Sinar matahari menembus jendela kamar di sebuah apartemen elit di tengah kota Seoul. Perlahan namun pasti, sinar menyilaukan sang surya mulai mengusik seorang namja manis yang tengah bergelung di balik selimut hangat. Ia mengeryitkan dahi, lalu menyamankan diri, memeluk erat sesuatu -atau lebih tepatnya, seseorang yang berbaring di hadapannya..

Tunggu dulu!

Gerakan si namja manis berhenti bersamaan dengan pelukan di pinggangnya yang semakin erat. Tak lama setelahnya, kupingnya memanas saat mendengar suara bass mengalun merdu tepat di telinganya.

"Bangun Kookie sayang, tanganku mulai kebas."

… dan kedua bola mata 'Kookie' langsung terbuka lebar, menunjukkan manik sekelam onyx-nya yang berkilat tak percaya. Dengan gerakan patah-patah ia mendongak. Perlahan namun pasti wajah familiar itu mengisi seluruh pandangannya, wajah sosok idola di kampusnya, wajah yang selama ini hanya dapat ia pandang dari kejauhan.

"Kim… Tae.. Hyung Su -Sunbae?"

Yang merasa bernama Kim Taehyung tersenyum lebar, terkekeh geli lalu menempelkan keningnya ke kening si pemuda Kookie sebelum kembali berbisik. "Jeon Jungkook.. aku harus segera memakai baju, aku tidak boleh telat atau Kim Namjoon sialan itu tidak akan membiarkanku masuk kelas."

Jungkook, atau yang tadinya dipanggil Kookie mengeryit heran, tidak peduli seberapa populer Kim Taehyung di kampusnya, tak seharusnya kakak tingkatnya itu memanggil dosen mereka dengan panggilan yang tidak sopan. Tunggu! Ada hal yang lebih penting dari itu.

Kim Taehyung bilang apa tadi? Dia ingin berpakaian?

Ber -pa -kai -an?

Apa maksudnya?

Jungkook reflek menunduk, menyingkap sedikit selimut hanya untuk mendapati tubuhnya yang telanjang bulat dan tubuh Kim Taehyung yang hanya memakai sehelai boxer ketat.

"Whaaaaaa!"

Sweet Lie

Disclaimer: Each name mentioned in this fiction is owned by the rightful person who belongs to God, themselves, and their family. I own nothing except the unrequited-love feelings toward Kim Taehyung.

This story belongs to me and mine only, but sometimes, songs and other stories inspire me to make a certain scene or a story line. I'll make sure to mention if there are any of them.

Genre: Romance (I'm no good at deciding genre, pardon)

Pair : Kim Taehyung x Jeon Jungkook

Other casts: Kim Namjoon

Park Jimin

Kim Seokjin

Min Yoongi

Jung Hoseok

Rated: T

"Dialog yang diucapkan…"

'Perkataan dalam hati.'

Warning: ga jelas, typo dan sebagainya.

I love Taehyung.

.

.

Part I: Photo(s)

"Yak! Jeon Jungkook!" bentak Taehyung saat tubuhnya didorong kuat hingga terjungkal jatuh ke lantai. Bibir yang tadi menyunggingkan senyum langsug cemberut. Tangan kiri Taehyung sempat mengusap pantatnya sebelum berpindah memijit lengan kanannya yang hampir mati rasa.

"Jadi begitu caramu berterima kasih setelah dengan seenaknya menjadikan lenganku sebagai bantal semalaman?" pemuda dua tahun lebih tua dari Jungkook kembali ngomel. Sementara Jungkook? Tentu saja dia masih syok dengan apa yang terjadi. Bahkan otaknya yang tergolong encer tidak sanggup menganalisa keadaannya sendiri.

Apa yang terjadi?

Kemana pakaianku?

Kenapa aku bersama Taehyung Sunbae?

Pertanyaan semacam itu terus berputar di dalam kepala tanpa bisa mendapat jawaban. Mata Jungkoook masih menatap Taehyung lekat sampai akhirnya wajah manis Jungkook mulai memanas setelah ia menyadari apa yang sedari tadi ia lakukan.

"Tch!" Taehyung berdecih kesal. Ia mulai bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. "Sudahlah, Jeon.. aku tidak peduli kau mau bangun atau tidak. Yang jelas aku ada kelas jam sembilan dan itu setengah jam lagi."

Jungkook mendelik, kepalanya bergerak heboh mencari jam dinding, atau alat apapn itu yang bisa menunjukkan waktu. Dan benar saja, Jungkook langsung melempar selimutnya asal tanpa memedulikan tubuhnya yang telanjang. Ia lalu sibuk mencari-cari dimana pakaian yang kemarin ia kenakan.

"Kookie.. " panggil Taehyung sambil melempar sebuah handuk yang mendarat sukses di puncak kepala Jungkook. "Pergilah ke kamar sebelah, ada kamar mandi di sana, pakai saja. Sikat gigi berwarna merah masih baru, kau juga boleh memakainya. Biar kucarikan baju untukmu."

"Ta -tapi Sunbae.. dimana pakaianku? Kenapa ki -"

"Sstt…" namja yang lebih tua memotong cepat. Meladeni pertanyaan Jungkook sama saja dengan cari mati. Pasalnya, dosen yang bernama Kin Namjoon benar-benar tidak akan membiarkannya masuk kelas jika dirinya terlambat.

"Aku memasukkannya ke mesin cuci. Well, belum sempat kucuci sih… " lanjut Taehyung, baru saja Jungkook akan bertanya lagi, Tae kembali bertitah. "Jeon Jungkook, nanti kita bicarakan lagi, oke? Aku benar-benar tidak mau terlambat."

Dan Jungkook mengangguk patuh lalu menutupi tubuh bagian bawahnya dengan handuk sebelum berjalan ke kamar sebelah. Sungguh, dia juga tidak boleh telat karena hari ini kelompoknya harus melakukan presentasi. Telat sama saja dengan bunuh diri. Bukan karena dosen di kelas Jungkook killer, tapi karena teman satu kelompok sekaligus kakak tingkat yang mengulang kelas di kelas Jungkook lebih dari sekedar killer.

Jungkook mandi secepat yang dia bisa. Sesuai dengan perkataan sunbae-nya, sikat gigi berwarna merah benar-benar masih baru, bahkan masih terbungkus rapi.

Ia mengeringkan tubuhnya, lalu kebali melilikan handuk di pinggangnya.

"Umm.. Sunbae?" cicit Jungkook saat akan memasuki kamar seniornya.

"Masuklah.." gumam Taehyung sambil mengeluarkan box berisi celana dalam baru, meletakkannya di atas kasur bersamaan dengan sweatshirt berwarna hitam dan celana panjang abu-abu. Taehyung sendiri sudah mengenakan celana dongker bergaris dan kaos oblong hitam polos. Kalung rantai bertengger indah di lehernya, sedangkan rambut abu-abu semi silvernya disisir ke samping. Terkesan manly.

"Cepat pakai!"

Jungkook mengangguk dan langsung menuruti perintah sunbae-nya. Kalau dia boleh jujur, wajah Taehyung yang sedang serius mengaduk almari pakaian dengan alis yang ditekuk cukup menyeramkan. Jungkook jelas tidak mau dicap sebagai hoobae menyebalkan oleh senior yang menjadi idolanya sejak hari pertama kuliah.

Pemuda bergigi kelinci itu tidak sadar bahwa senior mesumnya sedang melirik kegiatan tergesa Jungkook melalui cermin di almari sambil mati-matian menahan mimisan.

"Ketemu." ucap Taehyung riang saat menemukan jaket kulit berwarna hitam yang sedari tadi dicarinya.

"Umm.. Taehyung Sunbae?" cicitan Jungkook sukses mengganggu kegiatan Taehyung memakai jaketnya. Tae berbalik hanya untuk mendapati Jungkook yang tengah memakai celananya.

'Astaga… bocah ini minta diperkosa ya?'

Taehyung berdehem pelan untuk menetralkan jiwa mesumnya yang mulai bangkit. "Kenapa?"

Jungkook tampak gelisah, tangannya berusaha menaikkan celana yang 'macet'. "Tidak muat…"

"Hah?" Taehyung sontak menepuk jidatnya kasar saat menyadari celananya tidak muat di bagian pinggang Jungkook.

"Astaga Kookie… kau ini wanita atau apa? Pinggangmu sebesar apa sih?" protes Tae, walau begitu dia dengan sigap berbalik dan berusaha mencari celana lain yang sekiranya muat untuk namja yang semalam tidur bersamanya. Sementara Jungkook mem-pout-kan bibirnya sambil duduk melepas celana seniornya.

"Pakai ini. Kalau masih tidak muat, berarti ukuran bokongmu yang keterlaluan." Taehyung melempar celana jeans berwarna hitam. "Ukuran pinggang paling besar yang kupunya…"

Untung saja muat. Kalau tidak, bisa dipastikan mereka berdua akan terlambat. Taehyung setengah berlari menuju mobilnya di basement, diikuti Jungkook yang sudah memakai sepatu converse abu-abu dan tas punggungnya dengan warna senada.

Selama di perjalanan menuju kampus, Jungkook lebih banyak diam sambil membaca materi presentasinya nanti, sementara Taehyung fokus menyetir. Sesekali umpatan kasar meluncur mulus saat mereka terjebak lampu merah.

Taehyung melirik Jungkook yang tengah memasukkan modulnya saat mereka mulai memasuki kawasan kampus. "Astaga.. kau dan rambut mangkokmu."

Jungkook mengeryit heran, ditatapnya Taehyung penasaran. "Mangkok apa, Sunbae?"

"Rambut… rambutmu, Jeon Jungkook. Bentuknya seperti mangkok. Mengingatkanku bahwa kita belum sempat sarapan.. sialan! Pasti kelas Kim Namjoon hari ini akan sangat menyiksa."

Dan Jungkook membalasnya dengan menggembungkan pipi. Oke, Taehyung bukan orang pertama yang mengatai rambut kecoklatannya yang lurus bentuknya seperti mangkuk yang dibalik. Apalagi poni se-alis yang benar-benar lurus, seolah barber menggunakan penggaris saat memotong poni Jungkook.. Namja manis itu cukup sadar diri akan hal itu, tapi tetap saja ia kesal saat mendengar orang lain berkomentar, apalagi orang itu adalah orang yang sangat ia kagumi. Jungkook merasa nilai negatif dirinya di mata Taehyung bertambah.

"Oi.."

"Apa?" Jungkook menoleh galak dengan tatapan mengintimidasi.

"Kita sudah sampai Kookie.." Taehyung tersenyum dibuat-buat, sekuat tenaga ia menahan tangannya untuk tidak mencubit pipi tembem Jungkook.

"Ohh.." Jungkook bergumam -malu. Ia buru-buru keluar dari mobil Taehyung dan berjalan menuju gedung A. Namun belum lima langkah ia menjauh dari mobil Taehyung, seseorang mencekal pergelangan tangannya, membuat Jungkook terpaksa berhenti dan berbalik.

"Kau benar-benar menggemaskan." gumam Taehyung merapikan sweatshirt yang dipakai Jungkook, wajahnya mendekat, membuat jantung si junior hampir copot karena kaget. "Temui aku di kantin setelah kelasmu selesai, mengerti?"

Jungkook mengangguk cepat, membuat Taehyung terkekeh geli. Tangan kanan Tae reflek bergerak naik dan mengusap pipi pemuda yang sedang memakai pakaian favorit Taehyung.

"Dan panggil aku 'hyung'."

Jungkook mengangguk lagi, matanya menatap ujung sepatunya sendiri, bibirnya mulai bergerak ragu. "H -hyung…"

Detik berikutnya ia merasakan sesuatu yang hangat dan basah menyentuh pipi kanannya. Jungkook terbelalak, mendongak hanya untuk mendapati Taehyung yang tengah berjalan menjauh sambil melambaikan tangan ke arahnya.

Pipi Jungkook sontak memerah hingga telinga.

.

.

"Ohh.. ayolah Jungkook! Kau harus memberi tahu apa yang terjadi. Apanya yang sahabat sejati kalau menceritakan hubunganmu dengan Taehyung sunbae saja kau tak mau!"

"Astaga Park Jimin. Sudah berapa kali kukatakan, aku tidak tahu. Oke? I don't know, I don't understand!" Jungkook menahan suaranya agar tidak ada yang bisa mendengar obrolan mereka. Sungguh! Sejak selesai presentasi sampai mereka duduk di kantin dan memesan makanan, sahabatnya sejak SMA itu tak mau berhenti munghujaninya dengan pertanyaan yang juga dilontarkan Jungkook entah kepada siapa.

Jungkook menghela nafas, menaruh sumpit ke mangkuk udon-nya yang maish utuh. "By the time I could remember, we were holding each other on his bed."

"Whaa -"

Jungkook membekap mulut Jimin yang dengan tidak elitnya mulai memekik heboh. Setelah memastikan pemuda itu akan bungkam dan tidak mengatakan hal yang macam-macam, Jungkook melepaskannya.

"Please, Jim… aku tidak mau menjadi pusat perhatian lebih dari ini. Tatapan orang-orang dari seluruh penjuru kampus seolah menusukku, aku jadi tidak bisa melakukan apapun dengan tenang."

"Demi dimple dosen Kim!" Jimin menahan suaranya. "Tentu saja orang-orang akan memperhatikanmu. Lihat kaos yang kau pakai!"

Dan Jungkook melihat kaos milik seniornya itu. Menurutnya normal, tidak ada yang aneh.

"Nirvana, Kook! N -I -R -V -A -N -A." Jimin mengeja tulisan yang tercetak bold di bagian dada kaos Jungkook, selanjutnya ia menggerakkan tangannya di udara seolah sedang menggambar logo band favorit Taehyung itu. Dan Jungkook seolah tersadar akan sesuatu.

"Yap! Kau benar, Kook." Jimin manggut-manggut seakan bisa membaca pikiran sang sahabat. "Sudah jadi rahasia umum kalau Kim Taehyung, si pangeran berkuda hitam -karena mobil tumpangannya berwarna hitam, sangat super duper menyukai band itu. Mungkin kau akan lolos dari tatapan semua orang seperti hari-hari biasanya kalau saja kau tidak menggunakan kaos itu di hari yang sama dengan saat kau berangkat bersama dengan Taehyung sunbae, keluar dari mobil senior kita itu, lalu mendapat kecupan manis di pipi. Astaga, Kook… kau tidak tahu berapa orang yang meng-upload adegan tadi pagi ke akun instagram mereka!" gumam pemuda bermarga Park itu heboh.

Dengan gerakan terburu Jungkook membuka tasnya, mencari ponsel pintarnya untuk kemudian membuktikan apa yang dikatakan Jimin. Sayangnya, ponsel Jungkook tidak ada dimana-mana.

"Sialan!" umpat Jungkook. Persetan dengan ponselnya, dia buru-buru merebut ponsel Jimin dan membuka aplikasi instagram. Benar saja, beberapa akun yang di-follow Jimin mengunggah foto Jungkook dan Taehyung dengan berbagai macam caption. Semuanya men-tag akun Taehyung dan beberapa men-tag akun Jungkook.

"Astaga, Jim.. pantas saja mereka menatapku seperti seorang buronan. Fans Taetae hyung pasti akan memburuku!"

Jimin mengeryit mendegar panggilan baru Jungkook untuk sunbae mereka. Biasanya Jungkook akan memanggilnya dengan sunbae ini.. sunbae itu.. dan sejenisnya. Tapi barusan dia bilang apa? Hyung? Walau penasaran Jimin memilih bungkam. Toh Jungkook butuh waktu untuk menyadari betapa 'populernya' dia hari ini.

Sementara itu, ujung jari si 'populer dadakan' menyentuh uname dari akun yang selalu tertulis di barisan teratas kolom search akun instagram Jungkook; kim_taemvan .

Setengah detik berikutnya, Jungkook benar-benar menyesali tindakannya. Onyx si pemuda Jeon terpaku melihat posting-an yang diunggah sekitar dua jam yang lalu. Ekspresi Jungkook memaksa Jimin untuk bergeser mendekat, ikut mengamati layar ponselnya.

"Kook.. jangan bilang kalian…" kalimat Jimin menggantung. Di layar ponselnya terlihat jelas Jungkook yang sedang asik membaca modul di sebuah mobil, mobil Taehyung. Dilihat dari sudut pengambilan gambar, bisa dipastikan bahwa foto Jungkook diambil dari kursi kemudi, pasti diambil oleh Taehyung. Bukan itu sebenarnya yang membuat Jimin mengambil kesimpulan sembarangan. Caption Taehyung-lah yang memicu otak Jimin untuk berfikir bahwa Jungkook dan seniornya memiliki hubungan khusus.

"He looks good on my favorite sweatshirt. The most beautiful substance in the whole universe. My Baby Jungkookie, My Cute Lil Bunny. Good luck for your class, jung_biscuit." Jimin bergumam membaca kalimat rapi yang berada di bawah foto Jungkook. "Kook… dia mencantumkan akunmu! Astaga, sejak kapan dia mem-follow back dirimu?"

"Se -sekitar satu bulan yang lalu Jim.." Jungkook tersadar dari lamunannya. Matanya menatap Jimin lekat, mengisyaratkan bahwa dirinya tak kalah terkejutnya dengan sang sahabat. "Jim.. Substance…"

"Hah?" pekik Jimin gagal pahan.

"Substance.. Park Jimin bantet! Astaga.. aku adalah sebuah substansi? Apa begitu sulitnya mengatakan bahwa aku adalah manusia?"

Dan Jimin menghadiahi Jungkook dengan geplakan keras di kepala si 'kelinci manis'. Bukan hanya karena Jungkook gagal fokus, tapi juga karena pemuda yang lebih muda darinya itu mengatainya bantet. "Brengsek! Fokus, Kook.. lupakan substansi! Kalimat ini benar-benar mengisyaratkan kalau kalian ada apa-apa."

"Chimchim hyung… aku berani bersumpah, aku tidak mengingat apapun." Jungkook berusaha meyakinkan. Bahkan dia mulai menggunakan panggilan kesayangannya kepada Jimin, plus menambahkan embel-embel hyung agar Jimin percaya padanya.

Yang diajak bicara hanya mendengus sambil menggerakan jarinya, men-scroll layar ponselnya, lalu menjitak kepala Jungkook kuat, penuh dengan perasaan.

"Apa lagi, Jim?"

"Apanya yang tidak memiliki hubungan spesial?" kali ini Jimin menyodorkan ponsel pintarnya ke wajah Jungkook, terlalu semangat sampai-sampai menubruk hidung Jungkook kasar.

Mengaduh pelan, Jungkook sedikit menjauhkan ponsel Jimin dari wajahnya. Dan sekarang kedua bola matanya kembali memelototi layar sentuh ponsel pemuda Park.

Jungkook, pemuda yang lahir di Busan sembilan belas tahun yang lalu benar-benar mengutuk hari ini dan juga pemuda pemegang akun kim_taemvan . Bagaimana bisa foto Jungkook yang sedang memakai sweater putih dengan logo dan tulisan puma tercetak besar di bagian dadanya ada di akun Taehyung? Seingat Jungkook, itu pakaiannya kemarin.

Seharusnya Jungkook tidak sekaget ini kalau saja foto dirinya tidak sedang terlelap sambil duduk di pangkuan si pemilik akun, posisi Jungkook berhadapan dengan Taehyung, kepalanya bersender nyaman di dada Tae. Sementra Taehyung sendiri duduk santai di sofa sambil melihat ke arah kamera, tersenyum lebar sambil sebelah tangannya memeluk pinggang Jungkook. Foto itu di-upload sekitar dua belas jam yang lalu, tanpa caption dengan jung_biscuit di daftar tag.

"Astaga, Chim… sumpah aku tidak ingat pernah berpose begini dengannya!" Jungkook terpekik panik sambil menahan suaranya. Jimin yang melihatnya pun berusaha menenangkan.

"Oke, Kook.. tenang. Pasti ada sesuatu di balik ini semua." gumam Jimin sok detektif, tangannya sigap merebut ponsel dari Jungkook, memasukkannya ke kantong celana.

"Chim.. aku harus membaca komentar untuk foto itu." namja yang lebih muda merengek, membuat Jimin memberikan tatapan tegas bahwa dia tidak akan meminjamkan ponsel pintarnya untuk hari ini. "Jungkook, kau harus tenang, oke? Lebih baik kau pulang sementara aku akan meminta bantuan kepada Yoongi hyung untuk mencari tahu tentang hal ini. Seingatku dia satu angkatan dengan Tae sunbae."

Modus.

Jungkook tahu persis bahwa ini hanya akal-akalan Jimin agar dia bisa mendekati senior yang tadi sekelas dan sekelompok dengan mereka. Jungkook tahu bahwa Min Yoongi adalah namja pujaan hati Park Jimin.

Jungkook menghela nafas. Sepertinya untuk hari ini dia harus menuruti saran Jimin. Apalagi setelah dia tahu tentang dua foto dirinya di akun kim_taemvan , rasanya tatapan orang-orang ke arahnya semakin terasa tajam dan menusuk. Dia berani bertaruh, fans Kim Taehyung akan memenggal kepalanya.

"Oke, Chim.. kuserahkan padamu." Jungkook mulai berdiri. "Kurasa aku memang harus segera pu -"

"Maaf aku terlambat, jangan marah Kookie…"

Dan gerakan Jungkook terhenti saat sebuah lengan merangkul pundaknya erat, telinganya memanas mendengar suara itu lagi. "Tae su -"

"Hmm?" Taehyung memotong cepat, menarik Jungkook untuk kembali duduk di kursinya, sekaligus mengingatkan bahwa pagi tadi Jungkook berjanji untuk memanggil Taehyung dengan sebutan yang lebih akrab. Sejujurnya, Tae yang memaksa.

"Mm.. Taetae hyung." gumam Jungkook sambil tersenyum, mendapat balasan cubitan gemas di pipi kirinya.

"Aaa.. hyung.. sakit.." rengek Jungkook, suaranya terdengar manja hingga beberapa meja dari mereka.

"Astaga, Kookie.. kau menungguku sampai udonmu melar dan dingin."

"Ehh.. itu.." Jungkook tidak bisa mengelak. Jelas-jelas udon di hadapannya masih utuh dan benar kata Taehyung, mie-nya sudah melar..

Sementara itu si senior melepas lengannya dari pundak Jungkook, lalu berdiri. "Tunggu sebentar, jangan kemana-mana, oke?"

Lagi-lagi pemuda Jeon hanya bisa mengangguk patuh melihat seniornya tersenyum sambil melayangkan tatapan mengintimidasi. Taehyung mengangguk puas, lalu melenggang menuju counter kantin. Sedetik kemudian Jungkook beralih menatap horor ke arah Jimin.

"Jim! Kau lihat yang barusan? Taehyung sunbae-ku yang selama ini terlihat begitu tampan bak pangeran ternyata menyeramkan! Jim, kau harus membantuku kabur dari sini, kumohon…" Jungkook merengek menyelesaikan kalimat panjangnya dalam satu tarikan nafas.

Jimin menghela nafas berat, "Kook, kau tidak sadar dari tadi dia mengacuhkanku? Begini saja, kau tetap bersamanya, berusaha bertanya tentang kejadian pagi tadi sekaligus maksud dari foto yang dia unggah, oke? Aku akan berusaha mencari tahu dengan bertanya kepada Yoongi hyung. Taehyung sunbae sama sekali tidak tergapai olehku, kau tahu? Dan sepertinya dia sama sekali tidak menganggapku ada, astaga…"

Jimin menyelesaikan kalimat yang tak kalah panjangnya dari kalimat Jungkook, bedanya, Jimin terdengar lebih santai dan rasional.

"Dan.. hei! Harusnya kau senang, Kook. Bukannya sejak hari pertama masuk kuliah kau sudah mengagumi senior kita yang satu itu? Bisa ngobrol dengannya.. bukankah itu yang menjadi mimpimu selama ini?" Jimin terkekeh.

Menggembungkan pipinya, Jungkook nampak tidak setuju. "Aku akan sangat bahagia kalau saja keadaannya tidak seperti ini. Menjadi pusat perhatian satu kampus adalah hal terakhir yang terbayang olehku."

Jimin menggeleng pelan, kalau boleh jujur dia dan Jungkook membagi impian yang sama selama ini; ingin menjalani kehidupan kuliah dengan tenang. Well, sepertinya impian mereka -terutama milik Jungkook harus hancur karena keisengan Kim Taehyung.

"Kook, kurasa aku harus segera pergi. Pangeranmu menatapku kesal gara-gara kita berbicara terlalu dekat."

Jungkook reflek menjauhkan tubuhnya dari Jimin, kepalanya langsung menoleh hanya untuk mendapati Taetae hyung-nya berjalan mendekat sambil membawa satu set makan siang yang terlihat begitu banyak.

"Jaga dirimu baik-baik." gumam Jimin mengacak rambut Jungkook sebelum pergi.

Tak lama setelahnya, Taehyung datang dan meletakkan -setengah membanting nampannya ke meja, lalu duduk di hadapan Jungkook.

"Dengar.." Taehyung menarik tengkuk Jungkook, lalu mengecup puncak kepala si pemuda kelinci, tepat dimana Jimin mengacak rambut Jungkook tadi. "Jangan biarkan siapapun menyentuhmu dengan mudah."

Jungkook memandang Taehyung heran. Jelas-jelas Taehyung yang suka menyentuhnya sembarangan, kenapa malah dia yang memperingatkan Jungkook? Dasar Alien tampan.

"Buka mulutmu.." gumam Taehyung menyodorkan sepotong ayam goreng ke bibir Jungkook, yang disodori hanya termangu, tidak melakukan apapun, membuat Taehyung mendesah kasar.

"Kookie-ya.. membuat blank expression adalah keahlianku. Jangan mengambil keahlian orang seenaknya."

Dan pemuda kelahiran Busan itu semakin heran dengan ucapan absurd sang senior, ditambah Taehyung yang menyodorkan ponsel milik Jungkook, meletakkannya di meja, lalu iseng memencet tombol power, membuat layar ponsel menyala. Sambil menyeringai, Taehyung mengamati ekspresi campur-aduk Jungkook yang tengah melihat fotonya yang tengah berbaring di ranjang, berpelukan dengan Taehyung. Sungguh! Jungkook dan Taehyung terlihat begitu intim di dalam foto itu.

"Hyung!" pekik Jungkook menahan amarah, bingung, dan rasa penasaran. Tangannya menyambar cepat ponsel miliknya, lalu memasukkannya ke dalam tas. Dia sungguh tidak ingin orang lain melihatnya.

"Ssttt.." Taehyung membungkam mulut Jungkook dengan sepotong daging panggang dan sesuap nasi yang terpaksa Jungkook kunyah dan telan perlahan-lahan.

"Dengar, Kookie sayang… " sang senior meletakkan sendoknya, tangannya terjulur mengusap pipi Jungkook yang menggembung dan bergerak-gerak karena sedang mengunyah.

"Kau ingat apa yang kita lakukan semalam?"

Yang lebih muda menggeleng pelan, sementara yang lebih tua memasang tampang maklum. Kalau dilihat lebih cermat, Taehyung sebenarnya sedang menahan seringaiannya.

"Well, itu tidak penting untuk saat ini. Yang jelas, barusan aku menemui Kim Namjoon, dosen menyebalkan. Kau kenal?"

Jungkook mengangguk, dalam hati keheranan, kenapa kakak tingkatnya tiba-tiba berbelok topik pembicaraan yang sama sekali tidak berkaitan? Apa dia benar-benar alien yang nyasar ke bumi?

"Jadi… tadi dia tidak sengaja melihat foto yang barusan."

Oke. Kali ini si pemuda Busan berusaha mati-matian menelan makanan di mulutnya agar tidak tersedak.

Foto yang barusan?

Apa maksudnya foto yang secara misterius menjadi wallpaper ponsel Jungkook?

"Fo -foto?" Jungkook tergagap, tangannya menunjuk ke dirinya sendiri, lalu beralih menunjuk Taehyung, membuat Tae mengangguk sambil memasang tampang cemas yang jelas dibuat-buat. Membuat sendi-sendi tulang Jungkook seolah berubah menjadi jelly, membuat Jungkook lemas.

"Jadi, Kookie Bunny… sepertinya mulai sekarang kau harus menjadi kekasihku."

'Hah? Kau bercanda!?'

Jungkook berteriak protes di dalam hati, sementara alien di hadapannya melanjutkan makan siangnya dengan santai.

Gila!

Kim Taehyung benar-benar alien dengan otak setengah waras!

.

.

TBC

.

.

Hello, salam kenal! Tiger disini.

Ini adalah fanfiction VKook/ TaeKook pertamaku. Apakah cerita ini pantas untuk dilanjutkan? Atau haruskah berhenti sampai di sini? Mohon kritik dan sarannya melalui review.

Oh, Sweatshirt Tae yang dipakai Jungkook itu sweatshirt yang dipakai Tae nyebur di mv Run. Dan yang dipakai Tae sendiri adalah attire dia di War of Hormone.

.

.

Big Thank for All Readers!

Please Review 3