Sensual Caresses

Main Cast:

Byun Baekhyun

Park Chanyeol

Kris Wu

Genre:

Romance, hurt, little bit action

Rated:

M

Song Recommended:

Flower (Lizzy), Uncover (Zara Larsson), Taehyun (I'm Young), Say Yes ( Loco, Punch)

WARNING : MATURE CONTENS, little bit BDSM, Dirty Talk

DON'T LIKE GS DON'T READ

Summary:

Byun Baekhyun gadis berusia 23 tahun yang mau tidak mau harus tinggal bersama Park Chanyeol setelah dirinya sadar akan jaminan sebuah perjanjian konyol laki-laki tersebut. Terjebak akan gairah, dendam yang tersembunyi, cinta dan obsesi yang membuat perasaanya tak menentu.

.

.

Kepulan uap yang berasal dari secangkir teh menemani Chanyeol yang tengah menikmati pemandangan taman belakang mansion miliknya. Bukan tanpa alasan dirinya mau berdiri berlama-lama didalam ruang kerjanya hanya untuk memandang taman belakang mansionnya. Ada alasan tertentu yang mana membuatnya betah diruang kerjanya. Disana, ditaman belakang keberadaan Baekhyun tertangkap oleh indra penglihatannya. Setelah diskusi kecil kemarin Chanyeol langsung menyuruh Baekhyun untuk menghubungi Sehun dan Suho untuk membantu wanita tersebut mendalami 'perannya'. Entah sejak kapan memandangi Baekhyun menjadi bagian ter-favorite dalam hidupnya selama dua puluh delapan tahun. Terlebih ketika melihat wanita tersebut mengerang dibawahnya. Well sepertinya kau memang sudah gila Park.

"Kau mencintainya Chanyeol"

Senyum yang terpantri dibibir tebalnya tampak memudar ketika dirinya mengingat apa yang dikatakan Suho dua hari yang lalu. Laki-laki yang lebih tua tiga tahun darinya tersebut mengatakan jika dirinya tengah jatuh cinta kepada Baekhyun. Chanyeol? Tentu saja laki-laki tersebut menampik pernyataan tersebut tanpa berpikir panjang. Karena apa yang dilakukannya sekarang hanyalah sebuah obsesi untuk dapat melihat Baekhyun menuruti segala kemauannya. Ini bukanlah cinta tetapi hanya sebuah obsesi belaka.

"Ya obsesi pantat kudamu hyung"

Chanyeol mengerang sembari mengacak rambutnya. Segala sumpah serapah siap ia lontarkan untuk si Kim dan si Oh yang sudah kompak menampik pendapatnya kala itu. Anak buahnya tersebut selalu menyela segala bentuk bantahan darinya dan menganggap secara mutlak jika dirinya tengah jatuh cinta kepada Baekhyun.

"Tidak. Aku tidak mencintai Baekhyun. Dia hanyalah orang yang harus menurut padaku tanpa pengecualian"

Ya katakan seperti itu terus Park hingga mulutmu berbusa. Kau tidak akan pernah mengakuinya jika kau belum benar-benar merasakan apa itu cinta. Teruslah bersembunyi dibalik sifatmu yang random yang mana akan membuat Baekhyun semakin membencimu jika mengetahui apa yang sebenarnya telah kau rencanakan Park.

.

e)(o

.

Sensasi menaiki bianglala mungkin akan menimbulkan perasaan senang yang menggebu tetapi tidak menampik kemungkinan untuk orang awan akan mengeluarkan isi perutnya. Dan pemikiran terakhir tersebut sama seperti apa yang terjadi dengan si kepala dapur beserta dokter muda Oh yang entah sejak kapan beralih brofesi sebagai mentor si Byun mungil yang sekarang ini tengah berjalan bolak-balik didepan mereka. Selama Baekhyun sibuk dengan beberapa teori yang mereka berikan, Suho dan Sehun hanya duduk terdiam melihat wanita yang memiliki tubuh mungil-jangan katakan pendek karena Baekhyun tidak menyukainya- tersebut sibuk dengan dunianya. Lagi pula tidak ada niatan apapun diantara mereka untuk mengganggu Baekhyun dengan obrolan tidak penting yang mana akan menghambat pemahamam Baekhyun. Mereka juga tidak ingin mendapat lemparan sepatu diatas kepala mereka untuk yang kedua kalinya jika mengganggunya.

Oh Sehun menghela nafasnya kasar. Ini sudah keenam kalinya laki-laki pemilik surai pirang tersebut menampakan rasa bosannya namun tidak ada satu orangpun diantara Baekhyun maupun Suho yang menyadarinya. Ini sudah hampir tiga jam dirinya duduk manis dengan segelas minuman berbau strawberry, well jangan tanyakan kenapa ada minumam berbau strawberry karena itu tidak jauh dari ulah si Byun. Perlahan Oh Sehun mendekati Suho yang masih saja sibuk memandangi Baekhyun.

"Hyung.."

"Hm..?"

"Aku ingin pulang"

"Tidak boleh"

"Pasienku membutuhkanku hyung"

"Tidak ada pasien dirumahmu Oh" Oh Sehun berdecak kesal melihat Suho yang tidak menoleh kearahnya sama sekali. Bahkan lelaki yang lebih tua darinya enam tahun tersebut kini sok menikmati jus strawberry.

"Aku bosan hyung ̴"

"Kau ingin melihat fenomena rumah sakit terbakar Oh Sehun?"

Tidak ada nada mengancam bahkan untuk terdengar menyeramkan untuk Sehun tetapi hal itu mampu membuat Oh Sehun kembali duduk tegak dan ikut sok menikmati jus strawberry. Well, apa yang dikatakan Suho hanyalah gertakan kecil tentang kelakuan Chanyeol yang tidak terduga. Mungkin terdengar berlebihan tetapi jika hal itu menyangkut Chanyeol semuanya bisa saja menjadi kenyataan. Perhatian keduanya kembali fokus kearah Baekhyun yang kini sudah kembali duduk menghadap Suho dan Sehun.

"Bagaimana?"

"Semuanya terlalu rumit untuk kupahami secara cepat"

"Aku tahu tapi kau tidak memiliki pilihan lain, Baekhyun"

Baekhyun terdiam, mata sipitnya terpejam dengan kepala menunduk. Suho dapat melihat bagaimana wanita mungil didepannya ini tertekan. Perasaan iba selalu menghampirinya kala melihat bagaimana wajah cantik sekaligus manis tersebut selalu menampakkan raut sedih seperti sekarang ini. Tidak seharusnya Baekhyun mengalami hal seperti ini apalagi dengan apa yang dilakukan Song Hana diluar sana. Semuanya sudah benar-benar kelewatan. Kursi kebesaran milik King sudah seharusnya diduduki Baekbeom tetapi karena ulah Song Hana semuanya serba berbalik. Baekbeom yang terjebak akan delusi dan Baekhyun yang terjebak permainan Hana.

"Pergilah tidur. Kau butuh istirahat Baek"

"Lalu_"

"Yess. Kau yang terbaik hyung. Baek kau harus istirahat oke. Aku pergi dulu. Bye"

Baekhyun menatap datar Oh Sehun yang beranjak meninggalkannya bersama Suho. Si mungil Byun tersebut sebenarnya menyadari raut wajah kebosanan si dokter muda tersebut tetapi ia malas untuk menyuruh Sehun kembali.

"Sampai sekarang aku masih bingung kenapa Chanyeol memiliki bawahan seperti Dokter Oh" Si kepala dapur hanya mencoba untuk menahan tawanya akan perkataan polos Baekhyun.

.

e)(o

.

Kim Jongdae menatap berkas yang berisikan biodata salah satu investor yang akan menjadi rekan kerja Song Hana. Ya, beberapa hari yang lalu wanita jalang tersebut menyuruhnya untuk mencari tahu profile para investor diperusahaan Tuan Fang. Wanita itu hanya mencoba untuk mencari kawan yang nantinya dapat berpihak kepadanya melalui koneksi Tuan Fang dan dari sekian banyak investor, wanita tersebut memilih seseorang bernama Clark Colin Park sebagai target selanjutnya. Dari segi wajah Jongdae merasa tidak begitu asing. Mata bulat dan hidung mancung sama seperti keperawakan Chanyeol tetapi yang terlihat berbeda ialah laki-laki yang ada dikertas biodata tersebut menampakkan laki-laki dengan umur empat puluh tahun dengan kumis dan bulu halus yang menutupi dagunya.

"Dia paman-paman yang terlihat tampan"

Apa yang baru saja kau katakan Kim? Tampan? Oh apa kau merasa tertarik dengan laki-laki Kim?

Jongdae menggelengkan kepalanya cepat akan apa yang baru saja ia katakan. Bagaimana bisa ia mengatakan tampan pada laki-laki berkumis berumur empat puluh tahun disaat yang tidak tepat. Minseok yang saat itu baru saja memasuki ruang inap Baekbeom mengernyit heran melihat Jongdae yang menggelengkan kepalanya. Well, sekarang Minseok tidak lagi berpikir yang aneh-aneh jika mendapati Jongdae duduk manis diruang inap Baekbeom karena ia sekarang laki-laki tersebut sudah berjanji bahkan bersumpah untuk terus berpihak pada Baekbeom. Minseok menuangkan jus jeruk dan menyerahkannya kepada Baekbeom tanpa mengalihkan pandangannya dari Jongdae.

"Apa yang terjadi dengan si kepala kotak?" Baekbeom tertawa pelan setiap kali Minseok menyebut Jongdae si kepala kotak. Ia menerima segelas jus jeruk pesanannya.

"Aku tidak tahu, aku hanya mendengar dia baru saja memuji seseorang"

"Oh ya? Apa dia baru saja memuji seorang gadis?"

"Aku mendengar dia menyebutnya paman tadi"

"APA?"

Baekbeom memejamkan matanya seketika mendengar teriakan Minseok yang mana mengundang tatapan kebingungan dari pemuda Kim yang tengah duduk disofa. Kim Jongdae mengerutkan dahinya menatap Minseok yang masih betah dengan mulut terbuka dan mata membulat lucu. Well, bagi Jongdae perempuan tersebut kini tampak seperti kue pie strawberry.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Minseok mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan Kim Jongdae.

"Seharusnya aku yang bertanya hal itu kepadamu" tatapan sinis dan suara terdengar sengit membuat pemuda Kim tersebut dapat menarik kesimpulan jika wanita yang tidak jauh darinya tersebut masih menyimpan curiga terhadapnya.

"Hei"

"Apa?!" ini bukan Baekbeom yang menyahuti. Suara yang terdengar sengit dan sedikit bentakan adalah ciri khas Minseok dalam menghadapi Jongdae.

"Kau tidak perlu menggunakan nada seperti itu lagi jika bersamaku nona Kim"

"Memang kenapa? Masalah untukmu hah?"

"Ya Tuhan. Aku baru saja mengakui untuk kembali ke pihak kalian kenapa kau masih saja sinis kepadaku dokter Kim"

"Sudah sepantasnya aku menaruh kecurigaan terhadapmu"

"Oh ya? Apa kau akan mencampuri minumanku dengan obat bius lagi, dokter Kim" tatapan Jongdae berubah datar seperti tanpa ekspresi. Sementara Baekbeom, laki-laki tersebut hanya diam menatap sepasang Kim yang tengah bertengkar yang baginya terlihat konyol. Sekarang konsentrasi Jongdae sepenuhnya tersita oleh dokter Kim yang berniat mengajaknya debat tersebut.

"Oh mungkin aku perlu memasukkan obat tidur sekalian agar aku bisa mengacak-acak ruang kerjamu, Kim"

"Hei kau juga Kim. Jangan menyebut namaku dengan nada seperti itu"

"Lalu seperti apa? Oh apakah aku harus menyebutmu dengan nada seperti penagih hutang dengan sebutan err..kepala kotak?"

"YAK!" Minseok menyeringai mendengar teriakan Jongdae yang terdengar kesal. Wanita tersebut melipat edua tangannya didepan dada dan menatap Jongdae yang bersiap akan melontarkan beberapa kalimat sengit untuknya. Ya sebelum Byun Baekbeom menginterupsi mereka.

"Aku tidak yakin jika aku bisa keluar dari sini jika kalian seperti ini terus"

Kim Jongdae menelan salifanya gugup. Tatapan datar Baekbeom tampak berkali lipat menyeramkan dibanding bibir merah pekat seperti jalang milik Song Hana. Laki-laki tersebut berdehem pelan dan mengedarkan pandangannya kearah yang lain sebelum dirinya kembali sibuk dengan berkasnya. Sementara Minseok sibuk dengan jus jeruk yang sengaja ia bawa.

"Apa yang dikatakan Park Chanyeol, Minseok?"

"Lusa ia akan terbang kesini dan mempersiapkan pertemuannya dengan Song Hana"

"Bagaimana dengan Song Hana, Kim Jongdae?"

"Dia menyuruhku untuk menyelidiki investor dan penasehat tuan Fang"

"Penasehat?"

"Ya, orang yang akan mewakili Tuan Fang dalam jamuan makan malam kelak"

"Apakah ada kejanggalan?"

"Sejauh ini tidak ada"

"Baguslah dan ngomong-ngomong kemana Dokter Yixing?"

"Aku memindahkannya ke Manhattan" Baekbeom memandang Minseok dengan alis terangkat. Menampakkan raut kebingungan akan keberadaan dokter lamanya.

"Park Chanyeol menyuruhku untuk memindahkannya kesana dengan kekuasaanku. Dia bilang dia yang akan mengurus sisanya"

"Baguslah. Aku perlu untuk kembali dengan perusahaanku"

"Aku akan mengirim semua laporan perusahaan kepadamu, Tuan"

Baekbeom menganggukkan kepalanya mendengar perkataan Jongdae. Laki-laki tersebut memandang langit dibalik kaca cendelanya. Membayangkan senyum manis sang adik ketika kehadirannya nanti. Membayangkan bagaimana wanita jalang itu akan meraung dibawah kakinya untuk meminta pengampunan. Semua akan terasa nyata dalam waktu dekat. Ia hanya perlu bersabar dan menunggu.

.

e)(o

.

Suara petir yang menggelegar menemani rintikan air yang perlahan turun semakin deras tampak tak mengganggu kegiatan yang sedang terjadi disalah satu kamar yang ada dilantai dua. Hembusan angin malam dengan campuran lembutnya air hujan membuat udara malam yang semula dingin semakin terasa dingin. Aura sensual terasa begitu kental dengan penerangan yang minim. Lampu utama kamar tersebut telah dimatikan menyisakan lampu kecil yang berada diatas nakas. Chanyeol, laki-laki tersebut menarik lebih erat pinggang Baekhyun untuk mendekat kearahnya. Membuat wanita mungil tersebut kini berada diatas pangkuannya. Belahan bibir tipis dengan warna merah muda alami milik Baekhyun kini tampak tenggelam diantara lipatan tebal milik Chanyeol. Mata sipit bak bulan sabit ketika melontarkan sebuah senyuman tersebut terpejam seiring dengan kedua telapak tangannya yang gencar merusak tatanan rambut Chanyeol.

Tidak ada perlakuan penolakan dari Baekhyun seperti sebelumnya. Wanita tersebut hanya menerima apa yang tengah Chanyeol lakukan kepadanya semenjak lima belas menit yang lalu setelah keluar dari kamar mandi. Tubuhnya yang hanya terbalut kemeja kebesaran , menutupi sepasang bikini membuat tangan dan mata Chanyeol gatal untuk segera menelanjangi Baekhyun. Satu per satu kancing kemeja Baekhyun terlepas, menampakkan sepasang payudara berisi milik Baekhyun dan pusar yang menggoda. Kedua telapak tangan Chanyeol bergerak begitu gesit sekedar untuk melepas kemeja Baekhyun dan melemparkannya hingga hampir mendekati pintu masuk. Benar-benar menunjukkan betapa kelaparannya Chanyeol pada Baekhyun. Chanyeol melepaskan pagutan bibirnya dan beralih menatap mata Baekhyun yang tampak begitu sayu memandangnya.

"Aku hanya mengatakan jika_"

"Bukankah ini yang kau inginkan?" ucapan Chanyeol terpotong secara maksa oleh pertanyaan Baekhyun yang terlontar begitu sengaja, seolah dirinya mengerti apa yang akan pria tersebut katakan padanya.

"..." tidak ada jawaban yang terlontar. Chanyeol hanya diam menatap sepasang mata sipit Baekhyun yang tampak semakin sayu dan tentunya tampak semakin sexy.

"Anggap saja ini energimu selama kau berada di China" perlahan Chanyeol tampak menyeringai mendengar perkataan Baekhyun. Ia bahkan tidak berfikir sampai seperti itu dan Baekhyun mengatakannya dengan begitu lancarnya.

"Dan kau juga membutuhkan energi ketika aku pergi. Energi untuk menyiapkan sebuah kejutan setelah aku kembali nanti" Baekhyun tersenyum hangat hingga menampakkan deretan giginya. Chanyeol terdiam melihat bagimana wanita yang berada diatas pangkuannya tersenyum begitu cantik meskipun posisi mereka benar-benar tidak tepat. Baekhyun tampak begitu polos, lugu dan begitu..manis.

"Akan ku pastikan kau terkejut dengan rencana yang aku susun untuk kedepannya, tetapi setelah kau berhasil membawa kakakku pergi"

"Aku tidak dapat menjanjikan kakakmu untuk kembali secepat mungkin. Tetapi.." Chanyeol menjeda perkataannya untuk beberapa saat yang mana hal itu mengundang rasa penasaran Baekhyun.

"Dapat kupastikan Song Hana mengakui perbuatannya"

Baekhyun menyeringai mendengar perkataan Chanyeol. Melihat Song Hana yang mau mengakui kesalahannya adalah hal yang ia tunggu setelah kembalinya kakak kandungnya, Byun Baekbeom. Dengan pengakuan tersebut maka dapat dipastikan King perlahan akan kembali kepadanya dan satu per satu pengkhianat keluarganya akan segera tercoret dari lingkaran perusahaannya. Dirinya sudah tak sabar bagaimana melihat Song Hana yang bersujud dibawah kakinya memohon ampun. Ia berjanji akan menjebloskan wanita yang berstatus ibu tirinya tersebut dibalik dinginnya jeruji kantor polisi.

.

.

Chanyeol menarik lembut namun terkesan terburu-buru pinggang Baekhyun dan kembali menyatukan bibir mereka. Mata bulatnya terpejam sering dengan kedua tangan Baekhyun yang melingkari leher sang dominan. Kepalanya beralih kekiri setelah dirasanya mendapat spot yang tepat dan perlahan menekan kepala Baekhyun kebelakang, membuat Baekhyun merasa kewalahan akan cumbuan yang Chanyeol berikan.

"Emhh ̴"

Suara yang dianggap Baekhyun terkutuk perlahan mulai terdengar seiring dengan gerakan telapak tangan Chanyeol yang entah sejak kapan sudah meremas lembut pantat montok Baekhyun. Wanita tersebut kini sudah sepenuhnya telanjang, memamerkan bentuk tubuhnya yang selama ini mampu membuat Chanyeol tegang hanya dengan sekali sentuh. Oke itu terdengar berlebihan, tetapi itulah kenyataannya. Pagutan sepasang bibir tersebut terputus oleh Baekhyun disusul oleh erangan penuh kenikmatan Baekhyun kala lelaki bersurai ash grey tersebut beralih mencumbu lehernya. Berbagai tanda merah keunguan tercetak begitu jelas dan terang begitu menggambarkan betapa Chanyeol mengharapkan semua ini tidak berakhir begitu saja. Menggambarkan bahwa sosok yang ada bersamanya sekarang ini mutlak miliknya. Sepenuhnya miliknya.

"C_chan eunghh"

Chanyeol menyeringai mendengar desahan Baekhyun yang mengalun begitu saja. Ia menarik pinggang ramping wanitanya dan sedetik kemudian mereka berhasil berbaring diatas ranjang dengan posisi Chanyeol yang menindih Baekhyun. Wanita tersebut cukup terkejut akan pergerakan Chanyeol namun hal tersebut membuat senyumnya kembali menampak yang sialan begitu tampak sexy dimata Chanyeol.

"Apa kau berniat untuk menggodaku dengan senyumanmu, sweetheart?"

Kedua pipi tembam Baekhyun tampak begitu memerah merona dan Chanyeol mengetahui hal tersebut. Mengabaikan bagimana wajahnya yang tiba-tiba terasa begitu hangat, Baekhyun menarik Chanyeol lebih dekat dan menyentuh belahan bibir sexy Chanyeol dengan miliknya.

"Aku tidak pernah menggodamu, Tuan Park"

"Cukup. Aku hanya ingin berada didalammu. Sekarang. Juga"

Tatapan sensual Baekhyun tampaknya mampu membuat laki-laki bersurai ash grey tersebut tidak lagi dapat menahan geraman penuh hasrat gairah. Sedikit kasar, Chanyeol menghempaskan tubuh Baekhyun dan beranjak menenggelamkan wajahnya diantara payudara montok milik Baekhyun. Menghirup, menghisap, menikmati apa yang telah ada didepannya. Menikmati apa yang seharusnya menjadi miliknya. Ya Baekhyun milik-nya , mutlak dan tanpa bantahan.

"Oh Tuhan, apa aku harus melakukan semuanya terlebih dahulu untuk mendapatkanmu Baek akhh."

"Just Shut up and fuck me. Park Chanyeol"

Sang dominan hanya menyeringai mendengar dirty talk yang dilontarkan Baekhyun dan kemudian beralih mengecup dan menghisap perut rata Baekhyun. Mendengar desahan beserta erangan tertahan sang submissive. Apa yang ia rasakan tak dapat ia deskripsikan, semua terjadi begitu saja dan..dan gairahnya tersulut menginginkan sebuah kenikmatan dari Baekhyun seorang. Semuanya kembali terulang entah untuk yang keberapa kalinya. Menikmati dan menghabiskan waktu kebersamaan sebelum permain dimulai.

.

e)(o

.

Pesawat pribadi yang akan membawa Chanyeol tampak telah siap dengan Jongin yang tengah sibuk sendiri dengan ponsel genggamnya. Raut wajahnya tampak begitu tegang, telapak tanganya beberapa kali terkepal erat dan jangan lupakan mulutnya yang tidak berhenti mengoceh, oh mungkin si kulit Tan tersebut juga sudah mengumpat beberapa kali. Alis laki-laki bersurai merah tersebut terangkat, menggambarkan rasa penasarannya terhadap kelakuan asistennya yang menurutnya absurd tersebut.

"Ada sesuatu yang mengganggu?"

"Ya" Jawaban singkat yang dilontarkan Jongin tampaknya berhasil menarik perhatian Chanyeol, terbukti bahwa laki-laki tersebut langsung menghubungi Suho dan orang orang kepercayaannya.

"Apa yang terjadi? Aku sudah menghubungi seluruh orang kepercayaanku untuk mengatasinya"

"Oh Sehun baru saja membakar dapur apartemenku"

Chanyeol mendengus kesal akan jawaban Jongin. Laki-laki tersebut dengan kesal melempar koper berisikan pakaiannya dengan kasar kearah Jongin dan berlalu meninggalkan sang asisten.

"Jika saja kau bukan atasanku akan kulempar kau ditengah laut"

"Aku mendengarnya Kim Jongin"

.

.

.

Disisi lain, Jongdae dan Baekbeom tampak begitu sibuk dengan beberapa file perusahaan yang didapatkan Jongdae. Ya, laki-laki bermarga Kim tersebut baru saja memasuki ruang pribadi Song Hana hanya untuk mengambil berkas kepemilikan King. Sementara itu Minseok tampak berdiri didekat pintu, memantau keadaan luar.

"Kapan Chanyeol sampai?"

"Hari ini juga dia akan sampai" jawaban yang dilontarkan Minseok tampaknya membuat Jongdae sedikit menengang dan Baekbeom menyadari hal itu.

"Ada apa denganmu?" Jongdae mendongak, menatap tepat kedua bola mata Baekbeom.

"Aku takut apa yang aku lakukan semuanya akan sia-sia"

"..."

"Aku takut jika ini tidak berhasil dan keluargaku akan terancam mati tepat didepanku"

"Tidak ada yang tidak mungkin jika itu berurusan dengan Park Chanyeol, Kim Jongdae"

Minseok tersenyum mendengar jawaban penuh keyakinan dari Baekbeom. Memang benar apa yang dikatakannya, bahwa apapun yang berurusan dengan Chanyeol sembilan puluh sembilan persen akan berhasil. Yah, salah satu contohnya dengan membawa Baekhyun keistananya. Ralat,menculik Baekhyun.

.

e)(o

.

Tiga jam sudah Chanyeol hanya berdiam diri dengan majalah yang ada ditangannya. Perjalan ke China memang tidak memakan waktu yang berlebihan tetapi tetap saja membuat Chanyeol dilanda kebosanan, apalagi tidak ada Baekhyun disampingnya. Kini mobil yang menghantarkan dirinya dan Jongin telah sampai dikediaman keluarga Wu. Ia memang berencana untuk menginap dikediaman sahabatnya selama ia berada di China, menikmati hangatnya suasana kekeluargaan keluarga Wu ditambah dengan pemandangan halaman belakang rumah akan membuatnya lebih fokus untuk menyusun berbagai rencana untuk menjatuhkan Song Hana. Sementara itu Huang Zi Tao tampak terkejut melihat kedatangan Chanyeol bersama Jongin yang sudah berdiri didepan pintu utama mansion. Tampak begitu tegang dan kosong seolah malapetaka akan menghampirinya.

"Kau tidak ingin membiarkan kami masuk, Nona Huang?" Chanyeol berkata dengan datarnya, tampak sekali jika laki-laki tersebut tengah menahan kesal.

"T-tentu, masuklah"

Tao membiarkan Chanyeol dan Jongin terlebih dahulu memasuki mansionnya. Ia meremas telapak tangannya, merasakan kebingungan sekaligus ketakutan. Mengabaikan perasaannya yang semakin kalut, wanita tersebut bergegas ke dapur untuk mengambil beberapa hidangan dan meletakkannya diatas meja.

"K-kalian ada apa datang kemari?"

"Kami berencana untuk menginap disini untuk beberapa hari kedepan, Tao dan ngomong-ngomong kemana calon suamimu itu?" Tao menatap Chanyeol, memantapkan hatinya untuk memberitahu apa yang membuatnya tampak gelisah dan ketakutan.

"Kris...dia sedang pergi ke mansionmu Chanyeol"

"Maksudmu?"

"Ya, dia kemarin berangkat ke Manhattan tepatnya menuju ke mansionmu untuk.."

"Untuk?"

"Untuk menemui Baekhyun" sebelah alis laki-laki bersurai merah tersebut tampak terangkat, merasa begitu bingung dengan sikap dan perkataan wanita yang duduk bersebrangan dengannya.

"Apa maksud dari raut wajahmu, Huang Zi Tao?" tampaknya Chanyeol menyadari bagaimana raut wajah Tao yang begitu terlihat ketakutan dan khawatir.

"Kris...dia berencana membawa Baekhyun untuk tinggal bersamanya. Ia mengatakan bahwa Baekhyun ditakdirkan untuknya sebagai peganti Ye Hwa, adik perempuannya. Aku sudah menyuruhnya untuk mengabaikan hal itu tetapi ia tetap bersi keras ingin membawa Baekhyun untuk tinggal bersamanya"

Air mata tidak dapat dibendung lagi, Tao terisak pelan mengingat betapa jatuhnya calon suaminya tersebut akan kepergian adik perempuan satu-satunya hingga berencana membawa kabur Baekhyun dan bahkan mengabaikan dirinya. Telapak tangan Chanyeol terkepal selepas mendengar perkataan Tao, rahangnya mengeras dan Jongin tampak memijit keningnya. Laki-laki berkulit tan tersebut sebelumnya sudah merasakan sikap Kris yang terlihat begitu mencurigai. Terlihat bagaimana laki-laki bersurai pirang tersebut menatap Baekhyun dengan penuh harap dan terselubung penuh kerinduan. Bagaimana laki-laki kelahiran China tersebut terus bertanya kepadanya mengenai kebiasaan Baekhyun dan hal apapun yang berkaitan dengan Baekhyun. Ia menyadarinya dan dengan bodohnya ia hanya mengabaikan semua itu hingga semua ini terjadi begitu saja. Jongin menatap Chanyeol yang berdiri dan meraih tasnya.

"Kita kembali ke Manhattan, katakan kepada Sehun untuk segera datang kemari menggantikanku untuk menemui tuan Yokohama"

"T-tapi pertemuan tuan Yokohama tinggal satu setengah jam lagi hyung"

"Ku bilang untuk kembali ke Manhattan, Kim Jongin!" geraman Chanyeol adalah suatu perintah yang mutlak tak dapat ditolak mau tidak mau ia harus menghubungi Sehun segera.

.

e)(o

.

Berbagai hidangan diatas meja diiringi denga alunan musik terdengar begitu serasi menemani keindahan suasana dimalam hari. Song Hana tampak begitu cantik dan angkuh dengan polesan lipstik merah terangnya. Tatapan matanya tidak lepas menatap sosok berjanggut yang duduk bersebrangan dengannya. Sosok yang begitu tampan dari dugaannya.

"Saya merasa tengah dipuja oleh seorang dewi jika anda masih menatap saya seperti itu, nona Song" laki-laki tersebut tampak mendongak, mengalihkan tatapan matanya kerah Song Hana yang terlihat tersipu akan perkataannya.

Dan sudut bibirnya tertarik keatas membentuk seringaian melihat hal itu.

"Anda begitu lihai berucap tuan Park"

Perkataan yang diakhiri dengan kekehan ringan dan raut wajah tersipu menambah seringaian sang lelaki terlihat begitu jelas. Tampak terselubung akan niat dibalik senyum penuh seringaian tersebut. Seolah menantikan sesuatu yang telah ia rencanakan.

Dan mungkin ia memang merencanakan untuk wanita yang tengah duduk bersebrangan dengannya tersebut.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

To Be Continued

19 November 2017 11.26 P.M

Bunny-B99 Present

Hujat saja aku ikhlas kok hiks maap karena lama udah ngga update, kesibukan kuliah bikin aku malas banget buat ngetik, tiap kali ada keinginan pasti ada aja godaannya. BTW jangan lupa tinggalin jejak ya biar aku makin semangat ngelanjutinnya