REMEMBER ME, HANA!

By

QiQi Airin

HunxHan

GS, Romance, Hurt

Disclaimer : semua tokoh milik orang tua mereka masing-masing. Sementara semua kejadian dalam cerita ini adalah murni hasil imajinajis saya :v

Happy Reading :D

_HunxHan_

Chapter 1

.

.

"Dengar, Hana! Mulai sekarang kau bukan Hana, tapi Luhan. Jangan pernah menoleh pada orang yang memanggilmu Hana, karena dia pasti orang jahat. Kecuali Mama. Hanya Mama yang boleh memanggilmu Hana, kau mengerti?!"

.

_HunxHan_

.

Sehun memandang lekat namja di depannya yang sedang mempresentasikan agenda festival sekolah mereka besok. Joon Myeon, tak henti-hentinya nyerocos, menjelaskan gambar di slidenya dengan perkataan yang mudah dipahami, walau ia sadar sahabat sekaligus atasannya di OSIS sama sekali tak mendengarkan meski matanya tampak fokus.

"Sehun-ah, apa terjadi sesuatu?" Joon Myeon menutup laptopnya.

Bola mata Sehun yang sedari tadi menatap lurus mulai memutar memandang Joon Myeon. Dua tangannya terangkat mengusap wajahnya, dan berakhir mengusap rambutnya. Ia menghela nafas panjang.

"Sepertinya aku akan segera punya adik," jawab Sehun singkat, namun berhasil membuat Joon Myeon terbelalak. Joon Myeon lalu tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya setelah beberapa saat tadi terpana mendengar jawaban Sehun.

Sehun menoleh heran. Ia tahu masalahnya ini sedikit lucu dan mustahil, tapi tawa Joon Myeon berlebihan.

"Yaa!" tegur Sehun dengan nada pelan. Ia seperti tak memiliki tenaga.

Joon Myeon menghentikan tawanya secara bertahap. "Apa ayahmu akan menikah lagi?" tanyanya mulai serius. Sehun mengangkat bahunya.

"Entahlah. Ayah tak menjawab saat ku tanya begitu," jawab Sehun. Matanya menerawang ke meja. Percakapan dengan ayahnya tadi ketika sarapan kembali terngiang.

.

_HunxHan_

.

"Aku akan membawa seorang adik untukmu."

Suara datar itu membuat Sehun tersedak roti panggang yang baru melalui tenggorokannya. Ia menatap ayahnya yang santai membaca koran. Matanya merah akibat tersedak.

"Aboeji, kau hampir membunuhku," ucap Sehun masih terbatuk-batuk.

Ayah Sehun, Oh Hyuk, melipat korannya lalu menyeruput kopi panasnya. "Aku serius. Bukankah kau menginginkan seorang adik dari dulu?"

Sehun menelan ludah. Ekspresi datar itu tak seberat perkataannya. Lagipula, Keinginan itu sudah lama hilang sejak ibunya tiada.

"Apa kau menginginkan seorang istri yang akan mengurus rumah dan anakmu ini?" tanya Sehun penuh selidik. Keinginan itu memang wajar untuk ayahnya yang terbilang belum terlalu tua untuk menikah lagi, Sehun tahu itu. dan ia tak bisa melarang. Tapi kenapa harus mendadak seperti ini? Sehun bahkan tak pernah melihat ayahnya berkencan.

"Aku tak bilang akan menikah lagi," jawaban Oh Hyuk seketika mematahkan dugaan Sehun.

"Lalu apa?" tanya Sehun tak sabar.

"Sudah kubilang akan membawakan adik untukmu. Nanti aku akan atur jadwal kita bertemu."

.

_HunxHan_

.

Joon Myeon kembali terbahak setelah mendengar cerita Sehun. Sehun hanya bisa memasang wajah pasrah, membiarkan dirinya ditertawakan oleh sahabatnya sejak SMP itu.

"Aku tak sabar ingin segera bertemu adik kecilmu nanti," ujar Joon Myeon di sela tawanya.

"Itu dia masalahnya," ujar Sehun lagi-lagi dengan wajah pasrah. Mata sayunya menatap Joon Myeon serius, "ayah bilang mungkin dia seusia denganku. Perempuan."

"APAAAAA!"

Joon Myeon spontan berdiri dengan teriakannya yang keras. Sehun terkekeh. Seperti itulah ekspresinya saat mendengar ucapannya barusan keluar dari mulut ayahnya.

"Sehun-ah," Joon Myeon meraih pundak Sehun dan menatap matanya, memastikan bahwa pria berambut sedikit pirang itu tidak sedang bercanda. Dan nyatanya, Sehun sangat serius. "Apa kau yakin 'perempuan' itu akan menjadi adikmu?"

"Apa maksudmu?"

"Mungkin ayahmu berkata 'aku akan membawa seorang ibu padamu.' Kau pasti salah dengar karena sangat ingin punya adik."

"Ya!" Sehun menjitak kepala Joon Myeon. Joon Myeon meringis sambil mengusap-usap kepalanya. "Kau ini sudah gila! Mana mungkin ayahku akan menikah dengan gadis seusiaku!" omel Sehun. Ia menyambar tasnya dan bergegas berdiri. "Sudahlah tak usah dibahas lagi. Biar waktu yang akan menjelaskan semuanya," ucap Sehun. Joon Myeon tersenyum geli mendengar ucapan sahabatnya yang sedikit dramatis.

Joon Myeon mengikuti langkah Sehun keluar dari ruangan. "Kau ini sok puitis!" gerutunya sambil merangkul bahu Sehun.

Mereka berjalan beriringan keluar dari ruang OSIS, menyusuri koridor gedung yang dipenuhi para siswa. Semuanya sibuk. Beraneka ragam dekorasi menghiasi pintu ruang kelas, untuk menyambut para pengunjung yang datang saat festival esok, karena siswa dari luar maupun orang umum yang membeli tiket akan menghadiri.

Dan di sela kesibukan itu, khususnya para siswi, menyempatkan diri mereka menyapa sang ketua OSIS saat menghampiri kegiatan mereka. semuanya tampak senang saat Sehun datang.

Joon Myeon tak hentinya tersenyum. Berkat ketampanan Sehun sang Ketua OSIS, dan jabatannya sebagai sekretaris, membuatnya ikut dikenal para penghuni EXO High School.

Sehun memang terkenal. Bahkan sebelum dirinya menjabat sebagai ketua dan hanya anggota biasa, Sehun sudah tampak menonjol. Keaktifannya. Keramahannya. Ketegasannya. Dan yang paling menjadi favorit para siswi adalah killing smile dari wajah tampannya itu.

"Sehun-ah!" suara lembut nan riang menyapa Sehun saat ia sedang memperhatikan dekorasi kafe di salah satu ruang kelas. Sehun, Joon Myeon, dan bahkan semua yang ada di ruang itu ikut menoleh. "Sedang kontrol ya?" tanya si pemilik suara lembut itu. Senyumnya sempurna, dipadu bentuk wajah yang oval mempesona dan rambut pirang sebahu.

Baek Hyun.

Semua mata memandang, terpana. Dua muda-mudi itu, Sehun dan Baek Hyun, disebut-sebut sebagai pasangan serasi. Mereka sangat akrab, satu kelas, walau tak ada yang tahu bagaimana hubungan mereka sebenarnya. Kehadiran Baek Hyun di sisi Sehun cukup membuat para siswi patah hati. Mereka terlalu serasi.

"O. Aku hanya melihat sudah sejauh mana persiapan untuk besok," jawab Sehun singkat. Berbeda dengan yang lain, Sehun tampak biasa-biasa saja dengan kehadiran Baek Hyun. Mungkin karena mereka sudah berteman sejak lama.

"Kau pasti sibuk sekali," ucap Baek Hyun lagi. Joon Myeon hendak ikut nimbrung, sebelum tiba-tiba terdengar suara gaduh dari sebelah. Suara bentakan seorang gadis. Seperti sedang marah-marah. Sehun dan Joon Myeon saling pandang, lalu segera menuju asal suara gaduh itu, melupakan kehadiran Baek Hyun yang baru saja datang.

Suara gaduh itu berasal dua kelas dari tempat Sehun dan Baek Hyun sebelumnya. Para siswa ramai berkerumun karena suara bentakan itu begitu mencolok, terdengar sangat tidak ramah.

"Dari awal sebenarnya kau memang sudah menolak peran ini kan!"

Sehun dan Joon Myeon menyerobot masuk di sela para siswa yang berkerumun, disusul Baek Hyun kemudian. Tampaklah seorang gadis yang sedang dimarahi oleh seorang gadis lain.

"Baek Hae-ya, ada apa ini?" Baek Hyun langsung maju mendahului Sehun karena dari awal mendengar ia sudah tahu suara itu milik siapa. Sehun dan Joon Myeon pun langsung mengenali gadis bertampang garang itu.

"Seperti biasa, Eonnie, gadis menyebalkan ini lagi-lagi berulah," ucap Baek Hae kasar sambil menunjuk-nunjuk gadis yang sedang ia marahi. Baek Hyun mengalihkan wajahnya pada gadis yang sedang dimarahi adiknya. Benar. Gadis itu lagi. Baek Hyun sudah sering mendengar tentang gadis itu dari Baek Hae, tentang gadis itu yang tak pernah disukai oleh teman-temannya. Gadis berambut panjang sepinggang dengan poni yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Gadis pendiam dengan wajah datar menyebalkan, walaupun cantik‒Baek Hyun pun mengakui itu. Gadis aneh yang bahkan tak pernah benar melafalkan namanya sendiri. Gadis sombong yang tak hafal nama teman-teman sekelasnya. Gadis bernama Luhan.

"Dia tak berulah, Sunbae!"

Yah, tentu saja gadis cupu berkacamata ini yang muncul setelahnya, satu-satunya teman si gadis aneh, batin Baek Hyun jengah.

"Dia hanya ingin melihat ibunya di rumah sakit," sambung gadis berkacamata itu lagi. Ia tak hanya memandang pada Baek Hyun, tetapi juga pada Sehun, untuk mendapat pembelaan atas temannya, Luhan, yang sedang disudutkan.

Baek Hyun dan Baek Hae saling pandang. Tentu isi kepala mereka sama. Dan alurnya pun mudah ditebak. Satu-satunya teman Luhan ‒si gadis aneh‒ yang berkacamata itu, Kyung Soo, pasti akan muncul sebagai pahlawan yang membela Luhan, karena hanya dia satu-satunya teman Luhan di kelas ini, bahkan di sekolah ini.

"Dia bohong, Sehun Sunbae!" Baek Hae maju ke hadapan Sehun, membelakangi tubuh Kyung Soo. "Dari awal Luhan memang menolak peran ini," telunjuknya masih menuding-nuding wajah Luhan.

Sehun memandang mereka satu persatu, Baek Hae, Kyung Soo, dan 'tersangka utamanya', Luhan. Sebagai ketua OSIS Sehun memang sering dihadapkan dengan situasi seperti ini. Namun kali ini ia merasa sedikit aneh. Biasanya, si 'tersangka' akan melakukan pembelaan, menyangkal semua tuduhan yang diberikan padanya. Tapi gadis bernama Luhan itu sama sekali tidak. Entah ini hanya perasaannya saja. Wajah Luhan aneh. Ia sedang di sudutkan oleh Baek Hae, tapi wajahnya tampak tenang-tenang saja, atau lebih tepatnya tak ada ekspresi. Datar. Hanya matanya yang hampir tertutup poni yang memandang lurus. Bibirnya terkunci rapat.

"Memang apa perannya?" tanya Sehun pada Baek Hae.

Baek Hae terdiam sesaat sebelum menjawab. "Dia, dia jadi hantunya, semacam Sadako."

Ppppffffffttttt!

Sehun langsung membekap mulutnya dengan tangannya. Hampir saja tawanya meledak keluar jika tak teringat dirinya tidak sedang dalam keadaan lucu. Sehun sempat melirik Joon Myeon, dan sepertinya sahabatnya itu juga sedang berusaha keras menahan tawanya. Sehun lalu memandang wajah Luhan. Harus diakui wajah datar penuh rambut itu memang pantas mendapat peran Sadako. Wajah tak berekspresi dan rambut panjangnya. Sehun masih tetap mengontrol rasa gelinya sambil berharap semoga Sadako yang asli tak menghantuinya nanti malam.

"Kemarilah kau, Luhan!" panggil Sehun. Luhan maju beberapa langkah ke hadapan Sehun dan berdiri sedikit di depan Baek Hyun. Sehun sempat merinding, karena ia merasa seperti ada hembusan angin sepoi-sepoi yang melewati tengkuknya dan menghambur ke wajah gadis di depannya. Mirip adegan film horor. Namun ketakutan itu segera hilang, setelah poni lebat itu tersingkap oleh angin. Walau hanya sepersekian detik, wajah Luhan berhasil tercapture dalam ingatannya melalui bola matanya yang melihat dengan jelas. Untuk lelaki normal sepertinya yang sangat bisa membedakan antara wanita cantik dan biasa-biasa saja, Luhan memang berbeda. Gadis itu memiliki wajah di atas rata-rata. Cantik, ia akui itu. Sehun pun tak menampik dirinya terpana, sama seperti lelaki lain yang pada umumnya akan terpana melihat wanita cantik. Hanya saja, gadis dihadapannya itu terlihat tak menyenangkan. Mungkin karena sorot mata yang kosong dan tak bercahaya.

"Pulang sekolah nanti kau kan bisa menjenguk ibumu," Sehun memberi usul.

"Aku sudah bilang begitu, dia tak mau mendengar," Baek Hae cepat mendahului Luhan menjawab.

"Sabar dulu, Baek Hae, kita dengar jawabannya dulu."

"Kau tak perlu membelanya, Sehun-ah," kali ini Baek Hyun bersuara. "Aku sudah sering mendengar tentang gadis ini dari Baek Hae. Dia memang menyebalkan," imbuhnya.

Walau tampak tak menggubris jawaban Baek Hyun, Sehun tetap memandang wajah Luhan untuk memastikan apakah kata menyebalkan yang dimaksud Baek Hyun terdapat pada wajah datar itu. Ia sengaja menunggu Luhan yang bicara.

"Kondisi ibuku buruk. Aku baru mendapat kabar dari rumah sakit. Ibuku gagal dioperasi. Pulang sekolah nanti belum tentu aku bisa menjumpainya dalam keadaan hidup," jawab Luhan, pelan, lancar, tanpa nada. Datar. Sedatar wajahnya yang dingin. Sedatar tatapan kosongnya. Namun kalimat itu terdengar begitu menyayat di telinga Sehun. Ia menatap wajah-wajah di sekelilingnya. Tak ada wajah yang bersimpati mendengar penjelasan Luhan barusan, kecuali Kyung Soo, gadis yang dari tadi terus membela Luhan. Ia sempat menganggap remeh saat Kyung Soo bilang Luhan ingin melihat ibunya di rumah sakit. Ia pikir itu hanya alasan klise yang dibuat-buat hanya untuk menolak peran Sadako itu. Entah kenapa Sehun langsung merasa percaya saat Luhan yang mengatakannya sendiri, walau tanpa irama yang meyakinkan. Mungkin karena dirinya juga pernah dalam posisi yang sama. Ya. Sehun telah kehilangan ibunya. Oleh karena itu ia bisa merasakan apa yang dirasakan Luhan. Lagipula menurutnya seseorang tak akan berbohong mengenai ibunya. Mendadak Sehun merasa menyesal telah menertawakan Luhan tadi.

"Aku siap menggantikan Luhan, Sunbae. Aku sudah bilang pada Baek Hae tadi, tapi dia menolaknya," Kyung Soo angkat bicara. Sehun langsung menatap Baek Hae, gadis itupun langsung menundukkan kepalanya. Tentu saja ia sadar, kali ini kedoknya terbongkar. Baek Hae sengaja memberikan peran hantu pada Luhan untuk membuatnya semakin terlihat konyol. Dan ia pun tahu kakaknya, Baek Hyun, tak akan mampu menolongnya, karena mereka sama-sama tahu Sehun akan sangat sensitif jika menyangkut seorang ibu.

"Pergilah, Luhan. Semoga ibumu baik-baik saja. Apa aku perlu mengantarmu?"

Semua yang ada di ruangan tersebut pun terdiam. Lagi-lagi mereka menyaksikan kebaikan hati Sehun.

"Tidak perlu," Luhan menggeleng. "Aku naik bis saja."

Permasalahan selesai. Setelah Luhan keluar, satu persatu orang yang berkerumun di ruang itu mulai bubar, kembali pada kesibukan mereka.

"Kau memang baik hati, Sehun-ah," puji Baek Hyun, walau sebenarnya ia tak berniat memuji.

"Kau memang hero," Joon Myeon menimpali sambil merangkul bahu Sehun dan menepuk-nepuknya. "Kau akan menjadi kakak yang hebat nanti."

"Ya!" tegur Sehun cepat. Ia tak ingin ada orang lain yang mendengar ceplosan Joon Myeon barusan. Sayangnya Baek Hyun yang berada di sebelah mereka terlanjur mendengar.

"Adik? Apa maksudmu?" tanya Baek Hyun penasaran. Joon Myeon melirik Sehun, meminta izin untuk menceritakan percakapan mereka tadi. Lagipula, Baek Hyun juga berhak tahu. Bukankah mereka sudah berteman sejak lama?

"Sehun akan punya adik. Oh Hyuk Ahjusshi akan menikah lagi," jawab Joon Myeon cekikan. Ia langsung lari dari sisi Sehun karena tahu sesaat lagi jitakan Sehun akan menuju kepalanya.

Sehun mendengus kesal karena jitakannya hanya melayang di udara. Joon Myeon secepat kilat mengelak. Sahabatnya yang satu itu suka melebih-lebihkan cerita, dengan dibumbui sedikit kebohongan.

"Benarkah Ahjusshi akan menikah? Selamat ya. ." ucap Baek Hyun dengan mata berbinar. Sehun menggaruk pipinya. Gadis ini terlanjur salah paham.

Biarlah!

Sehun pun tak ingin menjelaskan. Lagipula sebentar lagi semua orang juga tahu bahwa dirinya memiliki adik. Entah adik angkat atau adik tiri. Dengan posisi Sehun di sekolah, tak sedikit siswa yang mencoba mengorek kehidupan pribadinya.

.

_HunxHan_

.

Ibumu sudah tak ada harapan lagi.

Luhan terduduk lemas di samping Miwa, ibunya, satu-satunya keluarganya. Berbagai macam alat medis menancap ke tubuh kurus itu, selang infus, selang pernafasan, dan lain-lain. Kepalanya dibalut perban, bekas operasi.

Pendarahan otak fatal. Stroke.

Walaupun operasi sudah dijalankan, keadaan kritis Miwa tak kunjung berakhir. Sejak pingsan beberapa hari yang akibat sakit kepala yang dieluhkannya, hingga keluar dari ruang operasi, Miwa sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Dan hari ini, Luhan mendapat kabar terburuk.

Otaknya tak berfungsi lagi.

Bahasa kasarnya, tubuh itu tak lagi memiliki jiwa. Ia hanya seonggok daging kurus yang terbaring dengan bantuan pernapasan untuk menopang hidupnya yang tak lagi berarti. Tak ada harapan. Mati. Dan Luhan hanya bisa pasrah saat dokter mendesaknya untuk menyetujui pencabutan alat bantu nafas, satu-satunya penopang hidup ibunya.

Luhan berdiri di sudut ruangan saat para perawat mulai melepas penopang hidup Miwa satu persatu. Bulir-bulir air menggantung di bulu mata lentiknya saat berkedip, seolah tak ingin lepas meninggalkan mata indah itu. Mata indah tanpa cahaya. Luhan bahkan tak menjerit, meronta, memanggil-manggil nama ibunya, walau ia tak tahu setelah ini harus berbuat apa. Yang ia rasakan saat ini pun bukanlah hal yang baru lagi.

Sepi. Hidup Luhan memang selalu sepi. Hanya 'dunia'nya, tempat dirinya, Kyung Soo, dan Miwa, yang selama ini menemaninya. Sedih. Tentu saja ia sedih kehilangan ibunya. Dan segera, seperti sebelum-sebelumnya, kesedihan itu akan hilang. Memori Luhan seolah tak ingin menyimpan ingatan pilu. Ia pasti akan lupa. Dan wajah ibunya pun juga akan luput dari ingatannya jika saja 'dunia'nya itu tak ada. 'Dunia' yang membantunya menyimpan wajah-wajah yang ingin terus ia ingat sepanjang hidupnya. Hanya wajah-wajah orang yang menyayanginya.

"Luhan-ah!"

Seorang pria berjas putih tergopoh-gopoh menghampirinya. Wajahnya terlihat sedih, memancarkan rasa simpati.

Siapa orang ini? teman mama-kah?

Luhan tak tahu. Ia tak bisa mengingat. Ia tak ingin memaksa ingatannya untuk 'mencari' orang-orang yang pernah menghampiri hidupnya, orang-orang yang tak dikehendakinya untuk memenuhi ruang memorinya.

"Tenanglah, kau tak akan sendiri, Luhan!" ucap orang itu lagi.

Luhan diam. Setidaknya ia tahu pria di hadapannya itu bukan orang jahat. Pria itu memanggilnya Luhan. Sesuai dengan wasiat Miwa. Walau di sela rasa sakitnya, detik-detik pingsan yang mengantarkannya pada maut, Miwa sempat memanggil namanya, nama aslinya. Hana.

.

_HunxHan_

.

Sehun baru saja turun dari panggung di depan gedung sekolah, saat tiba-tiba Kyung Soo mencegat langkahnya. Ia masih ingat Kyung Soo, teman gadis aneh pada insiden kecil kemarin. Wajah Kyung Soo terlihat sedih. Namun Sehun sebenarnya tak ingin bicara pada siapapun dulu. Tenggorokannya masih kering usai berceloteh panjang lebar pada sambutan pembukaan festival sekolah.

"Sunbae, kau masih ingat Luhan, kan?" tanya Kyung Soo.

"Em," Sehun mengangguk sambil melirik tangan Kyung Soo yang sedang memegang ponsel.

"Luhan, ibunya‒"

Kalimat Kyung Soo terpotong saat ponsel pintarnya berdering keras. Ia pun memohon maaf pada Kyung Soo karena harus segera mengangkat telponnya. Ayahnya menelpon, setelah semalaman tidak pulang. Oh Hyuk memang sering tidak pulang. Terkadang seminggu sekali ia baru muncul di rumah. Kesibukannya bertambah setelah membuka rumah sakit baru, yang dikelola bersama rekan-rekannya. Tapi tidak seperti biasanya ayahnya menelpon secepat ini. terkadang malah tak menelpon. Sehun sendiri sudah tahu bagaimana sibuknya sang ayah.

Telpon diangkat. Ia berdiri membelakangi Kyung Soo. Ia sengaja tak pergi karena ingin meneruskan pemberitahuannya mengenai keadaan Luhan. Pembicaraan Sehun di telpon pun tak terdengar, kecuali teriakan Sehun yang tiba-tiba. Lalu secepat kilat ia melesat pergi, tanpa mempedulikan Kyung Soo yang masih berdiri di belakangnya.

.

_HunxHan_

.

Sehun bergegas menunggu bis di halte dekat sekolah setelah mendengar kabar dari ayahnya. Di telpon Oh Hyuk hanya mengatakan bahwa ia harus bertemu adiknya sekarang juga, calon adik. Ayahnya menyuruhnya cepat, menuju alamat yang sudah diberitahukan tadi. Alamat rumah duka. Entah siapa yang meninggal. Mungkin salah satu kerabat calon adiknya itu. Sehun tak habis pikir. Ayahnya sungguh aneh. Mengenalkan sang calon adik di saat yang tidak tepat.

Sepanjang perjalanan Sehun merasa gugup. Bahkan tangannya gemetar saat mengetik pesan singkat untuk Joon Myeon, menyuruh sahabatnya itu menggantikannya sebentar jika ada yang membutuhkan. Ia penasaran bagaimana rupa gadis yang akan menjadi adiknya. Seandainya adiknya itu adalah gadis kecil, Sehun tak akan merasa segugup ini. Lagipula, lagi-lagi Sehun tak habis pikir. Mengapa ayahnya mendadak ingin mengambil anak angkat dan bukannya menikah lagi. Satu pertanyaan besar yang belum sempat ditanyakan Sehun pada Oh Hyuk.

Tiga puluh menit kemudian, Sehun tiba di tempat yang dituju. Rumah duka. Tempat persembahyangan dan persemayaman orang yang sudah tiada. Tak ada tawa di tempat ini. Hanya wajah –wajah yang tertunduk lesu.

Sehun langsung menghampiri Oh Hyuk begitu mendapati ayahnya itu sedang berada di salah satu ruang persembahyangan. Tak banyak orang di ruang itu. Ayahnya berdiri di dekat pintu, bersama beberapa orang lain. Sementara di depan sana, di depan foto almarhum, seorang gadis berseragam senada dengannya duduk bersimpuh. Sehun semakin gugup. Seragam yang sama. Mungkinkah itu calon adiknya? Dan foto almarhum itu, seorang wanita, cantik sekali. Apakah itu ibunya, yang sebenarnya ingin dinikahi oleh ayah Sehun?

Sehun menggosok-gosok pelipisnya. Banyak sekali pertanyaan yang muncul. Ia bahkan belum sempat bertanya apa yang terjadi pada ayahnya dan menyampaikan belasungkawa pada gadis di depan sana.

"Aboeji," sapanya pada Oh Hyuk.

"Sehun-ah, itu adikmu. Beri salam padanya," ucap Oh Hyuk sambil menunjuk ke arah gadis itu.

Glekk.

Sehun menelan ludah berat. Perlahan-lahan ia berjalan menuju gadis berambut panjang itu. Jantungnya berdebar kencang. Gugup sekali. Ia menundukkan badannya, berposisi duduk di belakang gadis itu agar posisinya sejajar. Namun sepertinya suara kecil gesekan kakinya dan karpet membuat gadis itu menyadari kehadiran Sehun di belakangnya. Gadis itu menoleh perlahan, dan mendapati wajah Sehun yang juga sedang menatapnya lekat.

Mereka berdua saling melempar pandang, tanpa kata. Hening.

Sehun sendiri tak mampu berkedip. Wajah di hadapannya itu tak asing, walau ia baru sekali bertemu. Pertemuan yang tak sengaja kemarin. Gadis aneh itu. Gadis cantik berwajah datar. Gadis yang mendapat peran Sadako. Luhan.

To Be Continued. . .

N/B : Masih chap satu. Mudah-mudahan ada yang baca dan nungguin chap selanjutnya, hehe. Tapi kalaupun nggak ada yang nunggu :'( saya akan tetap ngepost lanjutan cerita ini, itung-itung buat ngembangin bakat nulis juga (jiaaaaahhh :v ). Ini ff HunHan kedua saya setelah sebelumnya ff yang berjudul Kelopak Sakura berhasil jadi juara dua di event HunHan month (cieee pameerr :v ) oleh karena itu saya sangat berharap kritik dan saran dari para pembaca dan author2 yang keren untuk penyempurnaan ff selanjutnya.

Oh ya, saya mau kasih dikit bocoran tentang karakter Luhan. mungkin ada yang pernah nonton anime Sakurasou no pet na kanojo?(saya anime lover juga :v) Nah saya terinspirasi dari karakter Mashiro Shina dari anime itu untuk menciptakan karakter Luhan.

At Last, saya ucapkan beribu-ribu terimakasih bagi yang sudah read, favoritin, ngasih kritik dan saran, apalagi yang koment minta nextnya, hehehe XD