Halooooo udah lama gak update ini ff :((

Maafkan dirique yang terus menjelajah gak jelas, tapi sebenarnya udah ada story yang jadi cuma belum sempat dmasukin aja :")

Maaf karena membuat kalian menunggu sekian lamaaa, dan ini adalah kelanjutannya setelah sekian lamaaa. Maaf aku jarang buka ffn bukan sibuk kerja tapi sekarang kuliah wkwkwkwkwk

Kelanjutannya udah ada tapi gak sempat aku masukin, jadi kalau yang penasaran dm sajo di twitter agar aku selalu diingatkan untuk apdet :( /apasih

Ini sajo aku apdet di henpon dan susah kasih jarak/batas :")

Sejak gosip yang semakin panas terdengar di telinga Mamori, gadis itu juga semakin berpikiran yang tidak-tidak. Terkadang saat mendampingi timnya latihan dirinya lebih banyak melamun.

Pekerjaannya juga semakin tak karuan, ia selalu melakukan kesalahan oleh karena itu leadernya menyuruhnya beristirahat sejenak sampai Rice Bowl selesai. Tadinya Mamori ingin berkunjung ke suatu tempat tapi tidak jadi karena Yamato menelponnya.

Ia bergegas menuju ke kampus untuk menemuinya. Betapa terkejut dirinya ketika melihat Hiruma ada di sana, senyuman lebar merekah di bibirnya.

"Youichi…" batinnya memanggil nama sang kekasih, ia dengan cepat mendekat. Namun kini juga terlihat Karin yang berada di sampingnya. Ia seperti sedang menjelaskan sesuatu pada anggota tim bersama dengan Hiruma.

Senyuman Mamori seketika sirna, ia sedikit cemas juga takut. Namun betapa lembutnya gadis itu, menyingkirkan masalah pribadi hatinya dan memilih fokus mendampingi timnya. Mamori mendekat ke arah anggotanya dan langsung berdiri di samping pria yang menghubunginya.

"Aku akan bermain melawan Enma Fires, namun tidak dengan tim besutan Marco." Kata Hiruma yang mengejutkan semua orang.

"Apa kau gila!?" seru Agon yang langsung naik darah.

"Yang mereka lawan mungkin adalah pemenang dari Rice Bowl… Namun tidak menutup kemungkinan untuk membawa tim Jepang sekali lagi." Balas Hiruma dengan raut wajahnya yang tak main-main. Kini Karin yang maju ke depan dan menjelaskan sisanya.

"Aku dan Hiruma-kun sudah membuat surat undangan untuk semua mantan All Star Japan Team, mereka pun mau bergabung bersama dengan Saikyoudai." Tuturnya, semua saling melihat satu sama lain.

"Dan kita akan secara eklusif dilatih oleh tim Amerika sendiri, jadi jangan khawatir. Ada waktu satu bulan setelah Rice Bowl." Tambahnya, tapi tidak memasukkan Hiruma sama saja seperti bunuh diri. Semua orang mulai ragu dan tak percaya diri, bahkan Agon merasa tidak bisa mengatasinya.

"Apa ini karena masalah pribadimu?" tanya Agon yang membuat semua orang terheran, Hiruma masih di sana terdiam mengunyah permen karetnya.

"Kau tidak bisa menghadapi adikmu, Hiruma?" semua mata terbelalak mendengarnya. Namun Hiruma masih tenang, ia tidak membalas apapun dan malah membubarkan rapatnya.

Ia pergi seorang diri entah kemana, di sana Karin juga terlihat murung, hal ini membuat Mamori penasaran.

"Apa yang terjadi Karin?" tanya Taka penasaran. Agon hendak pergi mengejar Hiruma, namun Yamato dan Akaba mencegahnya.

"Kau tetap di sini dan jelaskan…" kata Yamato pada Agon, pria rambut gimbal itu berdecih kesal dan memutuskan untuk tinggal.

"Ke mana kalian pergi selama ini? Pertandingan kita dengan Enma semakin dekat." Tambahnya, Karin menundukkan kepalanya sesaat, ia mulai membuka mulutnya.

"Sebenarnya aku dan Hiruma-kun pergi ke Amerika. Kami ke sana untuk menemui Marco, dan All Star America Team." Balas Karin, Mamori yang mendengarnya tertegun.

Ia memutuskan untuk tetap mendengarnya, walau banyak sekali pertanyaan yang muncul dibenaknya.

"Selama berada di sana aku menemukan fakta bahwa tim yang dipimpin oleh pria bernama Earl Tom ini adalah, tim American Football pertama yang Hiruma-kun buat." Kembali semua mata membulat tak percaya.

"Yang dikatakan Agon itu kenyataan… Earl Tom adalah adik tiri Hiruma-kun. Maaf aku hanya bisa mengatakan sampai sini." Karin mengalihkan wajahnya, ia tidak pandai menutupi kebohongan, jadi terlihat jelas di wajahnya kalau Hiruma mungkin menutup mulutnya.

Semua orang memaksanya untuk berbicara lebih, tapi kemudian Mamori menghentikannya. Baginya sudah cukup mendengar sejauh itu tentang masalah pribadi sang kapten.

"Sebaiknya kita prioritaskan pertandingan kita terlebih dulu dengan Enma." Ucap Mamori lembut membubarkan rapat. Karin tersenyum berterima kasih, namun Mamori malah terlihat dingin.

Ia berbalik dan membalas senyuman Karin dengan senyum dipaksakan.

Usai kabar yang mengejutkan itu semua tim berlatih seperti biasa hingga malam hari, begitu juga Mamori yang mendampinginya.

Ia mengunci loker anggota tim, membawa dokumen-dokumen dan laporan penting untuk direkap ulang saat tiba di rumah nanti. Ketika berbalik ia melihat kekasihnya yang berdiri sendirian, Mamori tak bisa melihat jelas bagaimana wajahnya saat itu. Ia melihat Hiruma hanya tertunduk dan mengalihkan wajahnya.

Banyak pertanyaan yang dia ingin tanyakan pada kekasihnya.

Di mana kau selama ini? Dengan siapa? Apa yang kau lakukan? Apa terjadi sesuatu? Kenapa kau pergi bersama gadis lain? Kenapa tidak beritahu aku? Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Youichi-kun? Semua ingin ia tanyakan, namun senyum lembut justru terlukis di wajah gadis manis itu.

"Selamat datang kembali, Youichi…" ucapnya dengan lembut, dan entah apa yang terjadi namun Hiruma memeluk Mamori tanpa berkata apapun. Semua kertasnya berjatuhan ke tanah. Kedua mata Mamori membulat, namun kemudian menyipit kembali dan membalas pelukannya.

"Apa kau lapar? Bagaimana kalau kubuatkan kau makanan?" tanya Mamori kembali, Hiruma melepaskan dekapannya kini Mamori memunguti kertas yang berserakan. Setelahnya ia menggandeng tangan Hiruma, mereka berdua pergi ke apartemennya.

Entah apa yang terjadi pada sang iblis, ini pertama kalinya Mamori melihat Hiruma yang sangat tenang. Dia juga tak menunjukkan ekspresi apapun.

"Youichi, kenapa tidak bawakan sedikit barang-barangku, atau setidaknya lepaskan tanganmu?" tanya Mamori, kali ini Hiruma berdecih.

"Apa kau sangat manja? Membawa barang-barang sedikit saja tidak bisa." Balas Hiruma, tentu saja itu ditanggapi serius oleh Mamori.

"Siapa yang kekanak-kanakkan?" timpal Mamori kesal.

Keduanya saling berdebat hingga akhirnya Hiruma kembali menjadi dirinya yang seperti biasa. Iblis itu terhenti dan terheran melihat gadisnya yang malah tersenyum lembut menatapnya.

"Ada apa dengan senyuman bodohmu itu?" tanya Hiruma, namun senyum Mamori makin lebar.

"Ehehehe akhirnya Youichi kembali." Balas Mamori tertawa kecil, Hiruma tertegun mendengarnya ia kini tersenyum penuh arti.

"Kekekekeke baru saja kutinggal sebentar kau sudah jadi seperti orang gila, bagaimana kalau kutinggal selamanya?"

"Mou! Jangan berkata hal mengerikan seperti itu. Kalau Youichi menghilang tanpa sepengetahuanku, aku akan mencarimu walau ke ujung dunia!" balas Mamori.

Keduanya saling bercanda hingga tiba di apartemen. Ketika pintu terbuka Cerberus menggonggong dengan senangnya saat melihat Hiruma.

"Kau berisik sekali Cerberus, apa dia memperlakukanmu dengan buruk?" tanya Hiruma yang mengelus anjingnya.

"Enak saja! Aku merawatnya dengan baik! Dia jadi anjing baik yang patuh dan pintar saat kau tak ada di sini tahu." Jawab Mamori yang meletakkan barang bawaannya di ruang tamu.

Ia bergegas pergi ke dapur untuk memasak makan malam, sedangkan Hiruma bermain bersama Cerberus di ruang tamunya.

"Youichi-kun bisa mandi setelah air hangatnya siap. Apa kau mau makan?" tanya Mamori berteriak, namun tak ada jawaban. Suasana juga sangat tenang, karena penasaran akhirnya Mamori mendekati Hiruma.

"Hm? Kau pasti lelah… Selamat datang, Youichi." Ucap Mamori yang mengecup lembut kening kekasihnya. Ia tertegun saat melihat Hiruma meneteskan air mata, dia juga sekilas mendengar kekasihnya mengucapkan kata maaf dengan penuh pilu.

Mamori menggigit bagian bawah bibirnya kesal, ia benar-benar ingin tahu apa yang menimpa kekasihnya selama ia tak bersama dengannya. Tapi bisa saja sesuatu yang buruk terjadi di akhir kalau dia melakukannya. Mamori menggelengkan kepalanya, ia akan mencari tahu sendiri tanpa perlu diketahui oleh kekasihnya.

Keesokan harinya Mamori mempersiapkan latihan pagi seperti biasa, semua anggota tim, pelatih, kapten, dan juga Karin ada di sana. Mereka mulai menyusun rencana latihan, hanya tinggal waktu seminggu sampai pertandingan dengan Enma berlangsung.

Mamori mencatat setiap hasil lari anggotanya, sedangkan Karin yang memegang stopwatch.

"Karin-chan… Apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?" tanya Mamori yang masih serius pada pekerjaannya, kini justru Karin yang terhenti.

"Apa sesuatu terjadi di Amerika?" Mamori mengalihkan wajahnya menatap Karin dengan senyuman yang sedikit memaksa. Ini pertama kalinya ia tersenyum seperti itu, Karin yang melihatnya bahkan sampai tertegun meneguk air liurnya.

"Kenapa bertanya seperti itu, tidak ada masalah apapun…" balas Karin gugup yang mulai berkeringat.

Mamori yang melihat ekspresi Karin pun merasa sedikit kecewa, begitu pula Karin yang melihat ekspresi kecewa Mamori. Ia hendak membuka mulutnya, namun Mamori tersenyum terlebih dahulu.

"Maafkan aku karena bertanya hal-hal yang aneh padamu. Aku cuma sedikit khawatir kalau ternyata Hiruma-kun merepotkanmu saat masih berada di sana." Kata Mamori lembut, ia menutupi semua risau di hatinya.

Keduanya pun kembali melakukan aktivitasnya, Karin masih merasa bersalah pada Mamori karena tak bisa menceritakan yang sebenarnya.

Tak berapa lama sang kapten mengumpulkan semua anggotanya untuk menjelaskan rincian strateginya. Biasanya ia akan menyuruh Mamori manajer sialannya untuk menjelaskannya.

"Manajer sialan, cepat jelaskan." Kata Hiruma.

"Baik…" balas Karin dan Mamori bersamaan, semua orang menoleh ke arah mereka yang kebingungan.

"Eh?" batin Mamori yang agak terkejut. Mamori langsung menundukkan kepalanya, yang Hiruma maksud sebagai manajernya adalah Karin.

Karin pun maju dan menjelaskan strategi yang Hiruma maksud, Mamori masih terdiam. Ia tidak bisa berkonsentrasi dengan baik, yang ada di kepalanya hanya Hiruma dan Karin saat berada di Amerika.

"Itu saja… Kita akan menang dari Enma, dan kalian akan menang dari Hydra Zeed." Kata Hiruma bersungguh-sungguh.

"Hydra? Eh tunggu sebentar, aku pernah mendengarnya saat di Amerika dulu." Sela Yamato, yang membuat semua orang penasaran.

"Sekarang aku ingat, dulu saat SMP ada tim American Football dengan quarter back jenius. Ia sama sekali tak pernah menampakkan dirinya, dan bermain di balik layar." Jelas Yamato.

"Apa maksudmu? Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Hiruma dengan tatapan tajam.

"Hydra, nama team itu… Aku hanya dengar bila sang qb jenius tak pernah di turunkan di lapangan karena terlibat kasus kriminal." Semua terkejut, namun tidak dengan Hiruma. Ia justru mengalihkan pembicaraan. Mamori mulai khawatir dengan nada ucapan Hiruma yang meninggi.

"Apa kau tahu sesuatu, Hiruma-kun?" tanya Yamato lagi, tapi Hiruma tetap terdiam tak mau menjawab. Karin pun hanya tertegun, ia mengetahuinya tapi tetap mengunci bibirnya.

Mamori menundukkan kepalanya, ia benar-benar sudah di ambang batasnya. Semua orang selalu membuatnya penasaran di saat ia menyerah untuk mencari.

"Mamori-san… Mamori-san… Mamori-san!" gadis itu terjingkak kaget karena Yamato yang memanggil namamya dengan cukup keras.

"Hm? Iya?" tanya Mamori dengan polosnya.

"Apa kau sakit? Wajahmu pucat sekali, kau demam?" Yamato mendekatkan wajahnya dan menyentuh kening Mamori.

"Tidak kok, Yamato-kun berlebihan. Bagaimana dengan kakimu? Apa baik-baik saja? Sebentar lagi sudah hampir pertandingan loh." Kata Mamori yang beralih pada kaki Yamato.

"Sudah jauh lebih baik, aku bisa berlari seperti dulu. Tidak perlu khawatir." Yamato menyeringai menatap Mamori di bawahnya. Mamori pun balas tersenyum lembut, ia bangkit dan berjalan pergi.

Saat sedang berjalan tiba-tiba saja sebuah bola sepak terbang ke arahnya, semua orang memperingati gadis manis itu.

"Awas!" seru semua orang, termasuk Hiruma yang beralih dari Karin. Untunglah Mamori bisa menghindar, namun ia jatuh tersandung.

"Aw sakit sekali…" katanya sedikit mengeluh, Yamato dan rekan-rekannya datang membantu.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Yamato dengan nada sangat khawatir. Mamori tersenyum dan berkata untuk tidak membuat rekannya khawatir.

"Kalian segeralah kembali berlatih." Ucap Mamori dengan senyum meyakinkan, tadinya Yamato tak mau meninggalkan manajernya itu, namun akhirnya ia pergi juga.

Ketika hendak berdiri Mamori terjatuh kembali, ia merasakan sakit yang kuat di kaki kirinya. Saat membuka celana panjangnya ia melihat kakinya lebam. Mamori menahan rasa sakitnya dan memaksa berdiri, ia berhasil namun tak dapat menahan air mata yang terjatuh.

"Aku tak boleh membuat semuanya khawatir, di saat seperti ini kenapa kakiku malah terluka. Aku harus bisa bekerja!" batinnya dengan terus berusaha berjalan.

Tapi ia sama sekali tak sanggup, karena semakin lama sakitnya merambat ke kepalanya. Tiap langkah ia merasa pusing.

"Maafkan aku, aku sudah tidak bisa…" batinnya kembali sambil menangis, rekan-rekannya mulai melihat tingkah aneh Mamori, mereka berhenti berlatih dan mendekat padanya.

"Jangan berhenti! Terus fokus pada latihanmu!" seru sang kapten yang membuat semua orang fokus kembali, Mamori hanya terdiam menunduk.

"Apa kau bodoh?" tanya Hiruma yang mendekat padanya.

"Maafkan aku Hiruma-kun, aku memang tidak berguna…" balas Mamori masih menahan isak tangisnya.

"Kau memang bodoh, tapi jangan pernah bilang kalau kau tidak berguna." Jawab Hiruma yang kemudian menopang Mamori di depan rekan-rekannya, yah walau mereka tidak memperhatikan.

"Eh? Youichi-kun?" Mamori mendongak menatap wajah sang kapten yang terlihat datar.

"Diamlah, kakimu terkilir kan?" balas Hiruma yang hanya melihat ke depan, Mamori terisak entah kenapa ia malah justru menjadi manja.

"Uuuhh rasanya sakit…" ucap Mamori mengeluh di gendongan kekasihnya, kini Hiruma menatapnya dan sedikit membentak kesal.

"Itu karena kau banyak melamun hari ini, apa saja yang sebenarnya kau lakukan dari tadi? Dasar manajer sialan."

"Uuhhh maafkan aku." Balas gadis manis itu dengan isak tangis kecil, wajahnya terlihat imut di hadapan sang kapten. Hiruma mendekatkan wajahnya dan tersenyum menggoda.

"Apa kau begitu merindukanku sampai tak bisa berhenti memikirkanku?" tanyanya.

Seketika wajah Mamori memerah, ia menundukkan wajahnya menyembunyikan rona merah. Hiruma hanya menjadi dirinya sendiri yang terus menggoda kekasihnya hingga akhirnya ia marah.

Setelah sampai di ruang kesehatan Hiruma masih mendampinginya, ia menunggu kabar dari dokter penjaga yang memeriksa gadisnya.

"Wah wah sampai bengkak ke dalam, untung saja tidak melukai tulang. Paling tidak sebulan untuk bisa berjalan normal lagi. Pulang dan beristirahatlah." Ucap dokter perawat yang meninggalkan Hiruma hanya berdua dengan Mamori. Suasana menghening, Mamori terlihat sangat terpukul. Ia bilang akan melakukan yang terbaik, tapi hal yang terburuk malah terjadi. Pria di hadapannya pun cuma terdiam memandanginya, Mamori tak bisa membendung air matanya. Ia pun mengusap air mata yang terus membanjiri pelupuk matanya.

"Maafkan aku Youichi-kun, aku malah jadi merepotkan tim dan tak bisa banyak membantu. Tapi tidak usah khawatir, karena Karin-chan masih ada di sana. Dia mengerjakan tugasnya dengan baik." Kata Mamori berusaha tersenyum dengan tangan gemetar.

"Ya, untunglah ada Karin, jadi semuanya akan baik-baik saja. Untuk sekarang istirahatlah." Ucap Hiruma acuh, mendengarnya membuat Mamori tertegun.. Hiruma hanya mendongak heran, ia terkejut melihat kekasihnya yang tertunduk.

"Apa yang kau tangisi? Kenapa wanita sekarang sangat lemah." Kata Hiruma, ia begitu dingin terhadap kekasihnya. Mamori yang mulai kesal pun akhirnya membalasnya.

"Apa salahnya membutuhkan perhatian darimu dasar bodoh! Iblis!" seru Mamori, kini Hiruma juga ikut jengkel. Mereka beradu mulut tentang hal yang sepele.

"Kau terus saja mengeluh tentang hal ini dan itu. Aku tidak butuh wanita sepertimu." Kini Mamori benar-benar naik pitam. Ia menundukkan kepalanya dan terdiam sesaat.

"Apa kau mau mengakhirinya?" bisiknya pelan yang bisa didengar oleh Hiruma.

"Ha?" respon Hiruma bingung.

"Aku sudah lelah terus berada di sampingmu. Youichi-kun seperti roller coaster yang selalu membuat jantungku tidak bisa diam. Kau juga seperti angin yang bisa kurasakan tapi tak bisa kusentuh." Hiruma masih terdiam, ia tidak bisa melihat ekspresi Mamori saat itu.

"Ketika kau pergi bersama Karin tanpa mengatakan apa-apa padaku. Apa kau tahu apa yang kurasakan? Apa kau ingin tahu seberapa besar rasa percaya dan yakinnya aku padamu?" kini Mamori mendongak dan menatap Hiruma.

Harusnya lelaki itu paham maksud dari kata-kata Mamori, tapi seperti yang biasa dia lakukan selalu menepisnya. Hiruma justru mengalihkan topiknya dan berbicara itu bukanlah hal yang penting.

"Itu memang terdengar tidak penting bagimu Youichi-kun, sebenarnya siapa aku di matamu? Kenapa kau membuatku seolah aku ini musuhmu?" Wajah Mamori sangat kecewa, begitu pula dengan Hiruma yang tak menyangka bakal membuatnya berpikiran begitu.

"Aku tidak bisa membicarakan hal ini lebih lanjut. Pulang lah, aku akan kembali berlatih." Balas Hiruma tak acuh dan meninggalkan Mamori sendirian.

Ternyata memang benar, Hiruma masih meragukan Mamori. Itulah yang dipikirkan gadis manis tersebut, tapi Mamori justru lebih merasa kalau selama ini dia hanya menjadi beban. Ya, dia mulai berpikir jika dulu dia hanya membebani Sena, saat ini dia malah bukan membantu kekasihnya tapi sekali lagi membebaninya.

Seperti biasa, terima kasih banyak untuk yang sudah selalu review dan menyemangatiku yang bagai kutil badak ini :")))

Silakan membaca jan lupa reviewnya yaaa wkwkwk