OBSESSING PROLOG

.

.

.

HUNHAN / SELU YAOI FANFICTION BY DEERWOLF 2016

.

.

.

OH SEHUN

XI LUHAN

.

.

.

SUMMARY : Luhan dan kebiasaan anehnya yang suka bermain di taman bermain malam hari berhasil menarik perhatian seorang Mafia kelas kakap bernama Oh Sehun.

.

.

.

WARNING : YAOI. MATURE. LITTLE BDSM. PEDOPHILE. SEX CONTENT. SEHUN X LUHAN. SMUT. HUN!MAFIA. HAN!KID.

I WARN YOU, OKEY?

.

.

.

.

.

Langit menggelap. Matahari telah bergulir. Perlahan bintang mulai berkelap-kelip menghiasi angkasa.

Tap.. Tap.. Tap..

Kaki putih dengan balutan sandal tidur berhias tanduk rusa itu melangkah menginjak lembabnya permukaan tanah merah yang ditumbuhi rerumputan.

Jungkat-jungkit, ayunan, seluncuran, kubangan pasir beserta sekop dan ember berwarna biru muda menjadi hal menyenangkan yang pertama kali Luhan lihat ketika kakinya menginjak taman bermain ini.

Matanya berbinar ketika melihat semua wahana bermain itu. Aaahh ia akan memainkan semua wahana ini. Pasti. Tak peduli dengan keadaan langit yang sudah menggelap dan jarum jam menunjukkan angka 10.

Suasana begitu sunyi.

Tentu saja sunyi! Tidak akan ada anak yang mau bermain di jam sepuluh malam. Pasti anak berusia 10 tahun seperti Luhan biasanya sudah tertidur lelap di kamar mereka yang dipenuhi dengan mainan.

Tapi tidak bagi Luhan, rumah minimalisnya sepi dengan lampu yang menyala temaram. Ayahnya baru saja berangkat bekerja pukul 9 tadi, ketika memastikan ayahnya sudah pergi cukup jauh ke tempat bekerjanya yang mendapat shift malam, Luhan langsung melompat dari kasur kecilnya, melempar selimut, dan tanpa peduli dengan piyama biru muda bergambar bambi serta sendal rusanya, Luhan berlarian kecil menuju taman bermain di bundaran kota.

Hup..

Hup..

Lincahnya rusa kecil itu menaiki undakan tangga dan dengan sigap merosot menuruni seluncuran, dan bokongnya mendarat dengan mulus.

Begitu, Luhan terus mengulangi hingga ia bosan dengan papan seluncuran.

Ia menatap sekeliling, permainan jungkat-jungkit membuat matanya berbinar. Namun bibirnya mengerucut, ia hanya sendirian, permainan jungkat-jungkit tentu saja dimainkan dengan dua orang.

Kakinya kembali melangkah, mengambil sebuah batu berukuran besar dan membawanya kesisi kanan jungkat-jungkit. Menurut Luhan, batu itu sudah cukup berat untuk menemaninya bermain jungkat-jungkit, namun ketika bokong Luhan mendarat di sisi kiri jungkat-jungkit, batu itu tidak mampu membawa tubuh Luhan naik keatas. Padahal pelipisnya sudah berkeringat karena mengangkat batu besar dengan kedua tangannya.

Luhan kembali menatap sekelilingnya yang sepi, tidak ada batu besar lainnya dan ia sudah cukup kesal karena tidak bisa memainkan jungkat-jungkit.

Kaki kecil beralaskan sandal tidur itu menghentak lantai, beralih menuju sebuah ayunan kecil berwarna kuning. Kaki mungilnya mengayun hingga ke belakang dan sedetik kemudian tubuh Luhan mengayun terhempas.

Kaki Luhan kembali menginjak tanah, mengayun lagi hingga kecepatan hempasan ayunan semakin kencang dan sedikit membuat Luhan tersentak.

"Omo, ini terlalu kencang hwaaaa…"

Luhan memekik sendirian hingga tangannya terasa licin pada tali ayunan dan tubuhnya terhempas mencium tanah.

"HWAAAAAAAA!" Dan air mata rusa kecil itu tidak bisa ditahan untuk tidak mengalir.

.

.

OBSESSING –SELU-

.

.

Seoul adalah kota yang tidak pernah tidur, walaupun langit telah menggelap dan ranjang telah meraung-raung memanggil orang-orang sibuk untuk beristirahat, tetap saja aktivitas di Seoul takkan terhenti.

Apalagi macet tidak dapat mengalah.

Kemacetan memanjang disekitar jalan raya utama di Cheongdamdong. Sepanjang bundaran dipadati oleh mobil-mobil yang harus memutari bundaran untuk mengambil sisi jalan sebelah kiri.

Mercedes Benz milik Sehun berjalan sedikit demi sedikit.

"Cepatlah sedikit!"

Sehun yang duduk dengan elegan di bangku penumpang sedikit mendesis ketika supirnya mendesah lelah melihat mobil-mobil dihadapannya.

"Kendaraan di depan sangat memadati, tuan." Suara berat supir pribadinya itu membuat Sehun semakin menggeram marah.

Ia masih diliputi oleh emosi karena pekerjaan bodoh anak buahnya. Dan ketika ia akan pulang ke mansion nya, macet menghadang.

Mata setajam elang itu mengintip keluar jendela. Langit telah gelap namun seseorang yang tengah bermain di taman bermain pada malam hari seperti ini berhasil menarik perhatian Oh Sehun yang terkenal sangat cuek dan dingin.

Kening Sehun sedikit mengkerut heran melihat bocah laki-laki yang ia taksir usianya 10 tahun bermain sendirian di taman bundaran kota. Tanpa ada yang menemaninya. Entah karena apa anak kecil itu berhasil menarik perhatian Sehun yang sedang bosan karena macet.

Melihat bocah laki-laki itu berlari semangat, melompat liar menggemaskan membuat seringaian tampan tanpa sengaja terlukis di bibir Sehun.

Bola mata Sehun bergerak ke kiri dan kanan mengikuti gerak lincah bocah lelaki itu, tanpa ia sadari jakunnya bergerak naik turun. Sehun merasakan gairah yang meletup ketika melihat bocah itu. Oh apalagi ketika dengan menggemaskannya anak itu mengangkat batu untuk menemaninya bermain jungkat-jungkit. Terlihat bodoh jika yang melakukan hal tersebut adalah orang dewasa, namun jika yang melakukan hal polos itu adalah bocah laki-laki dengan piyama bambi dan sandal tidur tanduk rusa? Sungguh menggemaskan, bukan?

Mata Sehun memicing ketika melihat bocah laki-laki itu beralih ke ayunan, dan tak lama tubuhnya terhempas mencium tanah.

Dengan segera Sehun menyentak kenop pintu mobilnya dan berjalan keluar menghampiri bocah laki-laki itu.

.

.

OBSESSING –SELU-

.

.

"HWAAAAAAAA!" Tangisan Luhan semakin terdengar ketika pantofel hitam mengkilap Sehun menginjak tanah taman yang lembab.

Bayangan Sehun yang tertimpa cahaya lampu taman membuat Luhan mendongakkan kepalanya keatas. Luhan mendapati tubuh menjulang dengan celana bahan berwarna abu-abu dan kemeja polos berwarna abu-abu dengan list hitam disekitar kerah leher dan bagian siku.

Sehun tertegun ketika menundukkan kepalanya mendapati Luhan sedang berjongkok dengan memegangi tangan kanannya yang kotor terkena tanah dan kedua lututnya terluka. Lutut kanannya mengalir darah segar serta lutut kirinya terdapat luka sobek yang cukup lebar karena sepertinya terbentur oleh ujung batu yang tajam.

Mata Luhan berbinar antara takut dan lega, takut karena mendapati ahjushi asing dan lega karena akan ada orang yang menolongnya.

Sehun merasakan perasaan berdesir ketika melihat mata Luhan yang berbinar walaupun sedang menangis, dan aliran air matanya menganak sungai di pipi bersihnya.

"Ahjushi, ini menyakitkan…" Luhan langsung merengek sambil menunjukkan luka-luka pada tubuhnya. Sementara Sehun seperti orang bodoh melihat bocah laki-laki dihadapannya.

"Bi-bisakah kau menolongku?" Luhan sedikit mendesis ketika melihat pemuda itu tak bergeming dan memperhatikannya dengan intens, apakah pria ini orang jahat? Bukan penolongnya? Mata Luhan terpejam takut dan aliran air matanya semakin deras dengan isakan yang memilukan.

Lalu Sehun langsung tersadar, dan berjongkok menyamai tinggi tubuhnya dengan Luhan.

"Apakah sakit?" Luhan merasakan bulu kuduknya meremang mendengar suara berat pemuda dihadapannya, dan tanpa pikir panjang Luhan mengangguk sambil menggigiti bibir bawahnya.

"Lukamu parah," Sehun beralih menarik tangan Luhan agar mendekat, sedikit membersihkan tanah yang menempel pada tubuh mulus Luhan.

"Eung, ini menyakitkan ahjushi.." Luhan kembali mengadu tentang apa yang ia rasakan saat ini.

"Baiklah… aku akan menolongmu, anak manis."

.

.

.

.

.

NEXT?

MOHON SUPPORTNYA, INI FANFICTION KOLABORASI ANTARA SEHUNSTAN DAN LUFANS IDIOT, OKEY HAHAHAHA.