Gintama © Hideaki Sorachi

I don't own anything

.

.

.


Sial, itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan nelangsanya hati si gadis cepol yang saat ini tengah telentang tak berdaya di tengah taman, di bawah terik matahari, tanpa pelindung, tanpa payung.

Bukan tanpa alasan ia mau berjemur ria di bawah musuh terbesarnya. Lagian, helo? Dia kan Yato. Meski kulitnya tak seunyu milik Hosen yang akan langsung keriput saat tersentuh hangatnya matahari, ia tetap tak tahan panas bukan?

"Kampret!" umpat Kagura yang terkapar.


.

.

.

-terlalu banyak makan bisa membuatmu sakit perut-

Story © Halichi Miyamoto

For Irina Autumn

.

WARNING

TYPO(S), OOC, etc...

.

Don't like? Don't read!

No Flame!

Enjoy~

.

.

.


Coba kita putar ulang waktu.

Kala itu, hari senin, pukul sembilan pagi adalah hari di mana musuh bebuyutan Kagura, pangeran sadis dari planet Sadis, Okita Sougo mendapatkan giliran untuk berpatroli. Meski kebanyakan patroli yang ia lakukan hanyalah duduk di taman dengan kepala menengadah langit seraya bersiul yang dalam arti singkatnya itu 'bermalas-malasan', itu sudah jauh lebih baik ketimbang ia berada di markas dengan sebilah samurai tajam yang selalu siap untuk menebas leher wakil komandannya.

"Hoy kuda binal sialan. Menyingkir dari sini. Ini tempat dudukku aru!"

Tiba-tiba, Kagura datang dengan menodongkan payung berisi timah panasnya pada si crimson yang masih setia pada tempat duduknya. Entah lem perekat super jenis apakah yang ia oles pada celananya, sehingga pantatnya tak bergeser sedikitpun meski sudah ditodong.

"Hey, kau mendengarku aru-kah? Ini tempat duduk ku aru! Menyingkir dari sini atau kau akan melihat pemandangan merah darah aru!"

Kagura ngotot. Tapi Sougo lebih ngotot. Ia tak bergeming bahkan sejengkalpun. Yah walaupun memang lebih dulu Sougo yang menempati kursi itu, namun, jauh-jauh hari sebelum Sougo ada di sana, setiap selesai melakukan senam radio, Kagura akan duduk di kursi taman itu sambil mengecap beberapa batang sukonbu. Yah, harapannya hari ini pun begitu, jika saja si sadis brengsek itu tidak mengambil alih tempat duduk sang ratu Kabuki.

Sougo masih tetap diam, hingga membuat urat menyembul dari dahi mulus Kagura.

"Brengsek. Berani-beraninya kau mengacuhkanku!" dengan sekepal tangan yang digenggam erat, Kagura melayangkan tinju yang dapat Sougo hindari dengan mudahnya.

Tinju Kagura tertahan karena ia merasakan perutnya bergemuruh.

Sial,

Dan di saat itu Sougo berdiri dan menyeringai lebar. Ia menjentik dahi Kagura dan mendorongnya hingga Kagura terkapar di tanah.

Sialan,

"Saat berpatroli tadi, di rumah Danna, aku melihatmu—"

Kagura membulatkan matanya.

"—makan terlalu banyak," ucap Sougo.

Sialan,

"Jika kau makan terlalu banyak dan langsung beraktivitas, kau tau apa yang akan terjadi bukan?" seringai Sougo tambah lebar.

Binggo, Kagura merasakan mulas di perutnya. Ia menatap Sougo yang kini telah berdiri di atasnya. Sougo kembali menyeringai.

"Jika kau mau berkelahi denganku, kau harus persiapkan dirimu. Jaga pola makanmu. Sehingga aku bisa membunuhmu tanpa penyesalan!" ucapnya. Sougo memutar balik tubuhnya, bersiul, dan berjalan menjauhi Kagura yang masih terkapar di bawah matahari pagi.

"Sialan, aku kebanyakan makan aru!" umpat Kagura.

.

.

.

TAMAT

.

.

.

Author notes's

BUAHAHAHAHAHAHA HAHAHAHAHA. Sougo diem-diem nyetalk Kagura cieeeeeee :v

Maaf garing dan gagal humor wkwk. Halichi lagi kurang asupan OkiKagu, maafin Halichi yang nyampa di draft FGI hari ini /run Btw, ini ficnya buat mb Irina. Semoga suka /cling/

Salam,

Halichi Miyamoto