Hallooo, Guys! So, aku balik lagi dengan FF baru yah! But eitsss.. Ini FF spesial yah guys karena digarap oleh 2 AUTHOR sekaligus! So di FF ini, kita punya author JILAN yang juga dari FFN tentunya. Say Hi, Guys!

NOTE! MUST READ!: Karena FF ini digarap 2 author jadi chapter akan dibuat selang seling. Prolog dibuat UniGon, lalu Chapt 1 by Jilan, lalu UniGon lagi dan begitu seterusnya. Ada kemungkinan author bikin double chapt juga yaa tergantung situasi ^^. Dan di prologue ini, aku sengaja gak sebutkan semua tokoh dulu ya. Kesan misteri guys .

So, no banyak bacot, silahkan nikmati prolognya!

By. UniGon

.

.

.

Prologue

No... I'm not... (but probably Yes, I am..)

Kueratkan blazer hitam ini membalut tubuhku. Rasa dingin yang menusuk tak dapat kuelakkan lagi. Musim dingin kali ini, rasanya...

.

.

... benar-benar lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya.

Kutatapi satu persatu mimik wajah itu, semua tatapan kesal dan menyiratkan bagaimana kejijikan mereka padaku. Di mana letak kesalahanku, Tuhan? Salahkah aku tetap bertahan dan bernafas bahkan hingga detik ini?

"Hey, kau! Pembunuh!", sebuah cengkraman menarikku kasar, membuatku terhempas ke lantai yang dingin.

Aku terpaku...

Seorang namja menghadiahiku sebuah tendangan yang tepat mengenai pelipisku.

Kepalaku terasanya nyeri dan pening.

Samar, dapat kulihat bagaimana netra penuh kebencian itu menatapku. Dan netra itulah yang membuatku semakin membenci diriku.

Di balik surai yang acak-acakan menutupi kedua netraku, kristal bening menitih sedikit demi sedikit.

"Kau hanya pria lemah yang tak dapat menyelamatkan dirimu sendiri! Sekarang lihat apa jadinya! Kau membunuhnya!"

"Sungguh, aku tak berniat membunuhnya, Sunbae...", lirihku takut dan menyesal.

"Dasar pembohong!", sebuah tungkai kaki menginjak kepalaku dengan semena-mena. Bagian kiri kepala dan wajahku membentur keras dinginnya lantai itu.

Sakit... sungguh...

Di antara tetesan kristal air mata yang menitih dari pipiku, aku melihatnya. Namja itu berdiri di sana, menatap dingin padaku dengan balutan blazer hitam. Mengapa kau terus menatapku seperti itu? Tidakkah semestinya kau melindungiku? Apakah kau juga membenciku?

Hyung, kumohon tolong aku...

Namun ia melenggang menjauhiku dengan cepat. Tak peduli. Mungkin aku hanya sampah di kehidupannya. Mungkin ia sudah cukup bahagia melihatku seperti ini.

Mungkin ini hukuman... atas anggapan sebagian besar manusia-manusia bedebah itu bahwa aku...

.

.

... seorang pembunuh.


Now, they hail me... (but not all of them)

Suara denting keras dari pertemuan bola kulit senggaman itu dengan bat menjadi pertanda untuk mulai memacu kekuatan dalam pelarian yang sesungguhnya.

"Home Run!"

Tungkai kakiku melangkah begitu cepat dengan pacuan adrenalinku. Berlari dari base satu ke base lainnya hingga kembali ke 'rumah'.

"Kerja bagus, bro..."

Aku tersenyum dalam pelukan rekan-rekan satu timku.

"Tadi itu pukulan yang luar biasa!", ucap rekanku lainnya seraya mengacak-acak suraiku yang basah akibat keringatku.

Aku tersenyum kecil, terharu.

Pujian itu, sungguh... aku sangat senang merasakannya. Setidaknya aku tidak hanya pantas untuk medapat celaan dan julukan seorang pembunuh, tapi aku juga bisa membuktikan pada dunia bahwa aku... mampu menjadi seorang yang patut dipuji atas kerja kerasku.

Aku berlalu menuju ruang ganti untuk sekadar beristirahat dan menegak air untuk menghilangkan dahagaku.

"Selamat atas pencapaianmu, Killer..."

Suara bass itu mengalihkan atensiku. Tanpa aku perlu melihat wajah namja itu, aku tahu siapa ia. Aku tahu ia bersandar di ambang pintu.

"Terima kasih, Hyung.."

"Cih, tidak perlu berterimakasih kau, pembunuh. Aku hanya sedang mencari cara untuk memberikan hukuman yang setimpal untukmu."

Aku tersenyum getir, "Silahkan, hyung... Jika itu...membuatmu bahagia.."

Dan aku sadar, apapun pencapaianku, seberapa pun aku berusaha membayar hutang padanya, aku tak lebih dari sekedar pembunuh sampah di matanya.


He is (not) coming back...

Kedua netraku tertuju pada ponsel berada di hadapanku. Seraya melangkahkan tungkai kakiku di antara sunyinya lorong asrama, kuketukkan jari jemariku ke layar ponselku. Aku hanya sedang berusaha menghubungi pelatihku, meminta ijin padanya untuk keluar dari asrama yang sangat membosankan ini. Hingga rasanya langkahku terhenti ketika aku menginjak sesuatu yang berbeda.

Ini bukan lantai... aku tahu.

Kutarik langkahku, dan aku melihat sebuah gulungan perban kecil tergeletak di lantai (sedikit kotor karena terinjak).

"Hei, kau!"

Kualihkan atensiku pada sesosok namja bersurai hazel sedang berjongkok kurang lebih 10 langkah di hadapanku. Di antara surai hazel berantakannya, dapat kulihat kedua mata itu menatapku jengkel.

"Kenapa kau menginjaknya, huh?! Tidak punya mata?!", ujar sosok itu penuh kekesalan.

Aku terkesiap. Sungguh? Itukah kau? Apakah kau kembali lagi?

Tidak! Dia sudah mati.. ini bukan dia.. tidak mungkin ia kembali. Ia sudah lama pergi, bagaimana mungkin ia akan datang seperti ini, kan?

Ia sudah mati dan membuatku menjadi pembunuh yang dibenci.

"Aku sudah membunuhmu.."

.

.

.

TBC

Hyaaappp ini diaa prologuenyaa guyss bagaimanaa? Bagaimana? Gaje? Aneh? Gak feel? Gak seru? Mianhaeyo T^T. So guys, we need your reviews yaa so don't forget buat tinggalkan jejak kalian di kolom review di bawah ini yap? *nunjuk kolom review*

So thank you for reading, see u at next chapter (kalau lanjut ;V) yahh ^^. *UniGon + Jilan lambai-lambai*