FETUSSINI

(Janin-sini)—judulnya maksa

Apalagi Isinya (?)

Title:

FETUSSINI

Author:

Elixir Edlar

Cast :

NamJin, NamYoon, NamSeok, NamTae, KookMin

Genre:

Drama, Family

Rate:

Teenager (T)

Length:

Oneshoot

Disclaimer:

All cast belong to God, their parents and Bighit. Ent. I do not own the characters.

This story is ORIGINALLY from my OWN mind.

Warning :

Boys Love, Typos, EYD-failed, Unbeta-ed.

Out of Character (OOC), Alternate Universe (AU)

Read on Your Own Consent! Thank You~

.

Elixir Edlar Presents

.

.

FETUSSINI

.

.

Semua orang di Bangtan Publisher Corporation tahu siapa itu Kim Namjoon. Lelaki berpostur proporsial bak model dengan tinggi 181 cm dan lesung pipi yang begitu menawan. Ia juga diketahui memiliki otak yang sangat cemerlang dengan IQ 148. Selain itu Kim Namjoon juga terkenal sebagai seorang yang selalu mengikuti perkembangan mode terbaru sehingga mendapat julukan Kim Fashionista. Sebagai seorang fashionista ia pun selalu memerhatikan sekecil apapun detail penampilannya mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki sehingga terlihat 'sempurna'.

Di usianya yang masih muda, 26 tahun, ia bahkan sudah menjadi bos besar di sebuah perusahaan penerbitan yang bonafide. Ya, Kim Namjoon, adalah CEO Bangtan Publisher Co. Namun tidak banyak orang yang tahu tentang kehidupan pribadinya. Kim Namjoon si fashionista yang perfeksionis ini sebenarnya memiliki sebuah rahasia besar! Rahasia besar mengenai rumah tangganya!

Mau tahu apa rahasianya? Mari kita ulik bersama-sama.

Min Yoongi—atau sebut saja mawar eh maksudnya Suga, adalah istri pertama Kim Namjoon. Saat ini berusia 27 tahun yang artinya setahun lebih tua dari Namjoon. Dulunya Yoongi merupakan kakak tingkat Namjoon ketika kuliah di SNU (Seoul National University) dan mereka berpacaran ketika Namjoon mulai memasuki tahun keduanya sebagai seorang mahasiswa.

Yoongi merupakan sosok yang cerdas seperti Namjoon. Mereka berdua bahkan mendapat julukan genius couple yang disematkan oleh warga kampus. Yoongi menikah dengan Namjoon tepat satu tahun setelah Namjoon lulus kuliah. Yoongi adalah sosok yang pendiam dan cuek. Meskipun ia dan Namjoon sama-sama mencintai, namun Yoongi selalu menjadi pihak yang pasif dan apatis terhadap Namjoon.

Setelah mereka berdua menikah Yoongi bahkan tetap menjalani hidup seperti kebiasaan lamanya; mengurung diri di ruang kerjanya, menghadap laptop, mengerjakan proyek, dan bergadang sampai pagi. Hidup Yoongi seolah hanya berpindah tempat serta mendapat bonus teman tidur.

Alih-alih menjalankan perannya sebagai seorang istri, ia malah lebih mirip teman satu kamar yang memiliki urusannya masing-masing. Ia bahkan tak pernah memasakkan makanan untuk Namjoon, sekadar membuatkan kopi di pagi hari pun tidak!

Kalau menyiapkan kopi saja tidak, maka jangan harap ia akan menyiapkan air panas untuk mandi suaminya, menyiapkan pakaian dan memakaikan dasi sebelum suaminya bekerja, apalagi menyambut suaminya ketika baru pulang kerja—mimpi saja!

Sungguh malang nasib Kim Namjoon.

Namun di sisi lain Yoongi adalah partner hidup yang sangat menakjubkan bagi Namjoon. Bagaimana tidak? Setiap Namjoon mendapatkan masalah dan butuh pencerahan, Yoongi selalu siap sedia untuk diajak berdiskusi dan mencari solusi untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh Namjoon ketika di kantor.

Selain itu biasanya Yoongilah yang menemukan berbagai inovasi dan ide-ide brilian yang dapat menunjang perkembangan karir Namjoon. Termasuk posisi Namjoon sebagai CEO sekarang, tidak lain adalah berkat dukungan dan dorongan dari sang istri, Min Yoongi.

.

.

Setelah satu tahun penuh mereka menikah, Namjoon mulai meminta persetujuan Yoongi tentang usulan membuat anak karena Yoongi adalah seorang male-pregnant. Namun Yoongi menolak untuk memiliki anak dari Namjoon. Entah apa alasannya. Pernah suatu hari ketika Namjoon mengutarakan kembali keinginannya untuk memiliki anak, Yoongi pun dengan tegas menolaknya.

"Namjoonie, kau menikah lagi saja..." ucapnya santai. Membuat Namjoon sedikit menganga karena tidak percaya dengan apa yang Yoongi katakan barusan.

"Hyung sedang bercanda ya?" Namjoon mendadak ling-lung.

"Ani, kau menikah lagi saja. Bukankah kau membutuhkan seorang anak untuk melanjutkan garis keturunanmu?" ujar Yoongi dengan nada kelewat santai, membuat Namjoon semakin cengoh.

"Hah?! Hyung serius? Lalu aku harus menikahi siapa?" dengan polosnya Namjoon bertanya.

"Bagaimana kalau Seokjin hyung? Bukankah dia mantan pacarmu ketika di SMA? Kudengar dia belum menikah.." usul Yoongi.

"Hmm, memangnya hyung tidak cemburu kalau aku menikah lagi?" nada bicara Namjoon mulai terdengar merajuk, meminta perhatian rupanya.

"Ani, ini sudah risiko karena aku tidak mau mengandung anakmu. Jadi, menikahlah lagi agar kau bisa memiliki anak, Namjoonie."

Dan Yoongi pun berlalu—kembali menuju bunker pertahanannya untuk mengerjakan proyek-proyeknya yang sempat terbengkalai, meninggalkan Namjoon yang masih terpaku di tempatnya, tidak habis pikir.

Tiga bulan kemudian entah bagaimana caranya Namjoon menikah lagi dengan pacarnya semasa SMA, Kim Seokjin, yang notabene lebih tua dua tahun darinya. Semuanya Yoongi yang mengatur dan Namjoon tinggal pasang badan saja. Akhirnya Kim Seokjin resmi menjadi istri kedua Namjoon yang pada saat itu masih berusia 24 tahun.

.

.

Kim Seokjin—istri kedua Kim Namjoon, merupakan mantan kekasih Namjoon semasa SMA. Mereka pernah menjalin hubungan selama satu setengah tahun sampai akhirnya putus baik-baik karena Seokjin harus kuliah di luar kota. Mereka berdua beralasan tidak mampu menjalani hubungan jarak jauh. Sehingga daripada ada main belakang mereka berdua pun akhirnya memutuskan berpisah.

Seokjin merupakan seorang freelance chef di restoran-restoran mewah di kota Seoul. Selain itu ia juga membawahi dua buah sekolah memasak di daerah Chungdam dan Gangnam. Meskipun Seokjin termasuk orang sibuk dengan jadwal harian yang padat, ia tidak menutup diri seperti Yoongi yang selalu bersarang di ruang kerjanya.

Seokjin bahkan masih bisa menjalankan perannya sebagai seorang istri dengan baik. Contoh kecilnya adalah dengan menyiapkan makanan untuk Namjoon. Mulai dari memasakkan sarapan, menyiapkan bekal makan siang, juga menyajikan makan malam untuk suaminya. Di samping itu Seokjin juga selalu menyiapkan pakaian dan memakaikan dasi untuk Namjoon.

Sepulang kerja biasanya Namjoon akan menjemput Seokjin di salah satu lokasi sekolah memasak yang ia miliki untuk pulang ke rumah bersama. Sesampainya di rumah , Seokjin akan menyiapkan air hangat untuk mandi Namjoon dan juga membuatkan seduhan teh hijau untuk suaminya itu. Bukankah Seokjin terdengar sangat manis sebagai seorang istri? Namun demikian, mari kita ingat kembali tujuan Namjoon menikahi Seokjin. Bukankah ia menikahi Seokjin untuk mendapatkan seorang anak? Di sinilah akar masalahnya.

Seokjin bukanlah seorang male-pregnant. Sayang sekali.

Setelah enam bulan pernikahan barulah diketahui bahwa Seokjin bukanlah seorang male-pregnant seperti dugaan orang-orang. Oleh karena itu Namjoon kembali berdiskusi dengan Min Yoongi selaku istri pertamanya untuk mencari jalan keluar dari problematika 'Seokjin yang bukan seorang male-pregnant'.

Yoongi sebagai istri tertua Namjoon akhirnya mengajak Seokjin membicarakan masalah ini bersama-sama. Mereka berdua akhirnya mencapai kata sepakat dan menemukan solusi baru untuk merampungkan masalah Namjoon yang baru akan selesai ketika Namjoon berhasil memiliki seorang anak.

"Lebih baik kau menikah lagi saja Namjoonie. Lagi pula Jin hyung sudah setuju," begitu kata Yoongi.

Namjoon melingkupi wajah dengan kedua tangannya, frustrasi. Bagaimana tidak? Kedua istrinya dengan mudahnya menyuruhnya untuk menikah lagi. Semudah itukah bagi mereka? Apa kedua istrinya tidak mencintainya? Kenapa tidak ada yang cemburu sama sekali, pikir Namjoon menerawang.

"Benar sekali Monnie~ aku tidak keberatan jika kau mau menikah lagi~" seru Seokjin dengan suaranya yang sangat merdu.

Seolah menyuruh suaminya menikah lagi sama mudahnya dengan membeli telur di warung bibi Kwon. Oh, satu lagi, panggilan kesayangan Seokjin pada Namjoon adalah Monnie~

"Huft, istri-istriku yang cantik, kalian berdua sebenarnya sudah lebih dari cukup untukku. Mengapa aku harus menikah lagi? Huks huks," Namjoon menunjukkan mimik pura-pura menangisnya yang terkenal itu. Membuat Yoongi merotasikan netranya dan Seokjin yang hanya terkikik geli.

"Monnie~ aku sih sebenarnya ingin sekali bisa mengandung dan melahirkan anakmu. Tapi mau bagaimana lagi? Aku bukan seorang male-pregnant," ekspresi Seokjin berubah murung.

Yoongi menghela napas, "Aku male-pregnant, tapi kau tahu sendiri kan Namjoonie? Aku mengurus diri sendiri saja tidak becus. Bagaimana mungkin aku membesarkan seorang anak? Itu terlalu menakutkan," katanya sembari bergidik.

Namjoon mendesah, ia lelah. Benar-benar lelah.

Sebenarnya jika Yoongi yang seorang male-pregnant mau mengandung anaknya maka semua urusan akan beres. Tapi semua tidak semudah yang dipikirkannya. Yoongi ada benarnya, mana mungkin seorang yang mengurus dirinya sendiri saja tidak becus—disuruh untuk mengurus seorang anak? Bisa kacau semuanya.

"Jadi yeobo-deul, aku harus menikah dengan siapa lagi? Ada rekomendasi?" Namjoon celingukan ke arah Yoongi dan Seokjin bergantian. Yang dipandangi oleh Namjoon pun tampak melirikkan netranya ke atas seraya berpikir. Dan salah seorang dari mereka seperti menemukan percerahan.

"AHA!" ini Seokjin yang ber-AHA ria.

Dua orang lainnya memusatkan perhatian mereka padanya. "Monnie~ bukankah dulu kau pernah cerita kalau kau pernah dikejar-kejar oleh adik kelas yang setahun lebih muda darimu ketika di SMP? Siapa namanya? Taeflon? Taelepon?" Seokjin berusaha mengingat-ingat namanya.

"Taehyung, namanya Kim Taehyung. Dia itu adik kelas genit yang mati-matian mengejarku tapi aku sama sekali tidak tertarik padanya. Anak itu kelewat aneh dan sepertinya sedikit psycho. Kurasa dia hanya terobsesi padaku," jelas Namjoon panjang lebar pada kedua istrinya.

"Hmm, tidak masalah bukan? Selama dia mampu mengandung dan melahirkan anakmu, kurasa tidak ada yang perlu dipermasalahkan," Yoongi angkat bicara.

"Masalahnya yeobo-deul, Kim Taehyungnya sendiri itu sudah merupakan masalah.." lirih Namjoon, wajahnya nampak begitu muram dan putus asa.

"Kurasa kami berdua bisa mengatasi masalah tanpa masalah Monnie sayang. Kalau Taehyung sampai membuat masalah, kan ada Yoongi yang akan segera membasmi masalah hahaha," Seokjin tertawa membayangkan Yoongi menyelesaikan masalah tanpa masalah. Kau pikir ini motto pegadaian Kim Seokjin?

Namjoon mendesah pelan, "Huft.. terserah yeobo-deul saja deh," akhirnya ia menyerah.

"Nah, begitu lebih baik. Kau tenang saja Namjoonie, aku dan Jin hyung yang akan mengurus semuanya. Jadi—kau nanti cukup pasang badan saja ya?" kata Yoongi berapi-api, terlalu bersemangat untuk menikahkan 'suaminya' dengan calon istri barunya.

Ada-ada saja ya Yoongi?

Butuh waktu setengah tahun untuk membujuk Kim Taehyung agar mau menikah dengan Namjoon. Bukan apa-apa sebenarnya, hanya saja—Taehyung yang berprofesi sebagai model harus benar-benar mencari celah di antara jadwal padatnya untuk melakukan prosesi pernikahan. Kabar baiknya Taehyung ternyata masih belum move on dari Namjoon, yang ia sebut sebagai cinta pertama sekaligus cinta matinya itu.

Taehyung bahkan sangat berterima kasih kepada Seokjin dan Yoongi karena telah berbaik hati bersedia berbagi suami dengannya. Taehyung juga sudah tidak sabar untuk melangsungkan pernikahan dengan Namjoon, sang pujaan jiwa. Dan setelah enam bulan menunggu, akhirnya jadwalnya kosong dan keduanya pun menikah. Meskipun sejujurnya Namjoon tidak terlalu rela dirinya harus menikah dengan Kim Taehyung yang dianggapnya aneh itu.

Terpaksa, demi seorang anak, kata Namjoon.

"Monmon hyung, ayo buat anak!" kata Taehyung dengan penuh semangat, persis setelah pintu kamar pengantin mereka ditutup dari dalam oleh Namjoon.

Setelahnya Taehyung langsung menyerang Namjoon dengan begitu ganas nan brutal sehingga Namjoon pun dibuat kewalahan olehnya. Bagi Namjoon, Taehyung itu bagaikan rubah betina yang sedang dalam masa kawin, agresif sekali.

"Aahhhh.. Monmon hyung.. otongmu sungguh luarrr biasaaah..." kata Taehyung.

.

.

Kim Taehyung—Namjoon dan Taehyung pada akhirnya memutuskan berbulan madu di pulau Jeju demi kelancaran proses 'membuat anak' yang mereka rencanakan. Alasan mereka pergi ke Jeju sebenarnya karena—ketika berada di rumah, Taehyung sering minta 'dijamah' di tempat-tempat yang tidak lazim. Contohnya di ruang tengah, di ruang tamu, di counter dapur, di atas meja makan, di pinggir kolam renang, di taman samping rumah, bahkan ia pernah minta untuk dijamah di sekitar anak tangga.

Benar-benar selera bercinta yang sangat aneh dan tentu saja mengganggu kedua istri Namjoon yang lain beserta para pelayan yang bekerja di rumahnya. Taehyung yang juga kerap kali bersuara keras sampai berteriak ketika bercinta, pun dianggap sebagai sumber polusi suara level akut bagi yang mendengarnya karena bisa menyebabkan 'tegangan tinggi'.

Jadi demi keamanan dan kenyamanan bersama, Yoongi, lagi-lagi, mengusulkan Namjoon untuk mengambil cuti dan berbulan madu selama sebulan dengan Taehyung ke pulau Jeju.

Wah, lama sekali ya? Tidak masuk akal.

Masuk akalin aja deh, kan ini fanfiksi #Bhaks.

Omong-omong soal acara membuat anak, apakah Taehyung itu seorang male-pregnant? Jawabannya adalah iya!

Namun keberuntungan sepertinya belum mau berpihak kepada Namjoon. Meskipun mereka berdua telah berbulan madu selama sebulan penuh di pulau Jeju dan melakukan proses membuat anak sehari tiga kali seperti minum obat, tapi tetap saja Taehyung belum menunjukkan tanda-tanda adanya janin di perutnya.

Bahkan setelah pernikahan Namjoon dan Taehyung telah menginjak satu tahun, Taehyung tidak kunjung hamil juga. Hal ini tentu saja membuat Namjoon gusar setengah mati. Untung ada Yoongi yang selalu bisa membuat gundah gulana di hatinya hilang seketika.

Di saat Namjoon sedang kalut seperti itu, Yoongilah yang selalu menyemangati Namjoon agar selalu berpikir positif. Sejatinya Namjoon sudah ketakutan setengah mati. Takut kalau-kalau ternyata masalahnya ada pada dirinya. Ia takut kalau dirinya ternyata infertil. Tetapi setelah ia pergi ke dokter—disarankan dan ditemani Yoongi—ia pun bisa bernapas lega karena nyatanya ia baik-baik saja dan kondisi benihnya pun super fertil. Mungkin kebiasaan Taehyung yang doyan dugem dan minum alkohol—karena dia adalah seorang model papan atas—yang menjadi penyebab Taehyung tidak kunjung hamil, Namjoon berasumsi.

.

.

Saat ini Namjoon tengah menghadiri pesta pernikahan salah satu sahabat sekaligus kolega bisnisnya yang bernama Jeon Jungkook. Namjoon sengaja pergi sendirian ke pesta pernikahan Jungkook demi menegakkan keadilan dan kebenaran bagi ketiga istrinya yang cantik-cantik itu. Padahal aslinya dih ini saran Yoongi juga. Ia yang menyuruh Namjoon pergi sendirian dengan tujuan sebagai sarana untuk mencari istri baru yang bisa dinikahi dan dihamili oleh Namjoon.

Ingat, misi Namjoon untuk membuat anak masih belum selesai bukan?

"Jungkookie, selamat atas pernikahanmu dengan—Lho bukannya kau Park Jimin adik kelasku?" Namjoon terperanjat ketika mengetahui pengantin Jungkook tidak lain adalah Park Jimin—satu-satunya sahabat Taehyung yang sedikit 'normal' semasa sekolah dulu.

"Monmon hyung? Ini Monmon hyung yang dikejar-kejar Taehyung waktu SMP dulu kan?" Jimin nyengir lebar ketika mengingat momen 'pengejaran' yang dilakukan oleh Taehyung kepada Namjoon dulu.

Jungkook hanya memandang Namjoon dan Jimin bergantian, "Lho, kalian ternyata saling mengenal?" sambil menunjuk Jimin dan Namjoon bergantian.

"Ne, Jungkook-ah! Jimin ini adik kelasku ketika di SMP sebenarnya hahaha," tawa Namjoon. Ia begitu girang mendapati salah satu adik kelasnya menikah dengan sahabatnya sendiri.

"Wah, dunia benar-benar sempit ya Monmon hyung," Jimin tersenyum membentuk lengkungan bulat sabit cantik di matanya.

"Tak kusangka akhirnya kau benar-benar menikah dengan lelaki Jeon ini. Bukankah dulu kau yang mengejar-ngejar Jungkook? Hahaha, Jungkook mana mau dengan dirimu dulu itu ya?" Namjoon buka kartu, membuat Jungkook menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hyung, itu kan dulu, sebenarnya sejak dulu aku sudah jatuh cinta pada Jiminnieku yang cantik ini. Hanya saja, aku tidak tahu cara mengekspresikannya karena aku masih terlalu muda. Sudah begitu—Jiminnie hyung sangat agresif lagi! Aku kan jadi takut," jelas Jungkook panjang lebar.

"Ah, Jungkookie, kau membuatku malu.." seru Jimin yang pipinya mulai merona kemerahan.

"Hahaha, itu namanya jodoh. Mau diapa-apakan juga, kalian akan tetap bersama. Hm, aku tidak dapat memberikan apa pun selain mengucapkan selamat atas pernikahan kalian dan mendoakan semoga kalian berdua hidup bahagia sampai tua, sampai maut memisahkan," Namjoon menepuk-nepuk pundak Jungkook dan Jimin bergantian.

"Terima kasih hyung," sahut Jungkook yang diikuti anggukan oleh Jimin.

Ketiganya kemudian berbincang seraya bernostalgia mengenang masa-masa sekolah mereka yang begitu menyenangkan. Di tengah cengkerama dan tawa ketiganya terdengar sebuah suara menginterupsi mereka, "Jimin? Ahhhh, Park Jiminnnnn!" seorang lelaki langsung memeluk Jimin dengan heboh.

"Woah, Hoseoki hyung! Waaahhh! Aku merindukanmuuuu!" Jimin ikut berlonjak kegirangan di tengah pelukan mereka. "Kukira kau tidak akan datang.." katanya setelah mereka berdua kembali ke mode 'tenang'.

"Aku kan sudah janji Jiminnie. Meskipun janji itu dibuat waktu SMA, kalau sudah janji ya harus tetap ditepati. Aku kan seorang lelaki. Lelaki itu harus bisa memegang janjinya hehehe," kekeh Hoseok, menatap Jimin dengan senyuman lebarnya.

"Ah..Hoseoki hyung bisa saja deh..." kekeh Jimin.

"Oh, iya aku sampai lupa menyelamatimu. Selamat atas pernikahanmu ya Chim, Kook. Aku takkan pernah melupakan semua perjuanganmu ketika mengejar Jungkook di SMA dulu hahaha!" Hoseok terbahak mengingat momen yang menurutnya lucu mengenai Jimin yang mengejar Jungkook dulu.

Jungkook menepuk dahinya pelan, "Hyung, jangan buka aib. Kasihan Jimin hyung~" Jungkook tersenyum kecut, merasa tidak enak dengan orang yang baru dua jam berstatus sebagai istrinya.

"Woah, Jungkookie, tumben sekali kau membela Chim-Chim. Apa setelah negara api menyerang semua keadaan jadi ikut berubah?" kelakar Hoseok yang membuat Jimin tertawa.

"Hahaha, sudahlah hyung. Jungkook hanya malu. Akulah yang sangat beruntung karena Jungkook akhirnya mau menikah denganku," ucap Jimin dengan ekspresi berbinar-binar.

"Jangan berkata begitu chagiya, cintaku padamu itu jauh lebih besar dari perkiraanmu. Cintaku bahkan jauh lebih besar dari cintamu padaku. Jadi, jangan bicara yang tidak-tidak lagi ya?"

Cup!

Jungkook mengecup bibir Jimin dengan penuh cinta, membuat Jimin sedikit terlonjak akan aksi Jungkook yang terlalu tiba-tiba.

"Woaaah~ kalian berdua romantis sekali. Ahhh, so sweet~ Jungkook mengapa kau bisa berubah jadi semanis itu? Terakhir kali bertemu, kau masih menjadi lelaki yang sehambar bubur bayi. Apa jangan-jangan, kau dipelet oleh Jimin ya?" mata Hoseok terbelalak sambil menunjuk-nunjuk Jimin, sedangkan yang ditunjuk hanya terbahak mendengar lelucon Hoseok—yang sebenarnya tidak terlalu lucu sih.

Lagi pula memang Jungkook ikan? Pake dipelet segala?

"Ehm ehm!" Namjoon berdehem minta perhatian karena sejak tadi ia diabaikan oleh ketiga lelaki di depannya. Dia kan bukan patung selamat datang oke.

"Oh? Rapmonster! Huwaaa bagaimana bisa kau berada di sini?" Hoseok langsung menyerbu Namjoon dan memeluknya. Orang ini mungkin hobi memeluk siapa pun tanpa tahu situasi.

"Kau saja yang tidak perhatian. Sedari tadi aku kan berdiri di sini," Namjoon berpura-pura merajuk, lalu tersenyum kemudian.

"Lho? Hyung-deul saling kenal?" tanya Jungkook heran.

"Iya tentu saja! Rapmon ini teman kuliahku, sebagai informasi," Hoseok menjelaskan.

"Wow, ternyata kita saling terhubung satu sama lain ya? Aku dan Jungkook bersama sejak SMP hingga SMA, lalu aku, Jungkook, dan Monmon hyung se-SMP, kemudian aku, Jungkook, dan Hoseok hyung se-SMA! Dunia benar-benar selebar daun telinga! Eh daun kelor maksudku hehehe," Jimin berusaha melucu, tapi malah garing.

"Garing sekali Jiminnie, please deh" kata Hoseok dengan ekspresi datar.

Kemudian Hoseok beralih ke Namjoon, "Um, omong-omong bagaimana kabar Yoongi hyung, istri cantikmu itu?" tanyanya pada Namjoon.

"Ah—itu..." sebelum Namjoon sempat menjawab, tiba-tiba ponselnya berdering. "Tunggu sebentar ya yodeul-ah, istriku menelepon," Namjoon undur diri, dan menjauhi mereka bertiga menuju ke sudut ruangan.

"Hoseok hyung, Yoongi itu siapa?" Jimin mengerjap-kerjapkan matanya, bingung.

"Yoongi itu—tentu saja istrinya Rapmon. Siapa lagi memangnya?" Hoseok balik bertanya.

"Lho? Setahuku istrinya Namjoon hyung itu model Kim Taehyung," kali ini Jungkook yang bersuara, raut wajahnya juga menampakkan kebingungan.

"Apa!? Kim Taehyung?! Jangan bercanda suamiku!" Jimin heboh sendiri sambil menatap Jungkook dengan tatapan tidak percaya. "Bukankah istrinya Monmon hyung itu chef Kim Seokjin? Aku bahkan beberapa kali ikut kelas memasaknya dan melihat Monmon hyung menjemputnya," protes Jimin tidak mau kalah.

Mereka bertiga kemudian saling berpandangan dan berbicara melalui tatapan mata mereka masing-masing.

'Istri Rapmon itu ya Yoongi hyung! Pacar Rapmon semasa kuliah dulu. Masa iya Kim Taehyung? Mustahil. Siapa pula itu Kim Seokjin? Tidak kenal tuh,' inner Hoseok kepada Jimin dan Jungkook melalui tatapan mata.

'No! Istri Namjoon hyung itu model Kim Taehyung! Aku bahkan menghadiri pernikahannya tahun lalu. Perlu bukti otentik apa lagi hah?' tidak mau kalah, Jungkook pun berbicara melalui tatapan mata bulatnya.

'Salah semuanya! Yang benar itu Kim Seokjin. Buktinya Monmon hyung menjemputnya hampir setiap hari di kantornya, setelah itu Seokjin hyung akan mengecup pipi Monmon! Nah!' Jimin ikut-ikutan menyela pembicaraan Hoseok dan Jungkook—melalui tatapan mata sipitnya yang indah.

Ketiga lelaki itu sibuk berargumen melalui tatapan mata mereka yang entah kenapa terkoneksi satu sama lain alias nyambung. Semacam telepati terselubung, sampai akhirnya ketiganya membelalakkan mata satu sama lain dan bersorak setengah berteriak—

"HAH?! YANG BENAR SAJA!" secara serempak seperti sedang paduan suara.

Ketiganya kemudian bermonolog sendiri-sendiri dan berspekulasi sesuka hati masing-masing. Suara mereka kini lebih terdengar seperti dengungan lebah daripada manusia karena ketiganya berbicara begitu cepat seperti mbah dukun lagi baca mantra.

"Masa iya Namjoon hyung beristri tiga?" ini Jungkook.

"Wah maruk sekali Rapmon kalau sampai punya tiga istri," ini Hoseok.

"Monmon hyung, Yoongi, Taehyung, dan Seokjin. Wow! Tiga! Hahaha," ini Jimin.

"Apanya yang tiga?" suara Namjoon. Ternyata ia sudah kembali lagi ke peradaban, tanpa disadari oleh salah satu dari ketiganya.

"Eh, itu—apanya ya yang tiga?" Jimin menatap Jungkook, bermain mata, meminta bantuan untuk menjelaskan.

Namjoon beralih menatap Jungkook lekat-lekat. Seolah menanti kalimat apa yang akan diucapkan Jungkook kepadanya.

"Tiga, apa ya? Tiga... Tiga istrimu hyung! Oops," Jungkook langsung menutup mulutnya dengan tangan kirinya. 'Sial, sial, sial, aku kelepasan,' batinnya.

Namjoon mengernyit heran dan kini beralih menatap Hoseok, "Hobbie, sebenarnya apa yang sedang kalian bicarakan heum?" meminta penjelasan.

Hoseok menatap Namjoon sekilas lalu menghela napas panjang, "Mm, Rapmonnie, aku akan langsung ke intinya saja," jeda sejenak. "Jangan tersinggung tapi—apakah Kim Taehyung dan Kim Seokjin itu istrimu yang lain setelah Yoongi hyung?" akhirnya Hoseok mengutarakan hal yang dianggap tabu untuk diperbincangkan oleh—sepasang pengantin yang baru menikah—Jungkook dan Jimin.

Namjoon menghela napas dalam-dalam, "Mm, Hobbie~ bagaimana kalau kita keluar untuk minum-minum? Terakhir kali kita minum bersama adalah pada saat pesta kelulusan dan itu artinya empat tahun yang lalu. Bagaimana?" Namjoon mengalihkan pembicaraan.

Hoseok bergeming dan tidak mengeluarkan suara. Ia hanya menatap Namjoon dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Eum, mungkin kita bisa saling berbincang. Kau boleh menanyakan apa pun padaku," Namjoon akhirnya menyerah dan Hoseok langsung nyengir lebar.

"Nah, begitu donk. Kenapa tidak dari tadi. Ayo kita pergi sekarang!" ajak Hoseok sambil merangkul pundak Namjoon.

"KAMI BERDUA BAGAIMANA?" tanya sepasang pengantin baru itu kompak.

"Kalian berdua bersiap main kuda-kudaan saja setelah ini," seringai Namjoon, membuat Jungkook dan Jimin merona parah.

"Hahaha, Jungkook-ah, kau sudah tidak perlu memakai pengaman lagi. Kali ini langsung hajar saja! Dan buat Jimin hamil secepatnya~" Hoseok mengedipkan sebelah matanya kepada Jungkook.

Glek..

Jungkook hanya bisa menelan ludahnya dengan susah payah. Mereka berdua benar-benar vulgar! Kan kasihan istri manisnya yang polos itu. Eh, polos? Berarti tidak pakai baju donk! Jungkook-ah, apa yang kau pikirkan? Ingat, tamu undangan masih banyak!

Jungkook menoleh kepada Jimin di sampingnya, "Chagiya~" panggilnya lirih.

"Ada apa chagy?" Jimin mengerjap-kerjapkan manik indahnya yang sebening kristal.

"Aku tegang Chim~" bisiknya di telinga Jimin dengan napasnya yang panas, membuat istrinya kegelian.

"Eunghh..." ya ampun, Jimin malah sempat-sempatnya melenguh. Kalian berdua, ingat tempat!

.

.

.

Alih-alih mengajak Hoseok ke kedai soju di pinggiran kota, Namjoon malah membawa Hoseok menuju sebuah bar yang terletak di dalam sebuah hotel bintang lima. Dan di sana Namjoon pun bercerita tentang ketiga istrinya yang telah membuat sahabatnya tersebut penasaran setengah mati.

"Yoongi hyung adalah partner hidup yang baik. Dia selalu bisa diajak diskusi dan banyak membantuku menyelesaikan berbagai masalah pelik. Namun di sisi lain, dia tidak pernah menganggapku sebagai suaminya. Aku tidak pernah dipedulikannya. Kami bahkan tidak pernah bercinta! Dia sangat sibuk dengan dunianya sendiri dan aku diabaikan olehnya hiks hiks hiks," air mata buaya Namjoon mulai muncul.

"Ya, ampun Rapmon, kukira kalian berdua saling mencintai. Kalau tidak pernah bercinta lalu bagaimana kalian bisa punya anak? Bukankah Yoongi itu male-pregnant?" Hoseok bertanya hati-hati dengan nada pelan.

"Sebenarnya kami bercinta sih, kadang-kadang. Tapi selalu pakai kondom! Yoongi hyung bilang kalau dia tidak ingin hamil anakku. Dia bilang begini, 'aku adalah orang yang mengurus diriku sendiri saja tidak becus, bagaimana mengurus anak kalau begitu?' Bayangkan Hobbie~ Betapa tersiksanya aku huks huks huks," Oh, Namjoon, aktingmu bagus sekali.

"Huks.. aku jadi ikut sedih mendengar ceritamu. Jadi, alasanmu menikah lagi itu karena menginginkan seorang anak?" Hoseok meremas-remas bahu Namjoon pelan, untuk menguatkan katanya.

"Iya, kau benar. Pernikahanku dengan Jin hyung dan Taehyung itu juga atas permintaan Yoongi hyung. Padahal kalau Yoongi hyung bisa berperan sebagai istri dan ibu untuk anak-anakku, kurasa aku tak perlu menikah lagi huks huks," Namjoon merunduk ke arah counter meja bar.

"Lalu bagaimana dengan Jin hyung dan Taehyung? Apa mereka sudah berhasil memberimu seorang anak?" Hoseok mengelus-elus punggung Namjoon yang bergetar, berpura-pura menangis.

"Tidak Hobbie, mereka berdua bukan male-pregnant ternyata," bohong Namjoon, yang bukan male-pregnant itu kan hanya Seokjin saja. Modus kau Namjoon.

"Ya, ampun... lalu bagaimana kau menjalani kehidupan dengan tiga istri?" Hoseok terperangah ketika membayangkan bagaimana Namjoon hidup dengan ketiga istrinya.

"Huks.. Kau tau Kim Taehyung? Dia teman satu SMP-ku dan teman satu SMA-mu kan?" Namjoon bertanya sambil meremas rambutnya sendiri.

Hoseok mengangguk, "Ya, tentu saja. Kudengar dia pernah terlalu terobsesi dengan kakak kelasnya sewaktu SMP sampai kakak kelasnya itu lulus kuliah sepertinya," Hoseok mencoba mengingat-ingat.

"Kakak kelas Taehyung yang dikejarnya gila-gilaan ketika SMP itu—aku.." Namjoon melingkupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Astaga! Benarkah? Jadi, anak SMA sebelah yang dikejar-kejar oleh si Taehyung itu kau ya?" Hoseok melotot heboh mengetahui fakta tentang Namjoon dan Taehyung.

"Iya—tapi aku tidak mencintainya Hobbie-ya! Dia itu seorang maniak. Dia selalu meminta untuk disetubuhi olehku. Parahnya lagi, terkadang dalam sehari bisa sampai tiga sampai lima kali. Kalau terus-terusan begitu, aku bisa mati lemas, huks huks huks." Namjoon menangis lagi, tapi akting.

"Ya ampun! Tak kusangka kalau Taehyung itu seorang maniak. Malangnya nasibmu Rapmonnie. Lalu bagaimana dengan Kim Seokjin?" Hoseok menanyakan perihal istri kedua Namjoon.

"Di antara ketiga istriku, dialah yang paling waras. Dia melayaniku dengan sangat baik. Dia memasak untukku, menyajikan makananku, menyiapkan pakaianku, menyiapkan air hangat untukku, dan kami juga bercinta dengan frekuensi sewajarnya. Tapi—kekurangannya ya satu itu, dia bukan male-pregnant," Namjoon menatap wajah Hoseok lekat-lekat.

"Aigoo, Kim Namjoon! Aku tidak tahu kalau hidupmu seberat ini. Huks, aku jadi sedih mendengar ceritamu. Apa yang bisa kulakukan untuk membantu meringankan bebanmu ini Namjoonie?" Hoseok sudah mulai memanggil Namjoon dengan nama aslinya, ini adalah pertanda baik.

Namjoon meraih kedua tangan Hoseok lalu digenggamnya dengan kedua tangannya. Matanya menatap tajam ke dalam obsidian Hoseok, seolah menghipnotisnya.

"Hobbie-ya! Apa kau male-pregnant?" Namjoon bertanya dengan antusias.

Hoseok terlihat berpikir sejenak, namun setelahnya ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jadi, kau bukan male-pregnant?" raut wajah Namjoon berubah kecewa.

"Aku tidak tahu, Namjoonie. Aku belum pernah cek yang seperti itu," jawab Hoseok.

"Bagaimana kalau kita mencobanya?" Namjoon mengeratkan genggaman tangannya pada Hoseok.

"Maksudmu?" Hoseok hanya mengerutkan dahinya, bingung.

"Kau belum menikah kan?" Hoseok menggeleng.

"Kau sudah punya kekasih?" Hoseok menggeleng lagi.

"Jadi, kau single?" Hoseok menggangguk.

"Nah bagus sekali! Kalau begitu, jadilah istriku Jung Hoseok!" pinta Namjoon, nada bicaranya begitu meyakinkan. Please, lamaranmu sungguh tidak romantis Kim Namjoon.

"A-apa? Ja-jadi istrimu? Mana bisa begitu? Kalau ternyata aku bukan male-pregnant bagaimana? Kau dapat triple-zonk donk kalau begitu?" pikir Hoseok, rasionalitasnya berbicara.

"Makanya kita coba dulu. Kalau tidak dicoba mana kita tahu?" Namjoon tersenyum sambil menaikkan kedua alisnya secara bersamaan. Genit sekali, padahal sudah punya tiga istri.

"Dicoba dulu bagaimana maksudmu? Aku tidak mengerti," Hoseok mulai lemot pemirsa.

"Ya dicoba—kita main kuda-kudaan dulu saja, lalu aku akan menanam benih di ladangmu. Setelahnya kita tunggu sebulan kemudian. Jika benihnya tumbuh kita menikah, bagaimana?" Namjoon masih tersenyum genit, menampilkan dua lesung pipinya yang sok tampan itu.

"APAAAAA!?" Hoseok meradang, biar jomblo begitu, ia masih punya harga diri.

"Dengarkan aku Kim Namjoon, buat anak kok coba-coba! Yang benar saja! Tidak mau!" teriaknya tegas.

"Huft.. ya sudahlah.. mungkin ini memang jalan takdirku.. aku tidak ditakdirkan untuk memiliki anak sepertinya huks huks huks," Namjoon memulai akting tangis-menangisnya.

Hoseok yang berhati lembut, benar-benar tidak tega melihat Namjoon yang tampak begitu rapuh saat ini. Direngkuhnya pundak Namjoon untuk ia peluk.

"Sshhh, sudah jangan menangis. Aku ingin sekali membantumu, tapi tidak begini caranya," Hoseok mengelus-elus rambut Namjoon.

"Aku mengerti Hobbie-ya. Kalau begitu temani aku minum saja ya?" Namjoon menyerigai kecil melihat Hoseok yang menganggukan kepalanya setuju.

Dan mereka pun minum sampai Hoseok mabuk berat!

Beberapa jam kemudian...

"Ohhh... euumhh.. di sanahhh... iyahh.. terusshhh... ohhhh"

Tubuh Hoseok terhentak-hentak di bawah Namjoon yang bergerak naik turun di atasnya. Jadi begitulah nasib Jung Hoseok, seorang jomblo yang masih punya harga diri untuk menolak Namjoon, akhirnya menyerah juga ketika ia mabuk, kekeke.

.

.

.

Sebulan kemudian

Minggu pagi yang cerah, Namjoon tampak tengah menelepon dengan seseorang di balkon ruang kerjanya di lantai dua. Istri pertamanya, Yoongi, tengah duduk di sofa ruang kerja Namjoon sambil membaca buku. Istri keduanya, Seokjin, seperti biasa tengah menjaga teritorial kekuasaannya di dapur seraya berkencan dengan kompor dan pernak-perniknya. Sedangkan istri ketiganya, Taehyung, masih bergulung malas di dalam selimut akibat kelelahan bertempur dengan Namjoon semalam.

"Aku mengerti..."

"..."

"Iya..jaga dirimu baik-baik.."

"..."

"Aku akan ke sana nanti malam.."

"..."

"YEAAAAAH!" Namjoon berteriak kegirangan sambil meloncat-loncat di balkon ruang kerjanya.

"HAHAHAHA! AKHIRNYA!" teriaknya lagi.

Yoongi yang pada awalnya tengah memusatkan konsentrasinya pada buku di tangannya, mau tidak mau terdistraksi akibat aksi heboh suaminya. Ia perhatikan ekspresi suaminya baik-baik, wajahnya tampak begitu gembira seolah-olah baru memenangkan tender untuk sebuah proyek besar ber-budget milyaran won.

Di saat Yoongi masih sibuk memperhatikan Namjoon, tiba-tiba suaminya tersebut berlari ke arahnya, membopongnya dan memutar-mutar tubuhnya dengan anarkis.

Saking senangnya.

"Apa yang terjadi Namjoonie?" Yoongi bertanya pada Namjoon yang kini menggendongnya ala pengantin.

"Hahaha! Yoongi hyung rencanamu berhasil!" sorak Namjoon dengan nada ceria yang begitu kentara dalam kalimatnya.

"Rencana apa? Berhasil bagaimana?" Yoongi benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sedang dibicarakan oleh suaminya itu.

"Itu lho hyung, rencanamu yang waktu itu. Rencana B untuk menghamili siapa pun yang aku kenal di hari pernikahan Jungkook!" jelas Namjoon.

"Oh—berhasil ya?" Kali ini Yoongi terlihat seperti orang ling-lung.

"Tentu saja berhasil! Aku akan segera jadi Appa! Yeay!" Namjoon menurunkan Yoongi dari gendongannya dan mengecupi wajah putih Yoongi sebagai gantinya.

"Jadi, Hoseok hamil?" Yoongi menaikkan salah satu alisnya.

"Tepat sekali! Dia barusan meneleponku hyung. Ahhh, senangnyaaa.." Namjoon merentangkan kedua tangannya ke udara sambil memejamkan mata.

"Bagus! Kalau begitu, cepatlah kau menikahinya sebelum kandungannya membesar Namjoonie," saran Yoongi. Istri pertama Namjoon ini memang bijak sekali.

"Tentu hyung! Bulan depan kami akan menikah. Ahhh, terima kasih banyak Yoongi hyung~" Namjoon memeluk Yoongi lagi.

"Mmm, Kim Namjoon?" panggil Yoongi.

"Ya?" jawab Namjoon pelan.

"Tapi tidak gratis," Yoongi menampilkan wajah datarnya.

"Maksudmu hyung?" Namjoon mengernyitkan alisnya, bingung.

"Aku sudah membantumu mendapatkan yang kau inginkan bukan?" ujar Yoongi.

"Mm, ya tentu saja. Makanya aku sangat berterima kasih padamu hyung," jawab Namjoon, raut wajahnya menyiratkan ketulusan yang tercetak jelas di kedua maniknya.

"Sekarang giliranmu membantuku," Yoongi menatap netra Namjoon lekat-lekat.

"Membantu apa hyung?" Namjoon penasaran, tidak biasanya Yoongi meminta bantuannya.

"Membantuku—menculik Park Jimin!"

Sebuah seringaian tipis tampak di wajah Yoongi.

.

END

.

.

Selasa, 23 Agustus 2016

07:38 PM

.

.

REVIEW

IF I SUCCEEDED MAKING YOU LAUGH, OKAY?

.

P.S.

Kenapa gua ketawa sendiri pas ngedit ff ini ya?

Mungkin cuma gua orang aneh yang baca cerita buatan sendiri sambil ketawa-ketiwi.

Ada orang yang kayak gua? Kalau ada, mari kita temenan.. hahaha

Gua gak tahu kalau ini 'nggak lucu'... yang gua tahu, gua cuma hobi 'nge-troll' di belakang cerita.. mungkin itu bakal jadi tipikal di setiap cerita gua.

Bodo amat dah kalo isinya absurd, tapi kalau gua bisa bikin kalian ketawa, bilang yah di kotak review, biar gua bikinin lagi yang banyak..

Kalau gua mau sih, kalau kagak ya.. gitu deh haha