LOVESICK (REMAKE | KAISOO VER)

Cast : Kyungsoo (Noh)

Jongin (Phun)

Soojung (Aim)

Yeri (Pang)

Chanyeol (Ohm)

Minor cast : EXO members, BTS members (yang lainnya nyusul seiring berjalannya cerita ya)

Pairing : Kaisoo

Genre : romance, humor, schoollife, boyxboy,

Rate : T/semi M (bcs a lot of swearing kkkk)

Desclimer :

cerita ini bukan cerita asli milikku, ini adalah novel hasil karya Indrytimes (twitter :Hedshew) yang aslinya berbahasa Thailand. kemudian

di terjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Kudalakorn (kudalakorn . com)dan di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh /veerAslant (Ve-as . )

kemudian disatukan (di repack) menjadi e-Novel oleh /fafasinata

Kalian bisa melihat link e-novel bahasa Indonesianya di akhir chapter ini nanti.

Adapun alasan kenapa aku ngeremake Novel ini adalah karena aku sangat menyukai drama Lovesick the series dan penggemar berat Kaisoo. pas aku baca yang versi novelnya terus lihat pendeskripsian tokoh Phun dan Noh (karakter asli) itu cocok banget sama penggambaran fisik Kaisoo. jadi aku mikir, kenapa enggak aku satuin aja keduanya? dan disinilah aku sekarang haha

Aku juga ngeremake bukan cuma mengganti nama castnya doang sih, ada beberapa bagian cerita yang aku rombak ulang (termasuk mengubah bahasanya menjadi bahasa baku karena terjemahan aslinya berbahasa nonbaku) dengan tetap berusaha untuk tidak mengubah suasana ceritanya, aku juga berencana buat ngerubah sedikit jalan cerita menyesuaikan dengan cast hehe.

Jadi... umm kritik dan saran tetep dibutuhkan yaa haha

SELAMAT MEMBACA~


"Kyungsoo! apa-apaan ini? Kenapa dana untuk klub kita jadi segini?!"

Pekikan Suara Chanyeol menyapa gendang telingaku dengan tidak elitnya, tepat disaat aku baru saja menginjakan kakiku di rangan band ini. Aku sudah akan memukul mulutnya yang bersuara kencang itu karena sudah mengagetkanku tapi tiba-tiba saja sebuah dokumen (yang mana adalah dokumen yang bermasalah) kini menempel di wajahku.

apa apaan sih si idiot ini?

Aku mengernyit saat mulai membaca semua detail di dokumen itu (yang Chanyeol lemparkan ke wajahku dengan 'penuh kasih sayang'). Aku mengingat-ingat kembali, dengan jelas bahwa aku benar-benar mengajukan dana sebanyak 500.000 won untuk mengganti set drum kami yang sudah lapuk. Tapi kenapa yang tertulis disitu hanya 50.000 won?! Dimana sisanya?! Kenapa jumlah 'nol' nya hanya 4?!

"fuck.. apa kau tahu? tagihan drumnya akan dikirim kemari dalam waktu beberapa hari lagi! Apa yang harus kita lakukan Kyungsoo?! apa kita harus melarikan diri dan mengemis -ngemis di jalanan?!" Chanyeol terus berteriak tanpa henti, dia terlihat sangat frustasi. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan dan mendapati anggota klubku yang lain juga tidak kalah frustasinya dengan Chanyeol.

Aku adalah seorang ketua klub, dan klubku sedang terkena masalah. Jadi, sebagai ketua klub, aku harus melakukan apa sekarang?

"Aku akan segera kembali!" Seruku seraya menghambur keluar ruangan.


Suara decit sepatuku menggema di koridoor yang sudah sepi ini saat aku berlari menuju ke Gedung Utama. Aku khawatir kantornya sudah tutup karena hari sudah mulai larut. Saat ini otakku benar-benar tidak karuan. Aku masih tidak mengerti, bagaimana hal semacam ini bisa terjadi. aku juga takut kalau kalau aku sendiri yang telah membuat kesalahan sebagai ketua klub.

Sial! Kapan aku membuat kesalahan seperti ini?! Aku sangat yakin kalau klubku pasti akan mendapat dana sesuai yang aku minta. Aku yakin sekali karena aku sudah pesan drum setnya, dan barangnya akan segera diantar dalam beberapa hari, aku yakin kalau aku sudah melakukan persetujuan dengan pihak sekolah. Tapi kenapa mereka memotong dana kami seenaknya begini?!

YES! Ruang OSIS masih terbuka. Aku berharap bisa bertemu orang yang punya wewenang untuk memperbaiki semua ini.

"Halo, saya perwakilan dari klub musik. Saya ingin minta sesuatu, tolong periksa anggaran kami! Kami pikir, kalian melakukan kesalahan!"

tapi nampaknya teriakanku sia-sia, ruangan ini terlihat kosong, aku mendesah putus asa dan berniat untuk meninggalkan ruangan itu, tapi, saat itu juga aku melihat kepala seseorang menyembul dari balik meja ditengah-tengah ruangan.

Itu Jongin, Kim Jongin. Sekretaris OSIS yang sudah menjabat selama dua tahun berturut-turut di sekolah ini. Dia setingkat denganku (walaupun kami tidak terlalu akrab). Aku menahan diriku untuk tidak meloncat kegirangan kearahnya. ya, dialah solusinya. Aku yakin dia bisa membantu.

"Jongin? hey Jongin! Bisakah kau cek anggaran klubku? Plis? Plis? Plis? 450.000 Hilang! aah aku rasa aku bisa gila sekarang!" Aku memutuskan untuk memanfaatkan persahabatan kami (yang tidak terlalu dekat ini) sebagai senjata rahasia. Sesaat dia nampak terkejut saat pertama kali melihatku, tapi kemudian dia berjalan ke rak dan mengambil beberapa tumpukan dokumen untukku.

"Sebentar"

Aku berdiri disana melihat Jongin yang sedang membolak-balik dokumen-dokumen itu. Aku benar-benar berharap kalau kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah 'Oh iya, ada kesalahan,' atau 'sisa uangnya akan di berikan minggu depan' atau kata-kata semacam itu. Tapi sejujurnya harapanku memang tidak terlalu besar, karena OSIS jarang membuat kesalahan (apalagi kalau Jongin yang memeriksa pekerjaan mereka). Ditambah lagi, sekolah kami tidak pernah menambah anggaran klub selama ini.

"Kami tidak membuat kesalahan kok, anggarannya tertulis disini. lihatlah Kyungsoo" Jongin mengatakan hal yang paling tidak ingin kudengar saat ini. Dia memberikan berkas itu kepadaku agar aku bisa melihatnya. Walaupun ukuran hurufnya sangat kecil, tapi angka 50.000 yang tertulis disitu benar-benar membuatku terperanjat sampai rasanya aku mau pingsan.

"bagaimana bisa?!"

"Waktu rapat anggaran, kau tidak datang kan? Siapa kemarin yang kau suruh untuk mewakili klubmu?" Kata-kata Jongin membuatku berpikir sejenak ke masa lalu. Aku baru ingat. Rapat anggaran untuk klub dan aktifitas sekolah lainnya selalu diadakan tiap tahun. Tapi waktu rapat itu diadakan, aku sedang tidak di Seoul. Seluruh keluargaku pergi menengok nenekku yang sedang sakit di Busan. Maka dari itu, perwakilan yang datang ke rapat itu adalah...

sialan..

PARK JIMIN!

dia adalah anggota klub kami yang paling bodoh.

Kami berunding siapa yang akan menghadiri rapat tahunan itu dan sialnya malah anak bantet itu yang terpilih. Mereka semua tidak ada yang mau datang untuk menggantikanku karena rapat itu biasanya berlangsung selama 12 jam. Belum lagi biasanya mereka suka memojokkan klub kami. Dan takdir sialnya memutuskan Jiminlah yang harus datang kesana. Meskipun awalnya kami ragu, tapi kami tidak punya pilihan lain. Dan meskipun Jimin itu bodoh, aku tetap tidak menyangka dia akan jadi sebodoh ini.

"Waktu rapat kemarin, Jackson dari klub sepak bola terus-terusan memotong anggaran untuk klubmu. Karena kalau tidak, dia harus memotong anggaran klubnya sendiri. Jimin sepertinya terlalu takut untuk menghadapi Jackson jadi dia hanya duduk diam saja disana. Akhirnya hanya 50.000 yang tersisa untuk klubmu. Sebenarnya, aku sendiri juga bingung dan berpikir kalau mungkin kau akan keberatan"

"tentu saja aku keberatan!" Aku menggebrak meja. "lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?!" Aku mulai berteriak dan mengacak-acak rambutku sendiri. aku benar-benar frustasi.

Sementara itu, Jongin hanya memandangiku seperti tengah memikirkan sesuatu, ruang OSIS mendadak jadi sunyi senyap.

Berkas itu terlempar kemeja saat Jongin menghembuskan napas dan berkata, "Aku ada jalan keluarnya..."

"apa? beritahu aku Jongin! beri tahu aku sekarang juga! Aku rela melakukan apapun!" Kesempatanku ada disini, mana mungkin aku membuangnya begitu saja?!

Aku menatap wajah temanku-yang-tidak-terlalu-akrab itu dengan harap-harap cemas, menunggu jawaban. Aku tidak sadar kalau dia melihatku dengan tatapan yang aneh sebagai gantinya.

Kalau saja aku tahu apa yang akan dia katakan selanjutnya, aku bahkan tidak akan pernah sudi untuk berfikir datang ketempat ini dari awal.

"Kyungsoo..."

Entah kenapa tiba-tiba saja bulu kudukku meremang seketika mendengar suara beratnya memanggil namaku,

"..jadilah pacarku"


"Hey, Kyungsoo! Jadi bagaimana?!" Seperti biasa, Chanyeol adalah orang pertama yang menyapaku saat aku terengah-engah kembali ke ruang klub kami.

Sejujurnya, aku tidak tahu bagaimana menjawabnya. Maksudku, Aku benar-benar bingung, marah dan kesal, semuanya tercampur jadi satu. Bagaimana bisa Jongin mempermainkanku seperti itu? Aku mengenalnya (walaupun dari jauh) sudah sejak lama, tapi aku tidak tahu kalau ternyata dia itu... sinting!

"AKU BUKAN GAY, KEPARAT!"

Kalimat itu aku teriakkan lima menit yang lalu sebelum aku kabur dari Ruang OSIS dan kembali ke ruang klubku. Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Aku tidak pernah berpikir akan mendengar kata-kata itu dari seorang Kim Jongin yang segalanya terlihat sempurna.

Penampilannya. Keluarganya. Tingkah Lakunya, Nilai-nilainya. Keramahannya. Dan bahkan dia punya pacar yang sangat cantik.

Pacar cantik?!

Iya... Dia sudah punya pacar, kan? Pacarnya juga gadis populer di sekolahnya. Ditambah lagi, Aku kenal Jongin lama sekali. (Walaupun kita tidak terlalu dekat -jadi begini, Jongin itu adalah temannya Ravi dan Ravi itu berteman dengan Ken, Ken adalah sahabat karib Hongbin yang mana Hongbin itu adalah teman sekelasku, seperti itulah hubunganku dengan Jongin, sangat jauh bukan?)

Saat kita berpapasan, kadang kita akan tersenyum kepada satu sama lain. Atau, kalau Aku sedang beruntung dan dia ada didepanku saat mengantri membeli makanan di kantin, aku akan minta tolong padanya untuk memesankan punyaku juga. Kadang kalau klub kami mengadakan konser, aku akan datang ke hadapannya dan menawarkan tiket.

Mengingat semua itu, rasanya tidak mungkin dia punya pikiran semacam 'itu' terhadapku. Dan sebenarnya, jika ada yang bertanya berapa banyak siswa yang gay di sekolahku ini maka jawabanku adalah banyak sekali. Tapi Jongin tentu adalah orang terakhir yang akan terlintas dibenakku.

apa mungkin aku salah dengar?!


Cuaca sudah mulai gelap dan udara sangat dingin. Mungkin karena November sudah dekat. Apakah sebaiknya aku mengurung diri dikamar dan menghabiskan waktuku untuk bermain Video Game?

Tapi tidak, ada sesuatu yang lebih penting yang membuatku menyalakan scooterku dan pergi ke rumah yang besar ini.

Aku pernah masuk ke tempat ini dua tahun yang lalu. Saat anak sulung dari keluarga ini mengadakan pesta ulang tahun yang ke 15. Aku tidak dekat dengannya atau bagaimana. Tapi kami ada di tingkat yang sama, juga rumah kami cukup berdekatan. Temanku yang memang akrab dengannya memohon kepadaku untuk menemaninya datang ke pesta itu.

Aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan kembali ke tempat ini lagi, sendirian. Apalagi dengan tujuan yang terdengar sangat konyol seperti saat ini.

Aku memarkirkan sepeda motorku di depan gerbang besar itu, dan mulai mondar-mandir didepannya. Aku bisa melihat bel pintu seolah-olah minta di tekan saat itu juga, tapi alasanku kesinilah yang membuatku sulit untuk melakukannya.

Fuck! kalau saja si Jongin keparat itu tidak mengatakan hal menjijikan seperti tadi, mungkin aku akan dengan senang hati bergelung di bawah selimut saat ini. Awas saja kalau dia tidak menarik lagi ucapannya, akan kupukuli wajah tampannya itu sampai babak belur!

Sebelum aku mulai berteriak sendirian, aku melihat bayangan seseorang yang tinggi sedang berjalan di sekitaran taman. Bayangan itu mencuri perhatianku. Dirumah ini hanya ada satu anak laki-laki, jadi siapa lagi kalau bukan..

"Jongin! Jongin!" aku mencoba meneriakkan nama pemilik bayangan itu. Aku tidak mau berteriak terlalu keras (tapi tidak terlalu pelan juga) aku berusaha menarik perhatiannya agar dia tahu aku ada disini. Nampaknya usahaku terbayarkan. Si tampan yang berengsek itu menoleh dan nampak terkejut (tentu saja, dia tidak mungkin berpikir kalau aku akan datang ke rumahnya malam-malam seperti ini kan?). Akhirnya dia berjalan keluar dari bayangan pohon itu, Aku sadar kalau dia sedang menelpon seseorang.

Oh apakah aku mengganggu? Maaf sekali kalau begitu.

Dia masih terkejut saat melihatku. Aku bisa melihat saat itu juga kalau dia langsung menutup teleponnya.

"Kyungsoo? Ada apa?" Dia keluar melalui pintu kecil yang memang bagian dari gerbang itu. Dan sejujurnya, sampai detik ini aku sama sekali belum menyusun apa yang ingin ku bicarakan.

"Uh..."

Apa yang harus ku katakan?

"Ehh, Aku..."

Sekarang.. bagimana!?

"Aku..."

"Apa kau kesini untuk membicarakan tentang apa yang kukatakan tadi sore?"

Ternyata anak ini cukup peka juga, syukurlah.

"ya! Yang itu!." Aku berbicara sambil menunjuk wajahnya. "Kita harus bicara tentang hal itu." Aku menghela napas mengumpulkan keberanianku dan melanjutkan, "Jadi tadi sore, aku pergi ke ruang OSIS dan melihatmu disana. Aku bertanya tentang pemotongan anggaran klubku. Lalu kau bilang semuanya gara-gara Jimin yang tidak mau bicara saat rapat anggaran, jadi aku-"

"Aku masih ingat apa yang terjadi, Kyungsoo." Dia memotong pembicaraanku karena nampaknya dia tidak ingin mendengar reka ulang keseluruhan ceritaku. Tapi terserahlah. Aku tahu dia ingat, tapi setidaknya biarkan aku melakukan pemanasan dulu/?

"Oh, terima kasih kalau kau masih mengingatnya. Jadi kau pasti juga ingat bahwa kau mau membantu klubku. Tapi kau ingin apa sebagai imbalannya? Aku merasa kalau aku salah dengar. Sesuatu... Tentang... jadi pacarmu? Kemudian aku mengumpat kepadamu dan langsung pergi. Maaf sekali, aku pikir pendengaranku agak terganggu-"

"kau tidak salah dengar, Kyungsoo."

"-tapi tentu saja Aku salah dengar, iya kan? Maka dari itu aku datang kesini supaya tahu apa yang ben- apa?! Kau barusan bicara apa?!"

Tunggu, apa barusan dia mengatakan sesuatu?

Oh, Mungkin pendengaranku memang benar-benar terganggu.

Aku berjanji akan membersihkan telingaku saat sampai di rumah nanti.

"Aku bilang, kau tidak salah dengar Kyungsoo.. jadilah pacarku"

Anjir Jongin brengsek! Jadi dia benar-benar gay?! Kalau begitu usahaku datang kesini itu sia-sia?! Apa dia akan melakukan sesuatu kepadaku!?

Mendadak tulang-tulangku terasa disiram air es saat aku berhasil mengolah semua ini. Dan aku yakin jika wajahku saat ini jadi pucat pasi. Aku menoleh ke arahnya saat mimik wajahnya memberikan senyuman dengan maksud yang tersembunyi. Tentu saja aku tidak mau tahu apapun yang ada dibalik senyuman itu. Dan yang pasti, inilah saatnya aku pergi dari sini!

"Hey, Kyungsoo! Dengarkan dulu!" belum sempat aku meraih scooterku, Jongin sudah lebih dulu mencengkram pergelangan tanganku.

astaga apa yang harus aku lakukan?!

Reaksi normalku adalah menutup mata dan dengan kalut mengayu-ayunkan tanganku sebisa mungkin untuk lepas darinya, "Aku tidak bisa Jongin! Kumohon! Jangan menyukaiku! Aku minta maaf tapi aku tidak bisa jadi pacarmu! Aku bukan gay!" Aku memohon-mohon kepadanya sekarang, aku bahkan rela jika aku harus berlutut saat ini juga. Aku hanya ingin dia melepaskanku agar aku bisa meninggalkan tempat ini

SESEORANG TOLONG AKUU!

"hey dengarkan dulu sampai selesai Kyungsoo, aku juga bukan gay!" Jongin mengguncangkan seluruh tubuhku, dan akhirnya membuatku diam. Aku membuka satu mataku.

Eh? jadi aku salah paham?

"masuklah dulu, Aku akan menjelaskan semuanya." Kemudian dia menarikku memasuki rumahnya.

Apa aku bisa selamat keluar dari sini?!

Butuh waktu yang cukup lama bagi Jongin agar berhasil menyeretku masuk ke pekarangan rumahnya. (Sumpah demi apapun, aku sudah mencoba berontak, tapi aku tidak mampu melawan, karena sialan, dia kuat sekali!). Tapi setidaknya, kini aku sudah berkenan untuk didudukkan di bawah pohon di taman rumahnya. Jongin menatapku tajam, seolah-olah ada satu juta delapan ratus hal yang ingin dia sampaikan kepadaku tapi dia tidak tahu harus mulai dari mana. Secara pribadi, jelas aku ragu apakah aku benar-benar ingin duduk disini mendengarkannya. Atau tidak.

"Kyungsoo!" Akhirnya dia memanggil namaku. Aku terlonjak kaget, mendadak otakku mulai menyusun beberapa rencana.

Jadi sekarang, apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus kabur? Menggali lubang? Telpon polisi? Atau mengirim sinyal telepati kepada Chanyeol?!

Jongin menatap lekat-lekat wajahku, dia bisa melihat dengan jelas betapa muaknya diriku saat ini. Dia mendesah, "Aku bukan gay. Aku sudah punya pacar. Seorang wanita dan kau tahu itu. dia Soojung, pacarku."

Bocah ini kenapa? Kenapa dari tadi terus mengulang-ulang kata yang sama?

Tapi bagaimanapun, apa yang dia biacarakan memang masuk akal. Perasaanku jadi sedikit lebih lega. Secara alami, aku mengangguk sebagai respon. Karena memang aku tahu. kenyataannya, Soojung itu kekasih Jongin. Dia seumuran dengan kami, tapi dia tidak satu sekolah dengan kami. (tentu saja, sekolah kami kan sekolah khusus laki-laki.) Soojung itu cantik sekali, dan aku benar-benar serius tentang hal itu. wajahnya akan tetap terlihat cantik meski tanpa make up sekalipun. Dia selalu mengenakan pakaian yang modis layaknya gadis kaya pada umumnya. Simpelnya, kalau dia itu pacarmu, maka tidak mungkin kamu bisa berpaling darinya. Apalagi pada laki-laki sepertiku.

Orang-orang bilang Jongin dan Soojung adalah pasangan yang diciptakan oleh surga. Mereka sangat cocok satu sama lain. Jadi, mau tidak mau, aku penasaran dengan apa yang akan Jongin katakan selanjutnya.

"Tapi... Aku ingin kau menjadi pacarku, Kyungsoo."

Shit! Cukup! Aku tidak mau mendengarkan omong kosong ini lagi!

"Baiklah, Jongin. Aku pikir aku benar-benar harus pulang sekarang, aku tidak mau berbicara dengan orang gila" Cepat-cepat aku beranjak dan berniat meninggalkan tempat itu. Aku sama sekali tidak paham dengan jalan pikirannya. Bagaimana bisa dia duduk disini mencoba untuk meyakinkanku kalau dia bukan gay sampai-sampai dia membawa-bawa nama pacar cantiknya sebagai bukti, tapi pada ahirnya dia tetap mengatakan hal menjijikan itu padaku?

"Keluargaku memaksaku untuk berpacaran dengan putri dari sahabat mereka. Aku tidak bisa melawan permintaan mereka. Satu satunya yang bisa membantuku adalah adikku. Dia bilang kalau aku punya pacar laki-laki, maka dia akan bersedia membantuku."

Aku menghentikan langkahku saat dia mulai bicara tapi aku tidak bisa mendengar apa yang dia katakan dengan jelas karena dia mengatakan itu dengan sangat cepat, "apa? Bicaralah yang jelas" kataku ogah-ogahan berbalik padanya.

"aku bilang, orang tuaku akan menjodohkanku dengan putri temannya" aku kembali duduk di sampingnya seperti sebelumnya mencoba mendengarkan dengan baik.

"lalu?"

"Aku tidak bisa melawan orang tuaku. Kau tahu mereka itu sangat ketat, Kyungsoo." Dia benar. Aku ingat saat pesta ulang tahunnya dua tahun yang lalu. Aku benar-benar harus berhati-hati saat itu. Aku harus menahan diri untuk tidak berbicara sumpah serapah semalaman penuh, aku selalu merasa empat pasang mata memperhatikan gerak gerikku, sungguh, rasanya lebih mengerikan daripada harus menahan kentut di depan umum."Tapi entah kenapa, mereka selalu menuruti apapun permintaan Yeri." Lanjut Jongin,

oh ya, Yeri itu adik perempuannya. Samar-samar aku ingat dia. Kim Yeri, lumayan mengintimidasi seingatku. Jadi kalau Jongin bilang padaku bahwa orang tuanya juga takut terhadap Yeri, Aku tidak terlalu terkejut."Jadi, kalau dia membantuku berbicara kepada orangtuaku, maka aku tidak perlu melakukan perjodohan itu, tapi..." Aku menaikkan alis.

Tapi? Tapi apa?!

Dalam pelajaran bahasa Korea, guru Jo mengatakan bahwa kata apapun yang berada di belakang kata "tapi" adalah sebuah inti dari pembicaraan. Maka dari itu, para siswa harus memperhatikan hal tersebut dengan seksama. Tapi... saat ini aku agak sedikit tidak mau memperhatikan Jongin.

"Bolehkah aku tidak mendengarkan ini?"

"Jangan seperti itu, Kyungsoo! Tunggu aku selesai bicara dulu"

Dasar tukang paksa!

Jadi aku duduk dengan muka lelahku menunggu dia melanjutkan perkataanya, tapi juga ada rasa antisipasi dalam diriku.

Perasaan apa ini yang mengalir di tulang-tulangku? Apa artinya aku akan kehilangan keperawananku oleh Jongin?!

"jadi, Yeri itu... sama seperti gadis remaja pada umumnya, Kyungsoo. Dia sangat suka membaca manga Yaoi. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Dia membeli banyak sekali komik komik sejenis itu, semuanya ada di kamarnya."

semakin lama percakapan ini semakin menakutkan.

"Maka dari itu, dia bilang kepadaku kalau aku punya pacar laki-laki dia akan berbicara pada orang tua kami untuk membatalkan perjodohan itu. Dan jika pacarku imut, dia akan berusaha lebih keras."

fuck. Adakah seseorang yang bisa memberitahuku kapan terakhir kali aku mengedipkan mata?

Aku mulai berdoa didalam kepalaku. Aku berharap agar aku tuli untuk 2-3 menit kedepan. Aku berjanji akan memunguti setiap sampah yang kutemukan di pekarangan sekolah selama 3 bulan penuh kalau harapanku ini dikabulkan.

Tapi sepertinya Tuhan tidak mendengarkan doaku T_T

"Dan kau itu... imut." Itu adalah kalimat berikutnya yang aku dengar dari mulut Jongin. Dan itu mendadak membuat kepalaku pusing.

Double fuck! maaf sekali karena aku terlahir lebih kecil darimu. (tinggi Jongin 184 cm sedangkan aku hanya 170 cm, bisa kalian bayangkan betapa jauhnya perbedaan tinggi kami berdua) dan maaf juga karena kulitku sangat putih sehingga tidak akan bisa jadi lebih gelap lagi. Aku juga minta maaf karena walaupun aku punya kelopak mata ganda, mataku tetap besar dan bulat. Bibirku juga merah merona yang (teman-temanku bilang) sangat menggemaskan dan berbentuk seperti hati...

Teman-temanku sering mengejek kalau aku ini terlalu imut untuk ukuran seorang pria. Tapi semuanya tidak pernah aku pikirkan dalam-dalam sebelumnya. Sampai malam ini aku sadar, secara resmi keadaanku ini berhasil memasukkanku ... kedalam neraka.

Nampaknya Jongin bisa membaca pikiranku.

"dengar Kyungsoo. Aku minta maaf. Bukan seperti itu maksudku. Tapi... tidak mungkin juga aku membawa seseorang seperti Yongguk dan bilang ke Yeri kalau dia itu pacarku, 'kan?" Dia tahu caranya membuat contoh kasus yang baik. Dia membawa-bawa Yongguk. Yongguk itu atelit terbaik disekolah kami, tubuhnya sangat kekar, kulitnya hitam dan wajahnya juga sangar. Kalau kau melihatnya kau mungkin mengira dia adalah seorang kuli bangunan daripada seorang murid SMA.

"kenapa kau tidak mencoba meminta geng pretty boy saja?" Aku bertanya padanya, sambil mengacu ke sekelompok murid-murid centil yang selalu gaduh di sekolah kami, yang bahkan mampu membuat laki-laki normal disekitarnya menjadi ketakutan (ya, Chanyeol salah satunya). Kalaupun Jongin meminta tolong pada mereka, pasti mereka akan bertarung satu sama lain untuk memperebutkannya.

"Yeri tidak suka yang semacam itu, Kyungsoo. Dia lebih suka laki-laki gay, bukan yang setengah-setengah seperti mereka."

Jadi maksudmu aku ini gay begitu?!

Ingin sekali rasanya aku menamparkan sendal yang kupakai saat ini ke wajahnya yang tanpa dosa itu. Enak saja kalau bicara.

"Kan ada Jungkook, Mark, atau Jinwoo. Mereka juga manis dan imut. Mereka bahkan lebih pendek dariku. Kenapa kau tidak meminta tolong pada mereka saja?!"

Aku mengarang saat mengatakan mereka lebih pendek dariku karena pada dasarnya aku tidak yakin tapi persetan yang penting aku harus mencoba mengubah pikiran Jongin.

Nampaknya Jongin juga sudah kehabisan akal. Dia mendesah sekali lagi, "Mereka itu straight seperti kita. Mereka tidak akan setuju dengan ide ini."

"tapi, kenapa? kenapa harus aku?! Dari 1500 lebih murid di sekolah kita yang mana 80% nya adalah pria berwajah imut, KENAPA HARUS AKU?!"

"Karena kau.." Jongin menatap mataku lekat-lekat, "..juga membutuhkan bantuanku" Tubuhku membeku saat itu juga.

Apakah saat ini aku sedang diancam?

"jadi kita bisa saling membantu"Jongin melanjutkan. Aku hampir lupa kalau aku masih membutuhkan bantuan Jongin."Oke? Kita tidak perlu akting secara terus menerus, cukup didepan Yeri saja. Dan akan kupastikan kau mendapatkan uang itu untuk klubmu."

damn! Apakah aku benar-benar harus rela kehilangan harga diri ini hanya demi uang sebesar 450.000 won?

dengan menjadi istri Jongin?!

Aku menatap wajahnya yang tersenyum manis kearahku. Aku sedang memikirkan ini matang-matang. Tapi aku tidak sempat melanjutkan pikiranku itu karena tiba-tiba saja sebuah suara cempreng muncul tidak jauh dari tempat kami berada.

"Oppa, kau sedang bersama siapa?"

Tuhan! Apakah begini caramu mengahiri hidupku.. T_T

_TBC_


Mohon review nya ya guys^^

Soalnya aku mau lihat dulu respon kalian, kalau bagus, aku akan lajutin ini segera, tapi kalo kurang, yaa... seingetnya aja deh hwhwhw

Oh iya ini link e-novel yang aku janjiin tadi : file:/H:/Download/ Love%20Sick%20-%20Novel% 20Version%20%284 5%20Chapter%

Selamat mendownload!^^