Chapter 4: Broken Lines
Tik. Tok. Tik. Tok. Tik. Tok.
Rasanya waktu seperti sedang berputar begitu cepat dengan setiap suara dentingan jam yang terdengar memenuhi pendengaran Hermione. Tidak, tidak. Itu hanya perbuatan pikirannya saja, kan? Hermione masih berpakaian lengkap seperti pagi tadi di saat pemakaman, dan Harry juga masih berada di hadapannya dengan utuh. Mereka berdua masih berdiri diatas lantai Kementerian Sihir yang berarti beberapa menit yang lalu mereka baru saja bertemu bahkan berbicara dengan Malfoy.
Draco.
Setiap kata yang meninggalkan mulut Harry barusan terdengar seperti sapuan angin yang merasuki telinganya. Tapi merupakan kerikil yang memukul pikirannya, apa yang baru saja Harry katakan tidaklah hanya candaan bukan? Draco. Lucu, ketika saat ini dia hanya bisa mendengar pikirannya sendiri berbicara menyebut nama seseorang yang begitu bodoh baginya.
"Hermione," Harry melambai-lambaikan tangannya dihadapan Hermione dengan pandangan bingung. "Hermione, kamu mendengarku? Kembali ke bumi, 'Mione." Harry tertawa kecil."Harry!" Hermione memukul pelan lengan sahabatnya itu, "Apa menurutmu barusan itu sangat lucu? Harry, aku tidak mengerti. Sirius memberikannya semuanya kepadamu, semuanya, dan sekarang kamu ingin memberikannya begitu saja kepada orang lain. Apa yang kamu pikirkan? Oh Merlin, kadang-kadang aku sungguh ingin menyihirmu."Harry kembali tertawa tapi kali ini ada sesuatu yang tersirat di wajahnya dan itu tidak luput dari pandangan Hermione. "Katakan, Harry. Lagipula aku tidak ingin menjadi seseorang yang begitu ikut campur. Semua itu adalah hak dari pemilik rumah satu-satunya yaitu dirimu."
"Semuanya sangat kompleks, aku ragu apa bisa menjelaskannya kepadamu dengan benar." Pandangan mata Harry meredup.
"Semua orang menganggapku sebagai si anak yang menang melawan Lord Voldemort, aku sangat tersanjung dengan itu, tapi kehadiranku di dunia ini bukan hanya semata-mata melawan dia dan menang lalu semuanya selesai begitu saja. Selalu ada hal yang harus dibereskan setelah perang, seperti kamu membalut luka setelah ada yang terluka. Aku tidak ingin hanya berdiri untuk mereka yang menentang Voldemort, aku juga ingin merangkul mereka yang berada di sisi berbeda dengan kita. Percaya padaku, 'Mione. Ini sungguh berat bagiku, tapi aku ingin semuanya menjadi baik-baik saja, aku ingin kita semua satu."
"Jadi menurutmu memberikan Grimmauld Place merupakan cara untuk mengawalinya?" Hermione melanjutkan. "Aku mengerti Harry, tapi tidak peduli bagaimana orang diluar sana memandangmu, jangan lakukan apa yang sebenarnya tidak ingin kamu lakukan karena omongan mereka mempengaruhimu."
"Tidak, sudah kukatakan ini lebih dari itu. Sirius menginginkanku untuk melindungi Narcissa, dia tahu hal ini suatu saat pasti akan terjadi, dan aku ingin menepati janjiku."
"'Mione, ada kekuatan baru diluar sana yang mencoba bangkit, Kingsley sempat memberitahuku terkait laporan beberapa Death Eaters yang belum berhasil terdeteksi keberadaannya. Mereka masih bebas diluar sana, dan Kingsley mengatakan padaku kemungkinan terbesar bahwa mereka mengincar Draco dan Narcissa. Seperti yang kamu tahu, Malfoy dan ibunya terbebas dari hukuman walaupun mereka berada di bawah pengawasan Kementerian, dan mungkin saja beberapa dari mereka tidak terima akan hal itu."
Pikiran Hermione kembali melayang ke seseorang yang dilihatnya menangis tadi, dia tidak pernah menyangka bahwa apa yang dikatakan Flint itu benar. Pria itu bukan sepenuhnya musim dingin yang tidak pernah usai, hanya saja ia membangun tembok salju yang siapapun bahkan tidak bisa menembusnya.
Kita tidak akan pernah tahu hati seseorang.
"Aku mengerti."
Rumah itu mungkin akan terasa sangat gelap, usang, dan kental dengan aroma-aroma sisa pertempuran bagi siapapun yang memasukinya. Tak terkecuali bagi Draco Malfoy.
"Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku kesini." Narcissa tersenyum pahit melihat ruangan disekelilingnya, matanya berkaca-kaca memandang setiap bagian interior yang sama sekali tidak tersentuh tangan. "Mereka membiarkannya tetap seperti dulu."
"Ibu, berhentilah. Apa kau tidak peka? Beberapa "orang" bahkan menjadikan rumah ini menjadi markas mereka." Draco bergidik.
"Lalu? Ah, Draco. Biarkan aku menunjukkan sesuatu." Narcissa menarik tangan anaknya dan menuntunnya menaiki tangga. "Seharusnya dinding itu masih ada diatas sini."
"Dinding?"
"Kau akan tahu nanti." Narcissa memandang anaknya dengan tersenyum.
Langkahnya berderap menuju ke sebuah pintu hitam dengan plakat emas bertuliskan House of Black.
"Draco, bukalah."
Meskipun ia bahkan tidak tahu permainan apa yang sedang ibunya lakukan, Draco tetap membukanya dengan rasa penasaran yang sedari tadi menghinggapinya. Matanya seketika mengarah ke dinding besar berwarna hijau tua yang sudah kusam, dinding itu dipenuhi lukisan-lukisan yang membuatnya terkagum.
The Noble and Most Ancient House of Black
Toujours Pur
En Stirps Nobilis et Gens Antiquissima Black
"Pohon keluarga Black. Disana tercantum namamu." Narcissa menunjuk tangannya kearah lukisan kecil yang menunjukkan wajah Draco. "Pohon silsilah keluarga ini sudah berada disini selama ratusan tahun, aku senang mengetahui Sirius tidak mengubah apapun dari rumah ini." Ia melihat anaknya yang terdiam melihat dinding itu.
Jauh didalam pikirannya Draco tidak mengerti, rasanya begitu banyak hal yang dialami oleh dirinya selama hidupnya, tetapi baru sekarang dia merasa benar-benar berada dirumah. Bolehkah ia merasa seperti itu? Malfoy Manor begitu besar dan mewah siapapun bahkan iri kepadanya atas apa yang dimilikinya itu, tapi di rumah tua usang ini dia seperti menemukan ketenangan, perasaan bahwa ia tengah berada dirumah. Mungkin semuanya akan berbeda jika bayang-bayang Lord Voldemort dan ayahnya tidak pernah menghantuinya.
"Mistress Narcissa, Master Draco." Mereka dikejutkan dengan sesosok kecil yang mengintip dari balik sudut pintu dengan mata bulatnya yang besar. "Master Harry ingin aku memberikan surat ini kepada kalian. Senang melihatmu kembali, Mistress." Kreacher memberikan surat itu dengan jari-jemarinya yang gemetar.
Narcissa tersenyum tipis, "Sudah lama sekali, Kreacher. Kau bisa kembali lagi nanti." Kreacher mengangguk dan dengan jentikan tangannya kini hanya kembali tinggal dua orang berdarah murni di rumah itu.
"Aku tidak tahu Ibu bersahabat dengan peri rumah." Draco tertawa pahit. "Biar kutebak, Ayah tidak pernah mengizinkanmu."
Narcissa menaruh surat yang sedari tadi dibacanya dan menatap anaknya dengan wajah yang berubah kelabu, "Draco. Beristirahatlah, kita akan makan malam nanti."
The Burrow selalu dipenuhi cahaya setiap waktu, rumah ini seakan selalu hidup meskipun ada badai yang datang sekalipun. Hermione selalu menyukai tempat ini, dia bisa memandang padang rumput hijau yang begitu luas dari balik tirai jendela kamarnya, seakan-akan melupakan kesusahan yang dia alami untuk sejenak.
Malam ini sedikit berbeda, Molly dan Arthur memutuskan untuk menyelenggarakan makan malam dengan seluruh keluarga. Bahkan tanpa kehadiran Fred pun, semuanya akan baik-baik saja, Hermione meyakinkan dirinya. Ia memandangi tubuhnya di depan kaca, gaun hitam tadi pagi kini berganti dengan celana jeans dan sweater berwarna merah muda favoritnya, ia tersenyum.
Meja makan telah terisi penuh dengan makanan lezat yang diolah sendiri oleh tuan rumah, ini pertama kalinya mereka makan bersama setelah pertempuran, rasanya sudah sangat lama ia merindukan hal ini.
"Molly, apakah 2 kursi disebelahku kosong?"
"Oh. Hermione, dear, aku dan Harry mengundang beberapa orang lagi. Mungkin sebentar lagi mereka akan datang." Molly mengedipkan matanya ke Harry, Hermione terkekeh kecil dengan gestur yang diberikan ibu hebat itu, ia menggenggam tangan Molly erat.
Suara pintu yang berdecit terbuka mengalihkan pandangan mereka semua.
"Bloody hell." Ron bangkit dari duduknya dengan wajah kaget bercampur kesal. "Malfoy, apa yang kamu lakukan disini?" Suaranya meninggi. Hermione tak kalah terkejutnya, dia hampir saja tersedak dari Butterbeer yang sedang dinikmatinya
"Cukup, Ronald! Narcissa, Draco, duduklah." Molly mengangguk. "Voldemort sudah lenyap. Tidakkah kita bisa menikmati hidup tanpa garis-garis batasan yang dibuatnya? Semua penyihir adalah keluarga."
Genggaman Draco terhadap Narcissa kian mengerat. Keluarga? Kita?
"Aku mohon duduklah, aku mengatakan pada Kreacher untuk mengundang kalian." Harry yang sedari tadi berdiam diri akhirnya tidak tahan lagi. "Apa yang dikatakan Molly itu benar."
Narcissa mengusap pundak anaknya, matanya seolah mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja, ia kembali tersenyum dan berjalan menuju ke kursinya.
"Aku tidak percaya ini." Ron menggerutu dengan gusar. "Ronald, tidakkah kamu dengar apa yang Molly katakan?" Hermione menendang kecil kaki Ron yang duduk berhadapan dengannya itu.
"Masih tidak dapat menahan emosimu, Granger? Dan benarkah, merah muda?" Draco menarik kursi disamping Hermione dan kemudian duduk.
"Kursi lain, Malfoy?"
"Apakah kamu ingin aku duduk di meja, Granger?" Hermione melihat sekeliling dan benar saja, hanya ada satu kursi disebelahnya yang tersisa. Ia merasa terlihat bodoh sekarang.
Sepertinya tidak ada gunanya untuk saling berbalas omongan yang tidak masuk akal sekarang, Hermione mengalihkan pembicaraannya, "Bagaimana dengan lukamu?"
"Terima kasih kepada Episkey."
Hermione berhenti dan bergumam. "Gryffindor memang dikenal sangat memiliki inisiatif yang kuat."
Draco menoleh, "Aku bilang, terima kasih kepada Episkey."
"Aku tidak peduli."
"Bukankah kamu harus mengucapkan sama-sama?"
Hermione tersenyum.
"Mari kita semua bersulang, atas hari-hari berat yang telah usai, dan telah kita lewati. Untuk kita semua, untuk Harry, dan untuk Fred." Molly berucap lantang dengan mata yang berkaca-kaca, Narcissa menjadi yang pertama mengangkat gelasnya, "Untuk kita." Draco menoleh tidak percaya dengan apa yang sedang dilihat matanya, tangannya sendiri terasa berat, ia merasa Narcissa seperti bukan sang Ibu yang dikenalnya selama ini."Untuk kita." Arthur, Harry, Ginny, Percy, George, dan yang lebih mengejutkan lagi Ron. Meskipun sudah tidak terhitung berapa banyak kata umpatan yang keluar dari mulutnya.
"Untuk kita." Hermione dan Draco mengangkat gelas mereka berbarengan dan tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan. Kedua orang itu saling memandang.
Pureblood dan Mudblood.
Seperti musim dingin dan musim panas yang saling bertentangan.
Mereka tersenyum.
A/N.
Toujours Pur : Always pure.
En Stirps Nobilis et Gens Antiquissima Black: Behold the noble family and oldest clan Black.