Title : Undisclosed Desires.
Author : Red Army28
Genre : -
Rating : M
Disclaimer : Ane Cuma meminjam karakter dari Naruto dan High School DxD, karena karakter ini milik pencipta mereka.
Mataku terus memandangi area taman yang saat ini telah selesai kubersihkan, peluh keringat masih membasahi wajahku yang saat ini masih mengunakan topi. Matahari senja tampaknya mulai kehilangan cahayanya sebagai pertanda jika waktu yang dimilikinya sudah habis. Aku masih menatap puas area taman yang asri ini, keindahan alam dan kelestariannya membuat kedamaian tersendiri dalam jiwaku. Mau bagaiamana lagi isu pemanasan global yang sudah dalam tahap memprihatinkan membuat banyak orang mulai terbuka pikirannya untuk menjaga alam ini tak terkecuali aku. Berbicara mengenai diriku, aku adalah seorang petugas kebersihan yang berkerja dibawah naungan dinas kebersihan kota kuoh. Sebuah pekerjaan yang cukup istimewa bagi diriku namun memiliki citra yang buruk di masyarakt luas yang masih beranggapan jika pekerjaan ini adalah buah hasil dari kemalasan hidup, memabayangkan itu hanya membuatku tertawa miris. Sungguh perkerjaan ini adalah perkejaan mulia dari sekian pekerjaan yang ada di jepang.
Langkah kakiku aku arahkan tepat pada sebuah gudang penyimpanan peralatan kebersihan yang ada ditaman ini, mataku melirik kearah seragam yang masih rapi ditempatnya dengan melihat itu membuatku tersenyum lebar.
'sungguh perjuangan yang tidak sia-sia'
.
.
"kau, Kenapa pergi kesini sendiri bodoh..!" sebuah suara bariton dari seorang laki-laki menyadarkan Issei yang saat ini sedang bersenang-senang dengan kumpulan malaikat jatuh.
"cih, aku tidak sudi menunggu king bodoh sepertimu untuk membantuku..!" balas Issei tak kalah sengit. "terima ini malaikat pendosa!" Issei yang masih dalam mood yang buruk setelah kedatangan kingnya langsung memukul wajah dari salah satu malaikat jatuh.
"apa kau bilang!?. Dasar pion tak tahu di untung...mati saja kau sana!" salah satu orang yang memiliki rambut merah menatap garang salah satu pionnya yang menurutnya durhaka itu.
"akeno.."
"hai.."
"mulai besok bakar semua barang laknatnya yang ada di ruang klub saat esok hari.." orang yang mengatakan hal tersebut langsung menatap remeh kearah budaknya yang memegang posisi pion dalam kerajaannya. Sedangkan dengan Issei wajahnya tertutp poni dengan tangan terkepal, bahkan tubunya bergetar saat ini.
"Oey...oey kau juga sering meminjamnya kenapa kau sekarang mau membakaranya..!?" seringai issei semakin lebar.
Akeno yang mendengar itu langsung mentap kingnya sadis dengan fakta yang barusan dia dengar dari Issei, bahkan dia kedua tanganya sudah mucul percikan-percikan listrik walaupun percikan itu kecil namun menimbulkan suara yang cukup menakutkan bagi kedua orang itu.
"Apa benar itu semua Issei..?" Wajah Akeno memerah menahan amarahnya dan giginya bergemelutuk.
"bahkan dia juga meminta fotomu yang sedang- ups,. Maaf aku aku kecelplosan.." Ujar Issei sambil bersiul-siul tida jelas.
"Oey Brengsek, apa maksudmu!? Jangan menuduh sembarangan Pion durhaka.."
Wajah Akeno semakin memerah menahan kekesalannya, cukup sudah dia tidak bisa menahan amarahnya. Mungkin sudah saatnya dia meminta untuk pensiun dari jabatannya sebagia queen di preegea heires klan Gremory ini. Dia sudah lelah menghadapi tingkah-tingkah absurd dan tidak jelas para anggotanya bahkan dia tidak habis pikir kenapa dia bisa dia di reingkarnasi di dalam keluarga ini.
"MATILAH KALIAAAN..!"
"GYAHHHHH..."
"Kenapaaa aku jugaaaa..."
.
.
.
"Serakan benda itu malaikat jatuh..?" Issei berjalan perlahan kearah malaikat jatuh yang sudah hampir tak sadarkan diri. Banyak luka yang dialaminya dari mulai kepalanya yang mengeluarkan banyak darah, perut yang tertusuk sebuah pedang bahkan kini sayapanya hanya tinggal satu.
Raynare yang melihat bocah berambut coklat yang mendatanginya hanya bisa pasrah, dia lalu mengambil sebuah cincin yang dia kenakan di jari manisnya dan dengan gerakan perlahan dia mulai menyodorkan pada Issei. Raynare tidak bisa melakukan apapun saat ini bahkan dia tidak bisa melaksanakan tugas dari Kokaibel dengan baik untuk mempertahankan sacred gear yang telah dia ambil.
Denngan gerakan cepat Isse langsung mengambil cincin milik Asia itu, walaupun dia sudah mengambil cincin itu tetapi sebuah energi naga yang berwarna merah ditangannya tetap tidak dia hilangkan, dengan gerakan perlahan dia akan menembakan energi itu pada wajah Raynare yang ada dideapannya.
'apa aku akan mati, jika boleh aku ingin menjadi orang yang berguna untuk siapapun,..kami-sama tolong...tolong, setelah aku jatuh aku tidak tahu jalan apa yang harus aku tempuh dan kepada siapa aku harus mengabdi. Dan jika aku boleh berharap kirimkan aku seseorang yang bisa membimbingku' setelah sekelebat ungkapan isi hatinya Raynare langsung menggigit bibir bawahnya untuk menerima ajalnya yang sebentar lagi.
"Mati kau sampah...!"
Saat cahaya merah itu melesat menuju wajah Raynare dan saat itu pula sebuah cahaya muncul dari kalung yang ia kenakan. Raynare tak bisa melihat kejadian selanjutnya karena kesadarannya sudah hilang.
"kau berlebihan..."
.
.
.
Naruto mencuci tangganya yang kotor akibat kegiatan yang dia lakukan tadi, saat dia ingin mengambil sebuah sabun yang ada disebelahnya mata Naruto tak sengaja menatap sebuah objek yang bercahaya dan tak jauh dari loksinya. Naruto masih diam mematung dengan apa yang telah dia lihat, jika boleh berharap benda yang menurutnya bercahaya itu adalah kegiatan orang yang sedang membuat api unggun agar dia tak perlu repot-repot untuk memeriksanya. Akhirnya cahaya yang cukup terang itu telah hilang dan menampilakan sesuatu benda atau mahluk aneh, hal itu dapat Naruto sadari ketika terdapat bulu-bulu hitam yang menutupi tubuh mahluk itu.
"Tidak-tidak..kau tidak perlu ikut campur dengan hal itu Naruto, kau harusnya bersyukur dengan kehidupanmu yang serba pas-pasan ini. Dan jangan lupakan 'sesuatu yang besar pasti akan mendatangakan tanggung jawab yang besar' kau tidak mau hal-hal yang merepotkan datang kepadamu kan, lalu hal merepotkanmu itu pasti akan mengganggu pekerjaan yang telah kau dapat dengan susah paya ini. Jadi hiraukan saja..." akhirnya kegiatan Naruto pun telah usai, dia akan berkemas dan pulang menuju rumah nyamannya dan istirahat untuk esok hari.
Naruto harus mengutuk beberapa kali kepada mahluk itu yang saat ini tertidur di atas jalan yang akan dilewati Naruto untuk pulang kerumahnya, ingin sekali dia memutar untuk tidak melewati jalan itu tapi karean hari sudah malam dan untuk mengambil jalan yang memutar akan sangat lama. Jika boleh berharap Naruto ingin mendapati mahluk itu sedang pingsan sehingga dia tidak perlu berurusan dengan mahluk sepertinya. Naruto tidak tahu mahluk apa yang ada didepannya karena baginya cukup mempercayai banyak misteri dan mahluk yang hidup sealin manusia yang ada di dunia ini. Karena bagaimanpun jika kami-sama dapat menciptakan manusia sudah pasti dia juag akan menciptakan mahluk lainnya. Jadi Naruto tidak kaget jika mendapati sesuatu hal yang aneh, karena baginya dengan menjauhinya dan tidak mengganggunya itu sudah cukup.
Langkah demi langkah telah Naruto ambil dan jaraknya dengan mahluk yang sedang bersimpuh itu juga semakin dekat. Helai rambut yang cukup panjang menutupi wajah mahluk itu sehingga Naruto masih belum bisa memastikan apakah mahluk itu sudah sadar atau masih tak sadarkan diri.
'ingat Naruto jangan melihatnya. Anggap saja itu hanya sebuah penghias lampu taman yang tak perlua kau perhatikan..'
Raynare hanya terpaku menatap langit-langit malam yang tampak berkelip-kelip untuk menampakkan keindahannya. Entah apakah ia harus senang atau sedih dengan kedaannya saat ini, apakah Kami-sama masih peduli padanya yang sudah jatuh ini atau malah pertalian takdir yang mempermainkannya. Kejatuhan dirinya bukannlah tanpa kesengajaan, dia dulu adalah seorang malaikat yang sangat disayangi oleh teman-temannya bahkan banyak mengatakan kalau dia adalah perwujudan dari Gabriel yang kedua, namun semua itu hanyalah kisah masah lalu yang cukup indah bagi dirinya. Tidak seperti kondisi dia sekarang yang bahkan lebih rendah dari kotoran, boleh kah dia berharap untuk menjadi malaikat lagi dan bolehkah dia berharap untuk dicintai Kami-sama beserta teman-temannya dulu lagi dan sungguh Raynare membenci hidupnya sungguh membencinya saat ini.
"Hiks...Hiks...gomen-gomen, maafkan hambamu ini Kami-sama! Sungguh aku ingin meminta maaf Kami-sama" tangisan itu memecah keheningan malam di taman tersebut.
Naruto yang saat ini sudah mendekati mahluk itu Cuma bisa dia terpaku saat mendengar gumaman yang menurutnya pilu tersebut. Jika saja dia seorang manusia sudah pasti Naruto akan bertanya dan mencoba membantunya, namun dalam kasus ini dia tidak mau ikut campur dengan masalah yang pasti tidak akan bisa diatasi karena bagaimanapun dia hanya seorang petugas kebersihan kota dan seorang pelajar yang mengantungkan diri dengan pekerjaan itu. Dia bukannlah seorang polisi atau seorang yang ahli dalam sikologi manusia yang pasti dapat memberikan masukan dan saran yang berarti atau mungkin hal itu akan berbeda saat melihat jika dia adalah mahluk berbeda dengan dirinya. Setelah berdiam diri akhirnya Naruto menambah langkahnya untuk segera pergi dari sana dan menjauh menuju rumahnya untuk beristirahat.
Naruto merogoh sakunya dan mencari benda kecil yang berguna untuk membuka pintu yang ada didepannya. Setelah sekian lama namun Naruto tetap tak menemukannya hingga akhirnya dia mengingat sesuatu jika dia menyembunyikan benda itu dibalik pot bunganya. Rumah Naruto memiliki gaya minimalis dan mengusung arsitektur rumah kuno yang populer di jepang tempo dulu karena hanya ini satu-satunya peninggalan dari kakeknya. Hawa dingin menyerang tubuh Naruto yang saat ini terbalut jaket yang cukup tebal terlihat dari deru nafasnya yang sedikit mengeluarkan uap. Suasana malam saat ini terasa lebih dingin bahkan angin yang bertiup cukup kencang, hal ini sudah dapat dipastikan jika akan turu hujan sebentar lagi, hal itu menambah kecepatan Naruto untuk mutar kunci pintunya agar dia cepat masuk kedalam rumah dan menghagatkan tubuhnya.
Angin bertiup kencang dan sambaran petir kini menerjang kota Kuoh membuat kegiatan pada malam hari itu mati total sehingga membuat masyarakat disana lebih memilih menghangatkan diri dirumah masing-masing. Jika berbicara tentang hujan di luar, pikiran Naruto tiba-tiba terpaku kedalam sekelebat bayangan mahluk tadi, semua itu membuat dia bingung hingga saat ini dia sedang mengalami perang batin dengan nuaraninya apa yang akan dia lakukan jika mahluk tadi tetap tidak beranjak dari tempatnya karena tidak mampu untuk bergerak. Sungguh Naruto mengutuk hal ini karena kenpaa sifat yang begitu peduli pada orang lain menjadi sifat dominan dalam dirinya.
'ARGHHH brengsek..! persetan denga perbedaan ini, bagaimanapun dia membutuhkan bantuanku'
Jaket tebal telah Naruto kenakan saat ini dan sekali tarikan pintu rumah yang menghubungkan dia dengan dunia luar langsung terbuka dan dengan kecepatan tinggi dia langsung melesat pergi menuju taman tadi.
Langkah pelan Naruto ambil saat dia sudah dekat dengan lokasi mahluk tadi. Hal yang pertama dia lihat adalah sayap hitam mirip gagak yang sudah tak utuh lagi sedang melindungi tubuh mahluk itu, terlihat tubuh mahluk itu yang saat ini bergetar karena merasakan hawa dingin akibat air hujan. Naruto berjalan pelan untuk mendekat untuk melihat kondisi mahluk itu, saat dirasa mulai dekat Naruto langsung membuka jas hujan yang menutupi kepalanya dan menampakkan wajah Naruto yang melihat prihatin mahluk didepannya.
"kau perlu bantuan..?" sebuah pertanyaan keluar dari mulut Naruto. Mahluk yang ada didepan Naruto menolehkan wajahnya sejenak lalu kembali lagi menatap lurus keatas.
"aku ingin bertemu Ayah, tapi..." wanita yang ada didepan Naruto mengatkan sesuatu yang tak dimengerti Naruto, karena menurutnya perempuan itu belum selesai dengan kalimatnya membuat Naruto masih senantiasa menunggunya. "tapi...Aku terlalu kotor untuk bisa bertemu dengannnya. Kalau kau mau? Bisakah kau membunuhku saat ini, mungkin dengan cara itu aku bisa membalas setiap dosa yang telah aku perbuat dulu" lanjut wanita itu.
Naruto hanya menatap bingung dengan permintaan yang bisa dibilang cukup aneh, 'jika dia ingin bertemu ayahnya kenapa ingin bunuh diri. Apa Ayahnya sudah meninggal?' pikir Naruto. "aku tidak tahu apa yang sedang kau alami nona, tapi jika boleh aku ingin menyelamatkanmu agar kau tidak mati di tempat ini dan membuat tempat ini menjadi angker nantinya" balas Naruto.
"tidak, jangan sentuh aku manusia kotor..! derajat kita berbeda", Raynare masih bersikukuh agar Naruto tak usah memperdulikannya. Naruto hanya ingin mengikuti kata hatinya dan tak memperdulikan ucapan pedas dari mahluk yang ada didepannya. Dan dengan cepat dia menlemparkan sebuah kain yag cukup tebal dan menelungkupkan diatas tubuh Raynare dan menggunlungnya seperti dadar gulung setelah itu Naruto langsung menganggkat tubuh Raynare diatas bahunya.
"hey, apa yang kau lakuakan... lepaskan aku Brengsek! Jauhkan tangan kotormu dari atas tubuhku ak- hmmmp.."
'kau masih belum berubah Raynare, terlihat dari sifatmu yang masih memandang rendah mahluk lain. Jika kau seperti itu maka belum saatnya kau kembali pada ayah, temukan jalanmu sendiri hingga kau sadar untuk apa kau diciptakan adikku' sebuah mahluk yang memiliki tanda hallo diatas kepalanya menatap dua orang yang ada ditaman itu, namun hanya senyum tipis yang dia perlihatkan sebelum dia menghilang dari tempat dia berdiri.
.
.
Naruto langsung melemparkan gulungan yang dia pikul dari taman tadi, dengan wajah sewot Naruto bersidekap dan menatap tajam mahluk yang ada didepannya. Sudah cukup dia bersabar saat mendengar ucapan pedas dari dia, karena dari taman tempat dia menemui mahluk ini hingga sampai di rumah Naruto, mahluk itu tak pernah berhenti mengoceh dan beberapa kali mengutuk Naruto dengan ucapan sampahnya.
"bersihkan tubuhmu dan pakailah pakaian yang pantas. Lalu aku akan mengobati lukamu!"
"aku tidak mau.." Raynare membuang mukanya kearah lain tanpa memandang wajah Naruto.
"lagipula aku tidak menyuruhmu membawaku kesini, yang aku inginkan adalah kau mau membunuhku dan aku ingin bertemu dengan ayah, hanya itu titik.!" Sungguh Naruto tak habis pikir dengan apa yang dia lihat dari mahluk yang ada didepannya, bukannya berterima kasih malah dia balik memarahinya, memang dalam hal ini Naruto yang salah karena membawa tanpa iji. Salahkan saja sifat dia yang tidak bisa melihat seseorang menderita tanpa dia tolong.
"bailah mahluk aneh, aku akan menuruti permintaanmu.."
TBC.
Ane hanya ingin mempublish cerita ini, daripada nganggur di laptop ane. Keinginan ane sih inginya Fic ini bakalan tamat Cuma beberapa Chapter biar gak lama-lama gitu.
Kritik dan saran di perkenankan.