AMAZING FATE

Chanbaek

Slight Krisbaek, Hunhan, Kaisoo

GS!

.

.

Baekhyun telah terjerat kedalam manik kelam yang mampu menyita seluruh indra miliknya. Pria itu terlarang untuk Baekhyun. namun, siapa yang menyangka takdir yang dituliskan Tuhan?

.

.

Desclaimer : Semua tercipta dari imajinasi absurb. Namun, tokoh tetap milik yang memiliki. Jika ada cerita, tokoh, setting, dll yang sama itu suatu kebetulan.

.

JIKA ANDA TIDAK SUKA DENGAN FF INI ATAU PAIRING INI ATAU GENDER DARI TOKOH TOLONG TIDAK USAH DIBACA

.

MARI SALING MENGHARGAI SATU SAMA LAIN!

.

Selamat membaca^^

.

"Ahh.." lenguhan halus tanpa mampu wanita itu tahan telah lolos begitu saja ketika kedua tangan besar nan hangat itu menangkup kedua sisi payudaranya dengan perlahan

"Kau milikku."

"Uhmm.." desahan kecil semakin mengalun begitu banyak ketika jemari-jemari itu menari di permukaan kulit halus yang entah sejak kapan telah polos tanpa sehelai benang yang menutupinya

"Kau milikku, love. Hanya milikku."

"Ahh.. ahhyahh.."

-o0o-o0o-o0o-

Ruangan remang dengan nuansa merah melekat penuh rasa sensual begitu pekat. Dinding-dinding penuh lukisan erotis yang memanjakan mata dengan tempat tidur berukuran besar di tengah ruangan. Sofa panjang berwarna hitam kelam pun terletak di sudut ruangan itu.

Desahan dan rintihan menggoda mengalun begitu erotis di dalam ruangan yang seharusnya begitu dingin itu. Dentuman music menghentak terdengar seakan mendiktekan ritme kepada ketiga gadis yang saat ini tengah dihujam oleh beberapa alat pemuas nafsu dan menari memamerkan lubang senggama milik mereka yang telah memerah karena lecet. Aroma khas menguar begitu pekat disetiap lenguhan dan hentakan keras yang dilakukan para gadis pada alat-alat yang menempel di tubuh mereka.

Oh sesungguhnya para gadis itu tidaklah puas dengan alat-alat mainan palsu yang tertempel dan menghujam kenikmatan mereka. Sesungguhnya mereka sangat ingin jika jemari, bibir, bahkan kejantanan para pria yang saat ini tengah duduk bersandar di sofa hitam di ruangan itu yang menggantikan mainan-mainan sialan itu.

Persetan dengan harga diri jika dari awal para gadis itulah yang menawarkan diri untuk disetubuhi. Merangkak dan memohon agar lubang mereka disentuh dengan begitu erotis oleh ketiga pria tampan itu. Bersorak gembira ketika mereka menjadi tawanan perang dari kelompok mereka untuk para pria tampan yang sedang menatap mereka di sofa hitam itu. Bukanlah rahasia tabu lagi jika kelompok-kelompok kecil yang berada di kota ini selalu menyerahkan para gadis terbaik mereka untuk kelompok besar yang dipimpin oleh Big Boss itu jika mereka kalah dalam sebuah taruhan ataupun sebagai bentuk imbalan ketika kelompok besar membantu mereka dalam mengalahkan kelompok yang lain.

Upeti tidaklah selalu dalam bentuk uang, bukan?

Wanita pun dapat dijadikan sebagai upeti—meskipun hanya sebatas waktu yang ditentukan dalam kontrak yang telah ditandatangani oleh yang bersangkutan.—Bahkan para wanita dari kelompok-kelompok itu akan berebut untuk menjadi upeti kepada kelompok besar yang dipimpin oleh Big Boss itu

Kekehan rendah terdengar ketika salah satu dari sang gadis yang saat ini tengah memamerkan lubang senggamanya didepan ketiga pria yang tengah menyesap wine dengan begitu tenang kembali mengejang hebat dan melolong nikmat, "Well, sangat berisik." gumam pria bersurai kelam yang saat ini tengah memutarkan jemari panjangnya di atas permukaan gelas wine miliknya

"Kau yang memilih mereka, Oh." Helaan napas malas terdengar dari bibir pria bersurai ash grey sebelum ia melambaikan tangannya memanggil salah satu gadis itu untuk mengangkang dihadapannya.

Wanita dengan surai ombre merah bercampur coklat yang saat ini tengah bermain-main dengan tubuh salah satu teman wanitanya pun menoleh ke arah pria bersurai ash grey dengan tatapan penuh gairah dan penuh godaan. Seakan setiap langkahnya dipenuhi jerat mematikan untuk menangkap mangsa tampan yang saat ini menatap tubuh indah nan moleknya dengan sepasang mata bulat yang begitu indah. Wanita itu sangat mengetahui jika pria bersurai ash grey itu adalah Big Boss, pria tertampan dan terpanas yang sayangnya sangat terlalu pemilih dan begitu misterius. Wanita itu sangat mengingat ucapan rekan wanitanya yang pernah bertemu dengan Big Boss tentang rambut khas dan mata bulat Big Boss yang sangat memikat, meskipun saat ini wajah tampannya itu tertutup dengan masker hitam yang bertengger menutupi separoh wajah bawahnya. Well, selain itu yang membuat wanita itu yakin adalah ia merupakan wanita beruntung yang terpilih untuk menjadi upeti kepada kelompok utara yang dipersembahkan kepada sang Big Boss

"Balik badan." Suara husky itu mengalun serak kepada wanita yang saat ini berdiri dan menggigit bibir bawahnya untuk sekedar menahan getaran hebat di dalam tubunya karena alunan suara rendah sang Big Boss.

Oh, sungguh tak mengherankan jika seluruh wanita akan bertekuk lutut dibawah kaki pria ini. Suara rendah yang mengalun itu bagai api yang memercik di tengah hamparan minyak. Tatapan tajam dari mata bulat itu bagai mampu mengorek apapun rahasia yang tersimpan rapi. Tubuh tegap nan kekar itu terlihat begitu hangat untuk disentuh dan dinikmati. Oh, katakan bagaimana mungkin setiap wanita tak akan rela memberikan apapun untuk pria tampan ini?

"Kau ingin mencicipinya?" bisik pria dengan kulit eksotis yang sedari tadi hanya terkekeh menikmati kelakuan pria bersurai ash grey itu.

"Membungkuk. Lebar kakimu dan perlihatkan vaginamu pada kami." Wanita itu menurut dengan sangat patuh, bahkan sekali ia menggoyangkan pinggulnya untuk semakin gencar mengeluarkan sisi pemikat yang mematikan hingga tanpa sadar ketiga pria tampan itu terlihat tergoda dengan vagina berkedutnya.

Oh, mereka pria normal ingat? Bagaimana mereka tak akan ikut menegang ketika melihat lubang yang tersaji dihadapan mereka berkedut dan meleleh?

"Jika Kyungsoo mengetahui aku menerima ajaknmu lagi, aku akan mati." Gumam pria berkulit eksotis itu dengan menyesap vodka untuk sekedar menghilangkan gerah panas di tubunya. Namun, sialnya karena itu vodka merupakan minuman berakohol sehingga jalar panas itu semakin meningkat.

Mendengar gumaman serta gerutuan pelan itu, membuat Big Boss terkekeh mengejek, "Takut hilang kendali, Kim?"

Belum sempat pria berkulit eksotis itu membantah, Big Boss berseru cepat kearah pria bersurai hitam kelam yang sedari tadi menarik keras ujung payudara wanita berombre merah itu dengan jemari kakinya, "Ambilkan kuas nomer 8 di dekatmu, Oh."

Pria bersurai hitam kelam itu hanya mendengus geli dengan perintah pria yang bersandar tenang disampingnya ini. Ia mengerti jika pria bernama Big Boss ini telah memasuki tahap mengobservasi tubuh sang mangsa, mau tak mau ia menghentikan aktivitasnya menarik-narik bosan ujung payudara wanita itu dan mengambilkan kuas panjang dengan serat kuas yang halus.

"Jangan terlalu menyiksanya, dude."

"Ahhh~" Desahan nyaring terdengar dari mulut wanita itu ketika serat kuas nan halus itu berputar membelai setiap sisi lubang senggamanya dengan begitu erotis. Pelan dan memabukkan.

"Ahh.. big boss.. ahh."

Kedua pria yang berada disamping kanan dan kiri Big Boss hanya terkekeh tanpa berniat ikut campur menginvansi tubuh wanita itu ketika melihat wanita yang saat ini semakin menggeliat hebat dan mendesahkan nama besar teman gilanya itu. Well munafik jika mereka bertiga tidak tegang sama sekali melihat vagina merah itu berkedut-kedut, hanya saja pujaan hati mereka lebih menggairahkan dan lebih merangsang daripada wanita ini.

"Jika kau orgasme hanya karena kuas milikku, kau selesai." Wajah wanita itu mengernyit tak suka ketika mendengar ucapan Big Boss itu, karena demi apa vaginanya tengah berkedut hebat, beberapa detik lagi dia akan menyemburkan cairan khas pemikatnya.

Srett

Big boss itu menarik ujung kuas yang telah tenggelam masuk ke dalam lubang senggama milik wanita itu dan membuangnya ke lantai. Erangan protes terdengar dari sang wanita karena ia kehilangan sentuhan yang akan membuatnya keluar dengan keras dan hebat.

"Pergilah. Suruh kedua temanmu itu memuaskanmu." Dengan hentakan keras wanita itu pergi menuju kedua wanita yang masih setia bermain dengan mainan yang menempel di setiap lubang milik mereka.

"Well, kontrak mereka akan berakhir berapa jam lagi, dude?" Tanya pria bersurai hitam kelam itu

"Satu jam lagi" Mendengar jawaban itu membuat pria itu kembali merebahkan punggungnya di sofa dengan gumaman-gumaman kecil jika dia merindukan kekasih hatinya.

-o0o-o0o-o0o-

Tik..tok…tik…tok

Denting waktu menggema di ruang besar dengan pemandangan kota yang sangat memanjakan mata. Namun, seakan hanya deru napas teratur yang saling beradu sesekali terdengar lirih diruangan itu.

Senyap namun tak senyap

Hening namun tak hening

Ketika sang malam mulai teralih oleh serat orange bercampur merah di ufuk timur sana, ruang yang semula penuh dengan teriakan kenikmatan dan aroma sirat hal yang melelahkan pun telah menghilang bagai tersapu sang angin baru. Saat ini ruangan penuh aroma cairan khas wanita menguar begitu pekat hingga membuat siapa pun yang menginjakkan kaki di dalam ruangan ini menganga takjub itu hanya tersisa ketiga wanita yang tergolek lemah tanpa busana di atas ranjang yang tak terbentuk lagi itu

Namun, di suatu tempat dengan lorong yang sewilayah tapi tak dapat dikatakan sewilayah terdengar alunan-alunan suara serius tengah beradu, "Aku mendengar jika ada yang mengetahui siapa dirimu yang sebenarnya." Ujar pria berkulit eksotis yang saat ini tengah menyesap minuman merah yang telah membuat kesadaran otaknya menurun beberapa persen

"Sampai kapan kau akan tetap diam dan mengawasi?" timpal pria bersurai hitam kelam yang saat ini tengah mempererat jalinan jemari tangannya

"Kau termakan rumor." Lelaki bersurai ash grey itu menyenderkan punggung tegapnya di sebuah kursi kebesaran miliknya, "Belum saatnya mengakhiri."

"Lalu bagaimana dengan Wu Yifan?"

"Wu Yifan tidak terlibat dengan selatan." Suara tenang namun menusuk mengalun sekan mampu menebas lapis pelindung ruangan yang mereka tempati itu—Oh, Apakah telah kujelaskan bahwa ruangan itu terletak di bawah permukaan tanah? Ruangan tersembunyi yang menyatu dengan beberapa bangunan melalui bawah tanah. Ruangan khusus yang telah dirancang dengan sinar laser. Hanya ketiga pria inilah yang memiliki tombol untuk menghilangkan laser tersebut ketika mereka melewati serta dinding yang telah dirancang mampu menahan gempa. Ruangan yang menjadi saksi bisu semua rahasia yang tengah terpendam

"Kau salah." Bantah pria bersurai hitam kelam itu, "Wilayah selatan mulai bergerak untuk mendekati Wu Yifan."

"Masalahku dengan dia tak bersangkut paut dengan selatan."

"Akan merepotkan jika mereka bergabung." Gumam pria berkulit eksotis itu, "Ini bukan hanya menyangkut tentang kita dan selatan, dude. Wanita kita—Tidak, wanitamu dalam posisi bahaya jika mereka bergabung." Lelaki bersurai ash grey itu menatap atap putih berhias lampu-lampu indah yang menggelantung dengan tatapan yang menerawang jauh. Ia sangat tau konsekuensi langkah yang ia tempuh.

"Jongin benar, bahkan wanitamu telah berurusan dengan selatan karena Chong Hyeri. Selatan mengawasinya, dude. Dan Wu Yifan kembali mengejarnya." Ungkap pria bersurai kelam itu dengan serius

"Aku tau."

-o0o-o0o-o0o-

Senandung kecil terdengar begitu menyenangkan ketika langkah-langkah kecil itu menyusuri jalan setapak sebuah jalan sempit menuju ke sebuah tempat. Tanpa memedulikan sang mentari masih setia menggeliat di atas singgahsananya, wanita itu mengetuk pintu bercat hitam yang selalu membuatnya berdecak kagum

Tok tok tok

"Byun?" Kedua mata pria yang saat ini tengah berdiri dengan pakaian kasual—yang jauh dari style biasanya ketika di kampus. Tak ada bandatan yang tersampir di kedua pundaknya, tak ada kancing kemeja yang terkancing hingga leher. Meskipun rambut hitamnya tetaplah klimis, kacamata bulat besar yang masih setia bertengger di hidung mancungnya, dan oh ya, jerawat dan berbagai flek kulit masih setia menghias di wajah yang sebenarnya cukup tampan itu—membulat sempurna ketika pintu rumah yang ia jadikan galeri karya geniusnya terbuka hingga menampilkan wanita mungil dengan balutan kaos hitam dan celana jins yang melekat sempurna di tubuh indah wanita itu.

Senyum merekah di paras cantik yang selama ini mampu membuat jantung siapapun yang menatapnya bertalu tak menentu, "Apakah aku terlalu pagi, Chan?"

Mendengar pertanyaan wanita yang saat ini tengah menenteng sebuah kanvas berukuran sedang dan sebuah ransel yang berisi alat-alat lukis pun membuat lelaki yang masih setia berdia diri itu tersadar bahwa hari ini ia memiliki janji untuk menyelesaikan karya yang akan di pamerkan dalam pameran karya yang diselenggarakan Mr. Kim di Jerman kelak—Well setelah kolaborasi yang ia lakukan bersama wanita cantik ini yangmana mampu membuat karyanya di tawar seharga dua miliyar, membuat Mr. Kim memberikan mereka kesempatan lagi untuk mengirim lebih dari satu karya untuk ditampilkan di pameran karya pribadi miliknya—

"Tidak, masuklah."

Akhirnya suara husky itu kembali terdengar setelah kedua manik kelamnya yang ternyata bagai jagat raya yang luas menatap tajam ke arah wanita yang saat ini berdiri kikuk. Dengan langkah kikuk yang terlihat jelas, Baekhyun melangkah masuk.

"Duduklah." Seperti dejavu, Baekhyun menuruti ucapan Chanyeol dengan patuh. Kedua matanya menelisik seluruh ruangan yang sepertinya tak banyak berubah, hanya saja semakin banyak lukisan lukisan menakjubkan yang bertengger manis di dinding dan berserak dilantai ruangan ini. Namun—

"Bukankah itu Hyeri?" gumam Baekhyun ketika kedua maniknya menatap satu lukisan berukuran besar tergeletak di bawah. Tanpa sadar kedua kakinya melangkah mendekati lukisan tersebut untuk melihat dengan seksama.

Lukisan erotis seorang wanita yang tak hanya menunjukkan keintiman yang mendalam. Terkesan sangat nakal dan penuh pesona yang mampu meningkatkan libido para pria yang melihatnya, bahkan wanita cantik yang saat ini tengah mengerjab takjub itu merasa sangat iri dengan betapa sempurnanya tubuh Hyeri yang dilukis oleh Chanyeol. Lekukan tubuh itu begitu sempurna, leher jenjang yang begitu memikat. Sangat tak mungkin bukan jika ketika melukis Hyeri, Chanyeol tak merasa tegang?

Cipratan cat hitam bercampur biru muda yang menempel di atas lukisan perutnya pun seakan menambah kesan tersendiri untuk lukisan Hyeri yang begitu membuat pening. Raut wajah dengan binar mata begitu menggoda serta gigi yang terlihat mengigit bibir bawah dengan begitu nakal—yang mampu membuat siapapun ingin menggantikan untuk menggigit bibir merah itu.

"Waw." Gumam takjub dari bibir Baekhyun mengalun ketika melihat bahwa setiap perilaku dan tindak tanduk milik Hyeri tergambar jelas di dalam lukisan Chanyeol. Tak heran jika setiap hasil karya tangan Chanyeol di hargai dengan ratusan juta, karena ia mampu menelisik setiap hal yang perlu ditonjolkan oleh subjek lukisan

"Mengapa kau tak menyerahkan lukisan Hyeri saat pameran kemarin, Chan? Lukisan ini sangat menakjubkan." Tanya Baekhyun ketika ia merasakan jika Chanyeol telah berdiri tepat di samping kanannya.

"Pesona dirimu lebih memikat dan menakjubkan, Byun." Manik bulat Chanyeol menatap lukisan Hyeri dengan arti pandangan yang tak mampu Baekhyun mengerti, "Dan juga, tujuan wanita itu untuk menjadi subjek lukisanku bukan karena ingin membantuku mendapatkan nilai sempurna dari Mr. Kim." Gumam Chanyeol, "Lukisan ini telah terjual sesuai keinginan wanita itu."

Mendengar penuturan itu membuat Baekhyun membulatkan bibir tipisnya, "Telah terjual? Hyeri memaksamu?"

"Tidak"

"Apakah dia mengancammu?"

"Tidak, Byun. Tenanglah. Bukankah melihat tubuh Hyeri merupakan tambahan wawasan tentang proporsi tubuh wanita?" Kedipan sebelah mata Chanyeol berikan ketika raut wajah Baekhyun terlihat khawatir. Mendengar pertanyaan menjurus itu membuat Baekhyun mendecih

Dasar laki-laki

"Tapi tetap saja dia memaksamu, meskipun well kau menikmati tubuh indahnya dengan matamu." Gumam Baekhyun tanpa sadar, "Jika dia memaksamu dan kau tak nyaman, katakan saja padaku, Chan."

Tanpa Baekhyun sadari pula, senyum tipis terulas di wajah Chanyeol ketika mendengar ucapan Baekhyun, "Lalu apa yang akan kau lakukan padanya, Byun?"

Manik hazel Baekhyun menatap Chanyeol dengan sungguh-sungguh, "Aku akan memarahi dia." Mendengar pernyataan penuh semangat itu membuat kekehan berat khas suara Chanyeol menggema hingga membuat seulas senyum juga terbentuk di bibir Baekhyun, "Berlindung di belakang wanita bukanlah styleku, Byun."

"Tapi, Chan—" Ucapan Baekhyun tak berlanjut ketika telunjuk Chanyeol menempel di bibirnya, "Aku baik-baik saja." Mata kelam Chanyeol kembali menatap manik Baekhyun dengan begitu medebarkan, senyum yang selama ini selalu mampu membuat Baekhyun terjatuh tanpa sadar pun kembali terlihat begitu jelas. Entah saraf apa yang terputus hingga tubuh Baekhyun membeku dan jantungnya bertalu begitu mengerikan, "Jika kita tetap membicarakan Hyeri, konsep karya kita tak akan rampung ketika deadline, Byun."

Seakan tertampar telak dengan ucapan Chanyeol membuat Baekhyun terhenyak, "A..ahh.. hehe" Dengan kikuk, Baekhyun menggaruk kecil pipi kanannya dengan telunjuk lentik miliknya, "Wanita itu terlalu menyebalkan dan terlalu memandang rendah dirimu sih, Chan. Aku merasa sebal."

Usakan kecil dari tangan hangat milik Chanyeol telah Baekhyun terima ketika ia menyelesaikan ucapannya."Jangan khawatir, aku baik-baik saja." Senyum Chanyeol kembali terlihat sebelum ia membalikkan badan untuk menuju sofa yang akan menjadi tempat penyaluran gagasan—brainstorming—dengan segera pula, Baekhyun menyusul langkah kaki lebar milik Chanyeol.

-o0o-o0o-o0o-

Hari yang melelahkan telah terlewati begitu sempurna, meskipun perbedaan pendapat sering terjadi disetiap denting waktu yang bergerak, kedua manusia berbeda jenis kelamin itu tetap puas dengan konsep karya yang mereka hasilkan. Bahkan dengan dalih ucapan terimakasih, Chanyeol dengan rela mengantarkan Baekhyun pulang ke apartemen miliknya menggunakan sepedanya—lagi—

"Seharusnya kau tak perlu mengantarku, Chan." Ucap Baekhyun ketika ia turun dari sepeda Chanyeol, "Tapi, aku berterimakasih. Karena kau mau repot-repot mengantarku."

Chanyeol tersenyum mendengar ucapan Baekhyun yang menurutnya sangat menggemaskan itu. Oh, jangan heran jika di dalam lubuk hati Chanyeol, ia sangat ingin mendekap tubuh mungil itu dan mengusakkan hidungnya di dalam ceruk leher Baekhyun yang begitu sempurna itu, lalu—

Ohh, Shut up, Park!

"Tak masalah, Byun." Chanyeol mengangguk, "Beristirahatlah, sampai jumpa di kampus."

"Kau juga, Chan."

Senyum merekah masih setia terulas di pahatan indah wajah Baekhyun. Hati menghangat bagai tersinari cahaya metari pun dirasakan oleh Baekhyun. Ohh, jangan katakan jika Baekhyun juga merasakan getaran halus mulai menyusup di relung hatinya?

Oh, lihatlah wanita muda itu yang masih setia tersenyum simpul dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan brutal. Bahkan beberapa manusia yang berpapasan dengan wanita muda itu menggeleng heran ketika melihat kelakuan wanita muda itu.

-o0o-o0o-o0o-

Dering telpon berulang kali menggema begitu memekakkan tanpa henti hingga membuat Bakhyun berlari tunggang langgang dari kamar mandi. Bahkan ia tak memedulikan tubuhnya yang masih berbalut handuk yang hanya mampu menutupi setengah buah dada—yang menyembul bagai menantang untuk dipamerkan—miliknya hingga setengah paha tanpa cacat miliknya.

L?

ID yang tertera itu hanya menunjukkan inisial L, apakah itu ID baru milik Luhan? Perlukah aku angkat? Tapi aku masih belum berpakaian? Namun, jika itu Luhan bukan masalahkan?

Jemari Baekhyun menggeser ikon hijau untuk memulai videocall-nya, "Lu?"

Layar handphone Baekhyun hanya hitam. Bahkan, tanda-tanda manusia pun tak ada yang tampak, "Lu? Apakah itu kau?"

"Lu~ Xi Luhan~?"

"Lu—"

"Ceroboh sekali. Menerima telepon dalam keadaan telanjang." Suara husky mengalun dari telepon yang Baekhyun genggam. Bahkan saat ini, Baekhyun dapat melihat seorang pria bersurai ash grey menatapnya dengan manik kelam tajam nan menelisik. Masker yang setia menggantung di kedua telinganya yang entah mengapa terkesan lucu dan sexy secara bersamaan hingga menutupi separuh pahatan yang terlihat sempurna itu.

"H..hah?"

Otak Baekhyun seakan terhempas dan menghilang, bahkan saat ini ia hanya mampu menatap linglung layar handphone miliknya

"Byun Baekhyun. Cepat berpakaian. Aku akan menelepon kembali lima belas menit lagi."

Tut

Sambungan videocall telah berakhir secara sepihak hingga—

"KYAAAAA~"

Oh Byun Baekhyun, teriakanmu sangat begitu terlambat

"Itu Chan..chanyeol? Bukan, i..itu bukan Chanyeol.." Baekhyun menggeleng kalut, suara husky nan mampu menggetarkan jiwa dan raga itu kembali terngiang. Terdengar sama namun berbeda dari suara husky khas milik Park Chanyeol. Suara husky yang tanpa sadar membuat aliran darah Baekhyun berdesir bagai gelombang ombak menghempas karang.

"Ah?" Seakan saliva besar nan kasar tersangkut di kerongkongannya hingga dengan susah payah ia meneguknya, "Big boss?"

Deg

Dentuman jantung semakin menggila hingga membuat Baekhyun menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuknya, kepala yang ia tekan ke dalam bantal pun menjadi tempat pelampiasan untuk meredam teriakan memekakkan miliknya—Bahkan ia tak memedulikan jika handuknya telah tersingkap tak karuan dari tubuhnya yang putih itu

-o0o-o0o-o0o-

Abaikan

Lupakan

Abaikan

Lupakan

Luhan berdecak kesal melihat sahabat karibnya itu menggerutu dan menggeleng gelengkan kepala dengan brutal, bahkan terkadang berjalan bolak balik di hadapannya dengan menutupi wajahnya yang bersemu merah. Apakah Baakhyun baik-baik saja? Atau otaknya mulai miring? Oh tidak, tentu Luhan sangat tau jika otak sahabat karibnya itu telah miring sejak dahulu kala

"B, jika kau tak duduk dengan tenang, aku akan menampar pantatmu." Seruan sirat ancaman itu membuat Baekhyun berhenti melakukan kegiatan absrubnya. Melihat Baekhyun yang telah duduk dengan tenang meskipun terkadang gerutuan kecil masih lolos dari bibirnya, Luhan mulai bertanya, "Handphonemu bergetar sejak tadi, kau malah berjalan bolak balik dan tak mengangkatnya?" Luhan memicing ke arah Baekhyun yang masih setia enggan mengangkat telepon yang terus menerus berdering itu

"Apa perlu aku yang mengangkat?" Tangan Luhan mulai meraih handphone Baekhyun yang tergeletak di meja kayu itu

"Jangan!" teriakan Baekhyun yang memekakkan membuat Luhan mendelik kesal, "Teriakanmu, Byun! Astaga."

"Itu hanya orang salah sambung." Baekhyun mengambil handphonenya, "Aku akan mematikan handphoneku." Luhan semakin memicing curiga ke arah Baekhyun, namun Luhan hanya menganggukkan kepala seakan ia mempercayai ucapan Baekhyun. Yeah Luhan tau jika Baekhyun membutuhkan ruang privasi saat ini—meskipun kelak entah kapan Baekhyun akan bercerita yang sebenar-benarnya kepadanya. Well, Luhan hanya perlu menunggu. Seperti yang mereka lakukan selama ini jika salah satu diantara mereka membutuhkan ruang privasi— Luhan hanya mampu berharap jika kebenaran yang Baekhyun sembunyikan darinya bukanlah hal yang menyakiti hati serta perasaan Baekhyun sendiri kelak.

"Sebenarnya, apa yang tengah kau sembunyikan dariku, B?" Mendengar pertanyaan Luhan membuat Baekhyun meneguk ludahnya tanpa sadar

"Ti..tidak ada."

Benar bukan? Baekhyun pasti akan menyangkal jika didesak

"Tapi, Lu. Menurutmu jika kau bertemu dengan seseorang yang memiliki suara yang sama namun mereka tak serupa, apakah mereka itu satu atau dia sedang menyamar?" Luhan mengernyit ketika mendengar pertanyaan berbelit milik sahabat tercintanya itu. Tetapi bersyukurlah Luhan ketika otak pintarnya dapat memahami pertanyaan itu—walaupun hanya sedikit.

"Jujur saja, B. Aku tak paham maksud perkataanmu tentang mereka satu atau dia menyamar. Tetapi tentang suara yang sama namun tak serupa, bukankah itu jelas jika mereka berbeda? Kecuali jika DNA mereka sama, itu adalah pengecualian." Jemari lentik Luhan saat ini tengah mengambil beberapa butir coklat untuk ia santap sembari menjelaskan maksud perkataannya ketika melihat raut kusut dari wajah cantik Baekhyun, "Apakah kau tak mengingat jika pernah dengan kekeh mengatakan kepadaku tentang manusia yang memiliki tujuh orang yang serupa? Bahkan kau menunjukkan sebuah artikel tentang manusia yang menemukan saudara kembar tak sedarahnya kepadaku. Kau juga membeberkan artikel lain yang memberitakan jika mereka tinggal di negara yang berbeda, orang tua berbeda—dan orang tua mereka bersumpah tidak mengenal satu sama lain dan tak pernah memiliki sepasang anak kembar—, silsilah mereka sangat berbeda. Lalu dengan semua fakta itu, mengapa hanya suara saja tidak boleh ada yang sama? Bahkan beberapa waktu yang lalu saat aku pergi ke luar kota, aku mendengar suara pria yang sama dengan suara pamanku."

"Jadi mereka berbeda? Tidak menyamar?"

"Mengapa kau berpikir jika orang itu menyamar?"

"Entahlah, kedua orang itu terasa janggal. Namun, aku tak mampu menyatukan persamaan mereka kecuali suara mereka yang berat dan begitu khas, beberapa bentuk tubuh yang terlihat sama ketika dilihat dari sudut yang berbeda, mata, hidung, bahkan rahang mereka terkadang sama. Namun, dilain waktu semua yang pernah ku temukan sama terlihat sangat berbeda, Lu." Mendengar ucapan rumit nan berbelit Baekhyun membuat Luhan mengernyit, "Kau mencintai salah satu diantara mereka?"

Mendengar pertanyaan Luhan yang entah mengapa terasa konyol dan mustahil di telinga Baekhyun membuat wanita cantik itu melotot lucu, "Apa?"

"Kau terbayang-bayang dengan sosok lelaki yang kau cintai, sehingga saat ada seorang pria yang memiliki suara yang sama dengan pria yang kau cintai itu, impuls otakmu akan memvisualisasikan bahwa siapapun pria yang memiliki suara yang sama akan seperti sosok yang kau cintai itu. Mungkin kebetulan pula bentuk tubuh, mata dan beberapa bagian tubuh mereka sama."

Baekhyun mengerjab mendengar penuturan panjang milik Luhan, "Teorimu menakjubkan sekali, Lu." Dengan bangga Luhan menepuk dada kirinya dan tersenyum penuh kemenangan yang mampu membuat Baekhyun mendengus geli, "Sangat konyol." tambah Baekhyun hingga membuat senyum Luhan luntur dan digantikan kerutan imut di bibir mungilnya dengan umpatan kesal untuk Baekhyun, "Sialan, B."

Melihat Luhan merajuk membuat Baekhyun terkekeh, "Tapi, Lu. Mungkin saja mereka itu adalah orang yang sama. Namun, aku belum menemukan bukti yang akurat untuk menyatakan mereka itu orang yang sama."

"Pakailah rasionalitasmu, B. Jika bukan karena otakmu yang terlalu banyak berhalusinasi tentang pria-yang-sialnya-aku-tak-tahu-siapa-dia-yang-dengan-beruntungnya-membuatmu-jatuh-cinta-itu, lalu alasan tepat seperti apa yang membuat seseorang perlu repot-repot menyamar? Dia siapa sih, B? Penguasa? Mafia? Seorang Raja? Penjahat besar? Oh, please kita tak hidup dalam sebuah karangan novel, sayangku. Kalaupun dia memang seorang mafia, pejabat tinggi, ataupun penegak hukum yang diharuskan menyamar, mengapa dia menunjukkan kepada dirimu sisi yang asli dan sisi dia yang menyamar? Bukankah itu aneh dan tak mungkin?"

Mendengar pernyataan maupun pertanyaan Luhan membuat Baekhyun tersentak. Begitu konyol dirinya ketika sempat terlintas bahwa Park Chanyeol adalah Big Boss. Bukankah itu sudah jelas tidak mungkin? Dan untuk apa pula seorang Big Boss yang terkenal di semua kalangan menyamar menjadi seorang mahasiswa seni yang lemah nan cupu bernama Park Chanyeol? Meskipun sangat Baekhyun akui jika Park Chanyeol merupakan si genius yang mampu membuat siapapun terpukau dengan lukisan menakjubkannya—dan tanpa Baekhyun sadari bahwa pesona Park Chanyeol telah memikatnya.

"Saat ini coba kau bayangkan, B. Bahkan di kehidupan kita seorang Hyeri yang terkenal dilindungi oleh para pria dari wilayah selatan itupun tak perlu menyembunyikan identitasnya. Bahkan dia dan pria-pria itu berbangga diri memamerkan seberapa kuat kuasa mereka." Dengusan kesal terdengar dari Luhan, "Membicarakan mereka membuatku mengingat bagaimana mereka dengan kurang ajarnya menyakitimu, B. Sialan! Aku tak akan pernah melupakan bagaimana mereka menyakitimu, B."

Mendengar ungkapan tulus dari Luhan membuat Baekhyun memeluk tubuh mungil nan sexy itu dengan erat, "Sudahlah, Lu. Aku baik-baik saja kok~"

"Yeah." Dengan napas berat Luhan membalas pelukan Baekhyun, "Jika kau terluka, aku tak akan segan-segan untuk menebas penis mereka."

Bugh

Pukulan cukup keras menghantam punggung Luhan hingga membuatnya memekik kesakitan dan mengumpat berulang kali

"Sialan, Lu. Disaat begini kau membicarakan penis?"

Mendengar umpatan Baekhyun membuat Luhan sontak tertawa menggila, tanpa sadar Baekhyun pun ikut terlarut untuk tertawa.

Oh mari kita tinggalkan saja dua gadis yang tengah beguling guling bagai orang kesetanan itu

TBC

-o0o-o0o-o0o-o0o-o0o-o0o-o0o-o0o-o0o-o0o-

Note:

Oke…

Uhh, semoga tak mengecawakan ya. terimakasih untuk kalian yang memfollow, favorite, apalagi me review ini ff. hehe