Tittle : A Fault

Author : Keiko Yummina

Cast : HunHan (Oh Sehun & Xi Luhan), Slight KaiSoo, ChanBaek, SuLay,TaoRis, ChenMin

Genre : Hurt-Comfort, M-preg, Romance, Family

Length : Chaptered

Rated : M (Mecum)

WARNING! YAOI, M-PREG

bagi yang tidak suka YAOI apalagi M-PREG mending gk usah baca!

.

.

.


Previous


.

.

.

"Sebaiknya kau pulanglah dan tidak usah menungguku."

"Aku harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi padamu. Karena kau cedera juga karena telah menolongku. Jadi, aku akan ikut mengantarmu ke rumahsakit."

"Tidak perlu."

"Tapi aku akan merasa bersalah kalau meninggalkan orang sakit sendirian. Dan Aku menolong mu dengan ikhlas"

"Kalau begitu terserahlah."

Tak berapa lama mobil yang menjeput Suho sampai sampai.

"Apa yang terjadi tuan muda?"

"Pak Lee, bisakah kau membawaku ke rumah sakit sekarang?"

"Tentu. Mari tuan muda."

"Tolong ke Lu Housepital, Pak." Pinta namja berdimple ke pada Pak Lee yaitu sopir pribadi Suho.

Supir pribadi Suho hanya mengikuti kemana intruksi Yixing. Sedangkan Suho hanya mampu meringis merasakan nyeri di tulang rusuk kirinya. Yixing membawanya kerumahsakit dimana tempat ia bekerja. Lu Houspital.

.

.

.


Chapter 9


.

.

.

Typo bertebaran~

Mobil yang membawa ketiganya telah sampai didepan pintu rumah sakit. Lay memang meminta pak Lee untuk berhenti disana. Kemudian Lay lebih dulu turun dari mobil dan memanggil beberapa perawat yang kebetulan berada di dekat lobby rumahsakit. Lay menginstruksikan untuk membantu memindahkan Suho ke sebuah kursi roda usai menjelaskan tetang hal yang terjadi pada Suho. Kemudian mereka menggiring kursi roda yang ditumpangi Suho menuju ruang pemeriksaan. Sedangkan pak Lee berinisiatif memarkirkan mobilnya terlebih dahulu sebelum menyusul tuannya itu.

Kurang lebih dua jam Suho mendapatakan pemeriksaan dan penanganan hingga ia dipindahkan ke ruang rawat inap. Hasil dari foto scene mengenai tulang rusuk Suho menunjukkan jika terjadi keretakan pada dua tulang rusuk bagian kiri bawahnya. Cukup fatal jika tadi tidak segera mendapatkan penanganan medis. Suho dianjurkan untuk menjalani rawat inap hingga tulang rusuknya dinyatakan membaik. Selama itu Suho harus melakukan istirahat total untuk sementara.

.

.

.

.

.

Tadi ketika pemeriksaan dan penanganan terhadap Suho. Lay menyerahkan sepenuhnya pada sahabatnya yang bekerja sebagai dokter bagian ortopedi. Dia juga tidak sempat menemani Suho. Lay hanya mengabarkan kepada perawat untuk memberitahu supir pribadi pasien yang barusaja sampai. Sedangkan Yixing terlebih dahulu kembali ke ruangannya karena ia ada jadwal pemeriksaan dengan pasien dijam yang sama.

Usai menangani pasiennya sendiri, Lay kembali untuk menjenguk Suho di ruang perawatan persis seperti yang baru saja sahabatnya sampaikan. Lay dengan jas khhas dokternya berjalan menuju ruangan Suho. Sesekali perawat juga dokter lain menyapanya. Lay yang akrab dipanggil Yixing atau dokter Lay ini merupakan seorang dokter kandungan yang juga bekerja di Lu Houspital. Dari itu mengapa ia sedikit banyak tau tentang hal-hal tentang dunia kedokteran sekalipun dia berlisensi sebagai dokter kandungan.

Lay sampai di ruangan Suho dan mengetuk pintunya sebelum masuk kedalam. Ia sedikit membungkuk menyapa pak Lee tadi yang berada didepan. Terlihat pak Lee akan keluar dari ruangan Suho. Lalu Lay mendekat ke arah Suho yang tengah terbaring diranjangnya.

"Bagaimana perasaan mu? Apa kau sudah merasa lebih baik?"

"Biasah saja. Dan.. woah..Kau seorang dokter?" Suho sedikit terkejut ketika melihat penampilan Lay.

"Oh, maaf. Aku belum memperkenalkan diri tadi. Namaku Zhang Yixing atau kau bisa memanggilku Lay. Yeah. Aku bekerja disini. Dan aku seorang dokter dan lebih tepatnya dokter kandungan."

"Jadi karena itu kau tidak ingin meninggalkan seseorang yang sakit sendirian. Em, nama ku Kim Junmyeon atau kau bisa memanggilku Suho saja." Suho mengulurkan tangan kanannya pada Lay.

"Baiklah. Suho-si. Maaf, karena ku, kau harus dirawat seperti ini." Lay menjabat tangan uluran tangan Suho. Usai berjabat tangan tanda perkenanlan. Lay membungkuk meminta maaf karena atas tindakan cerobohnya. Ia menyebabkan Suho terluka seperti ini saat menolongnya.

"Sudahlah. Yang terpenting semuanya sudah baik-baik saja bukan?" Jawab Suho ramah. Entah tumben-tumbenan seorang Kim Suho ini berlaku baik untuk orang lain bahkan mengorbankan dirinya sendiri hingga cedera.

"Ah, terimakasih. Baiklah kalau begitu, aku permisi dulu. Karena banyak pasien yang harus aku tangani. Semoga cepat sembuh. Aku akan mengunjungimu lagi nanti." Pamit Lay pada Suho.

"Iya, silahkan. Lay-ssi." Suho mengantar Lay dengan senyuman angelic nya hingga Lay menghilang dibalik pintu.

Usai menjenguk orang yang menyelamatkannya tadi. Lay beranjak pergi dari ruangan itu. Dan bersiap untuk melanjutkan pekerjaannya kembali. Tapi sebelum itu ia membutuhkan sebuah minuman segar dulu di disana. Disebuah mesin pendingin minuman otomatis tepat didekat lobby. Ia pun berjalan kearah mesin pendingin itu.

.

.

.

.

.

Siang itu Sehun yang sedang mengerjakan tugas dari dosennya. Ia sedang berada di sebuah toko buku. Sepasang mata tajamnya menelusuri buku – buku yang terlihat cocok untuk menyelesaikan tugas dari dosennya. Ia bahkan tak sempat mengawasi kegiatan Luhan seperti dua minggu ini karena hari ini ia disibukkan dengan kuliah full hingga siang ini. Mungkin ia akan mengawasi kegiatan Luhan usai mendapatkan buku yang ia cari. Disela kegiatannya yang sedang asyik memilah buku. Sehun dikejutkan dengan deringan panggilan dari ponselnya. Dahinya mengernyit karena dilayar sana tertera nama sang kakak siapa lagi jika bukan Kris. Dengan segera ia mengangkat panggilan itu.

"Sehun. Kau dimana?" Tanya orang diseberang sana.

"Aku sedang berada di toko buku hyung. Wae?"

"Suho sedang dirawat di rumahsakit karena mengalami sedikit kecelakaan. Kami akan mengunjunginya sekarang. Apa kau mau ikut?" Kris menawarkan ajakan menjenguk Suho.

"Aku akan menyusul kalian sebentar lagi. Kalian pergilah dulu. Kirimkan alamat rumah sakit dan ruangannya."

"Okey."

"Pip" Suara panggilan itu dimatikan.

Usai menentukan buku mana yang ia beli dan membayarnya dikasir. Sehun segera menuju ke parkiran dan menuju ke alamat tempat Suho dirawat.

.

.

.

.

.

Hari ini sungguh kebetulan sekali Luhan sendirian dikampus. Biasanya aka nada yang menjaga satu orang dari sahabat atau adiknya yang akan selalu menemaninya. Namun hari ini kebetulan ia ada jam perkuliahan di kampus. Xiumin sahabatnya yang punya pipi seperti bakpou itu sedang absent tidak mengikuti perkuliahan karena ia harus membantu di perusahaan ayahnya. Kyungsoo juga sedang sibuk dengan urusan tuga kuliah nya yang padat. Bahkan Baekhyun yang kadang menemani Luhan juga tidak bisa karena ada urusan dengan club musiknya. Jika kalian bertanya tentang sahabat Luhan yang lain seperti Chen. Kebetulan juga Chen juga harus mengurusi cabang restourannyanya diluar kota.

Sungguh miris rusa hamil ini haru sendirian sekarang. Ini sudah memasuki jam makan siang. Dan Luhan merasa sangat lapar begitu pula dengan aegye yang berada dalam perutnya ini. Sesekali tangan mungilnya akan mengelus tepat di perut buncitnya itu guna menenangkan sang anak yang sepertinya lebih lapar ketimbang dirinya. Ia berfikir jika dirinya harus berjalan kearah cafe Chen maka akan lebih jauh daripada jarak ke kantin kampus. Maka dari itu Luhan memutuskan untuk makan dikantin saja sebelum ia kembali ke rumah. Kebetulan sekali hari ini jadwal Koas nya sedang libur karena saat ia ada kuliah seperti ini. Ia akan kuliah dan jadwal Koasnya akan libur seperti sekarang ini.

Luhan bersiap mengantri membeli makanan dikantin siang itu. Banyinya sepertinya tidak bisa berkompromi untuk makan nanti saja. Karena itu Luhan akhirnya memberanikan datang kekantin sendirian seperti saat ini untuk makan siang. Memang Luhan jarang pergi ke kantin ini sendirian karena seperti yang Xiumin, Kyungsoo, bahkan Baekhyun bilang jika Luhan tidak akan suka mendengar para penggosip yang tentu saja bermulut besar. Dari itu mereka bertiga tidak mengijikan Luhan untuk makan disini apalagi tanpa adanya mereka. Tapi hari ini sepertinya Luhan akan menjadi anak bebal karena banyinya sangat lapar sepertinya.

Luhan mengantri dan bersiap memesan makan siangnya. Menu-menu diatas tertera dan terlihat menggoda seleranya. Tak menunggu lama Luhan mulai memesan makanan keinginannya. Namun, tepat dibelakangnya ada beberapa yeoja yang sepertinya sedang asyik berbisik-bisik dan bergosip. Sesekali pandangan mereka terarah kea rah Luhan dan perutnya yang sudah sedikit terlihat itu dengan tatapan jijik dan penuh kebendian. Pesanan miliknya telah jadi. Luhan segera mengangkat nampan berisikan makanan pesanannya itu. Ia segera berbalik dan sepasang mata rusa itu mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat yang kosong yang bisa ia duduki.

Saat akan beranjak dari tempat itu menuju meja kosong diujung sana yang baru saja tertangkap sepasang netranya. Satu dari salah seorang yeoja yang berbisik dan begosip dibelakang Luhan tadi dengan sengaja mengjulurkan kakinya hingga luhan tersandung dan jatuh ke lantai kramik yang dingin. Luhan mendarat tepat dengan posisi terduduk di lantai. Makanan yang barusaja ia pesan barusan sudah jatuh berceceran dilantai karena Luhan sempat menahan dengan tangan ketika ia jatuh barusan. Mereka para penggosip itu menertawakan apa yang terjadi pada Luhan. Bahkan segerombolan mereka menertawai Luhan dengan keras.

"Rasakan itu…hahahaha.. dasar jalang menjijikkan." Kata para yeoja penggosip itu.

"Hiks..Hiks ..Hiks.. perutku sakiiit.. tolooong!" Luhan merintih sesekali terisak merasakan perutnya yang tiba-tiba sakit sekali sesekali ia meminta tolong. Wajahnya sudah memerah menahan sakit dan jangan lupakan leleran air mata yang mengalir deras dari sepasang mata rusanya. Tangannya mencengkram perutnya yang terasa melilit dan sakit. Tak lama terlihat rembesan darah dari sela-sela pangkal dalam celana yang ia gunakan. Celana yang ia gunakan hari ini kebetulan berwarna putih. Dan sekarang telah ternoda karena darh merembes dari sana.

"Toloong.. hiks.. bayi ku..hiks.." Luhan terus meminta tolong sembari terisak dan mengatakan untuk menolong bayinya.

"lihatlah. Jalang ini kesakitan rupanya. Hahaha." Sedagkan si penggosip murahan itu hanya menatap Luhan dengan tampang merendahkan. Dan orang-orang yang lain tak ada yang berani menghampiri Luhan.

.

.

.

.

.

Siang itu seorang pemuda bermata panda sedang berputar-putar mencari gegenya. Gegenya ini berkuliah disini. Tepatnya di Seoul University tepatnya di fakultas kedokteran. Maka dari itu sedari tadi ia menelusuri fakutlas ini. Sepasang mata panda itu menelusuri kesegala arah berharap segera menemukan gege cantiknya yang mungil itu dengan sepasang mata rusa yang menjadi ciri khasnya. Dia bertanya kesana kemari mungkin ada yang tahu dimana keberadaan gege cantiknya itu. Dia sudah jauh-jauh berangkat dari China dan langsung menuju ke kampus gege nya itu untuk memberi kejutan karena kedatangannya. Menurut info yang ia dapat dari kedua orang tua gege cantik nya itu sedang berada di kampus hari ini.

Pemuda bermata panda itu bernama Huang Zi Tao. Yang akrab dipanggil Tao. Tao merupakan sepupu Luhan. Dia ke Korea bermaksud melanjutkan kuliahhnya disini. Tao bahkan akrab sekali dengan Luhan. Dia sempat mendengar kabar buruk yang menimpa Luhan sekitar dua bulan. Namun baru kemarin ini ia baru bisa mengurus semuannya untuk pergi kesini, ke tempat Luhan berada. Maka dari itu dia ingin memastikan keadaan gege kesayangannya itu dengan langsung mendatanginya di kampusnya. Sekalian memberikan kejutan pada gege cantiknya.

Karena lelah berputar-putar, Tao memutuskan untuk pergi mencari minuman dingin terlebih dahulu sebelum melanjutkan mencari gegenya itu ke kantin Kampus yang tidak jauh dari lokasi ia berdiri. Tao berjalan menuju ke tempat pembelian minuman kaleng dingin kesukaannya. Ia segera membuka dan menegak habis minuman miliknya itu. Namun, belum selesai ia menghabiskan minumnnya hingga tandas. Pandangannya menangkap gerombolan orang-orang yang terlihat sedang mengerumuni seseorang. Sesekali ia mendengar suara isakan dan umpatan beberapa orang. Kerumunan itu masih memeiliki celah-celah rongga yang memudahkan Tao melihat jika ada seseorang yang memang tengah terduduk ditengah-tengah kerumunan itu. Namun, ia segera menghentikan bergerakan minuman pada genggaman tangannya. Tak kala ia melihat seseorang yang sangat ia kenal. Seseorang yang sedari tadi ia cari dan ingin ia kejutkan hari ini. Tao menjatuhkan minumannya ke sembarang tempat dan segera berlari ke arah namja yang terduduk sembari terisak itu.

"Gege. Apa yang terjadi?" Tao segera menyerobot masuk ketengah-tengah kerumunan itu. Ia terkejut melihat gegenya itu terduduk dengah wajah memerahh penuh leleran air mata sembari terisak dan meminta tolong.

"Hiks.. bayiku.. tolong.. hiks." Isakan Luhan.

"Gege.. tenanglah.. aku akan membawamu ke rumah sakit." Tao sunggu panik melihat kondisi gegenya itu. Luhan mengenali suara adiknya itu.

Tao dengan segera membopong Luhan ala bridalstyle dan segera berlari menuju mobilnya. Dan berangkat ke rumah sakit.

"Tenanglah ge, kita akan segera sampai." Tao berusaha menengkan gege cantiknya itu. Dia berusaha terlihat tak panik meskipun telihat dengan jelas jika Tao bahkan juga ikut menangis melihat kondisi gegenya ini.

"Hiks.. sakit.. hiks..Tao-ya." Isak Luhan bertambah keras.

.

.

.

.

.

Usai menenggak minuman dinginnya itu. Lay hendak berjalan munuju ke ruangannya kembali. Namun dari kejauhan ia mengkap seseorang yang menggendong seseorang yang sepertinya ia kenal. Setelah diperhatikan dengan seksama, benar saja ia mengenal seseorang dalam gendongan pemuda bermata panda yang terlihat panik. Orang dalam gendongan itu adalah Luhan yang merupakan salah seorang pasien yang memang tengah ia awasi tiap bulannya. Dengan cepat Lay memanggil perawat-perawat disekitanya untuk membantunya menolong Luhan. Laya meminta seseorang yang menggendong Luhan itu meletakkan Luhan keatas ranjang dorong dan segera membawanya menuju UGD.

"Bagaimmana ini bisa terjadi?" Tanya dokter Lay pada Tao sembari memantu mendorong ranjang itu menuju ke ruang UGD.

"Aku juga tidak begitu tahu. Yang aku tahu, Luhan ge sudah terduduk degan memegang perutnya sambil darah yang sudah merembes melewati cela ujung celana yang ia kenakan. Hiks." Sambil mendorong dia juga terisak melihat gege cantiknya itu kesakitan.

"Kalau begitu, lebih baik kau tunggu disana dan menghubungi keluarganya. Aku akan mencoba menyelamatkan keduanya semampu ku." Kata Lay pada Tao.

"Iya dokter. Tolong selamatkan gege ku dan bayinya. Hiks."

"Do'a kan saja semoga keduanya baik-bak saja, ya." Usai mengatakan hal itu. Lay memasuki ruang UGD dan menangani Luhan didalam sana.

.

.

.

.

.

Sehun sampai di rumah sakit bertepatan dengan Luhan yang juga datang sambil dibopong seseorang namja masuk kedalam rumah sakit. Ia benar-benar terkejut mendapati Luhan yang terus terisak kesaiktan juga seseorang yang menggendongnya yang terlihat panik. Terlihat darah yang terlihat jelas memberi corak pada jaket putih yang dikenakan namja yang menggendong Luhan. Seketika seluruh tubuh Sehun menegang dan matanya membulat. Ia melihat seorang dokter segera berlari menghampiri Luhan dengan beberapa perawat yang mendorong ranjang beroda.

Sehun ikut berlari menghampiri Luhan, dan ikut mendorong ranjang dorong Luhan. Bahkan ia mendengar penuturan dokter agar pada namaj yang membawa Luhan barusan untuk mendoakan Luhan dan bayinya. Seperti hantaman keras ke ulu hatinya saat mendengar dokter mengatakan hal tersebut. Belum sampai di depan UGD, Sehun sudang jatuh terduduk. Dan tak melanjutkan mendorong ranjang beroda yang dipakai Luhan. Raut muka Sehun berubah sedih, khawatir, dan takut hingga air matanya mengalir derasdan terisak.

"Apa yang sebenarnya terjadi? hiks hiks.." Sehun menanyakan hal tersebut seperti ia akan mendapat jawaban entah dari siapa.

"Tuhan. Selamatkan Luhan dan calon anak ku. Hiks." Ia mendoakan Luhan dan bayinya.

Sedang tak jauh dari sana, namja yang membawa Luhan tadi mendudukan diri di kursi yang tak jauh dari ruangan UGD. Terlihat raut wajahnya yang juga terlihat pucat dan tubuhnya juga sama bergetarnya seperti Sehun. Ia terlihat menghubungi seseoranga lewat ponsel yang ia gunakan.

.

.

.

.

.

Luhan sedang ditangani di ruang UGD disana. Sedangkan tau mencoba menormalkan kepanikannya untuk berfikir secara logis dimana ia harus menghubungi keluarga Luhan. Berselang beberapa menit usai Tao menghubungi kedua orang tua Luhan. Keduanya sudah terlihat tergopoh-gopoh menghampiri Tao. Bahkan Kyungsoo yang saat itu sedang sibuk pun dengan panik meninggalkan kesibukannya. Beruntung hari ini hanya tugas-tugas kelompok yang menumpuk bukan kegiatan perkuliahan. Berakhir Kyungsoo meminta ijin pada teman-temannya untuk segera ke rumah sakit melihat kondisi hyung cantiknya. Ia datang dengan tergesa-gesa menghampiri kedua orang tua angkatnya.

"Bagaimana keadaan Luhan?" Tanya Appa dan Eomma Luhan pada Tao.

"Masih belum ada kabar sama sekali paman, bibi." Jawab Tao dengan nada sedih. Dengan segera saja ketiganya berpelukan untuk saling menguatkan bahwa tidak akan terjadi apapun pad Luhan dan bayinya.

"Ini salah Kyungsoo karena tidak menemani Luhan hyung makan siang. Hiks.." Kyongsoo berseru saat sampai disana. Membuat ketiganya melepaskan pelukannya.

"Tenanglah Kyungie, do'a kan saja tidak terjadi apa-apa dengan hyung mu dan bayinya." Eomma Luhan beralih memeluk Kyungsoo sambil terisak. Sang Appa berusaha untuk menjadi kuat untuk ketiganya.

"Ne, eomma. Semoga hyung dan calon ponakan ku baik-baik saja." Kyungsoo mengujar senyum sekalipun matanya telah memerah dan berlinang air mata.

Mereka berempat, Appa dan Eomma Luhan, Kyungsoo, dan Tao saling berpegangan tangan sambil berdo'a agar Luhan dan bayinya baik-baik saja.

.

.

.

.

.

Ditempat lain. Tepat tak jauh dari ke empat orang itu berdiri. Sepasang mata tajam terus mengawasi sedari pintu UGD itu ditutup. Luhan dan bayinya sedang berjuang disana. Sehun tak henti-henti berdo'a untuk keselamatan kedua orang yang kini memiliki tempat special tersendiri di hatinya. Ia bahkan tak sedikit pun berpindah dari tempanya berdiri tadi. Sesekali ia akan mendudukkan diri sambil terus mengawasi dan berharap pintu itu segera terbuka dan memberikan kabar baik untuk orang didalam sana. Wajahnya sesekali menunjukkan raut khawatirnya. Bahakan sesekali air mata itu meluncur tanpa bisa terbendung. Kedua tangannya saling bertautan dan tak henti-hentinya memanjatkan do'a.

.

.

.

.

.

Selama satu jam penanganan terhadap Luhan oleh dokter Lay dan beberapa dokter lainnya. Pintu UGD itu pun terbuka. Terlihat Dokter Lay keluar dari ruangan itu dengan masih menggunakan stely baju khas operasi. Seketika keluarga Luhan mengerubungi dokter Lay dan menanyakan kondisi Luhan dan banyinya.

"Bagaimana kabar anak saya dokter?" Tanya Appa Luhan langsung ke dokter Lay

"Syukurlah. Luhan dan bayinya bisa selamat. Benturan yang baru saja Luhan alami ini mengakibatkan Luhan mengalami pendarahan bahkan hampir membuatnya hampir kehilangan calon bayinya. Beruntung kami berhasil menyelamatkan keduanya. Setelah ini Luhan akan dilakukan pengecekan intensif secara berkala selama satu jam kedepan sebelum dipindahkan ke ruang inap pasien. Semoga hasil pengecekan ini terus membaik, sehingga ia bisa segera dipindahkan ke ruang perawatan pasien. Untuk saat belum ada yang diperkenankan masuk ke ruangan Luhan sampe pengecekan sejam kedepan. Dan untuk sekarang kondisi Luhan masih dalam pengaruh obat yang tentu saja aman untuk bayinya. Kemudian Luhan bisa dikunjungi secara normal setelah ia dipindahkan ke ruang perawatan pasien. Saya harap kedepannya Luhan harus lebih diawasi lagi agar tidak terjadi hal-hal seperti benturan atau apapun yang dapat membahayakan keduanya." Terang Lay panjang lebar.

"Huft syukurlah." Jawab Appa dan Eomma Luhan juga Tao dan Kyungsoo.

"Mungkin nanti ketika Luhan telah dipindahkan ke ruang perawatan pasiena. Ia harus mendapat perawatan dirumah sakit hingga kondisinya membaik. Untuk itu, tolong untuk memperhatikan Luhan lebih baik lagi, karena proses mengandung pada laki-laki itu sangat rentan keguguran di awal-awal trismester pertama." Saran Lay.

"Ne, dokter Lay. Terimakasih."

"Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu." Lay pamisi dari hadapan keluarga Luhan.

.

.

.

.

.

Dari jarak tak jauh dari keluarga Luhan. Berdiri seorang namja pucat yang sedari tadi memperhatikan menunggu kabar terbaru terkai Luhan dan bayi dalam kandungannya. Dan benar saja terlihat seorang dokter yang sama. Dokter yang mendapati Luhan ketika dibawa memasuki ruangan UGD. Sepertinya dokter itu juga telah mengenal Luhan sebelumnya. Terlihat ia ikut menangani Luhan.

Dengan jarak sedekat ini Sehun dapat mendengar percakapan orang disana. Dokter itu terlihat mengatakan kondisi Luhan dan bayi nya baik-baik saja. Bahkan terlihat ekspresi lega dari wajah seorang pria dan wanita paruh baya disana. Tak lupa dua namja dengan perbedaan tinggi yang sangat kontras itu juga saling berpelukan sembari terukir senyum tanda kelegaan mendengar kabar seserang didalam sana dinyatakan baik-baik saja juga bayinya selamat.

Sehun dengan perasaan khawatir sebelumnya mendapatkan berita apa yang ingin sekali ia ketahui. Terasa sedikit leganya di batinnya saat tahu Luhan dan anaknya baik-baik saja. Bahkan Sehun secara terang-terangan mengucap syukur pada Tuhan.

"Terimakasih Tuhan. Kau telah memberikan keselamatan terhadap Luhan dan calon anak ku." Ucap syukur dalam hati kecilnya.

"Lain kali aku tidak akan membiarakan Luhan sendirian. Mungkin sebagiknya aku menyuruh orang-orang suruhan untuk menjaga dan mengawasi Luhan. Aku sangat menyesal tak mengawasi Luhan hari ini." Lanjut nya dalam hati.

Usai menyakinkan bahwa apa yang ia dengar barusan adalah hal yang benar. Sehun kembali ke tujuan awalanya yaitu berjalan menuju ke kamar inap Hyung nya.

.

.

.

.

.

Luhan sepertinya terpengaruh dengan obat tidur yang tadi diberikan oleh dokter padanya. Bahkan hingga kini Luhan masih tertidur lelap. Rusa ini sepertinya masih menikmati alam mimpinya. Bahkan sekalipun ia telah dipindahkan e kamar pasien pun ia masih tak terlihat terusik sama sekali saat saudara-saudaranya datang berkunjung untuk melihat kondisinya.

Sayup-sayup suara anak kecil di dalam mimpinya terdengar. Didalam ruangan putih itu Luhan melihat seorang anak kecil berlari ke arah nya sambil memanggil ibu.

"Mommy…mommy bangun. Ayo bangun mommy. Mommy." Kata anak kecil didalam mimpinya.

Mata itu mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya lampu dari ruangan kamar ini. Melihat kondisi Luhan yang sepertinya sudah bangun. Sang eomma mendekatinya dan menanyakan kondisinya.

"Akhirnya Luhanie eomma bangun juga. Apa yang kau rasakan nak?" Tanya Nyonya Xi aka eomma Luhan.

"Ouch.. Eeomma. Bagaimana kondisi bayiku?" Sembari meringis merasakan pusing dikepalanya. Ada rasa khawatir di sepasang mata rusanya saat berpandangan langsung dengan eommanya.. "Bayi mu baik-baik saja, nak. Bayi mu sungguh kuat seperti ibunya." Jawab eommanya dengan senyum keibuannya.

"Syukurlah." Dengan tak sabaran ia mengusap perutnya yang sedikit menggembung itu dengan tangan kanannya yang tak dipasangi infus. Sedikit lega karena ia merasakan bayinya berada disana.

"Beruntung Tao berhasil menemukaan mu saat kondisi mu seperti itu. Juga segera membawa ke rumahsakit.

"…" Luhan mengedarkan pandangannya ke arah lain. Dan dia mendapati kedua adiknya juga ikut menunggu disana. Tao pun menghampiri Luhan di ikuti Kyungsoo dibelakanganya.

"Kau baik-baik saja kan ge?" Tanya Tao diangguki Kyungsoo.

"Aku baik-baik saja Zizi-ya, Kyungie-ya. Terimakasih Panda ku." Angguk Luhan mengiyakan jika dia baik-baik saja.

"Syukurlah. Sama-sama ge. Tapi ge, kenapa kau masih saja memanggil ku panda?" Sembari mengerucutkan bibirnya. Sedangkan Kyungsoo malah telihat menahan tawa saat mendengan nama panggilan Tao oleh Luhan.

"Karena kau memang adik ku yang mirip sekali seperti panda." Senyumnya pada Tao.

"Luhan hyung, Maaf. Aku tidak bisa menjagamu. Sampai kau harus mengalami hal seperti ini hari ini. Hiks." Kyungsoo dengan tampang melasnya. Ia benar-benar sedih melihat kondisi hyung cantiknya ini.

"Jangan menangis Kyungie. Yang terpenting aku dan bayiku baik-baik saja sekarang." Luhan menenangkan Kyungsoo. Apa yang menimpanya bukan karena kelalaian orang-orang tersayangnya.

"Aku janji akan menjaga hyung cantik ku ini lebih baik lagi. Bagaimana sampai hyung bisa mengalami hal seperti ini?"

"Yang aku ingat hanya aku terdorong hingga jatuh. Kemudian orang-oran mengelilingi ku. Dan mereka memandangi ku dengan tatapan jijik seolah-olah aku adalah hal yang menjijikkan. Yeoja-yeoja itu. Mereka menghu-.." Cerita Luhan terhenti tak kala sang eomma memotong ceritanya.

"Luhannie. Kesayangan eomma. Jangan kau teruskan ya. Lihatlah, sepasang mata indah mu ini malah mengeluarkan air mata berhargamu. Jadi, jangan dilanjutkan lagi ya?" Pinta sang eomma untuk tak melajutkan cerita.

"Baik eomma. Semua kejadian tadi cukup membuat ku takut sekali. Aku takut aegy tidak selamat. Hiks. Yang terpenting sekarang aku dan bayi ku baik-baik saja." Sembari memeluk juga menenggelamkan dalam-dalam wajah cantiknya itu ke ceruk leher sang eomma.

"Maafkan aku Luhan hyung. Syukurlah kau baik-baik saja." Sedikit merasa bersalah karena menanyak hal yang baru saja Luhan alami.

Luhan yang mengerti ekspresi Kyungsoo yang sedikit sedih segera memanggilnya, "Kyungie. Aku tidak menyalahkan mu. Jangan memasang ekspresi seperti itu. Kemarilah. Sini aku kenalkan pada panda kesayangan ku ini."

"Iya hyung cantik." Kyungsoo tak lagi murung. Dan menghampiri Luhan.

"Panda ku ini namanya Tao. Tapi aku lebih suka memanggilnya Zizi atau panda. Karena ia mirip sekali dengan panda." Sembari menunjuk ke arah Tao.

Luhan melanjutkan lagi perkataanya,"Dan ini Kyungsoo, penyelamatku dan sekarang menjadi adik angkatku." Luhan menunjuk ke arah Kyungsoo.

"Wah jadi ini yang bernama Kyungsoo ge. Salam kenal. Aku Zi Tao sepupu Luhan ge dari China. Gege bisa memanggilku Tao atau Zizi juga tidak apa-apa. Asalkan tidak memanggilku panda seperti yang Luhan ge lakukan." Tao terlihat lebih excited ketimbang Kyungsoo.

"Aku Kyungsoo. Kau bisa memanggilku Kyungie atau Kyungsoo. Dan aku akan memanggil mu Zizi saja. Senang berkenalan dengan mu." Mereka berdua berjabat tangan.

"Tapi, mengapa kau memanggil ku gege? Bukankah gege itu berati kakak laki-laki ya?" Tanya Kyungsoo sedikit bingung.

"Ku dengar dari bibi Xi. Jika Kyungsoo ge ini setahun lebih tua dari ku. Karena itu aku memanggil mu gege. Dan benar gege adalah panggilan untuk kakak laki-laki. Hampir seperti panggilan Hyung." Jawab Tao dengan ramah.

"Ah begitu. Lalu, bagaimana kau bisa berada di tempat Luhan hyung saat kejadian tadi siang?"

"Hari ini aku berniat memberi kejutan padamu ge. Jadi aku langsung kekampus mu begitu aku sampai di Korea tepatnnya dirumah mu, juga meletakkan barang-barang ku dirumah mu. Aku tadi sempat mampir ke rumah mu dan aku bertemu bibi Xi. Jadi aku menanyakan dimana kau berada. Dan bibi bilang kau sedang dikampus karena pagi tadi kau mengatakan jika akan ke kampus hari ini pada bibi Xi. Jadi aku bilang pada paman dan bibi kalau aku akan menemuimu hari ini. Dan aku meminta alamat kampusmu dan berangkat kesana. Beruntung aku cukup mengenal korea karena aku sering berkunjung kesini. Dan sering kau ajak jalan-jalan juga. Lalu, ketika aku sampai aku mulai berkeliling dan menanyakan ke beberapa mahasiswa yang lewat. Barang kali mereka mengenal mu. Dan jawaban yang aku dapat adalah mereka tidak tahu atau bahkan tidak mengenal mu. Jadi aku putuskan pergi ke kantin untuk sejenak beristirahat dan meminum minuman dingin favoritku. Tapi dari jauh aku mendengar suara isakan dan melihat orang-orang berkerumun. Dan beberapa dianatanya berbisk-bisk juga suara caci-maki disana. Dari sela-sela kerumunan itu aku melihat mu tengah terduduk disana. Dengan segera aku langsung berlari dan menghampirimu. Kejadian itu begitu cepat. Aku benar-benar ketakutan melihat mu yang mengalami pendarahan. Dengan buru-buru aku menggendongmu dan membawa mu ke rumah sakit. Hingga kau sekarang sudah berada disini." Jelas Tao panjang lebar.

"Kau menyelamatkan aku dan bayi ku, Zizi. Terimakasih Panda ku." Luhan kembali memeluk Pandanya dan berujar terimakasih.

"Sama-sama ge." Tao membalas pelukan Luhan sembari mengusap punggung sempit milik gegenya itu.

"Tao-ya. Bibi dengar dari ibumu. Jika kau mau melanjutkan kuliah mu disini? Apa itu benar?"

"Ne, bibi. Aku sudah mengurus surat kepindahan ku kesini, serta surat yang harus ku urus. Besok aku bisa langsung registrasi di kampus yang sama dengan Luhan ge dan Kyungsoo ge."

"Begitu ya. Kalau begitu kau akan tinggal dengan Luhan dan Kyungsoo saja. Supaya orang yang menjaga dan mengawasi Luhan lebih banyak. Bagaimana menurut mu?."

" Jadi, aku dijinkan untuk tinggal dengan Luhan ge, Bibi?"

"Tentu saja." Mengangguki tanda setuju.

"Terimakasih -barang Zizi lainnya masih akan dikirim besok oleh Baba dan Mama."

"Nanti biar paman mu yang mengurus masalah barang-barang mu, nak." Saran eomma Luhan.

"Asyik, di rumah kita akan bertambah ramai dengan adanya anggota baru. Ya kan hyung?" Tanya Kyungsoo pada Luhan.

"Hehe, Iya Kyungie."

Suara pintu dibuka dari luar menunjukkan seseorang yang baru saja datang dari luar. Orang itu siapa lagi jika bukan Appa Luhan aka Tuan Besar Xi.

"Wah, sepertinya anak baba ini bangun tidur malah gembira. Bagaimana perasaan mu na?" Appanya ikut menghampiri ranjang sang anak.

"Aku baik-baik saja Appa. Bayi juga baik-baik saja." Jawab Luhan dengan sumringah.

"Lalu apa yang membuat mu sepertinya lebih senang dari biasanya?"

"Aku senang karena Zizi akan tinggal bersama dengan kami (Luhan dan Kyungsoo)."

"Jadi kau senang sekali bisa tinggal dengan mereka berdua?"

"Tentu saja aku senang sekali, Appa."

"Kalau begitu kau harus cepat sembuh. Agar bisa cepat tinggal dengan merka berdua.

"Hem. Itu pasti Appa. Tapi, bisakah aku pulang? Aku sudah merasa baikkan."

"Kau akan pulang paling cepat lusa. Kau harus dirawat dulu hingga kondisimu stabil, nak." Jawab Appa Luhan sedikit memelas.

"Tapi Appa?" Raut protesnya sedikit-demi sedikit terpancar.

"Tidak ada tapi-tapian." Tuan Xi tak mau kalah memberikan ekspresi peringatan keras untuk Luhan.

"Huhf. Baik-baik. Aku akan menuruti keinginan Appa." Luhan sedikit cemberut/

"Kalau begitu. Sekarang Tao dan Kyungsoo. Kalian pulanglah terlebih dahulu. Biar Appa dan Eomma yang akan menjaga Luhan."

"Baik Appa. Ayo Zizi, kita pulang." Kyungsoo tidak pernah bisa membantah perintah Appa angkatnya ini.

"Baiklah. Ayo Kyungsoo ge." Tao hanya menuruti perintah Kyungsoo.

Malam itu Eomma dan Appa Luhan memaksa Kyungsoo dan Tao untuk pulang dan tidur di apartemen yang ditempati Luhan dan Kyungsoo. Keduanya mengikuti perintah kedua orang tua Luhan. Sedangkan kedua orang tua Luhan menunggui sang anak yang tengah terbaring lemah diranjang ruang rawat inap nya.

.

.

.

.

.

Tadi, seusai mengetahui kondisi Luhan dan bayinya selamat. Disinilah sekarang, tepat didepan pintu kamar ruang inap Suho. Seseorang yang sudah ia anggap seperti hyung nya sendiri. Sebelum datang kemari, Sehun menyempatkan diri untuk mencuci mukanya yang bekas air mata itu juga merapikan penampilannya.

"Clek." Suara pintu dibuka.

"Sehun-ah. Kau kemana saja? Kami sudah menunggumu selama hampir 2 jam disini." Hyung kandungnya ini memang seseorang yang sangat cerewet kadang kalanya.

"Maaf Kris hyung. Aku tadi mengalami kemacetan saat berjalan kemari karena ada truk yang mogok ditengah jalan. Sehingga aku terlambat datang kemari." Bohong Sehun pada semuanya yang ada disana.

"Ya sudah kalau begitu." Seru Kris datar mengetahui alasan Sehun.

"Ow iya bagaimana keadaan mu Suho hyung?" Sehun beralih menatap Suho yang berada di atas tempat tidur pasien.

"Sudah lebih baik. Aku masih beruntung orang yang ku selamatkan tadi memberi pertolongan pertama padaku. Juga membatuku hingga sampai di rumahsakit ini." Jawab Suho.

"Ah syukurlah. Lalu cedera apa yang kau alami hingga sampai berada disini?" Tanya Sehun lagi.

"Aku hanya mengalami sedikit retak di tulang rusuk kiri ku. Tapi dokter sudah mengatasinya. Sehingga aku tidak…ya seperti yang kau lihat. Tidak boleh banyak bergerak." Terlihat sebal dinada bicaranya menceritakan kondisi nya sekarang.

"Aa.. begitu. Jadi berapa hari kau akan dirawat di rumah sakit?" Sahut Chanyeol.

"Ya.. paling cepat seminggu masa penyembuhan. Usai itu aku juga harus bersimpati pada tubuhku sendiri untuk tidak melakukan aktifitas yang bisa membuat rusuk ku cedera kembali. Atau bisa dikatakan aktifitas berat yang membutuhkan kerja secara fisik ekstra." Jawab Suho datar.

"Berarti kau tidak bisa bermain seperti biasanya?" Kai sambil mengkode Suho dengan menaik turunkan alisnya. Suho yang paham maksud dari Kai, seketika mendelik tajam juga dihadiahi jitakan sayang dari Kris.

"Sakit hyung." Teriak Kai. Karena benar saja jitakan Kris itu menyakitkan.

"Semoga lekas sembuh Suho hyung. Aku tau kau pasti tidak suka berlama-lama berada di sini." Seru Sehun mendo'akan Suho.

Yang dijawab dengan baik dan bijak oleh selaku orang yang di do'a kan,"Tentu Sehun-ah. Terimakasih."

"Sama-sama Hyung." Jawab Sehun mencoba ramah tapi sayang muka datarnya masih begitu datar. Beruntung Suho paham dengan adiknya yang satu ini.

Obrolan mereka berlima tak lama karena Suho harus beristirahat. Maka dari itu keempat nya meminta ijin untuk pulang dan membiarkan Suho sendirian untuk beristiahat. Suho hanya akan berada disini sendirian karena kedua orang tuanya sendang berada di luar negeri. Seperti Ayah Suho yang sedang menangani perusaan milik mereka dinegara lain. Sedangkan sang ibu mendampingi sang suami ikut keluar negeri.

"Baiklah Suho-ya, kami pulang dulu karena seharusnya kau beristirahat. Kami akan berkunjung kesini lagi besok ketika kami tidak ada kesibukan di kampus atau di kantor. Cepat sembuh." Untuk pemberitahuan saja jika kelima nya memang sebagian juga kuliah sambil bekerja. Terutama Suho dan Kris. Sedangkan yang lain tidak atau belum memang.

"Ne Kris hyung."

"Baiklah. Ayo Chanyeol, Kai, Sehun. Kita pulang dan biarkan Suho beristirahat."

"Hyung kami pulang dulu." Seru Kai.

"Iya, Kai."

"Sampai jumpa besok hyung. Lekas sembuh."

"Terimakasih Chanyeol."

Sedari siang menjelang sore Suho memang ditemani ketiga sahabatnya dan Sehun memang yang datang paling akhir. Mereka sangat setia kawan untuk saling menjaga dan melindungi satu sama lain. Mereka sudah layaknya saudara yang tak terpisahkan, sekalipun seling berselisi paham.

.

.

.

.

.

Keesokan harinya Sehun berniat mengunjungi rumah sakit tempat Suho dirawat. Sekalian Sehun akan mencari info tentang kondisi Luhan. Jika bisa ia akan menjenguk Luhan sekalian. Sehun benar-benar ingin mengetahui kondisi Luhan saat ini. Bahkan ia sudah menyiapkan sebuah bunga hidup nan cantik untuk Luhan.

Sehun sudah sampai di depan ruang rawat inap Luhan usai mendapat info dari pelayanan. Betapa gugupnya Sehun saat ini. Sesekali ia mngusap rambutnya. Dia begitu ragu ingin melihat kondisi Luhan secara langsung. Apalagi bahkan Luhan tidak mengenal Sehun. Bisa-bisa Luhan akan ketakutan melihatnya apalagi jika ia tau bahwa Sehun orang yang menculik dan memperkosanya dan akan histeris saat orang asing datang menjenguk dirinya. Namun tekat bulat Sehun, membuatnya berakhir memberanikan diri untuk membuka pintu kamar inap Luhan dan masuk pelan-pelan.

Sehun masuk kedalam kamar itu. Suasana sepi segera menyapanya. Sepasang mata tajam itu segera menelusuri seluruh penjuru ruangan itu. Matanya menangkap sosok malaikat cantik yang sedang terbaring lemah di atas tempat tidur dengan memejamkan matanya tanpa ada yang menjaganya. Sungguh kebetulan yang pas saat ini. Karena dengan begini tak akan membuat siapapun terkejut dengan kehadirannya. Dan sepertinya Luhan sedang tertidur dengan tenang. Hal ini menjadi kesempatan Sehun untuk melihat lebih dekat ke arah ranjang Luhan tanpa harus membuatnya syok karena kehadirannya di sini.

Sehun meletakkan bunga yang ia bawa itu keatas nakas sebelah ranjang Luhan. Betapa damainya di wajah Luhan yang terlelap dalam tidurnya itu saat Sehun sudah duduk di samping ranjang Luhan tanpa suara. Sehun memberanikan diri mengulurkan tangan kanannya untuk membelai surai berwana coklat almond dan membenarkan rambut yang sedikit menutupi wajah Luhan.

Hatinya kembali berdenyut sakit mengingat kejadian beberapa bulan lalu yaitu menyakiti Luhan. Matanya kemudian tertuju pada area perut tepat dibalik selimut yang menyelimuti sampai sebatas dada. Namun perut buncit itu masihlah terlihat menggunung disana. Sehun memberanikan diri menyentuh di area perut yang membuncit itu tepat dibalik selimut yang Luhan kenakan. Dengan pelan ia mengusap permukaan selimut itu seolah-olah ia tengan mengelus langsung calon anaknya. Ikatan batin itu terasa begitu kuat hingga membuat jantungnya kian bergetar merasakan kehadiaran sang anak diperut ibunya. Dengan perlahan ia melakukannya dengan pelan dan hati-hati tanpa ada keinginan untuk menusik sang ibu yang tenganh terlelap itu.

"Hai jagoan Appa. Appa lega kau baik-baik saya disana. Jangan menyusahkan eomma mu ya. Cepatlah tumbuh besar dan sehat di dalam sana. Karena Appa sangat menantikan kehadiranmu untuk melihat dunia." Sembari mengusap dengan penuh rasa sayang. Hingga sepasang mata tajamnya berubah menjadi teduh dan mengeluarkan air mata.

Sehun dengan terharunya mengelus perut yang sedikit membuncit itu, dan menyalurkan rasa syukurnya. Luhan sedikit menggeliat hingga membuat Sehun terkejut dan takut jika Luhan memergoki dirinya yang telah dengan lancang menyetuh perutnya. Namun apa yang dikira Sehun jika Luhan akan sadar ternyata salah. Luhan hanya menyamankan posisi tidurnya dan sebelah tangannya mengelus perutnya. Mungkin Luhan merasakan sesuatu yang membuat perutnya nyaman. Mungkin juga bayinya dapat merasakan kehadiran sang ayah.

Sehun tak bisa berlama-lama disana karena takut ada orang yang memergokinya masuk tanpa permisi. Karena itu Sehun berniat segera keluar dari ruangan itu. Namnu sebelum itu Sehun menyempatkan diri mengecup perut Luhan juga mencuri satu kecupan lagi tepat di dahi Luhan. Kemudian membenarkan letak selimutnya yang sedikit berantakan karena tadi Luhan sempat mengelus perutnya didalam tidurnya. Sehun segera beranjak keluar dari kamar inap Luhan dan berjalan ke kamar inap Suho.

.

.

.


TBC


#Note: Sebelum terlambat Kei ucapkan Selamat Tahun baru 2020.


24/12/2016

Revisi 4/01/2020