IKEMEN

.

.

Diibaratkan Kim Kibum itu seperti ulat yang bermertamorfosa menjadi kupu kupu. Kisah hidupnya sebagai seorang protagonist yang sempurna. Semua orang memujanya sebagai seorang "ikemen" tanpa tahu dirinya yang ooc.

.

.

Rated : T +

Genre : Drama, Romance

Warning : GS, Typo, Gak suka gak usah baca

Disclaimer: Aku mencintai Kim Kibum

.

.

Ika. Zordick

Kesungguhan.

Bocah sebelas tahun, berkacamata dengan frame besar memiliki kesungguhan dimatanya. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus, bola mata hitam kelamnya memancarkan harapan yang besar. Dia mengenakan baju seragam sekolah yang sama dengan anak perempuan seusianya yang sedang berdiri dihadapannya.

Anak perempuan—dengan kulit putih pucat berwajah cantik seperti boneka itu menatapnya tanpa minat. Ia memang masih duduk di kelas lima, dia masih muda dan anak sekarang sudah merasakan berpacaran dari sekolah dasar—begitupun dirinya. Anak perempuan cantik itu sudah sering menghadapi keadaan seperti ini hingga ia tidak perlu gugup lagi.

Untuk—

"Aku menyukaimu Kyuhyun. Maukah kau menjadi kekasihku"

Menolak anak lelaki yang tidak tampan, tidak keren, tidak manis dan juga tidak sexy di hadapannya itu. Siapa juga yang akan mau dengan anak lelaki yang kulitnya seperti tidak terkena sinar matahari—nyaris seperti wanita itu. Dia culun, bertubuh kurus dan pendek. Belum lagi jerawat yang tumbuh di sekitar wajahnya. Kyuhyun tidak suka dan banyak orang yang jauh lebih keren menyukainya.

"Tidak!" begitu lugas tanpa basa basi.

Kyuhyun memandang datar, anak lelaki dihadapannya yang hampir menangis. Lihatlah—ingusnya bahkan meleleh. Menjijikkan. "A—apa kau sudah punya kekasih?" itu pertanyaan yang logis untuk dipertanyakan.

"Tidak juga. Tapi aku tidak menyukaimu"

Anak laki laki itu menunduk—sepertinya ia benar benar menangisi cinta pertamanya yang baru saja di tolak. Ini bukan salahnya, ini juga bukan salah keadaan, ini hanya salah wajahnya yang jelek—mungkin. "Begitu ya, apakah suatu hari nanti kau akan bisa menyukaiku?" anak lelaki berkacama mata mungil itu tersenyum.

Kyuhyun tampak berpikir, menelusuri si kecil imut yang bahkan lebih pendek darinya itu. Dia tidak elegan sama sekali, tidak ada pria tipe Kyuhyun dari dirinya—bahkan hanya sedikit. "Tidak" jawaban Kyuhyun selalu tidak. Ini menimbulkan tatapan perih dari si anak laki laki.

"Apakah kau—"

"Kau membuang waktuku!" Ucap Kyuhyun kesal. Ia melipat tangannya di dada, bibirnya mencibir tidak suka. "Aku ingin ke kantin, aku lapar dan kau mengoceh tidak penting soal ini dan itu. Satu hal jawabanku adalah tidak. Untuk sekarang dan nanti"

Anak lelaki itu mengangguk. Hatinya sakit sebenarnya. Dia harusnya sadar diri, dia tak pantas di sandingkan dengan Kyuhyun. Benar, kata teman temannya. Jika berdiri di samping Kyuhyun, dia itu terlihat seperti—tukang angkat tas.

"Kalau begitu bolehkah kau mengingat namaku?" Kyuhyun menaikkan sebelah alisnya. Dia menatap sangat rendah pada lelaki dihadapannya itu. Untuk apa ia mengingatnya. "Sebagai seseorang yang pernah ditolak olehmu dan takkan pernah mendapat cintamu"

Kyuhyun mendengus. "Baiklah" dia menaikkan bahunya acuh.

"Aku Kibum. Namaku Kim Kibum" Kyuhyun jelas melihat bulir air mata yang menetes jatuh dari balik kacamata frame hitam tebal itu. "Sampai jumpa, Cho Kyuhyun"

Kibumlah yang pertama berbalik meninggalkan Kyuhyun. Sementara Kyuhyun, terserah saja. Dia tidak terlalu peduli.

Ika. Zordick

Namanya Kim Kibum. Dia seorang penerus sah keluarga Kim dan satu satunya anak lelaki di keluarga yang tinggal di mansion mewah di antara barisan bangunan di daerah Gangnam. Anak yang kelahirannya selalu di dambakan oleh keluarga Kim sebagai penerus tahta kerajaan mereka.

Kibum itu—

Pangeran mereka. Kalau diibaratkan dia adalah putra mahkota yang tak akan pernah bersaing dengan pangeran lainnya. Dia itu mutlak. Keberadaannya adalah takdir.

Dia adalah—

Simbol kekayaan keluarga yang kini memonopoli keuangan dunia.

Kenapa?

Jawabannya sederhana. Tuan Kim Yunho dan Nyonya Kim Jaejoong hanya mampu membuat satu anak laki laki saja. Kibum bukanlah anak tunggal. Dia terlahir sebagai anak bungsu dari empat bersaudara. Dia memiliki tiga kakak perempuan luar biasa yang sudah tumbuh besar ketika dia masih mengoek untuk kali pertama.

Dan ketika dia terlahir sang dokter menyatakan sebuah pernyataan yang sedikit membuat tahta keluarga Kim sungguh berada di tangannya. "Nyonya besar, sebaiknya anda tidak hamil lagi, akan sangat berbahaya untuk kesehatan anda"—menyakitkan, tapi ketiga saudarinya bersyukur dengan begitu ibu dan ayahnya tidak akan mencoba untuk menumpuk harem untuk Kibum. Mereka hanya punya firasat kalau mereka akan memiliki saudari.

Punya saudari itu merepotkan—itulah yang dipikirkan oleh si sulung Kim Yujin. Dirinya lebih senang di panggil Uee. Dimulainya dari boneka barbienya yang diambil, pakaiannya yang dipinjam tanpa izin, dirinya yang dijadikan patokan sampai gebetannya yang di tikung oleh kedua adik perempuannya.

Di hatinya, Kibum kecil tak akan melakukan itu. Bocah kecil itu miliknya, dan akan menjadi adik yang akan membelanya dari dua penyihir yang lahir tak lama setelahnya. Bocah kecil itu adalah penyelamatnya. Ketika Kibum pertama kali menarik rambut saudarinya yang lain—sebenarnya secara tidak sengaja, ia sadar Kibum akan membantunya di masa depan.

Selain si sulung Uee, anak kedua keluarga Kim juga akan setuju dengan pernyataan tersebut—tentang betapa tidak menyenangkan mempunyai saudari. Dia lahir sebagai bayang bayang dari Uee. Victoria Kim yang bahkan lahir di London—dari sanalah Yunho menginspirasi namanya, merasa dia selalu tak melakukan yang lebih baik dari Uee.

Dimulai dari ayahnya yang selalu menyuruhnya untuk meniru sang kakak, sang ibu juga ikut ikutan dalam menasihatinya. Hingga supir sampai pelayan suka sekali membanding bandingkannya dengan Uee. Apa bagusnya kakaknya? Uee bahkan memiliki 'bitch face' dalam kamusnya, wajah wanita itu terlalu dingin.

Tapi Kibum berbeda, bocah kecil itu menggenggam jari telunjuknya dengan jemari kecilnya ketika dia bersedih. Bocah itu memberikan kekuatan tanpa mengucapkan nama si brengsek Uee. Dia itu—

Malaikat.

Dan pernyataan "memiliki saudari membuatku muak" disetujui oleh si putri ketiga keluarga Kim. Kulitnya tan—mungkin karena pigmen ayahnya terganggu saat membuat dirinya, wajahnya cantik dan tubuhnya montok. Kim Hyorin selalu berlagak bahwa perbedaan di dirinya adalah bukti bahwa dia wanita sensual yang melebihi kedua kakaknya.

Dia suka mengadu, karena kenyataannya kedua kakaknya suka menjahilinya. Tapi berbeda dengan Kibum, adik lelakinya itu memperlakukannya sama dengan yang lain. Tetap memanggilnya namanya dengan lembut. Merangkak ke arahnya dan itu membuktikan bahwa Kibum harusnya paling menyayanginya. Percaya saja, argument Hyorin tidak boleh di bantah.

Intinya sama, mereka tidak suka saudari dan mengklaim secara berlebihan saudara laki laki mereka yang bahkan hanya tahu mengucapkan 'da da da' dahulu.

Dan sekarang—

Peperangan itu dimulai.

Ketika mereka duduk di ruangan TV, Uee duduk di single sofa, terlihat anggun dengan gaun rumahan berwarna biru pastel. Kakinya di silangkannya, tangannya memegang gelas leher tinggi yang berisi cairan merah—jangan salah paham, itu hanya jus tomat, dia belum cukup umur untuk meminum anggur.

Victoria duduk lantai yang beralaskan karpet bulu tebal yang nyaman. Dengan kaos hitamnya dan celana panjang berwarna abu abu, rambutnya di jepit keatas, menampilkan leher jenjangnya. Sesekali dia tampak mengutak atik ipodnya. Drama yang sedang mereka tonton tidak menampilkan actor favoritnya, jadi dia lebih memilih mendengarkan music dan melihat lihat majalah fashion keluaran terbaru.

Hyorin ada di sana juga, merebahkan dirinya di sofa panjang, dengan mengenakan tanktop dan celana pendek yang nyaman ia kenakan. Asalkan tidak ada ayahnya di rumah, dia tidak akan kena sembur dengan pakaian minimnya. Dia tipe gadis musim panas, tapi dia tidak suka panas. Dia mengunyah cemilannya sambil mempelototi layar yang menampilkan dua orang yang sedang berciuman. "Manis sekali~" komentarnya.

Kibum—si bocah yang kini berada di kelas lima sekolah dasar melewati mereka. Dengan tangis rengekkan yang tidak keren, wajah bersimbah air mata dan ingus serta penampilan menyedihkan. Adik mereka memang menyedihkan, tapi ini menyedihkannya berlipat ganda.

"Ada apa denganmu?"Uee yang pertama sekali buka suara. Menghentikan langkah Kibum yang hendak naik ke lantai dua menuju kamarnya. "Kau di bully lagi?" sambungnya. Seingatnya dia sudah menghajar bocah bocah nakal yang suka menjahili adik mereka itu.

Menggeleng. Dia masih terus menangis.

Victoria sudah mematikan ipodnya, sedikit meringis ketika Kibum menyerot ingusnya. "Lalu?" dia melirik tajam pada pelayan adiknya—yang merangkap menjadi supir pribadi Kibum.

"Tuan muda ditolak oleh seorang gadis cantik di sekolahnya" jawaban yang tepat dan singkat.

Hening.

Ketiga kakak cantik Kibum menatap tak percaya pada adik kecil mereka. Kibum menangis ketika pulang sekolah bukan pemandangan langka. Tapi alas an menangis kali ini membuat ketiganya mengangakan mulut mereka. Kibum mereka sudah puber.

Sialnya—

Cinta pertama si bocah itu gagal total.

"Siapa si sialan yang menolak adikku?" Hyorin menggebu gebu. Suara serak sexynya terdengar indah meski tingkahnya terlihat anarkis dengan melompat dari sofa panjangnya dan menerjang pelayan pribadi Kibum, menarik kerahnya seolah gadis itu siap melayangkan tinju untuknya. "Akan ku jambak rambutnya sampai rontok" desisnya.

"Aku akan membuat seluruh keluarganya bangkrut" Uee memiliki ambisi tersendiri dan cara sendiri pula untuk menghukum orang orang yang membuat adiknya menangis.

"Aku akan menghancurkan hidupnya" Victoria memiliki hidup persis seperti ketua mafia. Dia memiliki banyak teman yang mampu berbuat criminal untuk dirinya. Tidak tahu dia dapat dari mana.

"Kalian terlalu berlebihan" Kibum tidak bisa tidak tersenyum. Dia selalu merasa kakak kakaknya suka bercanda. Dia hanya tak tahu itu telah menjadi kenyataan. Ketiganya selalu kompak jika menyangkut Kibum. "Aku hanya di tolak" Kibum menghapus air mata dan mencoba membersihkan kacamatanya yang berembun.

"Ke—kenapa?" Hyorin menepuk mulutnya ketika mempertanyakan hal itu. Meski mereka menyayangi Kibum, mereka juga wanita. Tentu mereka tahu apa masalah yang dialami oleh adik kesayangan mereka itu hingga bisa di tolak.

"Aku jelek" Kibum menjawab lugas. Membuat Uee dan Victoria berpandangan. Mereka seolah merasa bersalah jika Kibum mulai tak percaya dengan dirinya sendiri. Kibum itu pewaris tunggal, dia tak boleh lemah.

"Kibum—" Hyorin menarik Kibum dalam dekapannya. Dia melirik kedua kakaknya. Apa yang harus mereka lakukan untuk masalah kali ini.

"Ini hanyalah masalah pubertas, kupikir" Uee berpendapat. Dia teringat cerita ibunya—ketika ayahnya memiliki jerawat ketika menginjak usia pubertas.

"Aku setuju" Victoria mengangguk cepat. "Kurasa tidak ada salahnya jika membuat Kibum menjadi lelaki idaman kita bertiga"

Hyorin melepas pelukannya. Menatap lekat wajah sang adik. "Kita memiliki kriteria yang berbeda" Hyorin tidak merasa yakin.

"Karenanya, dia akan menjadi sempurna. Aku akan menghubungi dokter kulit langgananku" Uee cepat meraih ponselnya.

"Aku akan membuang semua barang barang Kibum" Victoria tidak suka dengan setelan adiknya yang terlalu formal. Ibunya selalu memaksakan sosok kuno ayah mereka pada diri Kibum.

"Kibum, ayo berlatih seni bela diri" Hyorin pikir kedua kakaknya akan melakukannya dengan baik, jadi akan melatih mental pecundang adiknya dengan kekerasan.

Kibum menatap Hyorin. Tersenyum canggung dan mulai berpikir. "Mampuslah aku!"

Ika. Zordick

Lima tahun kemudian.

Waktu cepat sekali berlalu, musim semi baru saja menampakkan tanda tanda kedatangannya. Es es dingin mencair digantikan dengan mekarnya bunga. Cicit burung di daerah perumahan komplek mewah menambah keindahan pagi yang cerah tersebut, ranting ranting pohon bergesekan di tiup angin yang hangat.

Wanita cantik baru saja terbangun dari tidurnya—dia ibaratnya seperti putri tidur yang bangun dengan anggunnya. Merenggangkan tubuhnya sedikit dan di sambut dengan ucapan selamat pagi dari ibunya yang juga sangat cantik.

Ehem—

Kalian berharap terlalu banyak.

Cho Kyuhyun, gadis cantik jelita itu tak memiliki hidup sesempurna itu. Wajahnya cantik, tapi percayalah dia tidak bangun dengan anggun. Dia berguling ke sana kemari ketika jam wakernya berbunyi dan masih melanjutkan bergelung di bawah selimutnya ketika jam tersebut di matikannya. Dia masih mencintai ranjang besarnya. Rasanya susah sekali berpindah hati di pagi hari ini.

"CHO KYUHYUN! BANGUN!" dan teriakan ibunda—yang merangkap peran menjadi penyihir menggantikan jam waker itu untuk membangunkan Kyuhyun. Menarik gorden jendela kamar anaknya dan memaksa udara dingin menerobos masuk. Langit di luar sana mendadak mendung. "Ini hari pertamamu sekolah, cepatlah bangun, Yifan sudah menunggumu" tangannya menarik selimut tebal milik Kyuhyun. Sungguh memaksa agar sang anak bangun dari tidurnya.

"Aku bangun!" Kyuhyun mendesis. Dia bangkit dan berjalan sempoyongan ke kamar mandi. Dia kemudian berteriak. "KENAPA AKU HARUS DI LAHIRKAN DARI RAHIM WANITA KEJAM SEPERTIMU"

Kyuhyun hanya tidak mengetahui, sifatnya persis sama seperti yang mulia Cho Heechul. Itu rahasia umum yang Cho Leeteuk akui—tuan besar keluarga Cho yang berparas seperti malaikat.

Ika. Zordick

Diantar dengan mobil mewah, Kyuhyun turun dari mobilnya dengan seragam lengkap yang terlihat indah membungkus tubuh tinggi semampainya. Rambut caramel bergelombangnya senada dengan warna bola matanya, bulu matanya lentik dan imej boneka hidup sungguh tak lepas dari dirinya.

Dia luar biasa.

Dia sudah terkenal bahkan sebelum masuk ke dalam sekolah swasta elit yang resmi menjadi sekolahnya hari ini. Orang orang berbisik memujinya—tidak jarang juga berbisik menghinanya. Mereka iri, dengan kesempurnaan Cho Kyuhyun. Dia cantik, pintar, terhormat dan kaya. Hanya saja ada yang kurang dari gadis itu.

Dia angkuh.

"Aku tak bisa menjemputmu hari ini" Yifan—pria keturunan China Kanada yang berposisi sebagai tunangan Kyuhyun itu mengelus pipi Kyuhyun. Memberikan senyuman simpul yang terkesan dingin sebenarnya. Mereka cocok. Itulah yang media massa beritakan. Kyuhyun hanya balas tersenyum, kemudian melangkah angkuh memasuki gedung sekolahnya.

Ika. Zordick

Upacara pembukaan dimulai. Seluruh mata menatap tak percaya pria tampan yang terlihat rapi bergaya dengan seragamnya. "Selamat datang untuk adik adik kelas sekalian, saya Kim Kibum, perwakilan senior yang menyambut kalian semua." Berpidato singkat dengan suara berat dan tegas. Senyum terukir di wajahnya—membunuh hati orang orang yang melihatnya.

Dia sang bintang di sekolah itu.

Siswa kelas dua yang mendapat sebutan "ikemen" (istilah jepang untuk menyebutkan lelaki yang keren) dari seluruh siswa di sekolah swasta itu. Kibum melihat sekelilingnya, mencoba mengenali satu per satu siswa siswi baru—dia dapat mengingat seseorang dalam sekali lihat. Dapat di katakan itu kemampuan—atau seperti gangguan untuk ingatannya atau sopan santun berlebihan.

Dan iris kelamnya bertubrukan dengan caramel indah milik salah satu siswi yang ia kenal. "Dia di sini ternyata" gumamnya dalam hati. "Semoga hari mu indah" Kibum berbicara. Entah untuk seluruh pendatang baru sekolah mereka—atau hanya pada gadis yang pernah memporak porandakan hatinya.

Seluruh gadis mencoba menahan sorakan mereka. Lelaki itu benar benar penuh pesona, Kibum mungkin memenangkan hampir lima puluh persen hati para siswa kelas satu di sekolahnya. Tepuk tangan terdengar riuh ketika dia menuruni panggung di ruangan serba guna, melangkah penuh percaya diri untuk duduk di deretan kursi kelas dua. Sesekali matanya mencuri pandang.

Kyuhyun ada di sana. Gadis angkuh itu bahkan tak tampak tertarik padanya.

Ika. Zordick

Hari pertama sekolah, di sekolah elit pun sama seperti sekolah sekolah pada umumnya. Jadwal kelas tidak terlalu ketat—hanya ada perkenalan guru dan siswa. Kemudian kelas kosong untuk memperakrab hubungan siswa satu sama lain di dalam kelas.

Kyuhyun di sana, memilih menyibukkan dirinya dengan ponselnya—dia memilih bermain 'candy crush' dari pada sibuk mendengarkan perdebatan prihal pemilihan ketua kelas. Mereka—teman teman yang belum Kyuhyun kenal di dalam kelas itu sepertinya sudah terlihat akrab satu sama lain. Kyuhyun sepertinya akan kesulitan bergaul.

"Hei, kau Cho Kyuhyun?" cengiran terlihat di wajahnya. Tubuhnya tinggi dan penampilannya terbilang lumayan rapi. Kyuhyun mem'pause'kan gamenya, melirik pada lelaki tinggi yang mengucapkan namanya.

Kyuhyun tak berucap, masih sibuk memperhatikan gaya seseorang yang memperhatikannya itu. "Siapa kau?" Kyuhyun berucap dingin. Matanya mengerling tak suka. Apalagi ketika lelaki tinggi itu melirik ke ponselnya.

"Kau bermain Candy Crush?" tanyanya. "Kau seperti tokoh psychopath di novel yang pernah ku baca" cengirnya kemudian. Tentu saja siapa yang akan nyaman berkenalan dengan seseorang sok kenal dan kemudian menilaimu sebagai seorang kelainan mental.

Kyuhyun menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, menatap lelaki dengan cengiran bodoh itu tajam. "Argumen bodoh apa yang baru saja kau ajukan? Bukankah kau terdengar kurang sopan?" khas seorang wanita kelas atas.

"Ah maaf" menggaruk tengkuknya canggung. "Namaku Shim Changmin, orang kaya baru. Dan kata ibuku, aku harus bisa berteman denganmu"

Kyuhyun rasa lelaki ini tidak tahu malu. Dia orang kaya baru dan tanpa segan mengatakan ingin berteman dengan Kyuhyun karena suruhan ibunya. "Apa kau akan berteman dengan seseorang yang mengataimu sebagai seorang kelainan mental?"

Dia tertawa. Changmin mungkin memiliki kelainan otak. "Aku hanya curiga, psychopath memiliki kecenderungan anti social, pintar, dan memiliki tempramen buruk". Pria itu menjebaknya untuk tak bisa marah. Kyuhyun tersenyum miring. "Lalu bukti yang paling bisa di amati adalah kau berpenampilan menarik"

"Kau sedang menggodaku?"

"Tidak, aku mengatakan bahwa kau cantik" Changmin mengedikkan bahunya. "Ingin berteman?"

"Untuk apa aku harus berteman dengan seorang sepertimu?"

"Apakah kau memiliki kesan baik padaku saat ini?" Tanya Changmin. Senyumnya menghilang dari bibirnya. Pertanyaannya terkesan serius untuk ukuran wajah konyolnya.

"Tidak" Kyuhyun bukan seseorang yang suka basa basi.

Changmin mengulurkan tangannya. "Itu bagus, karena aku juga tidak menyukaimu. Seorang teman hanya akan mencari sisi baikmu, bukan sisi burukmu. Jika kau tidak menyukaiku, kurasa kita akan berteman dengan sangat lama."

Hening—

Kyuhyun tidak menyambut uluran tangan itu. "Kata katamu cukup bijak"

Changmin tersenyum lagi. "Lalu apa yang akan kau lakukan jika aku berkesan baik untuk mu saat ini?" menarik ulurang tangannya. Menarik kursi di depan Kyuhyun dan memutarnya. Dia menatap wajah bagaikan boneka itu. Terkagum dalam hatinya, karena gadis itu sangat cantik.

"Aku pasti akan mencari keburukanmu, karena itulah sifat manusia."

"Masuk akal."

"Kau tidak tertarik bermain clash of clan? Aku bisa mengajarimu"

Sepertinya Kyuhyun baru saja mendapatkan teman pertamanya di sekolah barunya.

Ika. Zordick

Melirik jam tangan.

Kibum melangkahkan kakinya menyusuri koridor. Kesannya ramai—ditambah siswa siswi yang memperhatikannya lewat jendela. Dia tipe seseorang mencolok meski ia tak bermaksud melakukannya. Beberapa tampak membungkukkan tubuh mereka, mengucapkan salam selamat siang di jam istirahat makan siang ini. Dengan senyum tipis ia menjawab semua salam itu. Tidak membiarkan mereka kecewa, satu pun.

Kibum memilih duduk di salah satu meja yang sudah di isi oleh dua orang temannya. "Kau benar benar bersinar di mata para anak baru ya, Kibum" celetuk salah satu diantara mereka—seorang wanita dengan rambut kuning kecoklatan. Tubuhnya terbilang mungil dan suaranya terdengar cempreng.

"Jadi kau cemburu?" Bukan Kibum yang menjawab, tapi Zico—teman Kibum yang lain yang duduk di meja yang sama. Dengan setelan seragam yang katanya lebih bervariasi. Tipe siswa yang susah di atur dan memiliki uang yang banyak. "Hei Kibum, sudah rahasia umum Ryeowook menyukaimu" mencoba menggoda teman mereka—si wanita mungil yang kini memajukan mulutnya.

"Berhentilah sok tahu, bodoh!" Ryeowook hobi mengatai si jenius music sejenis Zico bodoh. Tidak terlalu peduli Zico melanjutkan makannya. "Jadi apa kau mengalami kesulitan ke kantin?" pertanyaannya terkesan seperti menyindir Kibum.

Kibum tersenyum. "Sepertinya begitu." Kibum kembali menyambut sapaan seseorang yang menyapanya lagi.

"Makanlah, jangan membalas sapaan lagi!" ini titah mutlak Ryeowook—teman sejak kecil Kibum. Zico melirik keduanya, menatap malas Ryeowook yang seperti mendewakan Kibum dimatanya dan Kibum yang sepertinya selalu bersikap baik pada semua orang—termasuk Ryeowook.

"Kau juga sebaiknya makan" Kibum memperingatkan Ryeowook. Yang di sambut dengan tawa sumbang wanita itu.

"Kau memalukan" cibir Zico.

"DIAM KAU WOO JIHO!"

Ika. Zordick

"Siapa dia?" sebuah pertanyaan bernada penasaran. Kyuhyun rasa dia baru bertemu pria popular—dan ia rasa ia mengenal wajahnya. Ah—lelaki yang berbicara di podium beberapa minggu lalu saat hari pertama memasuki sekolah ini. "Sepertinya pria popular"

"Kau tertarik padanya?" Changmin balik bertanya. Ia baru saja menghabiskan menu set keduanya. Dia tampak sangat lapar. Sesekali melirik pada lelaki yang di kerumuni oleh gadis gadis di pintu keluar kantin.

"Mungkin" jawab Kyuhyun seadanya. "Dia tampak sangat ramah, aku melihatnya naik sepeda tadi pagi. Apa dia siswa beasiswa?"

Changmin berdesis tidak suka. "Dia itu pria keren di sekolah ini. Tipe orang yang harusnya ku idolakan"

Kyuhyun meletakkan sendoknya, mengelap mulutnya dengan anggun. "Maksudmu?"

"Dia manusia baik, dia selalu menyapa dan membalas sapaan. Dia tidak pernah menunjukkan kekayaannya, dia bahkan memanjat pohon untuk menolong kucing." Changmin mengingat ingat kebaikan pria yang berjulukan 'ikemen' yang pernah ia temukan. "Aku pernah melihat dia bekerja part time di sebuah supermarket dan kemudian uangnya dia berikan pada panti asuhan. Bukankah sangat baik?"

"Terdengar seperti ingin mengambil suara rakyat" –Kyuhyun memaksudkan tentang politik.

"Tidak, dia pembisnis. Satu satunya penerus Hwangsa Group" Hampir menyemburkan air dari mulutnya. Kyuhyun melotot tak percaya. Dia kemudian melihat lelaki itu dengan lekat. "Generasi ke empat, bukankah harusnya ibumu sudah memperingatkan untuk berteman dengannya?"

Kyuhyun mengangguk. "Kau benar" gumam Kyuhyun. Dia memang di tugaskan untuk berteman dengan penerus Hwangsa Group. Hanya tidak menyangka bahwa seseorang sepertinya terlihat sangat ramah. "Kau tak ingin berteman dengannya" kini Kyuhyun yang bertanya pada Changmin.

"Tidak" jawabannya singkat. "Dia itu terlalu sempurna untuk dijadikan teman"

"Kau sedang tidak percaya diri? Tidak seperti dirimu sekali" Kyuhyun sepertinya sangat mengenal Changmin meski selang waktu hubungan pertemanan mereka terbilang muda.

Changmin menopang dagunya. Mengunyah malas makanan yang baru ia masukkan ke dalam mulutnya. Menelannya kemudian berkata "Orang yang nyaris sempurna sepertinya bukan untuk dijadikan teman tapi untuk dikagumi"

Ika. Zordick

Kyuhyun tak tahu hari ini hari apa. Dia baru saja menemukan sebuket bunga di atas mejanya. Ia melirik Changmin, lelaki itu mengedikkan bahu bahwa ia tak tahu apapun. "Bukankah kau memang tergolong popular di kalangan lelaki?" hanya itu respon Changmin.

Kecantikan seorang Cho Kyuhyun sepertinya bukan rahasia lagi. Cukup banyak orang yang mencoba menarik perhatiannya, dan harus berakhir penolakan. Gadis itu sudah bertunangan dan itu sudah diumumkan pada public. Jenis pernikahan bisnis.

Hanya sedikit bingung. Siapa gerangan orang yang nekat memberikannya bunga?

"Apa ada nama pengirimnya?" Kyuhyun menjawab gelengan untuk pertanyaan itu. "HEI KAWAN, APA KALIAN MENGETAHUI PENGIRIM BUNGA INI?"

Semua orang menggeleng sebagai jawaban.

"Itu dariku" sebuah suara bass terdengar. Pria tampan yang pernah menjadi topic pembicaraan Kyuhyun dan Changmin beberapa waktu lalu. Dan tentu saja topic terpanas untuk seluruh sekolah. Siapa yang tidak kenal sang pangeran sekolah yang selalu keren dari penampilan dan sikapnya tersebut?

Kim Kibum ada di sana, dengan senyum menawannya. "Aku tertarik padamu, ingin menjadi kekasihku?"

Hening—

Semua pandangan kini tertuju pada Kyuhyun. Changmin meringis, cukup bangga juga tentang ikemen sekolah mereka yang menyatakan perasaan pada temannya. "A—aku sudah punya tunangan" meskipun tidak dalam konteks bisnis. Tapi Kyuhyun rasa dia tidak boleh menerima tawaran dari lelaki yang bahkan Cuma ia kenal nama dan wajahnya itu.

Kibum terdengar mendesah kecewa. "Aku akan menghubungi orang tuamu, aku tahu kau tidak menyukainya. Aku mendengar sesuatu yang berhubungan dengan pelecehan yang dilakukan olehnya padamu"

Menelan ludahnya gugup. Pupil Kyuhyun bergetar. Kenapa pria ini seperti menyudutkannya. Rumor itu bahkan tidak bisa dibuktikan kebenarannya. "Aku tahu kau memikirkan Kyuhyun, senior. Tapi bukankah kau keterlaluan untuk membahas hal pribadinya" Changmin rasa dia harus membantu Kyuhyun.

"HEI, SENIOR KIBUM HANYA MEMBANTU KYUHYUN." Teriak seorang teman wanita satu kelas Kyuhyun dan Changmin.

"Benar, siapa yang tidak tahu kasus kekerasan yang sering di lakukan Wu Yifan?"

"Senior Kibum menyukaimu dan ingin melindungimu, tidak lucu sekali kau mengatakan itu privasimu dan memojokkan perasaan tulusnya"

"Hei hei, kalian tidak boleh begitu. Kurasa aku memang di tolak" Kibum memegang tangan Kyuhyun yang bergetar. "Tidak apa, aku minta maaf"

"Tidak, aku menerimamu"

"Hei KYUHYUN!" Changmin terkejut mendengar jawaban Kyuhyun.

"Sepertinya kita perlu membicarakan ini secara pribadi, Kibum" Kyuhyun mencoba menghindari kontak mata, ia hanya melihat lantai.

"Aku pinjam teman kalian" Kibum berbicara. Menyeringai ketika berbalik menuntun arah untuk Kyuhyun.

"Ikemen macam apa dia itu" ringis Changmin mendudukkan tubuhnya di kursinya ketika dia tak melihat Kibum dan Kyuhyun lagi di ruangan kelasnya.

"Senior Kibum keren sekali"

"Ya, aku setuju"

"Dia bahkan dengan berani untuk menolong Kyuhyun dari jeratan lelaki jahat sejenis Yifan" bahkan para murid lelaki memuji Kibum. Changmin rasa hanya dia yang melihat dari sisi Kyuhyun. Temannya itu sedang berada dalam kesulitan, seperti diancam untuk menjadi kekasih dengan embel embel dilepaskan dari istana.

Tapi lihat juga sisi baiknya. Kyuhyun tidak perlu berhubungan dengan tunangannya yang kasar itu lagi kan? Changmin harus berterima kasih juga pada Kibum.

"Kyuhyun seperti pelacur, dia menerima senior Kibum begitu saja sebelum sah putus dari tunangannya?"

"Dia berselingkuh!"

"Apa tidak gila? Dia bahkan menggunakan kebaikan senior Kibum untuk melepaskannya dari kewajibannya untuk menikah karena tuntutan bisnis keluarga"

"Dia sangat munafik!"

"Kurasa dia menggoda senior Kibum dan mulai mencari simpatinya"

"Senior Kibum lebih kaya dari tunangannya kan?"

Changmin melihat sekitarnya. Tak percaya dengan apa yang didengarnya. Mereka melihat dari sisi Kyuhyun—tapi

Bukan sisi ini yang dia maksudkan.

TBC