Naruto © Masashi Kishimoto
I Want You Back !
Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura
Warning : Typo, EYD yang tidak tepat, tidak jelas, belibet dan sebagainya.
Dibutuhkan kritik dan saran dalam bentuk apapun, akan diterima dengan senang hati :)
Waktu istirahat yang telah ditunggu seluruh siswa Tokyo high school telah tiba. Mereka semua berhamburan keluar kelas, termasuk Haruno Sakura. Tak ada seorang pun berdiri disampingnya hanya untuk sekedar menemaninya istirahat. Namun ia tak memperdulikannya karena memang ini yang ia butuhkan menjaga jarak dari semua orang. Sebuah ketenangan usai bergelut rumit dengan rumus matematika. Benci? Tidak ia justru menyukainya, hanya saja kondisi tubuhnya tidak bersahabat saat ini.
Kaki jenjang miliknya melangkah menuju halaman belakang sekolah, "Haruno Sakura" langkah kaki Sakura terhenti. "aku tidak tahu siapa dirimu dan tidak mau tahu.." perempuan merah bersendekap dengan angkuh dihadapan Sakura ".. yang pasti kau adalah pengganggu"
"aku tidak mengenalmu dan kurasa aku tidak pernah mengganggumu" perempuan merah bernama Karin itu melotot,
"tentu saja kau menggangguku, mengganggu hubunganku dengan Sasuke-kun"
Deg..
Dadanya terasa sesak, "aku tak merasa mengganggu hubunganmu dengannya"
Karin mendecak, ia kesal. Perempuan didepannya ini sulit sekali diartikan raut wajahnya. "kau pembohong.. terus kenapa Sasuke-kun sangat perduli padamu?"
Perempuan merah mudah itu menatap jengah Karin, ada yang lain dengan dirinya. Dada sebelah kiri terasa sakit, sakit tak kasat mata "dengar, apapun itu. Aku dan dia orang yang kau maksud. Tidak ada hubungan apapun. Jika dia perduli denganku, tanyakan saja sendiri padanya. satu hal yang harus kau ingat, aku tidak pernah perduli dengannya"
Setelah mengucapkan hal itu, Sakura berlalu pergi dari hadapan Karin. Baru beberapa langkah sebuah tangan mencekal tangannya. Menghentikan langkah kakinya "apa maumu sebenarnya?"
"jauhi Sasuke-kun" suara Karin hanya terdengar mendenging ditelinga Sakura. Tubuhnya terasa lemas dan ringan seperti kapas. Ia berusaha melepaskan cengkraman Karin yang begitu erat. Tapi semua sia-sia kondisi tubuh tidak mendukung dirinya. "hei, kau kenapa?" Karin panik, orang yang dicekalnya terhuyung huyung dengan memegang kepala. Ia pun reflek melepaskan cekalan tangannya. Dan..
Brukk.. Sakura jatuh menghantam lantai,
"Sakura" sebuah teriakan dari arah belakang diiringi dengan derapan kaki seperti tergesa-gesa. Menghampiri Karin yang dalam raut wajah bingung dengan Sakura tergeletak begitu saja dilantai.
"Sasuke-kun" suara Karin bergetar. Jujur ia takut, tatapan Sasuke begitu tajam menatapnya seperti akan menguburnya hidup-hidup, sangat menakutkan. "sungguh aku tidak tahu kenapa dia bisa pingsan, aku hanya berbicara padanya" elak Karin.
"jika sesuatu terjadi pada Sakura, kau akan berhadapan denganku dan hidupmu tak akan pernah tenang" desis Sasuke sambil lalu dengan membawa Sakura dalam gendongannya. Tujuannya kini hanyalah UKS.
Secara perlahan Sakura ia letakkan diatas ranjang UKS, sesuai perintah Shizune penjaga UKS. Rasa khawatir begitu kentara diwajah laki-laki berusia tujuh belas tahun ini. ia tak menyangka menemukan Sakura tergeletak tak berdaya dilantai koridor sepi pengunjung dibawah kaki Karin. Awalnya ia hanya ingin mencari udara segar untuk menghilangkan penat yang dideranya karena menunggui naruto yang begitu lama membersihkan gudang akibat hukuman yang diterima laki-laki kuning itu, tentu saja dengan paksaan dari naruto ia mau menemani laki-laki itu, tapi bukan udara segar yang didapatnya malah ketidakberdayaan Sakura.
Shizune selesai melaksanakan tugasnya memeriksa keadaan Sakura, ia berbalik menatap Sasuke yang balik menatapnya penasaran. "dia hanya kelelahan, terlalu banyak pikiran mungkin dan dia demam Sasuke. Kau tak perlu khawatir aku akan memberinya obat tapi sebelum itu kau harus memintanya untuk makan sebelum meminum obat, kurasa perutnya belum terisi apapun"
"hn"
Sasuke melangkahkan kakinya untuk duduk disamping ranjang dimana Sakura berbaring. Menatap wajah dan bibir pucat Sakura. Entah kenapa tubuhnya terasa bergetar. Ini sudah sangat lama, ia bisa berjarak begitu dekat dengan sosok gadis yang selalu dicintai bahkan ketika ia harus menerima kenyataan kebencian sang gadis padanya, ia akan tetap selalu mencinta. Keyakinan dalam dirinya begitu kuat, meyakini jika semua akan kembali seperti semula. Meyakini jikalau semua akan baik-baik dan sosok ini akan kembali bersamanya. Ia yakin itu.
Tangan Sasuke terihat gemetar, saat terjulur untuk mengelus surai merah mudah yang dulu selalu ia mainkan. Surai langkah yang sangat ia sukai. "Sakura.." suaranya pun ikut bergetar. Setitik air mata menetes tanpa disadari. Cinta ini terasa begitu dalam namun sekenario Tuhan seperti telah mempermainkan mereka berdua. Dua hati yang dulunya saling mencinta, harus hancur hanya karena sebuah kesalahpahaman.
"…maafkan aku" tatapan Sasuke menyendu "andai kau mendengarkanku, sebentar saja. Dengar aku, mungkin semua ini tak akan pernah terjadi. Kesalahpahaman itu.. sial" tangan kanan Sasuke memijit keningnya, ia pun menggigit bibir bawahnya menahan tangis yang kapan pun bisa tumpah. Sungguh ia ingin berteriak pada Sakura dan menjelaskan semuanya "kau salah paham Sakura, kau salah paham" runtuh sudah pertahan Sasuke, ia menangis dalam diam.
.
.
.
Seorang Uzumaki Naruto, terus saja mengumpat disetiap langkahnya dikoridor. Raut wajahnya terlihat sangat kesal. Pasalnya, orang yang ia mintai tolong untuk menunggunya didepan pintu gudang belakang sekolah karena ia harus mengerjakan sesuatu di sana tiba-tiba menghilang begitu saja. "cih, teme brengsek. Kemana dia, meninggalkanku begitu saja. Tak tau apa kalau aku sedikit takut dalam gudang sendirian. Seenaknya saja meninggalkanku. Kalau bukan karena hukuman dari Kakashi-sensei untuk membersihkan gudang aku tak akan pernah mau masuk kedalam gudang itu. Dasar"
"tidak Kakashi-sensei, tidak teme sama saja" Naruto tidak ada henti-hentinya bergumam disertai umpatan tidak jelas. Beruntung suara ponsel menghentikan tingkah konyolnya, walau hanya beberapa detik saja karena saat melihat nama sang pemanggil malah membuat emosinya kembali naik.
"hey teme, kau kkemana saja? Kenapa kau meninggalkanku begitu saja, teme bodoh?" cerocos Naruto tiada henti, sekali berhenti hanya ditimpali dengan gumaman khas sang pemanggil."cih, kau ini. ada apa?"
"dobe,tolong belikan milk shake strawberry, air putih dan bento. Bawa ke UKS" pinta Sasuke dari seberang telpon, dahi Naruto mengkerut mendengarnya.
"untuk apa?"
"jangan banyak tanya Naruto, bawa sekarang juga. Kuberi waktu sepuluh menit kau harus sampai di UKS" perintah Sasuke dengan nada serak khas orang yang habis menangis. Baru saja Naruto hampir menyela, suara Sasuke menghalanginya "arigatou, dobe" telpon itu terputus secara sepihak. Dengar Sakura, Sasuke masih mengingat minuman kesuakaanmu loh..
Hal ini membuat Naruto merasa aneh, awalnya ingin marah-marah jadi merasa enggan. Temannya itu terasa berbeda, ia merasakannya. Pasti sudah terjadi sesuatu dan lagi makanan yang dipesan juga bukan makanan kesukaan lelaki itu. Sejak kapan seorang Uchiha Sasuke suka milk shake strawberry? Tanpa banyak pikir, Naruto lebih memilih menuju kantin dan membelikan pesanan temannya, ia akan mendapat jawaban atas segala pertanyaan dipikirannya setelah sampai di UKS.
.
.
.
"kau terlihat murung, ada apa apa denganmu?" lidah Yamanaka Ino tidak tahan untuk ssegera bertanya saaat melihat teman merahnya berwajah pucat sekaligus sedikit bergetar ketika memasuki kelas. Karin tidak langsung menjawab pertanyaan Ino meski seluruh pandangan bertanya ia terima dari teman-teman perempuannya. Ia langsung mendudukan dirinya dibangkunya sambil menopang kepalanya dengan tangan.
"ini tidak baik" gumam Karin setelahnya "sangat tidak baik"
"apa yang tidak baik Karin?" kini giliran Temari yang menyuarakan pertanyaan.
"aku bertemu murid baru itu dan berniat untuk memperingatinya menjauhi Sasuke-kun. Tapi tiba-tiba saja dia pingsan didepanku" Karin mulai histeris, "lalu Sasuke-kun datang, menuduhku kemudian mengancamku jika terjadi sesuatu pada perempuan itu" penjelasan terakhir Karin membuat shock seluruh teman gengnya.
"ini benar-benar buruk Karin, berharap saja semoga perempuan itu baik-baik saja" sejenak Ino menghentikan ucapannya "lagi pula ini juga salahmu Karin, kenapa kau bertindak gegabah seperti itu. Apalagi ketahuan oleh Sasuke, ck"
"sudahlah, kita berfikir positif saja dulu" ucap Hinata menengahi sebelum terjadi keributan yang lebih besar lagi diantara kedua temannya itu. Temari mengelus pundak Karin untuk menyemangati sementara TenTen kali ini ia menjadi pendengar yang baik.
.
.
.
Membuka pintu UKS, Naruto melihat Sasuke membelakanginya. "yo te.. Sakura-chan" mata Naruto melebar melihat Sakura tengah berbaring tak berdaya diatas ranjang UKS "Sakura-chan kenapa teme?" tanya Naruto ketika ia sudah berdiri disamping Sasuke yang duduk sambil menggenggam tangan Sakura.
"keadaannya kurang membaik" ujar Sasuke yang kemudian menjelaskan secara rinci dimana ia melihat Sakura bersama dengan Karin sampai Sakura pingsan, setelah melihat raut Naruto yang menyiratkan untuk meminta penjelasan secara rinci.
"cih, apa yang dilakukan Karin?" Sasuke hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Naruto. "aku akan menemuinya nanti" Naruto memandang Sasuke dalam diam, ia mulai berfikir tentang bagaimana perubahan Sasuke ketika dihadapkan dengan sosok perempuan merah muda yang memiliki mata emerald indah. Semuanya berubah, ia seperti tidak mengenali temannya sendiri. dari ekspressi yang menunjukan ekspressi lain selain datar sampai mengucapkan kata yang selama ini tidak pernah keluar dari mulutnya setelah memerintah seseorang 'arigatou'. Bagaimana pun kesalahpahaman ini harus berakhir, ia tidak bisa terus menerus melihat temannya dalam keadaan jatuh terpuruk seperti ini.
"ne, teme. Ini pesananmu"
"hmm, arigatou dobe" ucap Sasuke yang kemudian meletakkannya dinakas dekat ranjang UKS dimana Sakura tengah berbaring.
"tak masalah te.."
"aku dimana?" suara parau memotong perkataan Naruto, seketika dua laki-laki disana menolehkan kepala mereka mentap seseorang diatas ranjang. Sakura berusaha bangkit dari tidurnya namun tubuh lemasnya tak bisa diajak kompromi jadi terlalu sulit baginya untuk bangun.
"pelan-pelan, biar kubantu" mendengar suara yang sangat dikenalnya, membuat Sakura secara cepat menolehkan kepalanya. Emerald dan oniks bertemu..
"k-kau.." ucap Sakura secara lirih dengan sedikit terbata, "..jangan menyentuhku Uchiha" Naruto dan Sasuke cukup terkejut akan bentakan yang dikeluarkan Sakura ketika Sakura melihat tangan Sasuke terjulur untuk membantunya bersandar dikepala ranjang. "pergi kau dari sini" desisnya kemudian lalu berpaling dari tatapan sendu Sasuke, enggan untuk melihat laki-laki.
Kedua telapak tangan Sasuke terkepal melihat Sakura berpaling darinya "apa yang harus aku lakukakan agar kau percaya Sakura?" Sasuke melihatnya, tubuh Sakura gemetar "apa belum cukup kau menyiksaku dengan rasa bersalah ini, setidaknya beri aku waktu berbicara empat mata padamu setelah itu kau bisa memutuskan untuk pergi dariku atau…" sejenak Sasuke terdiam, "..kembali padaku" keyakinan hatinya meminta Sakura kembali padanya. hanya padanya.
"aku tak ingin mendengar apapun darimu, sekarang lebih baik kau pergi"
Melihat kondisi Sakura yang tidak memungkinkan untuk diajak berbicara baik-baik, Naruto selaku teman Sasuke yang pengertian mencoba memberi pengertian pada Sasuke dengan menepuk pelan pudak pria itu, bersyukur Sasuke menoleh padanya "lebih baik kita pergi teme, bukan saatnya" beberapa detik Sasuke terdiam, kemudian menghela nafas secara berat.
"maafkan aku" merasa membenarkan perkataan Naruto, Sasuke merutuki kebodohannya yang terlalu terbawa emosi terburu-buru "aku akan pergi, lebih baik kau beristirahat. Tapi sebelum itu setidaknya kau makan dan minum obat, untuk kali ini aku mohon jangan menolakku"
Sakura bergeming, ia tetap pada posisinya. Tidur. Pasalnya tadi memang ia belum mampu untuk bangun sendiri dan menolak pertolongan Sasuke. Sejujurnya ia belum siap, berhadapan lagi dengan orang yang sangat dihindarinya. Apalagi traumanya masih belum sembuh, bisa timbul kapan saja saat laki-laki itu memanggilnya atau mendengar nama laki-laki itu meski tak separah dulu. Hanya berefek pada getaran tubuhnya.
Tak ada tanggapan dari Sakura, Sasuke lebih memilih untuk melangkah pergi. Tak ingin memaksa gadis itu walau dalam hati kekhawatiran menyelimuti hatinya. Sungguh. Tapi apa daya semua ini butuh waktu dan perjuangan. Ia akan menunggu waktu sambil berjuang atau berjuang sambil menunggu waktu.. terserahlah. Apapun akan ia lakukan untuk mendapatkan Sakura kembali.
Sepeninggal Sasuke, diruangan itu hanya ada Naruto dan Sakura. Entah kenapa Naruto tak ingin beranjak dari sana. "ne Sakura-chan, apa kau membutuhkan bantuanku?" gugup itulah yang Naruto rasakan saat mata emerald Sakura menatapnya.
Kepergiaan Sasuke membuat Sakura sedikit lega sekaligus sesak. Sejujurnya separuh dirinya berusaha untuk ingin mendengarkan penjelasan dari pemuda itu, namun mengingat masa lalu membuat keinginan itu lenyap habis, berganti dengan rasa benci dan tak ingin. Memikirkan ini membuatnya tambah pusing.
"ne Sakura-chan, kau ingin aku membantumu?" Tanya Naruto sekali lagi saat melihat tatapan kosong Sakura, seakan melamunkan sesuatu.
Menatap Naruto sejenak, kemudian Sakura menganggukan kepalanya. Karena memang ia membutuhkan bantuan sekarang ini, membuang kenyataan jika pemuda kuning itu teman laki-laki itu. Secara perlahan Naruto membantu Sakura bersandar pada kepala ranjang.
"kau harus minum obat dan makan Sakura-chan" Naruto meraih beberapa bungkus obat dan makanan serta minuman yang tadi dibelinya. Sakura sendiri mengerutkan keningnya, lalu menggelengkan kepalanya.
"tidak"
"hmm, setidaknya pikirkan kondisi tubuhmu" ingat sesuatu Naruto kembali bersuara "ini bukan dari teme eh, maksudku emm.. bukan dari dia. Aku membelinya untukmu, serius.. kau bisa percaya padaku" Sakura tetap bergeming "kalau kau tidak percaya, kau bisa bertanya pada ibu kantin" sambar Naruto cepat sebelum penolakan ia teriama dari Sakura lagi.
"lagi pula tubuhmu memerlukannya Sakura-chan, kau tidak ingi membuat orang-orang terdekatmu khawatir bukan" Naruto kembali berusaha membujuk Sakura untuk makan dan minum obat. Berusaha untuk membuat Sakura percaya padanya bukanlah hal yang mudah, bahkan keringat sebiji jagung telah berkali kali menetes dari dahinya kepipi lalu mengalir sampai kedagu kemudian berakhir dipendaratan terakhir yang bernama lantai. Segala perkataanya bukan sepenuhnya kebohongan, masalah makanan dan minuman memang Sasuke yang memintanya untuk membeli tapi tetap saja membelinya kan pakai uangnya, Sasuke belum menggantinya. –ternyata Naruto termasuk teman yang perhitungan-
Hembusan nafas lega Naruto keluarkan setelah Sakura menganggukan kepalanya menyetujui permintaannya. Melihat keseriusan dan tiada kebohongan dari mata safir laki-laki didepannya membuat Sakura menerima permintaan laki-laki itu sekaligus karena memang ia tak ingin setibanya dirumah membuat kakaknya khawatir setelah melihat kondisi tubuhnya. Ia tidak ingin merepotkan kakaknya lagi..
"mau ku suapi?"menyadari kelancangan ucapannya Naruto menepuk dahinya "maafkan aku Sakura-chan, bukan maksudku tak sopan tapi.."
"aku bisa makan sendiri" potong Sakura, Naruto pun memberikan obat dan makanan serta minuman pada Sakura. Perempuan itu menerimanya lalu memakannya, melihat itu Naruto tersenyum.
.
.
Naruto keluar dari UKS setelah melihat Sakura makan dan minum obat, membiarkan Sakura beristirahat atas permintaan perempuan itu sendiri, sebenarnya sih ia enggan meninggalkan Sakura sendirian tapi mau bagaimana lagi. Senyum lima jari tak lepas dari wajahnya. Ia kemudian meraih ponselnya lalu mengetik sesuatu disana, setidaknya sedikit membantu temannya membuatnya bahagia..
.
.
Sasuke berada diatap sekolah menatap langit berwarna biru cerah dan menatap berbagai bentuk awan juga. Merenung akan masalahnya, ia butuh ketenangan. Kegiatannya terganggu saat mendengar getaran ponsel disaku celananya. Seulas senyum tipis pun terukir diwajahnya dibarengi dengusan sesaat setelah membaca pesan singkat dari Naruto. Ia bersyukur mempunyai teman kelewat ceria seperti Naruto, bersyukur jika laki-laki itu menguntungkannya.
'teme kau tak perlu khawatir, aku sudah memastikan Sakura makan dan minum obat meski sulit membujuknya. Sekarang ia beristirahat lagi dan menyuruhku pergi. Bukankah aku hebat teme' isi pesan singkat Naruto pada Sasuke.
'hn, arigatou dobe'
.
.
.
TBC..
Huaaa, berapa abad kita tidak bertemu? Adakah yang merindukan atau ada yang menunggu ff ini?. huu pasti tidak ada :( , tak apalah.. aku datang lagi membawa chapter baru.. semoga berkenan membaca, saran dan kritik dibutuhkan agar cara penulisanku membaik tidak amburadul seperti ini hehehe :). Terimah kasih yang sudah mau baca dan tidak pernah bosen.. see you yaa.. terimah kasih yang fav, follow dan review..
Balas Review:
hanzono yuri : ini sudah dilanjut :)
Herawati : aku datang.. dan membawa chapter baru.. selamat membaca.. :)
Rein Riekho Kei : ahh gimana ya, saku maafin gak ya.. lihat nanti ajah deh.. :)
indrichan77 : aa, jadi terharu :(. Terimah kasih tapi aku masih belajar loh.. semangat juga buat kamu.. :)