The Bride and Me

Chapter 5 : Kill me please!

Disclaimer:

NCT milik SM Entertainment

Cuma pinjam nama dan delusi wajah kikiikii

Cast :

Lee Taeyong (GS)

Jung Jaehyun

Seo Johnny

Ten (GS)

Ji Hansol (GS)

Kim Do Young

NCT member & other cast

Main cast : Jaehyun X Taeyong

Slight : Temukan didalamnya

Warning : Genderswitch, Rated M

/DLDR/Broken Pair

Hope you like it ^^

.

.

"Hay baby, bangunlah, jangan malas my princess!"

.

Taeyong mendengar suara lembut bibinya. Ia merasakan tangan halus bak satin itu lembut memanjakan rambutnya. Bibi bonekanya memeluknya hangat, ia bisa merasakan kehadiran deru nafas itu. Semua ini, membuatnya enggan membuka mata, ia enggan kehilangan moment indah ini.

.

"Uhh manjanya baby ku ini..."

.

Bibinya mengusak rambut Taeyong lagi, membuatnya terkekeh dalam kegelapan. Semua terasa unik, perasaan ini, ia tak mau melepaskannya. Bolehkah ia egois, bolehkah ia terus berada disini, didunia gelap yang hangat dan nyaman, sejuk dengan ganggaman tangan halus bibinya. Bolehkah ia jujur jika ia jatuh cinta pada bibi bonekanya.

.

"Baby, kau harus kuat nee.."

.

Taeyong ingin mengucapkan kerinduannya, laskar cintanya yang membabi buta pada sang bibi. Ia ingin lepas dari sangkar rindu ini, tapi seakan merasakan nestapa, bibirnya kelu sekedar untuk membuka suara. Matanya memberat. Taeyong tak bisa merasakan lagi kehangantan sang bibi. Tangan lembut yang menggenggamnya itu tiba-tiba raib, ia bisa merasakannya. Deru nafas bibinya tak bisa menerpanya lagi. Belaian hangat itu, hilang entah kemana. Taeyong benar-benar merasakan kehilangan itu. Ia ingin berteriak, menyerukan nama bibinya, merangkul tubuh mungil bibinya itu. Menghirup aroma vanilla itu lebih lama lagi, tapi ia tak bisa, Taeyong bahkan tak sanggup bergerak. Seakan kehilangan arah, ia tak dapat menjangkau bibinya lagi. Yang ia rasakan kemudian, hanya kekosongan, hampa dan..kesakitan.

.

Oh that grace, oh that body
Oh that face, makes me wanna party
He's my sun, he makes me shine like diamonds..*

.

.


Ia membuka kedua bola matanya dengan kepayahan. Terasa berat dan lengket. Ia bahkan tak memiliki kekuatan hanya untuk hal kecil itu. Taeyong hanya ingin bebas dari kegelapan yang membelenggunya. Ia penasaran kenapa ia jadi seperti ini.

Saat akhirnya ia berhasil, hal pertama yang ia lihat adalah langit atap putih yang kusam dalam pendangannya. Semua masih buram, aneh dan tak nyata. Semua terasa asing. Apakah memang ini yang selalu ia lihat.

Taeyong merasakannya, rasa sakit itu tiba-tiba menghantam kepalanya. Begitu mencengkeram erat kepalanya. Ia tak hanya pusing, tapi juga kesakitan. Dan apa ini, badannya pun sama. Hanya untuk menggerakkan tangannya saja luar biasa sakitnya. Seluruh tubuhnya terasa ngilu, kaku dan menyakitkan.

Taeyong ingin berteriak, meminta tolong pada ayah ibunya, ia membutuhkan mereka. Tapi tenggorokannya sangat kering, ia tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.

.

Taeyong benar-benar kepayahan. Kepalanya benar-benar dilanda pusing. Pusing itu bahkan membuatnya tak mampu berpikir. Maka ia hanya berteriak –dengan suara keringnya-. Awalnya tak terdengar suara sama sekali dari sana, tapi semakin lama, suara serak itu muncul, menguasai hampanya tempat ia berada kini.

Taeyong panik, tak ada yang mendengarnya, padahal ia benar-benar kesakitan. Rasa sakit itu mulai beralih menjerat perutnya. Ia merasakan kram dan sakit yang luar biasa. Ia hanya bisa mencengkeram perutnya.

"Tolong.." suara Taeyong benar-benar parau. Ia bergelung seperti janin, menahan rasa sakit diperutnya, ia tak bisa bertahan lagi. Sampai saat rasa sakit itu menguasai tubuhnya, ia merasakannya, sosok yang saat ini ia butuhkan, membalikkan tubuhnya, memaksanya menatapnya, dan meneriakkan namanya. Ia tak tau pria itu, yang ia rasakan kemudian adalah, tubuhnya ringan dan kegelapan merengkuhnya, Taeyong benar-benar tak suka ini.

.

.


Doyoung meletakkan rabuk sayuran di rak paling atas. Ia melepas sepatu boot bututnya, juga topi pantainya yang norak. Terkadang, Doyoung geli juga dengan topi ini, apalagi tetangga yang selalu melihatnya. Bayangkan, mereka tinggal didesa yang sering dilanda kekeringan, tanahnya tandus dan letaknya jauh dari pantai. Tapi ia dengan eksisnya memakai topi ini. Sejujurnya, ia sekedar ingin menggoda pemuda-pemuda kampung yang lugu dan polos, itu sangat menyenangkan.

Doyoung menghela nafasnya berat, mendudukkan tubuh kurusnya disofa tua. Ia sangat haus, tapi melamun sepertinya lebih asyik daripada sekedar mengisi lambungnya dengan segelas air. Doyoung menatap situasi rumah ini, sepi. Jaehyun pergi dari kemarin dan ia tak bicara apapun soal itu. Doyoung juga malas bertanya kemana perginya pemuda itu, toh pada akhirnya ia tak akan diajak.

Doyoung tersentak mendengar suara lirih itu. Suara teriakan minta tolong yang ia tau dari mana asalnya. Kamarnya, kamar yang sudah empat hari ini tak ia tempati. Secepat kilat Doyoung berlari, membuka pintu geser itu tak sabaran. Benar dugaannya, Lee Taeyong telah sadar. Gadis itu terlihat kesakitan, meringkuk seperti kucing dan meremas perutnya tanpa tenaga. Ia berteriak minta tolong dengan suara paraunya.

"Ya Tuhan Taeyong sii, ada apa denganmu?" Doyoung meraih tubuh mungil gadis itu. Membaliknya dan seketika menghadap wajah cantik dan pucat itu. Gadis itu meringis kesakitan memejamkan matanya. Keringat bercucuran membasahi wajahnya. Ia terus meracau meminta tolong. Tapi tenaga gadis itu tiba-tiba lenyap, dan ia terkulai dipelukannya.

Doyoung benar-benar panik. Maka yang ia ingat hanya satu nama. Mengambil ponselnya ia memanggil nama itu dengan wajah panik.

"Kang Seulgi kemarilah, cepat Lee Taeyong sudah sadar, dia kesakitan.." Doyoung dan kepanikannya adalah kolaborasi yang lucu.

.

.


Jaehyun masih bertahan didalam Jeep Wylisnya. Ditemani alunan musik Yesterday, dan ia benar-benar tak mendengarkannya. Sudah hampir satu jam ia berada disini, didalam jeep tuanya, memandang rumah sakit megah diseberang jalan sana. Ia hanya memandang megahnya rumah sakit itu. Tanpa reaksi apapun diwajahnya.

Jaehyun menggenggam erat jubah dokter di pangkuannya. Ia tak tau apa yang telah membawanya kemari. Ia hanya ingin tau asal gadis sialan itu. Gadis yang baru pertama kali membuatnya merasakan apa itu penyesalan.

"Hahh..seharusnya aku puas sudah membuatnya begitu." Jaehyun tiba-tiba menutup kaca mobilnya. Ia menyeringai menatap petugas keamanan diseberang sana. Jaehyun tak bodoh, sudah sejak tadi keberadaannya diamati oleh dua orang dungu itu. Siapa yang tak mencolok dengan tunggangan seperti ini ditengah kota metropolitan. Maka, daripada mengundang masalah lebih jauh lagi, ia menstater mobilnya, membawanya beranjak dari sana.

.

.


Johny menggenggam gelang mondial kekasihnya. Ia menemukannya dikamar mandi Taeyong. Johny sudah berhasil membuka apartement kekasihnya itu. Atas kuasanya, sesungguhnya apa yang bisa menolaknya. Johny menghela nafasnya. Pikirannya benar-benar penuh. Ia dipusingkan oleh abeojinya. Tadi malam, pria tua itu menelponnya. Memintanya membawa Taeyong untuk bertemu sang kakek siang ini. Yang membuat Johny kaget, sang kakek ingin pernikahannya dipercepat. Dari yang seharusnya masih satu bulan lagi, menjadi dua minggu lagi. Yang benar saja, ia sudah menyebar undangan dari dua bulan yang lalu. Dan tanggal pernikahan sudah ditetapkan. Apa abeojinya kira ini negeri seribu satu malam, dimana ia bisa meminta bantuan jin dan mengubah semuanya dalam satu malam, hidup tak semudah itu bukan.

Sebenarnya Johnny bisa mengatasi itu, ia bisa meminta pengertian kakek dan keluarganya. Bagaimanapun ia tau bagaimana rasa cinta kakeknya itu pada kekasihnya sangat besar. Bahkan jika ia membawa Taeyong ke Chicago –dimana sang kakek tinggal-, kakeknya selalu menyediakan kamar terbaik bak disney princess untuk calon istrinya itu, lantas melakukan apapun yang diinginkan Taeyong. Tapi satu hal yang tak bisa ia atasi, bagaimana jika memang terjadi hal buruk pada Taeyong. Bagaimana jika keluarganya tau jika sang calon mantu tercinta ternyata menghilang. Bagaimana dengan orangtua Taeyong yang sudah mempercayakan putri kesayangannya padanya. Bahkan sampai detik ini, ia masih belum mengetahui keberadaan Taeyong.

.

Its beautiful night. We're looking for something dumb to do...

Johnny menginginkan berita baik tentang Taeyong saat ia mengangkat ponselnya yang berbunyi nyaring, ia hanya ingin itu saat ini, "Yeoboseyo?"

"Aku sudah mencopy rekamannya dude. Kau harus berterimakasih padaku." itu Yuta, sahabatnya –mungkin- yang berprofesi sebagai kepala devisi investigasi kriminal atau kau bisa menyebutnya kepala detektif divisi satu di Seoul. Awalnya ia merasa berlebihan saat Ten tiba-tiba meminta tolong pada Yuta. Ia tak hanya segan dan tak mau merepotkan pria keturunan Jepang itu, tapi Johnny benar-benar ingin berpikir positif soal ini. Tapi saat para polisi brengsek itu bertindak lamban, maka mau tak mau ia mengandalkan Yuta, yang mana mereka tak pernah akrab sebelumnya.

"Gomawo. Aku akan kesana, beritahu alamatmu."

"Tak perlu, aku sudah didepan apartement Taeyong. Jangan lamban kau. Pipp." dan Johnny seharusnya sadar, jika suatu hal tengah terjadi pada Taeyong, maka Yuta tak akan tinggal diam.

.

.


Dooyoung dan Seulgi menatap wajah kusut Taeyong. Gadis itu masih memejamkan matanya erat. Dooyoung bersyukur, Seulgi cepat bertindak, datang kemari dengan bersegera, sesuai dengan janjinya dulu.

"Gomawo Seulgi-ah, aku selalu merepotkanmu nee." ujar Doyong penuh terimakasih.

"Anii oppa, aku senang kau melibatkanku. Kau tau, aku sudah berjanji akan membantumu dan menjaga nona ini." jelas Seulgi sambil tersenyum manis. Tangannya mengelus rambut panjang Taeyong, menyisir dengan jari-jari lentiknya.

Doyoung mengernyitkan keningnya, "Kau tak menyukainya kan?"

"Yakk Oppa, jahat sekali." Seulgi tak terima, ia memberenggut mendengar ucapan Doyoung tadi. Doyoung jadi tak enak juga, ia kan hanya asal ceplos, duh mulut licinnya benar-benar. "Haha, mianhae..aku hanya bercanda nona jutek. Jangan marah nee" bujuknya.

"Huhh..dia memang cantik si, dan kau tau aku suka yang cantik-cantik. Tapi aku cukup tau kalau aku tak pantas menyukainya. Aku hanya kagum padanya, ya hanya sebatas itu. " jelas Seulgi.

"Yaa, aku paham. Aku harap kau bisa mengontrol perasaanmu lagi. Aku tak mau melihatmu kesakitan lagi Seulgi-ah. Kau tau bagaimana kakakmu itu. Ia akan melakukan segala cara untuk membuatmu jera, yang kurasa ia sangat berlebihan."ucap Doyoung panjang lebar.

.

"Kenapa waktu itu kau tak menolongnya? Kenapa kau tak melakukan hal yang sama seperti saat itu terjadi padaku dulu?" ucapan Seulgi menyentak Doyoung. Ia tak pernah berfikir Seulgi akan menanyakan ini. Doyoung beralih dari kursinya, berjalan kearah jendela. Ekspresi wajahnya terlihat kebingungan.

"Apa maksudmu?" Doyoung pura-pura tak paham.

Seulgi memasang wajah serius, "Apa rencanamu? Kenapa kau tak menolong Taeyong sii?"

"Kau berfikir buruk tentangku? Aku tak paham Seulgi sii? Kenapa tiba-tibakau menanyakan ini?"

"Aku rasa kau cukup pintar untuk memahami arah pembicaraanku, dokter Doyoung." Seulgi semakin menuntut. Nada suaranya benar-benar berbeda dari biasanya.

"Haha..tunggu tunggu, kenapa kita jadi serius begini." Doyoung berbalik menatap Seulgi, "Soal itu, kau tau seperti apa kerasnya Jaehyun, ya aku hanya tak ingin membuat masalah dengannya. Hanya itu. Hei ayolah jangan kaku begini."

Seulgi memicingkan matanya, ia tak boleh gegabah, tapi ia benar-benar sulit mempercayai itu, "Apa kau mengenal Taeyong sii?"

Seulgi sedikit bisa melihat ekspresi kaget Doyoung, meskipun pria imut itu berusaha menutupinya dengan baik. Bagaimanapun, Seulgi juga mempelajari ilmu psikologi, ia setidaknya bisa membaca ekspresi ringan seseorang, tapi tidak dengan pria ini. Seulgi hanya tak ingin gegabah dan merusak semuanya. Hubungan baiknya dengan pria dihadapannya ini

Doyoung merasakannya, ia ingin menghindari percakapan ini. Ia tau siapa Seulgi. Gadis yang terlihat polos itu adalah seorang genius, ia hanya tak ingin semua menjadi semakin rumit.

"Hahh..sungguh aku tak paham arah pembicaraan ini seperti apa. Tapi jika kau bertanya kenapa aku tak menolong Taeyong sii, aku sudah mengatakannya, aku tak akan sanggup melawan Jaehyun yang tengah gelap mata. Dan kalau kau bertanya, apa aku mengenalnya.." menunjuk Taeyong,"..jawabannya, bahkan aku baru melihatnya sekarang. Kau tau aku sosok seperti apa. Aku tak punya banyak kenalan selain kau, Jaehyun, Taeil dan Yuri sii. Maka jawabannya, tentu tidak."

Seulgi tersenyum simpul. Ia berjalan kearah Doyoung, menepuk pundak pria, " Kau tau, aku selalu mempercayaimu oppa. Haha sudahah, anggap saja aku tak pernah bertanya itu. Haha.."

Doyoung menggaruk lehernya yang tak gatal, lantas ikut tertawa dengan gadis berambut pirang itu, "Terimakasih Seulgi sii. Kau tau, aku tak mudah berteman dengan orang baru. Tapi saat pertama kali mengenalmu, aku sudah yakin kau bisa menjadi teman yang baik." mengacak rambut si gadis.

"Haha, jangan bilang kau mulai suka padaku. Sorry, kau bukan tipeku."cibir Seulgi.

"Yakk kau, gadis nakal, percaya diri sekali kau, kau pi.."

.

"Kalian, s-siapa?"

Doyoung dan Seulgi menghentikan aksi mereka. Suara asing itu, mereka tau itu siapa.

"Taeyong sii.."

.

.


"Jeep willys keluaran 1957, berwarna golden black. Pria itu membawa Taeyong tepat pukul tujuh lewat sepuluh menit. Kau sudah lihat semuanya, ini murni penculikan."

Johnny menatap marah layar laptop didepannya. Monitor itu tengah menunjukkan rekaman cctv saat Taeyong menghilang. Ia melihatnya. Seorang pria berperawakan tinggi, memakai topi hitam dan pakaian lusuh, menghampiri kekasihnya. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi ia bisa melihat mereka sempat mengobrol sejenak lantas pria itu menarik paksa Taeyong keluar dari mobil. Kekasihnya itu terlihat sempat melakukan perlawanan, tapi ia yakin, tubuh mungilnya tak sebanding dengan pria brengsek itu. Taeyong terlihat kepayahan dan harus kalah dalam pertempuran itu. Pria itu membawa Taeyong yang telah pingsan kedalam mobil tuanya. Johny benar-benar ingin menghajar bajingan tengik itu. Beraninya ia menyentuh Taeyong dengan tangan kotornya. Ia bahkan berlaku kasar seperti itu.

"CCTV di dashboard mobil Taeyong mati. CCTV di taman pun juga. Ya Tuhan, kenapa kompak sekali." ucapan Yuta seakan menyindir Johny. Ia ingat, kekasihnya itu sempat mengadu soal mobilnya yang bermasalah. Mulai dari rem yang berat, kebocoran oli, dan cctv yang mendadak tak berfungsi. Karena kesibukan Johny, ia meremehkan semuanya. Sejujurnya, Johny sudah mengirimkan mobil baru untuk Taeyong sementara mobil kesayangan kekasihnya itu diservice. Tapi dasar gadis manja, ia malah tersinggung atas perlakuan Johny. Johny dituduh ingin membuang mobil kesayangan Taeyong, mobil yang pertama kali dibeli Taeyong dengan gajinya sendiri.

"Aku sudah menyuruh Taeil menyelidikinya. Ia sudah bergegas. Bro, aku harap kau jangan bertindak gegabah. Serahkan semuanya padaku." peringat Yuta.

Johny menyungingkan senyum anehnya, ia menatap Yuta dan hanya mengangguk. Ia tak akan banyak bicara. Ia tahu bagaimana kinerja Yuta dan timnya, tapi bahkan Johny memiliki intern yang jauh lebih cekatan, yang saat ini mulai bergegas setelah menerima rekaman ini beberapa menit yang lalu, tanpa Yuta sadari.

"Aku percaya padamu." tutup Johny kemudian. Ia beranjak dari sofanya dan berjalan kearah lukisan besar diruang tengah. Lukisannya dengan Taeyong. Dibuat di Italia dua tahun yang lalu. Ia terlihat memeluk posesif kekasihnya itu. Ia selalu suka lukisan itu, sangat suka. Taeyong benar-benar cantik dengan gaun merahnya. Rambut hitamnya tergerai mengelilingi tubuh rampinya. Dan tangan Johny menyelimuti pundak polos sigadis. Mereka terlihat pasangan yang sangat sempurna.

"Tapi kau harus tahu Nakamoto, pria itu sudah membangunkan singa tidur." dan Yuta tau apa maksud dari ucapan Johny.

.

.


Seulgi dan Doyoung masih terdiam. Duduk mengelilingi si gadis yang seolah tak bernyawa. Memeluk lututnya posesif, enggan beranjak dari posisinya. Sejak sadar dari sejam yang lalu, gadis itu terlihat kebingungan. Bertanya siapa Seulgi dan Doyoung, lalu diam setelahnya. Seperti boneka rusak, ia hanya melamun dengan dunianya sendiri.

"Kajja Taeyong sii, kau harus makan. Setelah itu minum obatnya. Nanti siang aku akan menyuntikkan vitamin untukmu." bujuk Seulgi setelahnya. Ia mengambil mangkuk berisi bubur, lalu mengambil satu sendok untuk si gadis cantik.

.

Plak

.

Sendok itu terlempar, tepat mengenai bahu Doyoung. Seulgi benar-benar terkejut akan reaksi gadis ini, begitu juga dengan Doyoung

.

"Kenapa kalian tak membiarkanku mati saja, kenapa kalian menolongku, kenapa hahh.."

Taeyong tiba-tiba histeris. Entah tenaga dari mana, gadis kurus itu tiba-tiba mencengkeram pundak Doyoung. Mata bulatnya yang sayu kini terlihat tajam, menatap pria berambut pirang itu, "...kau, kau juga mau melakukannya kan, ayo lakukan padaku. Lalu bunuh aku. AYOO.." Taeyong memekik histeris. Ia kalap dan tak terkendali, ia spontan mencekik leher Doyoung kuat-kuat.

"Kenapa diam, bunuh aku, bunuh aku!"

Seulgi kewalahan, ia meraih pundak Taeyong. Gadis ini terlihat lemah, tapi kenapa sekarang jadi kuat begini. Ia terus mencekik Doyoung. Dan pria itu nampak kesulitan melepas cekikan tangan kurus itu.

"Taeyong sii¸ sadarlah, kau bisa membunuhnya.."

"KUBILANG BUNUH AKU, BUNUH AKU.." gadis itu berteriak semakin keras, yang mana terdengar putus asa. Taeyong semakin mmberontak. Ia menyentak Seulgi keras, membuat calon suster itu terpental dan menabrak meja nakas. Seulgi terlihat kesakitan.

Doyoung tak berkutik melihat pancaran putus asa itu. Lama-lama ia membiarkan Taeyong mencekiknya, seakan ingin membayar kesalahannya. Doyoung merasakan tangan kurus ini mencekiknya semakin kuat, menghambat laju oksigennya. Ia menjatuhkan kedua tangannya disisi tubuhnya, pasrah akan kemarahan Taeyong.

.

"Lepaskan dia.."

Dan cekikan Taeyong terhenti setelah Jaehyun mengehentikannya. Ia menarik gadis itu kuat kuat, membantingnya kekasur dan menatapnya geram.

"Kau gila, kau mau membunuhnya.." Jaehyun berteriak murka, mencekal lengan kurus Taeyong,"...kau mau cari mati hah?"

Taeyong tersentak, ia mengenali wajah itu, pria bajingan yang paling ia benci. Ia memberontak dengan brutal, menendang dada Jaehyun dengan kuat. Ia seperti mendapat kekuatan hanya dengan memandang wajah pemerkosanya itu.

"YA, BUNUH AKU, BUNUH AKU, AKU MAU MATI, MAU MATI." Taeyong berteriak sampai urat dilehernya terlihat, ia mengerahkan seluruh tenaganya, "..kau dengar, aku mau mati, huks..bunuh aku tuan, kumohon, aku tak mau hidup lagi, kumohon bunuh aku, huks.." Jaehyun tertegun mendengarnya, gadis ini mencengkeram kemeja didadanya erat, memohon dibunuh dan ingin mati, ia terlihat sangat putus asa.

Seulgi dan Doyoung terpaku menatap pemandangan didepannya. Ia tau, gadis itu pasti sangat trauma dan syok atas apa yang telah terjadi padanya, mereka tak bisa berbuat apa-apa.

.

"K-kau, ingin mati?"

Taeyong tersentak menatap Jaehyun, matanya masih tak fokus. Dia terlihat kacau dengan peluh dimana-mana. Mata bulatnya terus mengeluarkan krystal bening, penuh membasahi wajahnya.

"Ya, bunuhlah aku." Taeyong melepaskan cengkramannya. Ia menyodorkan kedua legannya, menunjukkan nadi dilegannya tepat dihadapan Jaehyun.

"Kau bisa membunuhku disini tuan." ia menunjukkan nadi pada pergelangan tangan kanannya,"...atau disini!" lalu menunjuk arteri pada lehernya, "...juga disini!" terakhir menyingkap kemeja putihnya, menunjukkan perut mulusnya, dengan gesture minta ditusuk sekarang juga.

Jaehyun masih menatap Taeyong tanpa ekspresi. Otaknya dipenuhi wajah memohon Taeyong. Baru kali ini ia melihat seseorang minta dibunuh dengan wajah bahagia, bahkan tersenyum manis seolah membujuknya.

.

"Kenapa kau tak membunuh dirimu sendiri?"

Ucapan Jaehyun menyentak Seulgi dan Doyoung. Ia tau, pria ini sangat dingin dan tak memiliki perasaan, terutama jika dihadapkan wanita cantik seperti Taeyong. Tapi bukankah Jaehyun sudah keterlaluan.

"Jae kau.." belum selesai Doyoung bicara, Jaehyun bergerak cepat, tapi tatapannya masih tertuju pada Taeyong.

Jaehyun mengambil pisau lipat dijaketnya, lalu meletakkannya ditangan Taeyong.

"Kau bisa lakukan sesukamu dengan ini, membunuh dirimu ditangan, leher, atau diperut. Aku anjurkan tusuk saja perutmu, tapi itu sangat menyakitkan. Jika tak mau repot, gores saja lehermu dengan cepat. Tapi jika kau mau menikmatinya, gores arteri di lenganmu, itu lebih nikmat." ucap Jaehyun dengan santai.

"Jae kau gila!" Doyoung maju ingin meraih pisau itu, tapi Jaehyun mendorongnya keras,

"Jangan ikut campur, bukankah itu yang kau inginkan Dongyoung sii?" Jaehyun menyeringai menatap sahabatnya. Ia seakan tak mempunyai rasa bersalah.

"K-kau gila, kau.."

"Diamlah, dan nikmati pertunjukannya!"

Seulgi dan Doyoung benar-benar membatu, mereka tak menyangka semua akan jadi seperti ini.

.

Taeyong tersenyum memandang pisau lipat berwarna silver ditangannya. Ia menggenggamnya erat dan tertawa setelahnya. "Haha..gomawo, kau benar. Aku akan menunjukkan sesuatu pada kalian."

Taeyong menuruni kasur lapuk dimana ia berada tadi. Ia berjalan lunglai kearah pintu yang masih terbuka. Lalu menyingkap lengan kemaja putih yang dipakainya. Ia tersenyum manis sekali, menatap Jaehyun, Doyoung dan Seulgi bergantian. Lalu menarik pisau lipat itu agar terbuka. Setelah menemukan letaknya, ia mengarahkan ujung pisau yang tajam itu ke arteri radialis di lengan kanannya, titik dimana ia akan menyudahi keputus asaannya.

"Taeyong sii, kumohon jangan lakukan, sadarlah Taeyong sii. Oppa lakukanlah sesuatu. Kumohon, hiks.." ucapan Seulgi seperti angin lalu. Gadis itu mulai terisak melihat kejadian didepannya. Tapi tak ada yang menghiraukannya. Doyoung hanya terdiam tak berkutik, sedang Jaehyun, ia terlihat menikmati semuanya. Pria jahat itu malah bersedekap menatap kejadian didepannya. Seulgi benar-benar muak. Ia akan menghentikannya.

"JANGAN MENDEKAT!" tapi teriakan Taeyong menghentikan langkah Seulgi. Gadis putus asa itu, disana sudah mengarahkan ujung pisaunya yang lancip kearah nadinya. Wajahnya tak terbaca. Ia semakin meringsek dipojok dinding dan tak membiarkan siapapun untuk maju mendekatinya. Seulgi hanya bisa menangis melihatnya.

Taeyong tersenyum menatap Seulgi dan Doyoung. Senyum yang manis dan menakutkan. Lalu atensinya beralih pada pria didepannya, pria yang paling dibencinya. Tanpa aba-aba Taeyong menggesekkan pisaunya, tapi tatapannya tak beralih seinchi pun dari wajah Jaehyun.

"Aku membencimu.." dan ucapan terakhir Taeyong disertai teriakan Seulgi adalah yang terdengar setelahnya.


.

.

TBC

Author mati...T_T

Byee...

.

.

Adakah yang menantikan ff ini-geer. Hehe saya datang dengan chapter 5, 3000+ words..ayeyyy

Sungguh, hati saya nyut-nyut-an nulis fic ini, gimana sih meresapi bgt kan hehe. Aku memposisikan diriku di posisi Taeyong. Dimana saya sendiri calon seorang dokter, yang kuliahnya sudah susah payah, biayanya gak murah dan bikin stress, bedanya aja belum punya kekasih setampan dan sekaya Johny oppa kekeke, dan semua itu terenggut hanya dalam suatu insiden 'pemerkosaan'. Okay, runtuh sudah semua mimpi-mimpi saya..

Oh iya, kemarin saya edit chap 4 nee, soalnya ada kesalahan tahun. Dimana seharusnya itu bersetting tahun 2014 (Chanpter 3, 4, 5 ini ditahun 2014 ya. Jadi flashack 2 tahun)..Jangan bingung nee, intinya ini masih flashback kok, ada tulisannya kan..

Buat Jaeyong moment, semoga chap depan udah ada nee..

Dan Chap depan, mungkin agak lama lagi nee. Soalnya aku udah mulai praktik pengabdian di ambulance, dan itu sampai pagi, sampai lupa baca ff, sampai lupa juga nulis ff, wkwk,..

.

.

Reviewnya dong, masukan boleh, uneg-uneg boleh, biar aku semangat juga nulisnya..huwe huwee

JaeYong slayyy..

Psstt, kemarin ada pasien yang mirip Jaehyun lo, mau titip salam nggak buat Jaehyun KW 69, 0_0/

*Lana Del Rey –Young and Beatiful