Setelah kejadian dimana Hiruma dan Mamori menyatakan perasaannya masing-masing, mereka masih tinggal bersama hingga musim panas tiba. Itu adalah hari berharga bagi para pemain football untuk semua mahasiswa Jepang karena Rice Bowl diadakan di musim panas.

Mamori berhasil mendampingi Saikyoudai Wizards hingga menuju Rice Bowl. Begitu juga dengan tim-tim yang lain. Mereka kembali berhadapan dengan kawan lama yang menjadi musuh utama. Namun tidak ada kebencian di antara mereka, justru terlihat semangat.

"Apa kakimu baik-baik saja Yamato-kun?" tanya Mamori dengan cemas, ia meletakkan sekantong es di lutut Yamato. Ini pertama kalinya Yamato mengalami hal seperti itu.

"Sepertinya kau kelelahan karena terus bermain di beberapa pertandingan selama sebulan ini." Tambah Mamori lagi, ia terlihat seperti ibu yang memperlakukan anaknya. Yamato tertawa melihat perhatian Mamori, ia tersenyum dan menggeleng.

"Aku baik-baik saja Mamori-san, aku akan tetap bermain." Balas Yamato memaksa berdiri.

"Tidak, kau duduk di sini. Usahaku akan sia-sia bila kau tidak berguna di pertandingan nanti." Hiruma membalikkan badannya, ia terlihat khawatir namun ucapannya benar menusuk. Untunglah Yamato pria yang lembut, ia duduk dan mendengarkan ucapan sang kapten.

"Hiruma-kun tidak seharusnya berkata sekejam itu kan." Kata Mamori kesal, ia masih berusaha membuat kaki Yamato nyaman.

Yamato terus memandangi Mamori dengan heran, ia berpikir bagian mana yang membuatnya tertarik pada gadis di depannya itu.

"Apa sudah lebih baik? Setelah pertandingan kita pergi ke rumah sakit, ne?" Mamori tersenyum lembut menatap lelaki yang sedari tadi memandanginya. Melihat senyuman Mamori membuat lelaki itu mengalihkan wajahnya yang memerah.

Lawan mereka kala itu adalah Yousei University, di sana ada pemain yang cukup membuat Hiruma sendiri kerepotan. Dia meminta time out, dengan sigap Mamori memberikan handuk juga minuman untuk semua anggota timnya.

Hiruma hanya terdiam memikirkan cara untuk mengalahkan lawannya itu. Dia mulai membahasnya bersama dengan Agon dan Taka juga beberapa anggota lainnya.

"Apa begini sudah bagus?" tanya Mamori pada Akaba, lelaki itu hanya mengangguk. Senyuman merekah di bibir Mamori, ia memberi semangat pada timnya dengan baik.

"Oi manajer bodoh, cepat kemari." Kata Hiruma memanggil, dengan cepat Mamori mendekat padanya. Hiruma mulai berdiskusi tentang strateginya pada Mamori.

"Eh? Bukankah ini sangat beresiko? Kita hanya memiliki satu time out lagi." tanya Mamori yang sedikit terkejut, namun Hiruma justru tersenyum dengan penuh arti.

"Inilah yang kuharapkan." Balasnya, ia kembali mengenakan helmnya.

Di sisi lapangan Mamori mulai merasa cemas, ia takut bila sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Melihat kecemasan Mamori membuat Yamato sedikit murung. Dia berusaha meyakinkan Mamori bahwa semuanya baik-baik saja.

Waktu terus berjalan, skor sama sekali masih tidak berubah. Selisih mereka sama sekali tidak jauh, namun pertahanan yang sulit ditembus membuat Saikyoudai sulit mencetak skor.

Hiruma dan yang lainnya pun terlihat sangat kelelahan, namun sekali lagi Hiruma tersenyum menyimpan banyak arti. Ia melihat sekelilingnya, memberikan instruksi pada Mamori. Gadis yang sedang duduk tenang di bench berdiri mengerti, ia meminta time out untuk yang terakhir kalinya.

Semua orang mulai berpikir bahwa Saikyoudai sudah kehilangan harapan, namun sepertinya berbeda dengan sang kapten. Dia justru terlihat mempunyai banyak rencana dan peluang untuk disampaikan pada anggota timnya.

Mereka mulai kembali mengatur strategi, kali ini Hiruma meminta untuk memasukkan Yamato ke dalam pertandingan. Ini cukup mengejutkan orang-orang namun rencananya itu berhasil, tepat sisa waktu beberapa detik mereka berhasil memimpin dengan sekali touch down.

"Saikyoudai Wizards akan bertanding dengan Enma Fires!" teriakan seluruh penonton menggema hingga membuat stadium seakan bergetar.

Mamori sangat bahagia, akhirnya selangkah lagi mereka bisa menuju sebagai yang nomor satu di Jepang. Kali ini Mamori harus berhadapan dengan adik kecilnya sang Eyeshield 21. Ia tersenyum memandangi mantan rekan-rekan lamanya yang nanti akan menjadi musuh mereka. Begitu juga dengan Anggota Enma Fires yang memandangi Saikyoudai Wizards dari atas bangku podium.

Usai pertandingan Ikkyu mengajak anggota tim yang lain merayakan keberhasilan mereka menuju final. Semuanya dengan mudah setuju, di sana juga ada Karin yang datang. Mereka memutuskan untuk pergi ke tempat yakiniku, dimana mereka bisa memakan daging sambil meminum bir sesuka hati.

"Un kalian dulu saja, aku akan pergi ke rumah sakit bersama dengan Yamato." Kata Mamori yang mengganggu momentum indah itu. Semua orang termasuk Yamato terkejut mendengarnya, sedangkan Hiruma hanya terdiam.

Mamori melihat ke jam tangannya, jarum pendek menunjuk ke angka 4. Ia berbicara sesaat dengan Yamato yang sempat menolak, namun akhirnya ia memutuskan untuk pergi mengikuti sang manajer.

"Kalau memang begitu inginnya makan yakiniku kan bisa nanti saja." Kata Mamori sedikit jengkel, Yamato tertawa kecil melihat tingkah Mamori.

"Tapi kalau makan sendiri kan tidak enak." Balas Yamato, Mamori menolehkan wajahnya dan tersenyum.

"Jaa bagaimana kalau kutraktir? Ini kan kemenangan Yamato-kun." Pria di samping Mamori tertegun mendengarnya.

Kalau begini terus ia justru akan semakin tertarik dan sulit untuk melepaskan manajernya itu.

Keduanya berjalan menuju rumah sakit yang biasa dikunjungi. Yamato diminta untuk memasuki tabung laser yang dapat menscan kakinya. Mamori terus mendampinginya, kini justru terlihat seperti sepasang kekasih daripada manajer.

"Tidak ada masalah serius pada kakinya, hanya ada pembengkakan pada ototnya. Bila terus dipaksakan itu akan mengganggu kerja pada tulang kaki." Jelas sang dokter.

"Apa kau pernah terjatuh sebelumnya? Jika memang masih berminat bertanding, sebaiknya tidak berlatih selama beberapa pekan sampai pertandingan. Dan terus pantau keadaanmu kemari." Tambahnya, Mamori mulai menatap curiga Yamato.

Ketika keluar dari rumah sakit Mamori sedikit jengkel padanya, pasalnya sebelum pertandingan terakhir Yamato terjatuh dan melukai kakinya. Tapi ia memaksa berlatih dan ikut pertandingan terus menerus. Mamori tidak berhenti mengoceh tentang ini dan itu.

"Hahahaha maafkan aku Mamori-san, kukira ini bukanlah luka yang serius." Balas Yamato, tak berapa lama ponselnya berdering. Itu panggilan dari Karin, Yamato mengangkatnya. Sedangkan Mamori hanya memandanginya bingung.

"Un, baik. Tidak, aku sudah selesai. Aku dan Mamori-san akan pergi ke sana." Balas Yamato menutup panggilannya. Mamori memiringkan kepalanya bingung.

"Sepertinya Mamori-san harus menunda mentraktirku yakiniku, mereka masih berada di tempat tadi. Sebaiknya kita bergegas atau kehabisan." Kata Yamato yang berjalan terlebih dahulu di depan.

Keduanya bergegas pergi ke restauran tadi, saat memasuki restauran tidak ada suara yang keluar dari keduanya. Mereka benar-benar membeku melihat keributan yang telah dibuat oleh timnya, dan yang mengejutkan di sana ada Enma, Oujo, juga Takekurako. Semua pelanggan lari dan membiarkan mereka menikmati pestanya di sana.

"Tunggu dulu, bukannya ini pesta kemenangan? Kenapa justru terjadi keributan di sini." Kata Mamori yang langsung bertindak seperti ibu-ibu.

"Karena itu aku mengundangmu Mamori-san, satu jam yang lalu keadaan aman terkendali sampai Enma datang dan Hiruma-san mulai memprovokasi. Kini mereka malah jadi gila." Balas Karin yang terlihat kualahan. Kurita bersama Gaou saling beradu menghabiskan daging, Monta dan Ikkyu juga Taka bermain kartu, Sena pun demikian, ia termakan omongan Hiruma untuk minum bir.

Malam itu benar-benar kegilaan yang luar biasa, hanya Hiruma yang masih waras di sana.

Karena tak enak hati Mamori ikut membantu pemilik restauran membersihkan kekacauan yang kekasihnya buat.

"Terima kasih banyak paman. Maaf karena telah mengacaukan restauranmu." Mamori menunduk berpamitan, di depan restauran ia terkejut melihat Hiruma berdiri sambil menggelembungkan permen karetnya. Mamori tersenyum dan mendekatinya, ia sempat menggoda Hiruma, namun pria itu tetap terdiam. Mereka berdua berjalan bersama hingga tiba dan masuk ke apartemennya.

Cerberus menggonggong dan mendekat pada Hiruma, namun setelah melihat Mamori ia langsung bermanja di kakinya. Hiruma mengabaikannya dan segera duduk di sofanya menyalakan televisi. Sedangkan Mamori mengelus lembut Cerberus, ia memberinya makan, kemudian menyiapkan air hangat untuk berendam.

"Youichi, apa kau mau minum kopi?" tawar Mamori, namun Hiruma tidak membalasnya. Hal ini membuat Mamori penasaran. Sedari tadi dia hanya terdiam tak berbicara, Mamori mendekat dan mendapati Hiruma yang tengah bermain dengan laptopnya.

Melihat ekspresi kekasihnya yang sangat serius membuat Mamori membiarkannya sejenak, ia tetap membuatkannya black coffee. Setelahnya Mamori terlebih dulu berendam, kemudian mendekat pada Hiruma.

"Bak mandinya sudah kosong sekarang, Youichi." Ucapnya lembut dengan senyuman. Hiruma bangkit dan membasuh dirinya sendiri. Usai mandi dia tidak langsung tidur namun lanjut bermain dengan laptopnya, sedangkan Mamori membuat susunan latihan untuk anggota tim.

"Youichi-kun, bagaimana dengan ini?" tanya Mamori, mereka berdua saling memikirkan cara latihan terbaik untuk pertandingan final. Disela-sela perbincangan masih saja mereka meributkan hal-hal yang tidak penting. Hiruma menarik tangan Mamori, ia menyuruhnya duduk di pangkuannya.

Hal itu sempat membuat Mamori tercengang, namun ia tersenyum dan menurutinya.

"Sekarang ini menjadi kursiku ne?" Mamori tersenyum lembut, Hiruma mengalihkan wajahnya acuh.

Tidak ada yang bersuara kecuali televisi, Hiruma juga hanya terus mengganti acara tvnya. Sedangkan Mamori masih sibuk dengan tugasnya, sampai akhirnya ia berhenti dan memutuskan bergabung dengan Hiruma.

"Jangan mengganti channelnya seenakmu!" seru Mamori kesal, Hiruma masih terdiam. Ia meletakkan remotenya dan menyandarkan tubuhnya pada sofa yang empuk.

"Haah tidak ada acara tv yang menarik. Oi Mamori apa kau sudah menyelesaikan tugasmu?" tanya Hiruma, Mamori tertegun mendengar Hiruma memanggil namanya. Ia mengangguk dan memberikan lembar yang telah tersusun rapi.

"Ah ini kan jam 10 malam, ada acara yang bagus. Suzuna membicarakan acara ini padaku." Mamori mengambil alih remote tvnya, ia mengganti channelnya.

Hiruma yang sedari tadi memeriksa laporan yang Mamori buat mulai merasa bosan. Ia meletakkan kertas-kertasnya dan beralih pada tvnya. Tepat saat ia menoleh, adegan yang muncul justru di luar dugaan. Kedua mata Hiruma membulat, ia sedikit mengintip kekasihnya. Dan benar saja wajah kekasihnya sudah sangat merah, ia bahkan sesekali menutup matanya karena malu. Hal ini membuat Hiruma tersenyum, dia benar ingin tertawa namun tak bisa.

"Apa kau sengaja memperlihatkan acara ini padaku?" tanya Hiruma, Mamori mengalihkan wajahnya.

"Te-Tentu saja tidak! Aku kan hanya penasaran tentang acara tv yang Suzuna katakan!" bentak Mamori dengan wajah merahnya. Hiruma terus menggodanya hingga akhirnya Mamori mulai memperlihatkan wajahnya secara jelas. Dan pada saat itu Hiruma mendekatkan wajahnya kemudian mengecup bibirnya. Tadinya itu semua hanya kecupan biasa, namun kelamaan Hiruma justru semakin menjadi. Ia mengulum lidahnya, memainkan lidahnya dengan leluasa di bibir gadisnya.

Ia menjarai dan menikmati manisnya bibir sang malaikat. Menyebarkan rasa mint yang paling ia sukai, Mamori sudah hampir kehabisan nafas, air matanya tertumpuk di pelupuk, ia berusaha melepaskan Hiruma darinya, namun tubuhnya sudah sangat lemas.

Hiruma membuka matanya dan melihat Mamori yang berwajah merah, ia melepaskan ciumannya.

"Ahh.. Haa.. Haaa.." Mamori terengah-engah, ia menutupi bibirnya.

"Yo-Youichi..." mendengar Mamori mendesah memanggil namanya justru membuat Hiruma terpancing. Belum lagi ekspresi Mamori yang menggoda, ia semakin ingin menikmati rasa dari setiap tubuh sang malaikat.

Sekali lagi Hiruma mendekatkan wajahnya pada Mamori, namun tangan gadisnya terlebih dahulu menutupi bibirnya. Mamori sedikit mengalihkan wajah manisnya yang sudah memerah.

"He-Hentikan Youichi, aku malu." Ucapnya lembut, hal itu membuat Hiruma sedikit jengkel. Namun ia tak mau aksinya berhenti hanya karena gadisnya malu, ia menjulurkan lidahnya dan menjilat jari jemari milik sang malaikat.

Mamori terjingkak pelan, ia hendak menyingkirkan tangannya namun Hiruma menahannya. Ia menyentuh lembut kedua tangannya dan terus merasakan nikmatnya jari Mamori.

Dia membasahi setiap garis tangannya, hingga kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya. Menjilat, menggigit, dan menghisapnya dengan sedikit kasar.

"Hnn.." Mamori menahan bibirnya supaya suaranya tidak keluar. Ia sudah mulai merasa bagian bawahnya basah karena rasa panas yang Hiruma berikan.

Hiruma tersenyum, ia mengeluarkan jari jemarinya dan menciumnya bagaikan putri.

"Youichi-kun, ini terlalu memalukan." Ucap Mamori sekali lagi, ia masih tidak bisa menatap wajah Hiruma.

"Diamlah, ini salahmu karena tidak membuatkanku makan malam." Hiruma menjatuhkan Mamori di atas sofa, kini Mamori bisa melihat wajah Hiruma yang tak berekspresi.

Kedua tangan Mamori tertahan, Hiruma mendekatkan wajahnya pada leher jenjang sang malaikat. Sekali lagi ia menjulurkan lidahnya, menjilatnya dan menikmati setiap aroma yang ada pada tubuh Mamori.

Hiruma melepaskan tangannya dan mulai masuk ke dalam piyama Mamori, ia merajai lembut tubuh putih sang malaikat. Mamori hanya menahan geli karena sentuhan kekasihnya, ia malu tapi juga tak mau menolaknya.

"Aku heran, kau makan layaknya monster tapi tubuhmu begitu ramping." Kata Hiruma, mendengarnya berkata seperti itu membuat wajah Mamori merah. Ia kesal dan memukul Hiruma mundur, pipinya dia gembungkan.

"Kau benar-benar jahat Youichi-kun!" serunya kesal. Hiruma pun merasa jengkel karena Mamori mendorongnya hingga ke lantai.

"Apa yang kau lakukan dasar wanita sialan!" bentak Hiruma.

"Jangan panggil aku seperti itu! Youichi-kun memang yang terburuk!" kini Hiruma semakin jengkel, ia mendekati Mamori dan menggenggam tangannya. Kali ini Mamori tidak mau mengalah begitu saja, dia menarik rambut Hiruma. Dan ya, mereka saling adu mulut satu sama lain. Karena saking kesalnya mendengar ocehan Mamori terus-menerus akhirnya Hiruma menarik kepala gadis di depannya hingga menyambar bibir mungilnya.

Mereka bertengkar namun juga memadu kasih...


Yahaaa balik lagi dengan sequel Sweet Trap of The Devil, cerita kali ini mungkin akan lebih dari 10 chapter, soalnya bener2 banyak lika likunya hirumamo wwwww maaf kalau agak aneh gitu aku ndak pintar bikin konplik *ngumpet*

Langsung chapter 3 ya biar pada puaaasssss, berhubung besok juga libur *pose* btw kalau diizinkan oleh leader nanti pas lebaran haji, sepertinya sachi bakal pulkam (semoga ajasih jadi aamiin) jadi yah mungkin ceritanya bakal terlambat /biasanyajuhatelat

Oke sekian, banyak omong yak wkwkwkwk terima kasih untuk semuanya! Selamat membaca, jangan lupa reviewnya *bows*