SPOUSE – PASANGAN HIDUP-

Chanbaek

Slight : Kaisoo, Hunhan, Sulay, Chenmin, Kristao

GS of Baekhyun, Kyungsoo, Luhan, Yixing, Minseok, Zitao

Rate T ke M

Cerita fiksi yang terinspirasi dari MV Mama, Wolf

Cerita menggunakan sudut pandang orang pertama^^

.

Baekhyun, gadis yang hidup dalam belenggu tradisi yang mengikat tanpa mempercayai semua tradisi yang telah mengekang. Namun, sejak sebuah takdir yang tak terbantahkan telah terkuak melingkupinya dan para sahabatnya. Entah mereka atau dia yang menjadi sang takdir para penguasa.

.

Selamat membaca ^^

.

.

Prolog

Kegelapan malam menghias relung langit tanpa bintang yang menyertai. Deru napas tercetak jelas pada pelapis kaca tebal yang telah tertempel dibingkai jendela rumah ini puluhan bahkan mungkin ratusan tahun. Gelegar guntur menyapa gendang telinga setiap denting jam berdetik. Gemertak kaca yang semakin menderu menandakan kegilaan angin yang tengah terjadi diluar sana. Guyuran hujan yang semakin lama semakin mendera seakan ingin menyapu habis seluruh permukaan bumi ini. Tak heran jika malam ini, kota ini—yang telah menjadi saksi mati bahwa aku lahir dan tumbuh disini—bagaikan kota mati yang tak berpenghuni.

Latent—Kota kecil yang tengah berada dibawah kekuasaan aturan-aturan lama yang entah kapan akan menghilang. Kota yang lebih pantas menjadi museum daripada tempat tinggal. Kota yang telah berdiri sejak masa kegelapan merajalela. Dilihat dari sudut bangunan dengan pilar-pilar tinggi yang menjulang dengan kesan gothic yang khas berjejer rapi merentet di sepanjang jalan setapak yang telah diubah menjadi lebih lebar. Kesan seram dan kusam telah melekat di setiap bangunan gaya gothic ini.

Sesungguhnya berpijak diatas tanah kota ini, bagai melihat selubung yang mengukung bagaikan sebuah kutukan yang tak terpatahkan. Larangan, kepercayaan, simbol, adat, tradisi, dan ritual masih sangat kental di kota ini. Namun, hidup dan tumbuh besar di Kota Latent dengan beribu-ribu tradisi yang harus dilakukan setiap hari tak mampu membuatku kehilangan pikiran rasional dan logika sehingga percaya akan keberadaan iblis, makhluk jejadian, atau apapun itu. Namun, aku masih memiliki kepercayaan akan keberadaan Tuhan.

Di dalam kota kecil yang terkucil dari kehidupan liberalism ini, aku tinggal bersama keluarga besarku. Kakek, nenek, ibu, ayah, serta adik perempuan, dan adik laki-lakiku. Tak hanya aku yang memiliki keluarga besar yang turun temurun di kota ini. Sebab penduduk disini tak akan bisa keluar kemana pun karena tetua yang mengatur kota kecil ini memiliki syarat dan prasyarat yang mustahil untuk penduduk yang ingin mengeluarkan diri dari kota kecil ini. Entah aku harus bersyukur atau malah sebaliknya menjadi penduduk di kota kecil ini..

Dalam ketukan jari yang terlantun dengan gelisah, "Sepertinya upacara penyambutan bulan purnama tidak akan dilaksanakan ya, mom?"

"Sepertinya Mr. Court tidak akan membiarkan hal itu terjadi, honey." Ucap ibuku yang saat ini masih tetap setia dengan buku tebal lusuhnya.

Ku putar badanku untuk menghadap kearah ibu, "Apa yang akan dilakukan Mr. Court? Dia akan menghentikan badai seperti ini menggunakan boneka-boneka voodoonya?" salah satu alis ibu terangkat saat mendengar pertanyaanku, "Kau seperti tidak pernah menyaksikan ritual yang selalu ia lakukan, honey."

Aku mendengus geli, "Oh, ayolah mom. Kita saat ini hidup di zaman postmodern. Kita telah hidup di teknologi. Mengapa kita masih terperangkap dengan adat dan symbol aneh–aneh seperti ini?" jemariku menunjuk beberapa symbol yang terlukis jelas dengan deret rapi di dinding yang terletak di samping kanan ku.

"Untuk saat ini kau tak akan pernah memahami semua ini, honey." Ibu menjeda ucapannya dengan menutup buku tebal lusuh kesayangannya dan menghampiriku. "Nanti, jika ritual kedewasaanmu telah terlaksana. Dan kau akan menerima takdir yang kau jalani, kau akan memahaminya, honey."

Sungguh aku semakin tak mengerti dengan semua ini. Mengapa takdirku ditentukan dengan ritual aneh Mr. Court? Mengapa aku tak bisa menentukan takdirku sendiri? Sesungguhnya, semua ini memuakkan. Di kota kecil ini, kau terlahir bagaikan tidak terlahir. Karena kau tidak memiliki hak akan hidup mu sama sekali.

"Selama 16 tahun 9 bulan ku ini, aku tak melihat hal yang menakjubkan dari ritual itu, mom. Semua gadis yang telah menjalani ritual akan menikah di usia yang begitu muda dengan nama pria yang telah tertulis pada abu kayu tempat ritual." Ku genggam kedua tangan ibuku, "Kita tak mengetahui apakah tulisan itu benar-benar hasil dari ritual atau mungkin itu hanya akal muslihat Mr. Court, bukan?"

Salah satu tangan lembut ibu mengusap kepala ku dengan penuh kasih sayang. Well, tak perlu surat tertulis untuk meyakini kasih sayang seorang ibu, bukan?

"Honey, Mr. Court tak pernah menulis di abu kayu itu. Asal kau tau, honey. Yang menulis nama di abu kayu ritual itu adalah jiwa pria yang menerima tarikan dari ritual tersebut, honey."

Ku tatap lekat mata ibuku, "Mom, aku bukan lagi gadis kecil yang percaya akan kekutan magis. Aku telah tumbuh remaja dan saat ini semua itu tak masuk akal. Apalagi dengan cerita tentang penyambutan rembulan untuk mencegah para manusia serigala mengambil gadis-gadis yang berusia 17 tahun." Ku tegakkan tubuhku, "Manusia serigala itu tak ada kan, mom? Itu hanya cerita dongeng untuk menakuti kami agar cepat menikah dan memiliki keturunan agar kota kecil dengan penduduk sedikit ini dapat menjadi kota dengan banyak penduduk bukan?"

Hembusan napas berat dikeluarkan ibuku, "Sesungguhnya, terdapat cerita dibalik ritual kedewasaan itu dilakukan, honey. Mungkin selama ini kau berpikir semua yang kita lakukan sia-sia dan tak masuk akal. Tetapi, sebenarnya—"

Kengerian malam menghias kota kecil yang terselimut pohon rimbun disekitarnya. Angin menderu seakan menandakan akan terjadi musibah besar. Gemerisik daun seakan-akan juga ikut mengingatkan bahwa bahaya akan datang saat ini juga. Sekejap terdengar lolongan serigala saling bersautan. Entah mengapa, malam ini lolongan-lolongan tersebut terasa berbeda. Lolongan yang menyiratkan bahwa mereka murka

Derap langkah manusia semakin terdengar jelas mengelilingi lapangan luas yang telah menjadi tempat ritual penduduk kota kecil ini.

"Sebenarnya, apa yang terjadi saat ini, Mr. Court?"

Mr. Court memandang pemuda yang berada disampingnya dengan pandangan gelisah yang tak dapat diterka apa yang digelisahkan, "Mereka murka, karena aku tak memberikan gadis muda dan tersegel untuk dihadapkan kepada mereka."

Pemuda yang berada di samping Mr. Court mengernyitkan dahinya, "Mengapa anda tak menyerahkan gadis itu, Mr. Court? Toh, jika mereka tak menyukai gadis yang kau berikan, mereka akan mengembalikan gadis itu dengan keadaan yang utuh dan hidup."

Tatapan Mr. Court menjadi tajam dan kabut mata nya terselimut kemarahan yang kentara, "Aku tak sudi menyerahkan anak gadisku untuk mereka."

Pemuda itu hanya mengangguk paham, didalam benaknya ia mengutuk keegoisan Mr. Court yang tak mau menyerahkan anak gadisnya. Padahal setiap bulan purnama muncul, Mr. Court dengan seenaknya menitahkan anak gadis para penduduk untuk menjadi penyerahan kepada 'mereka'

"Lalu, apa yang akan anda lakukan untuk mencegah kemurkaan mereka, Mr. Court?"

Ketukan pelan terdengar dari jemari Mr. Court yang saling beradu, " Aku akan melakukan perjanjian kepada mereka. Aku akan melakukan ritual pemanggilan jiwa kepada pria yang menjadi takdir dari sang gadis setiap bulan purnama. Ritual itu akan mencegah mereka mendapat gadis yang telah terikat dengan pria lain. Karena aku tau, mereka tak akan menyukai gadis muda yang telah bersuami atau yang telah rusak segel miliknya."

Lagi-lagi hanya anggukan yang dilakukan pemuda itu. Karena membantah pun akan percuma. Mr. Court adalah tetua di Kota kecil ini. ucapannya tak akan terbantahkan.

"—itulah kejadian yang sebenarnya, honey." Ujar ibuku

Tanpa sadar, kedua alisku terangkat, "Mereka? Siapa mereka itu mom?"

"Werewolf"

"Apa yang dilakukan para werewolf itu kepada para gadis yang diserahkan Mr. Court?" penasaran yang membuncah dalam diriku seakan membludak. Bukan karena aku percaya,-Well, aku tak tau harus percaya atau tidak dengan kejadian yang diceritakan ibuku—tetapi karena aku hanya penasaran saja dengan cerita misteri yang mustahil itu.

"Entahlah, honey. Menurut cerita yang beredar, para gadis yang telah diserahkan kepada mereka hanya beberapa saja yang tidak kembali ke kota ini. Kata para gadis yang kembali, gadis-gadis itu telah menjadi santapan para werewolf tersebut."

Gluk. Spontan aku meneguk ludah ku dengan kasar. "Sebenarnya, perjanjian ritual kedewasaan yang dilakukan Mr. Court dengan 'mereka' itu tejadi kapan, mom?"

Ibuku mengajak ku keluar dari ruang baca kami, "Menurut nenek, perjanjian itu telah lama terjadi. Umm, saat nenek buyutmu masih kecil."

Belum sempat ku menjawab, "Lihatlah, honey. Badai telah berhenti, mari kita segera bergegas untuk menyaksikan ritual kedewasaan teman-teman mu."

Dengan gerakan cepat, aku dan seluruh keluargaku bersiap untuk ritual kedewaasaan teman-temanku. Well, seluruh penduduk kota tanpa terkecuali harus menyaksikan setiap ritual yang dilakukan Mr. Court. Seandainya ada yang melanggar, maka Mr. Court akan mengutuk satu keluarga dari orang tersebut menggunakan boneka voodonya. Entah keluarga itu akan dikucilkan dari kota ini, terserang penyakit, usaha yang dikelolanya bangkrut seketika, atau bahkan setiap anggota keluarga akan meninggal setiap harinya

Mengerikan bukan?

Itulah mengapa aku tak mau menyia-nyiakan nyawa ku hanya untuk mencoba benarkah kutukan yang dilakukan Mr. Court akan tetap berlaku bagi orang yang tak percaya kepadanya.

-.-.-

Bulan purnama bersinar sangat terang. Warna sinarnya sangat indah, bergemilau bagai hamparan emas menyelimuti kota kecil ini. Saat menatap langit, terlihat bintang-bintang mengelilingi rembulan yang bulat tersebut dengan susunan yang tak ku mengerti. Entah hanya halusinasiku atau apa aku melihat susunan bintang yang membentuk kepala serigala. Astaga, mungkin cerita ibu masih membuat otakku berimajinasi. Sungguh menggelikan.

Ku dekatkan langkah kaki ku menuju ke gadis-gadis yang telah berbaris rapi untuk menunggu giliran mereka melakukan ritual yang dilakukan Mr. Court

"Kak Luhan." Panggil ku saat ku melihat sosok gadis cantik dengan badan semampai yang memiliki kulit putih mulus dengan rambut ikal panjang berwarna coklat terang.

"Hai, B." Terlihat jelas, senyum paksa yang tercetak di wajah cantiknya. "Apakah kau sedang gugup, Kak? Sehingga wajah cantik mu berubah mengerikan seperti saat ini?"

Kak Luhan menundukkan kepala, "Entahlah, B. Aku merasa setelah ritual ini, hidupku akan berubah total." Mendengar itu, kutepukkan tangan ku ke pundak kak Luhan dengan pelan. "Well, bukankah kita pernah membicarakan hal ini, Kak? Selama 16 tahun 9 bulan ku ini, aku bersaksi bahwa kau akan bertemu takdir mu, menikah dan memiliki anak. Seperti yang terjadi dengan gadis-gadis yang lain." Entah mengapa aku merasa wajib menghibur gadis canti ini. well, mungkin karena aku telah menganggapnya sebagai kakak ku sendiri.

"Semoga yang kau katakan itu benar adanya, B."

"Apakah Kak Yixing dan Kak Minseok juga mengikuti ritual ini?" Kak Luhan mengangguk dengan cepat.

"Tak biasanya saat penyambutan bulan purnama terjadi badai yang mengerikan. Petir dimana-mana, angin bagai tornado, dan hujan begitu deras. Ku sangka, jika penyambutan hari ini tak akan dilakukan." Aku mengangguk menyetujui ucapan Kak Luhan. "Ya, aku juga berpikir seperti itu, Kak. Tetapi ternyata boneka voodoo milik Mr. Court lebih ahli dalam penghentian badai ini." ucapku

Kak Luhan menanggapi ku dengan senyum jenaka yang ia punya. Ia memahami bahwa aku sama sekali tak percaya dengan ritual-ritual aneh yang selama ini dilakukan di Kota ini. Kak Luhan pun satu-satunya orang yang mengetahui rencana kabur ku saat ritual kedewasaan ku kelak. "Aku berharap, jika rencana konyol mu itu tak pernah kau lakukan, B." Ku iringkan kepalaku kearah kanan

"Aku tak ingin melihat mu berlari terbirit-birit dikejar boneka voodoo Mr. Court yang terkenal menyeramkan dan penuh kutukan itu." Tambah Kak Luhan dengan kekehan di akhir kalimatnya. Mau tak mau aku ikut terkekeh karenanya. "Tenang saja, Kak. Aku akan balik mengejar boneka itu kelak." Candaku

Aku dan Kak Luhan mengobrol hingga tak mengenal waktu. Nama pria-pria yang berada di kota kecil ini telah banyak tersebut di dalam kobaran api yang telah mereda. Meskipun aku tau sebagian dari pria-pria itu memiliki perasaan terhadap gadis lain. Ya, seperti hal nya beberapa pria yang telah terpilih itu sebenarnya memiliki perasaan kepada Kak Luhan, Kak Yixing, dan sahabat ku yang lain. Aku yakin mereka kecewa berat karena bukan mereka lah takdir dari para sahabatku.

Ku langkah kan kakiku untuk menjauh dari barisan para gadis yang akan melakukan ritual itu. Karena aku telah mendapat banyak teguran dan tatapan tajam dari pengawal setia Mr. Court

Gadis cantik dengan rambut panjang bergelombang tengah berada di samping Mr. Court. Tak perlu mendekati gadis itu untuk mengenalinya, karena aku tau itu adalah sahabatku. Kak Minseok. Tanpa sadar bibirku tersungging saat melihat wajah pucat pasi Kak Minseok. Entah mengapa itu sangat lucu. Karena selama ini aku tak pernah melihatnya ketakutan dan gugup seperti itu.

"Demi roh para leluhur kami yang bersemayam dan menyaksikan ritual kami. Gadis suci nan tersegel ini telah terikat dengan takdir yang telah menanti. Wahai Pria bernama Jongdae. Pria yang telah resmi menjadi takdir sah gadis bernama Minseok ini. Ikatan kalian akan tersimpul selamanya."

Jongdae?

Sangat asing. Siapa itu? Sepertinya aku tak sepenuhnya mengerti nama pria yang berada di kota ini. Aku mendengus geli melihat takdir yang dibuat Mr. Court, bagaimana ia menjodohkan orang yang tak saling mengenal? Mengapa Mr. Court begitu yakin jika mereka akan selamanya bersatu dalam hidup dan mati? Entahlah, kita saksikan saja siapa pria yang akan mendapatkan Kak Luhan dan Kak Yixing. Apakah pria itu aku mengenal nya atau tidak.

"Kak Yixing ya." Sosok gadis dengan rambut hitam panjang teruarai dengan indahnya, terlihat badannya gemetar dari tempat aku berdiri. Semengerikan itukah ritual ini? hingga gadis yang berada disamping Mr. Court harus bergidik ketakutan? Entahlah. "Semoga dia mendapatkan pria yang sabar dan baik." Aku terkekeh sendiri saat mengingat keluguaan dan kepolosan Kak Yixing. Well, bukannya aku memiliki pikiran yang mesum. Tentu saja bukan. Hanya saja kepolosan Kak Yixing membuat jiwa jahilku terpanggil.

"Demi roh para leluhur kami yang bersemayam dan menyaksikan ritual kami. Gadis suci nan tersegel ini telah terikat dengan takdir yang telah menanti. Wahai Pria bernama Joomyeon. Pria yang telah resmi menjadi takdir sah gadis bernama Yixing ini. Ikatan kalian akan tersimpul selamanya."

Angin semilir mengalun lembut malam ini. Terang bulan tetap gemilau dengan indahnya. Sungguh suasana yang berbeda dengan ritual kedewasaan yang lalu-lalu.

Lagi-lagi dahiku mengernyit heran mendengar nama pria yang terucap dari Mr. Court.

Joomyeon?

Astaga. Tadi Jongdo, jong siapa itu yang menjadi takdir Kak Minseok. Sekarang pria yang tak tau siapa dengan nama aneh pula yang menjadi takdir kak Yixing. Oh God, mengapa aku tak mengetahui pria-pria yang ditakdirkan dengan sahabat-sahabatku?

Angin mengalun menggerakkan ribuan daun untuk bergemerisik secara bersama. Seakan angin itu ingin mengalunkan melodi indah untuk malam ini. Mengantarkan berpuluh gadis menemukan sang dambaan hati. Saat menatap sang rembulan, entah mengapa mataku terpaku dengan indahnya sang rembulan.

"Demi roh para leluhur kami yang bersemayam dan menyaksikan ritual kami. Gadis suci nan tersegel ini telah terikat dengan takdir yang telah menanti. Wahai Pria bernama Sehun. Pria yang telah resmi menjadi takdir sah gadis bernama Luhan ini. Ikatan kalian akan tersimpul selamanya." Mendengar ucapan Mr. Court, ku gelengkan kepalaku dan berdecak sebal. Sungguh. Aku tak mengenal nama-nama pria yang dari tadi ia sebutkan. Siapa pula Sehun itu.

Ketika langkah kaki Kak Luhan telah menapak di luar lingkaran tempat ritual, gemerlap bintang telah tertutup dengan gumpalan awan columbus. Cahaya sang rembulan pun seakan tertelan secara perlahan.

Jdar

Gemuruh petir tiba-tiba menggelegar di seluruh pelosok kota kecil ini, seakan menyambut gadis yang akan melangkah mendekat kearah Mr. Court untuk melakukan ritual kedewasaan. Teriakan ketakutan, kaget, dan histeris membuat suasana semakin riuh dan tegang. Apakah penyambutan hari ini benar-benar tidak direstui? Atau jangan-janagan ritual pencegahan badai yang dilakukan Mr. Court tidak menangkal apapun? Entahlah, kita lihat saja apa yang terjadi sebentar lagi

"SEMUA TENANG!"

Suara menggelegar Mr. Court mampu membuat seluruh penduduk Latent terkesiap dan berdiam diri selayaknya patung. "TIDAK AKAN TERJADI APAPUN! KITA AKAN TETAP MELANJUTKAN RITUAL KEDEWASAAN PARA GADIS INI!"

Setelah mengatakan itu, Mr. Court mempersilahkan salah satu gadis melangkah mendekat ke arahnya. Ia adalah gadis terpopuler. Banyak pria yang mengincarnya. Chaterine. Sosok gadis berambut ikal panjang dengan warna pirang dan kulit kecoklatan. Memiliki bibir penuh yang sexy, dengan bagian menonjol yang tepat di badan miliknya.

"Apakah cuaca buruk ini menjadi suatu pertanda bahwa gadis itu adalah gadis yang terpilih untuk penguasa mereka?"

"Kurasa seperti itu. Tak mengherankan Chaterine adalah sosok gadis ideal yang sempurna. Tak ada pria yang tak tertarik dengannya. Pasti penguasa mereka juga tertarik dengan gadis ini."

"Tak kusangka, ia akan menjadi salah satu pendamping penguasa mereka"

Mendengar bisik-bisik itu membuat ku ingin bertanya. Tapi aku tau, jika aku langsung ikut alur obrolan mereka. Aku sama sekali tak memiliki sopan santun dan tata karma.

Tunggu dulu, apa maksud dari pendamping penguasa mereka? Bukankah ritual kedewasaan ini untuk mencegah kaum werewolf itu untuk mengambil gadis di kota ini? apakah cerita tentang mereka memiliki beberapa versi hingga mom salah menceritakannya?

Angin berhembus kencang, sangat berbeda dengan angin sepoi yang ku rasakan tadi. Gemuruh petir mengitari Latent dengan kepekatan yang menyeramkan. Sinar rembulan telah tertutup sempurna, seakan-akan ia takut untuk menyinari bumi kembali.

Hembusan angin semakin kencang sehingga api yang berkobar dengan tinggi tiba-tiba hilang. Seakan tersapu mengikuti arus angin yang berhembus. Abu-abu kayu yang seharusnya menuliskan nama pria takdir Chaterine ikut bertebangan melingkupi seluruh kota Latent

"Gadis itu! Dialah yang terpilih! Lihatlah, abu-abu itu tak menuliskan sebuah nama tetapi bertebangan melingkupi Latent" teriak salah satu penduduk yang mana mampu menyedot perhatianku dan penduduk yang lain

"Penguasa mereka telah memilih gadis itu."

Dalam benakku, perasaan konyol melekat dengan erat. Penguasa apa yang memilih pendamping hidup dengan menerbangkan abu? Sungguh menggelikan. Tentu saja abu itu bertebangan. Abu hanya partikel-partikel kecil yang telah berubah dari proses pembakaran. Tentu saja partikel-partikel itu sangat mudah untuk diterbangkan angin yang begitu besar dan kencang seperti ini. Sungguh tak logis sekali.

Dalam hentakan angin kencang, aku mendengar geraman dibalik semak-semak yang menjulang tinggi diantara pohon rimbun yang lebat di sekitar tempat ritual.

Serigala?

Konyol. Tentu saja ada serigala di sekitar sini. Tempat ritual ini kan hampir memasuki wilayah hutan yang menurut cerita penduduk lain, hutan penuh misteri sehingga tak sembarang penduduk bisa memasuki hutan belantara itu

Geraman-geraman serigala semakin terdengar jelas. Ku akui karena geraman para serigala itu bulu kudukku meremang seketika. Pikiran negative melayang mengitari otakku. Bagaimana jika serigala-serigala itu kelaparan? Bukankah hewan hanya memiliki insting bukan pemikiran seperti manusia? Meskipun kita dan hewan berada satu kingdom. Tetapi family, genus, spesies kita telah berbeda. Penyerangan besar-besaran itu menakutkan. Lebih mengerikan dari boneka voodoo milik Mr. Court.

Terlihat jelas, pucat pasi tercetak di wajah para penduduk. Ku tebak bulu kuduk mereka juga meremang karena geraman serigala. Meskipun aku tau, pikiran mereka bukan takut diserang serigala karena kelaparan. Pasti pikiran mereka bersangkut paut dengan ritual kedewasaan dan penguasa mereka.

"Demi Tuhan. Baru pertama kali aku melihat ritual kedewasaan yang begitu mengerikan seperti ini." mendengar gumaman halus yang berasal dari samping kiri, sontak membuatku memalingkan kepalaku untuk melihatnya. Gadis berambut hitam panjang mengikal hingga pinggang. Dengan hidung mancung sempurna. Serta tubuh mungil. Aku tau gadis ini. Sangat tau malah. Kyungsoo. Salah satu sahabat baikku. Kyungsoo melangkah lebih dekat kearah ku dengan pasti, ia menyapaku dengan senyum cantik yang ia miliki.

"Apakah ritual ini tak bisa dihentikan? Apakah geraman serigala dibalik semak-semak itu tak mampu menghentikan semua ini? Well, aku tak ingin mati muda karena tewas diterkam serigala kelaparan omong-omong," ucap ku

Kyungsoo menggelengkan kepalanya, "Aku yakin Mr. Court tidak akan pernah menghentikan ritual ini meskipun segerombol serigala itu memangsa seluruh penduduk Latent. Kau tau sendirikan, B. Jika kota ini terikat dengan roh-roh leluhur. Jika ia menghentikan ritual yang telah ia mulai karena geraman serigala, ia atau mungkin seluruh penduduk Kota Latent menghadapi kemurkaan roh leluhur yang mengikat kota ini."

Kepercayaan Kyungsoo akan alam roh, manusia jejadian, dan apapun itu sangatlah kental. Tetapi ia sama sekali tak pernah mempermasalahkan tentang ketidakpercayaanku akan semua itu. "Lalu, menurutmu apakah gadis popular dengan berjuta pesona itu telah terikat dengan penguasa mereka seperti ucapan para penduduk yang lain?"

Sungguh tak habis pikir. Manusia ditakdirkan dengan manusia serigala. Bagaimana cara mereka menghasilkan keturunan?

Pertanyaan terpentingnya. Bagaimana wujud asli manusia serigala itu? Jika mereka memang nyata. Jika mereka bisa berubah dari manusia menjadi serigala sesungguhnya, bukankah itu tak masuk akal sama sekali? Manusia yang memiliki anatomi, system pernapasan, system pencernaan, dan seluruh system yang mengatur tubuh manusia dapat berubah menjadi serigala yang memiliki anatomi dan system yang berbeda dari manusia.

Aneh.

Impossible.

Mustahil

"Entahlah, aku tak tau akan hal itu, B. Tetapi tak mengherankan jika penguasa mereka tergoda untuk memiliki gadis sempurna seperti Chaterine itu," Ucap Kyungsoo

"Kau, Kak Luhan, dan yang lain lebih sempurna daripada gadis popular itu, Kyung," Bantah ku

Mulut Kyungsoo telah membuka ingin menjawab perkataan ku, sebelum Mr. court menyela, "Wahai, para penguasa hutan. Apakah gadis inilah yang engkau inginkan? Apakah gadis inilah takdir yang engkau nantikan?" ucapan lantang Mr. Court menggema seakan terpantul dengan dinding tak kasat mata.

Gemuruh petir semakin bersahutan seakan menjawab pertanyaan Mr. Court. Geraman-geraman serigala telah berubah menjadi lolongan yang saling bersahutan. Sungguh mencekam. Alam seakan berpihak kepada keberadaan 'mereka' yang semakin terkuak. Alam seakan ikut menyuarakan bahwa 'mereka' menginginkan gadis itu. Sekelebat aku melihat senyum kemenangan di wajah Chaterine. Sejujurnya, aku tak memahami mengapa ia berekspresi seperti itu. Mungkin dia sudah tak waras. Atau mungkin dia tersanjung telah terikat dengan penguasa mereka. Itu pun jika 'mereka' nyata dan keberadaannya dapat diakui secara paten dan tertulis, atau mungkin tergambarkan. Intinya, gadis itu sinting

Dalam hitungan detik, hujan mengguyur dengan sangat deras. Badai besar kembali datang. Dan aku sangat yakin jika ritual penangkal badai yang dilakukan Mr. Court tidak berhasil.

Meskipun hujan telah mengguyur dengan hebatnya, meskpiun semua penduduk Latent telah basah kuyup. Tak ada yang berani meninggalkan tempat ritual. Karena Mr. Court tidak memberikan perintah untuk meninggalkan tempat ritual tersebut.

"Apakah kita akan mati beku disini?"

"Kurasa tidak. Selama daya tahan tubuh kita kuat, B."

Mendengar jawaban Kyungsoo, aku mendengus tanpa sadar. Well, sejujurnya aku ingin kabur dari tempat ini dan segera menggulingkan badanku di bawah selimut tebal dan boneka-boneka berbulu milikku.

"Wahai para penguasa hutan. Apakah ini jawaban yang engkau berikan? Jika benar gadis ini yang telah engkau ikat. Kami. Para penduduk Kota Latent akan memperlakukan gadis ini selayaknya hingga engkau menjemput gadis ini untuk menjadi pendapingmu kelak," Ucap Mr. Court

Jdar

Petir menggelegar dan menyambar salah satu pohon besar di dekat tempat ritual hingga membuat penduduk Latent yang berada di sekitar pohon tersebut terjengit kaget dan berhamburan menjauh dari robohan pohon besar itu. Namun, Mr. Court menginstrupsi penduduk agar tenang. Karena dengan petir yang merobohkan pohon tersebut merupakan pertanda bahwa Chaterine telah benar-benar diikat oleh penguasa werewolf.

Pikiranku berkecamuk, semua yang terjadi saat ritual kedewasaan Chaterine membuatku semakin mempertanyakan kenyataan tentang werewolf tersebut. Gemuruh petir, angin besar bagai tornado, hujan yang mengguyur dengan deras nya. Dan tak lupa pula, petir menyambar sebuah pohon besar adalah jawaban dari penguasa mereka? Konyol sekali, bagaimana cara Mr. Court menafsirkan semua kejadian alam itu sebagai jawaban penguasa werewolf bahwa penguasa werewolf itu benar-benar telah mengikat Chaterine? Bagaimana jika penafsiran yang dilakukan salah total? Entahlah, kurasa semua ini hanya kebetulan saja. Gadis popular. Serigala. Ritual kedewasaan. Penguasa. Kecantikan. Takdir. Pertanda. Cuaca buruk.