tidak ketahui tubuhnya mudah sekali kelelahan sebulanan ini. Dipikir-pikir kegiatan sekolahnya memang bertambah banyak dan mulai menguras tenanganya.

Tapi yang menjadi pikirannya sekarang ini adalah kejadian tadi pagi. Ketika dia ingin mandi dan buang air kecil terlebih dahulu, urine yang dia keluarkan terasa berbeda. Terasa lebih sedikit, alat kelaminnya sedikit bengkak dan terasa nyeri.

Chanyeol menepis berbagai spekulasi yang muncul yang mungkin saja bisa meruntuhkan dunianya dalam sekejap. Laki-laki itu berpikir mungkin ini hanya nyeri biasa karena seharian kemarin dia hanya meminum air yang sedikit. Jadi urin miliknya juga hanya sedikit.

Kepalanya terasa pusing. Ibunya pasti tidak akan suka saat melihatnya pucat hari ini. Jadi sebisa mungkin dia harus menghindari wanita itu. Karena jikalau Ibundanya tahu dia sedang tidak dalam kondisi yang bagus, Chanyeol tak akan diijinkan berangkat ke sekolah. Padahal seleksi tinggal menghitung minggu dan siang nanti akan ada materi baru yang akan diberikan pelatih. Bukan hari yang tepat untuk bergelung malas di balik selimut.

"Chanyeol? Kau sakit?" Tanya Kai saat laki-laki itu menghampirinya dengan tas yang masih tersandang di bahunya.

Chanyeol medongak menatap sahabatnya yang berdiri di sebelah bangkunya sambil menggeleng pelan. "Tidak, hanya pusing saja sedikit."

"Pergilah ke unit kesehatan sana sebelum kau pingsan dan menyusahkan kami," cengir Kai bercanda. Laki-laki berkulit tan itu meletakkan tas nya dengan asal di atas meja kemudian berdiri lagi di samping bangku sahabatnya itu.

Mau tak mau Chanyeol jadi tersenyum mendengar sindiran itu. "Sialan memangnya kau! Seperti kau kuat menggendongku saja."

"Ada apa ini? Pagi-pagi sudah ada aura ingin memukul Kai saja," Sehun membuang tas nya begitu saja di sebelah bangku milik Chanyeol. Dengan sedikit usil menyenggol bahu milik Kai hingga laki-laki itu sedikit mundur memberinya jalan untuk duduk di tempatnya.

"Si pucat satu ini meminta jatah pukulan saja pagi-pagi." Dengus laki-laki berperawakan lebih pendek daripada lainnya. Tangannya sudah dia ayunkan seolah siap memberikan pukulan pada sahabatnya yang baru datang itu.

"Hei hei! Dasar temperamental!" tawa Sehun. Laki-laki yang memiliki rahang lancip itu duduk menopang dagu di bangku miliknya. Menatap riang pada dua sahabatnya yang selalu membuat mood nya terasa lebih baik di pagi hari.

"Dobi sedang lemah, Sehun-ah."

"Aku hanya pusing, jangan berlebihan Kai-ya!"

"Kau mau aku memanggilkan kekasihmu agar dia membawakan obatmu kemari?" kekeh Sehun berniat menggoda.

"Fuck you Oh Sehun!"

.

.

.

.

Baekhyun membereskan beberapa buku dan alat tulis yang berserakan di mejanya. Guru mereka baru saja keluar meninggalkan kelas. Beberapa murid mulai keluar entah itu ke kafetaria ataupun ke tempat lain untuk menghabiskan waktu istirahat makan siang mereka.

Gadis itu menutup resleting tas punggung berwarna pink miliknya setelah memasukkan buku-buku ke dalamnya. Dia tersenyum sebentar kemudian berdiri dari bangkunya. Tapi ketika kaki kecil miliknya akan melangkah, sebuah tangan mencekal lengannya.

"Kau mau kemana?"

Baekhyun menoleh menatap seseorang yang ternyata adalah Do Kyungsoo, teman sebangkunya. Gadis bermata bulat itu menatap curiga. Sudah hafal sekali akan kebiasaan temannya yang akan menghilang saat jam istirahat lalu kembali dengan wajah ceria seolah baru saja mendapatkan jackpot. Padahal nyaris semua orang tahu jika Chanyeol, laki-laki yang disukai oleh Baekhyun tak pernah memperlakukannya dengan baik. Tak ada alasan logis yang bisa menjelaskan kenapa Baekhyun bisa sebahagia itu padahal jelas-jelas tak ada kabar baik yang didengar Kyungsoo selama ini tentang mereka berdua.

Dan kemarin, kabar tentang Baekhyun yang di caci maki oleh Chanyeol sudah menyebar bak dengungan lebah di telinga semua orang. Ramai sekali yang membicarakannya. Di mata gadis bertama bulat besar ini bahkan Baekhyun sama sekali tidak terlihat terganggu dengan kejadian itu.

"Aku akan ke kelas Chanyeol." ujarnya ceria. Kyungsoo menggelangkan kepalanya tidak habis pikir. Ditariknya tangan lentik temannya itu hingga dia kembali terduduk.

"Yak! Kyungsoo-ya!" pekiknya terkejut.

Gadis yang lebih pendek menatapnya tajam membuat protesan Baekhyun yang akan meluap digantikan tatapan bingung.

"Kenapa?"

"Huh?"

"Kenapa kau ingin menemuinya lagi? Bukankah dia sudah mempermalukanmu di tengah lapangan kemarin? Apa kau sudah gila?"

Kyungsoo kesal. Sangat kesal. Bagaimana mungkin sahabatnya ini masih saja menyukai laki-laki yang tidak bertanggung jawab dan minus etika seperti itu. Jika itu dirinya, dia pasti akan langsung memukul wajah Chanyeol saat itu juga. Tidak tahu terima kasih sama sekali. Masih untung ada yang menyukainya setulus Baekhyun. Kyungsoo bahkan berani bertaruh, seumur hidup Chanyeol nanti tak akan ada orang lain yang bisa mencintainya seperti Baekhyun mencintai Chanyeol saat ini.

"Soo-ya!" Baekhyun memekik. "Chanyeol tidak seburuk itu. Dia kemarin hanya sedang kelelahan makanya dia tidak tahu apa yang dia ucapkan."

"Baekhyun-ah buka matamu! Laki-laki raksasa itu tidak baik. Dia tidak layak untukmu!" Kyungsoo tanpa sadar meremas tangan gadis di depannya dengan kuat. Seakan mencoba meyakinkan dengan remasan yang dia lakukan.

Gadis berambut panjang itu tertawa pelan seraya memegang tangan Kyungsoo dengan tangannya yang bebas.

"Soo-ya, kau tidak boleh berkata seperti itu. Bukan orang lain yang menentukan apakah seseorang itu baik atau tidak untuknya. Hanya orang itu sendirilah yang tahu apakah seseorang itu layak atau tidak karena dia sendirilah yang merasakannya, Kyungsoo-ya." Baekhyun melepaskan tangan sahabatnya itu perlahan.

"Jangan menilai seseorang dari satu sisi. Kadang kau harus melihat dari sisi terburuknya terlebih dahulu untuk menilai sebaik apa orang itu."

"Aku yang menyukainya, maka aku sendirilah yang menentukan apa dia baik untukku atau tidak. Terima kasih sudah menghawatirkanku, tapi aku yakin aku akan baik-baik saja."

Baekhyun beranjak dari duduknya. Gadis itu menatap sahabatnya dengan senyum lebar hingga pipi gembilnya membuat kedua matanya menghilang. "Aku akan berhenti jika sudah waktunya untuk berhenti. Sampai saat itu tiba, kau semangati aku saja yaaa!"

Setelah mengatakan itu, Baekhyun berlari keluar dari kelas. Sempat-sempatnya dia mengintip kembali ke dalam kelas hanya untuk melambaikan tangan dengan riang kepada Kyungsoo yang tentu saja masih menatapnya. Gadis bermata hitam itu mau tak mau ikut tertawa karena demi apapun Baekhyun itu gadis keras kepala yang lucu.

Begitu mendapatkan senyum dari sahabatnya, Baekhyun akhirnya benar-benar meninggalkan area kelasnya. Meninggalkan Kyungsoo yang menatap ke arah kepergiannya dengan senyum miris.

"Tsk, gadis bodoh itu. Kenapa dia terus saja mengejar sesuatu yang jelas-jelas menolaknya?"

.

.

.

.

Seorang gadis sedang melongokkan kepalanya ke dalam sebuah kelas yang hampir setiap hari dia kunjungi. Matanya memindai sampai ke tiap sudut mencari sang pujaan hati tetapi dia tak mampu menemukannya. Mendesah kecewa, dia berbalik meninggalkan tempat itu dengan wajah tertunduk.

Baekhyun menyeret kakinya malas menjauh dari kelas Chanyeol. Hari ini dia gagal bertemu dengannya lagi. Kalau tidak bertemu dengan sang pujaan hati rasanya bersekolah ia menjadi malas. Tak ada penyemangat, tak ada sesuatu yang membuatnya cepat belajar dan segera mengakhiri kelas agar bertemu.

'Aaahh menyebalkan!' rutuknya dalam hati.

Baekhyun terlalu sibuk menekuri lantai hingga tidak menyadari satu sosok yang menatapnya geli. Menahan tawanya sebisa mungkin melihat tingkah konyol gadis itu yang menurutnya semakin lucu saja. Bagaimana eksistensi seseorang terasa sangat berpengaruh untuk kelanjutan hidupnya seperti itu.

"Auch!" Baekhyun terantuk sesuatu. Gadis itu meringis sakit tapi dia yakin sekali dia jauh dari dinding. Sepasang sepatu milik kaki orang lain pun masih beberapa langkah di depannya, menandakan dia belum menabrak orang itu.

Dengan bingung gadis berkuncir tinggi itu mendongakkan kepalanya. Mendapati sebuah tangan terjulur berada tepat di depan keningnya. Segera dia alihkan pandangannya pada sang pemilik yang kini tengah meredam tawanya dengan tangan lain yang ia kepalkan di depan bibirnya.

"Yak, Oh Sehun!"

Oh Sehun dengan badan menjulang dan tangan panjangnya yang menyebalkan.

"Hm?"

Baekhyun menepis kasar tangan jahil itu. Wajahnya mengerucut lucu merasa dipermainkan soal tinggi badannya yang mungil. Dia sensitif sekali tentang hal ini jika kalian mau tau.

Yang lebih tinggi sudah tak mampu menahan tawanya lebih lama lagi. Tawa panjang yang renyah akhirnya mengalun menyapa gendang telinganya.

"Yak Sehun! Berhenti tertawa!"

"Ah maafkan aku hahaha! Kau itu lucu sekali, Baek-ah! Hahaha!"

"Tertawalah terus dan aku akan pergi dari sini." rajuknya.

Sehun menghentikan tawanya dengan setengah hati. "Begitu saja merajuk." cibirnya.

"Mood-ku sedang tidak bagus. Jangan mengangguku!" ultimatumnya galak.

"Siapa yang mengganggumu, hm?"

Baekhyun melotot.

"Kau baru dari mana?" Sehun mengalihkan pembicaraannya sebelum gadis di depannya ini mengamuk lebih lagi dengan pekikan yang lebih memekakkan telinga.

"Kelasmu. Tapi aku tidak melihat siapapun di sana."

Sehun mengangguk paham maksud Baekhyun. Tidak ada siapapun disana adalah tidak adanya Chanyeol. Ditambah lagi tidak adanya Sehun dan Kai yang tidak bisa dia tanyai tentang keberadaan laki-laki yang dia sukai itu.

"Kau darimana?" tanya Baekhyun ketika sadar bahwa Sehun datang bukan dari arah kafetaria ataupun lapangan.

"Aku dari ruang kesehatan." jawabnya kalem.

"Eh?! Kau sakit, Sehun-ah?" pekik Baekhyun dengan mata melotot tidak percaya.

Laki-laki itu tersenyum simpul. "Tidak, bukan aku. Aku kesana bersama Kai untuk mengantarkan Chanyeol."

Jika tadi mata Baekhyun hanya melotot biasa, kali ini mata itu terasa akan keluar dari tempatnya, "EH?!"

-dan pekikannya lebih nyaring dari yang pertama membuat telinga Sehun terasa pengang.

"Kau bercanda?!"

"Tidak. Hari ini Chanyeol terlihat tidak seperti biasanya. Karena itu aku dan Kai menyarankan agar dia beristirahat di ruang kesehatan saja."

"Aku akan melihatnya." Baekhyun baru melangkahkan kakinya hendak menjauh dari sana menghampiri Chanyeol ketika Sehun dengan cepat mencekal lengannya. Menatap manik cerah milik Baekhyun dengan gelengan kepala.

"Jangan. Sebaiknya kau tidak menjenguknya terlebih dahulu. Aku khawatir dia akan membentakmu atau mengusirmu lagi seperti kemarin, Baekhyun-ah. Lebih baik biarkan dia beristirahat dulu."

Baekhyun meronta tapi Sehun menahannya lebih kuat. Gadis itu menatap Sehun meminta, "Aku harus memastikan dia baik-baik saja Sehun-ah. Kumohon lepaskan aku!"

Sehun menggelengkan kepalanya sekali lagi. "Percayalah dia baik-baik saja. Chanyeol adalah orang yang kuat. Dia hanya kelelahan biasa."

Bahu Baekhyun merosot menandakan kelegaan. Gadis itu sudah tak meronta, memilih mengurangi jarak satu langkah dari laki-laki tinggi di hadapannya. Membuat cekalan Sehun pada lengannya terlepas begitu saja.

"Apa dia sudah meminum vitamin atau memakan sesuatu?"

Sehun tersenyum menenangkan. Laki-laki berkulit pucat itu mengacak poni sang gadis dengan gemas sebelum berujar, "Aku sendiri yang memastikan dia sudah melakukannya. Kau tidak perlu khawatir."

Gadis itu menunduk. Matanya bergerak gelisah menghawatirkan keadaan sang pujaan hati yang dia belum tahu bagaimana. Dia belum akan tenang sebelum melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Tapi tak seperti biasanya, kali ini gadis itu urung untuk tak menuruti ucapan Sehun dan berlari memastikan sendiri. Ada sebagian kecil dari dirinya yang menginginkan agar dia percaya saja dengan kata-kata laki-laki pucat itu. Sebagain kecil dirinya itu mengatakan bahwa dia belum siap jika harus di hadapkan kembali dengan Chanyeol yang kemarin.

Maka dari itu gadis itu kembali mendongak, matanya menyelam di dalam manik kelam milik laki-laki di hadapannya. Mencari sebuah jawaban untuk menenangkan hatinya yang bergemuruh. Tapi mata tajam itu menatapnya dengan mantap.

"Kau yakin dia baik-baik saja?"

"Percayalah padaku."

.

.

.

.

Pulang sekolah rasanya bahu Baekhyun seperti digelayuti oleh berton-ton besi yang membuat jalannya terseret malas. Wajahnya terlihat lesu, bahunya merosot ke bawah tidak bertenaga. Gadis itu menghela nafasnya dalam.

Chanyeol sudah tidak berada di ruang kesehatan saat Baekhyun menghampirinya tepat setelah bel berbunyi. Padahal dia sudah berusaha secepat mungkin untuk tiba di sana. Tapi ternyata Chanyeol sudah menghilang.

Baekhyun gelisah. Rasanya dia belum bisa tenang jika belum mengetahui keadaan sang pujaan hati dengan mata kepalanya sendiri. Mau bagaimana lagi sekarang?

'Besok itu rasanya terlalu lamaaaaaa.' Dia memejamkan matanya seraya mengerang dalam hati. Kakinya tanpa sadar dia hentakkan dengan kepala sedikit mendongak, merajuk pada waktu yang jarang bersahabat dengannya.

Baekhyun terkejut saat dia membuka mata ada 4 orang gadis yang sudah menghadang jalannya. Ekspresi mereka terlihat sinis dan kentara sekali meremehkan dirinya, membuat ia tanpa sadar menelan ludahnya gugup.

"Permisi." Baekhyun menundukkan kepalanya. Berjalan ke depan dengan pelan dan berhati-hati melewati mereka. Kilat mata dan aura gadis-gadis itu terasa berbahaya, membuatnya merasakan firasat buruk. Ia ingin segera pergi dari sana karena sama sekali tak ingin berurusan dengan mereka.

"Kau pikir bisa pergi dengan mudah?" Gadis yang berdiri paling pinggir mencekal lengannya. Takut-takut Baekhyun menatap wajah gadis yang menahan lengannya itu dan kemudian menyesalinya. Mata itu menatapnya dengan bengis seolah dia adalah kotoran yang layak untuk dilenyapkan.

Baekhyun kembali menundukkan kepalanya dan bertanya dengan nada pelan. "A-ada urusan apa? Ke-kenapa kalian menghalangi jalanku?"

Gadis berambut pirang yang terlihat seperti pimpinan dari geng itu mendengus keras. "Yak dasar gadis tidak tahu malu!"

Langkahnya mendekat dengan tergesa. Baekhyun sedang mengagumi sepasang sepatu mahal dengan brand terkenal yang tersemat di kaki gadis itu saat rasa sakit menyerang kepalanya.

"Aargh!" pekiknya menahan sakit. Gadis itu menyeringai ketika dia dengan jelas dapat melihat wajah kesakitan Baekhyun.

"Sakit?" Tanyanya meremehkan. Baekhyun meringis merasakan jambakan gadis itu pada rambutnya semakin kuat, membuat wajahnya terpaksa mendongak.

"Ini peringatan untukmu dasar gadis tidak tahu diri. Berentilah menempeli Chanyeol seperti parasit! Kau pikir dengan menempel seperti itu Chanyeol akan suka padamu? Kau sedang tidak hidup dalam drama. Melihatmu yang berkeliaran di sekitarnya membuat mata kami iritasi asal kau tahu!"

"Ka-kalian penggemar Chanyeol?" Bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan tarikan yang makin menguat di helaian rambutnya. "AKH!"

"Dan sekarang pasti karenamu Chanyeol sekarang sakit. Dia sakit karena stres menghindarimu. Berkacalah! Chanyeol kami tak akan mungkin menyukai gadis tidak tahu malu sepertimu. Kau itu menjijikkan!" Gadis itu mendekatkan wajahnya pada Baekhyun. Menatapnya dengan tajam dan mengintimidasi seraya berucap, "Mulai sekarang menjauhlah dari Chanyeol kami. Kau mengerti?"

Baekhyun hanya mengeluarkan suara-suara terputus, kesulitan untuk berbicara karena jambakan yang begitu kuat pada rambutnya. Seolah terasa jika gadis bar-bar di depannya ini menariknya lebih kuat lagi maka kepalanya akan ikut terputus bersama helai-helai rambutnya.

"Kau mengerti tidak?!" Berang karena Baekhyun tak juga menjawabnya, dia membentak dengan penuh amarah. Dihempaskannya tubuh Baekhyun hingga tersungkur di tanah. Gadis bar-bar itu membersihkan tangannya dari helaian rambut Baekhyun yang tercabut layaknya kotoran yang menjijikkan sementara tiga teman yang mengepungnya tadi mulai menggesekkan sepatu mereka dengan tanah kering di bawahnya hingga menciptakan debu berterbangan menggumuli Baekhyun hingga terbatuk. Buru-buru dia menutup mata dan melindungi mulut serta hidung dengan lengannya.

Empat gadis itu tertawa puas. Membentak Baekhyun untuk terakhir kalinya sebelum benar-benar pergi meninggalkan gadis malang itu sendirian dengan penampilan yang mengerikan. Rambut kusut berantakan, wajah kotor tertutupi debu dan juga seragamnya yang lusuh dan penuh debu dimana-mana.

"Cih! Mereka pikir mereka itu siapa? Gadis itu pikir dia lebih baik dariku? HAAH!" Menghela nafasnya dengan kasar seraya terus menatap arah kepergian gerombolan gadis bar-bar dengan pandangan muak. "Gadis-gadis bar-bar seperti itu, mana mungkin Chanyeol juga akan menyukai mereka."

"Aku tidak akan menyerahkan Chanyeol pada mereka!"

.

.

.

Terhitung pagi ini sudah hampir tiga hari Baekhyun tidak melihat batang hidung Chanyeol. Keesokan harinya setelah insiden Baekhyun yang terkena bully oleh fans Chanyeol ketika dia gagal menengok laki-laki itu, gadis-gadis yang mengepungnya juga tidak mendatanginya lagi karena sibuk bergosip tentang absensinya sang idola. Dia kemudian bertanya kepada Sehun, laki-laki berkulit pucat itu mengatakan bahwa Chanyeol pulang lebih awal karena dia tidak betah tidur di brankar ruang kesehatan sebab dia harus menekuk kakinya. Ranjang disana tidak cukup panjang untuk menampung tinggi tubuh laki-laki menjulang bak tiang itu. Tidur dengan kaki ditekuk seperti itu hanya membuat tidurnya tidak nyaman jadi dia memutuskan untuk pulang saja.

Namun hari dimana Baekhyun mendapatkan penjelasan itu dari Sehun, Chanyeol kembali tidak masuk sekolah. Saat istirahat makan siang dia mendatangi kelas Chanyeol dia hanya melihat Sehun bersama Kai. Tak ada tanda-tanda jika Chanyeol berada di sana. Bertanya kembali pada Sehun pun laki-laki itu menjawab bahwa Chanyeol membolos hari ini karena ketika dia menelfon untuk menanyakan perihalnya, temannya itu menjawab santai bahwa dia terlambat bangun.

"Aish! Laki-laki menyebalkan itu!" desis Baekhyun kesal karena rasa khawatirnya hari itu hanya sia-sia saja. Tapi dalam hatinya merasakan kelegaan yang luar biasa mengetahui bahwa laki-laki yang disukainya itu baik-baik saja.

"Kau ini berlebihan sekali. Chanyeol badannya sebesar itu mana mungkin terkena penyakit." cibir Kai mengomentari tingkah si gadis yang menurutnya terlalu berlebihan.

"Yak, apa kau tidak pernah menyukai seseorang, ha?" protesnya tak terima.

"Sudahlah kalian. Chanyeol bilang besok dia akan kembali bersekolah."

.

Dan hari ini Baekhyun menatap harap-harap cemas pada gerbang sekolah berharap sosok itu muncul dari sana. Dia rindu menatap Chanyeol dari dekat maupun dari kejauhan. Dia rindu suara dingin Chanyeol. Dia rindu punggung tegap Chanyeol yang terlihat hangat. Dia bahkan rindu saat-saat Chanyeol mengusirnya.

Tapi hingga bel berbunyi dan gerbang ditutup, Chanyeol belum juga menampakkan dirinya.

.

.

.

.

.

TBC