V
Present
Jumong : Sanctuary
Main Cast :
Byun Baekhyun as Baekhyun Jumong
Park Chanyeol as Chanyeol Goguryeo
Xi Luhan as Luhan Jumong
Other Cast :
Find it
Warning :
Boy Love Boy, Yaoi, Typos, M-Preg, Mature
Chapter 19
.
.
.
Cari tempat yang nyaman untuk membaca jangan lupa bawa cemilan, tissue yang banyak, dan jika butuh juga kantong muntah.
.
.
.
"Dimana Daddy-ku?" Luhan bertanya ketika Baekhyun berlutut di depan putranya.
"Kemana dia pergi?"
"Aku tidak tahu" Baekhyun berbohong. Ia curiga Chanyeol telah pergi bergabung dengan Kris.
"Tetapi kau tidak usah khawatirkan tentang Daddy-mu. Dengarkan aku, sayang, dan lakukan persis seperti yang ku katakan padamu" Lanjut Baekhyun.
"Baik" Kata Luhan, suaranya gemetar. "Sesuatu yang benar-benar buruk itu salah, ya kan?" Luhan melanjutkan.
"Ya. Sesuatu yang benar-benar buruk itu salah. Kakak ayahmu akan datang kemari dan membawa beberapa orang jahat bersamanya. Jadi aku akan mengirimmu dengan Paman Minseok ke Gua Hwaam, dan aku akan merapalkan mantra penyelubung untuk mengamankan kau dan Minseok"
"Aku harus ada di sini. Dengan Appa dan Daddy. Kalian akan memerlukanku."
Baekhyun tidak bisa menahan air matanya.
"Kau tidak bisa tinggal di sini. Daddy-mu dan aku tidak akan bisa melakukan apa yang harus kami lakukan jika kau di sini—kami akan sangat mencemaskanmu. Luhan, pergilah dengan Paman Minseok dan tinggal di sana. Sampai aku atau Paman Suho atau Paman Jongin yang akan datang menjemputmu"
Luhan menatap mata Baekhyun, rasa sedih memancar di mata hijau Jumongnya.
"Bilang padaku kau mengerti dan akan melakukan apa yang ku minta" kata Baekhyun.
Luhan melingkarkan lengannya di leher Baekhyun dan memeluknya.
"Aku akan pergi bersama Paman Minseok ke gua. Dan Appa juga bisa membaca mantra penyelubung. Aku tidak akan menghentikanmu"
Baekhyun menghembuskan nafas lega. Ia memeluk Luhan dengan keberanian pejuang yang menghadapi peperangan hidup dan mati, mengetahui kemungkinan takkan pernah melihat putranya lagi. Kemudian Baekhyun bediri dan melepaskan pelukannya pada Luhan, ia berpaling pada Minseok.
"Hyung, aku mempercayakanmu hal yang paling berharga di dunia bagiku"
"Kau tahu, aku akan menjaganya dengan nyawaku"
Luhan menghampiri Minseok dan meraih tangannya. Keduanya menunggu sementara Baekhyun mengucapkan kata-kata kuno, merapalkan mantra penyelubung terkuat yang ia tahu. Mantra yang akan menyulitkan bagi siapa saja yang mencari jejak untuk menemukan Luhan.
Baekhyun berdiri di pintu dapur, mengawasi selagi Minseok membawa Luhan menyebrangi lapangan terbuka menuju gugus pegunugan yang lebih tinggi. Gua Hwaam jaraknya lebih dari lima kilo meter, jauh di dalam hutan yang menutupi sisi pegunungan barat yang jauh. Dalam beberapa menit, baik Minseok mau pun Luhan menghilang, mantra penyelubung berfungsi penuh sekarang. Melindungi mereka dari deteksi.
Setelah yakin Luhan dan Minseok aman, Baekhyun bergegas ke lantai atas untuk berganti pakaian dan persiapan menghadapi yang akan segera terjadi. Mungkin perang terakhir dengan Goguryeo.
Lima belas menit kemudian, mengenakan celana panjang hitam, sepatu boot tinggi setengah betis dan menggunakan kemeja merah darah, Baekhyun menuruni anak tangga menuju ruang kerja mliknya. Suho akan menghubungi semua Jumong yang bisa datang ke Sanctuary dengan mobil terlebih dahulu, kemudian ia akan menyebarkan pada Klan Jumong di seluruh Dunia. Baekhyun tidak tahu berapa orang yang bisa benar-benar sampai di Sanctuary sebelum Goguryeo menyerang. Hanya ada beberapa orang yang mengunjungi Sanctuary sekarang. Seluruhnya kurang dari dua puluh orang, dan beberapa dari mereka tidak dalam kondisi prima.
Ia juga tidak bisa menebak berapa orang kekuatan Goguryeo yang Chanyeol dan Kris akan bawa, atau kapan tepatnya serangan pertama akan terjadi. Dalam beberapa jam? Sebelum matahari terbenam?
Setelah memasuki ruang kerjanya, ia mengangkat telepon untuk menghubungi kabin dan menyuruh mereka semua untuk datang ke rumah induk secepatnya.
Baekhyun hampir tidak bisa mempercayai apa yang terjadi. Ia merasa seperti orang bodoh—untuk kedua kalinya dalam hidupnya. Kedua-duanya di akibatkan oleh Chanyeol Goguryeo. Berapa banyak dusta? Sebagian? Semuanya? Satu hal yang tidak di ragukan: Chanyeol menginginkan Luhan dan bersedia membunuh Baekhyun untuk mendapatkannya.
Dan ia juga percaya Chanyeol sudah membunuh salah satu bangsanya untuk menghentikan orang itu membunuh Baekhyun. Karena Chanyeol telah mengklaim Baekhyun sebagai korbannya. Tidak diragukan lagi jika Suho adalah buruan Chanyeol juga, dan mungkin Jongin juga.
Keparat kau, Chanyeol. Keparat kau!
.
.
.
Dari sejak siang Baekhyun berbicara dengan delapan belas Jumong yang mengunjungi rumah induk, kemudian membuat persiapan perang bersama-sama. Menjelang sore sepuluh Jumong tiba di Sanctuary. Termasuk Victoria, yang datang dengan mengebut. Ban mobilnya berdecit dan klaksonnya berbunyi.
Begitu Victoria memasuki rumah, ia mulai memanggil nama Baekhyun sambil lari dari kamar ke kamar. Ia mendorong pintu ruang kerja. Bermata panik, ia memburu ke arah Baekhyun dan mencengkram tangannya.
"Aku jadi gila selama perjalanan ke sini. Melihat hal-hal, mendengar hal-hal. Tolong aku, please" Victoria memegangi kepalanya.
"Pengelihatan dan suara suara itu tidak mau berhenti"
Baekhyun menggenggam tangan bergetar Victoria.
Matahari terbenam yang berdarah. Senja yang sunyi. Kematian dan kehancuran.
Baekhyun melihat apa yang Victoria lihat dan mengerti kepanikan yang dialami gadis itu. Baekhyun menarik rasa gelisah dan panik dari Victoria dan menggantinya dengan ketenangan. Tetapi pikiran Victoria menolak, alam bawah sadarnya menganggap apa yang dilakukan Baekhyun sebagai ganguan dan berusaha mengontrolnya.
Baekhun mencengkram bahu Victoria dan mengguncangnya lembut.
"Tenanglah. Kami membutuhkanmu. Aku ingin kau berkosentrasi. Bisa kau lakukan itu?"
Victoria terdiam.
"Aku—aku bisa mencoba"
"Berkonsentrasilah"
Victoria mengangguk dan memejamkan matanya. Baekhyun mengikuti Victoria, pikirannya dan pikiran sepupunya terpisah namun berhubungan. Victoria masuk jauh ke dalam dirinya sendiri, sedangkan Baekhyun berjaga-jaga selagi membimbing sepupunya dengan lembut melalui jalan yang ada.
'Satu konvoi truk penuh laki-laki, dikawal jip di depan dan di belakang. Bergulir menyusuri jalan yang besar. Kris Goguryeo berbusana serba hitam, berada di jip terdepan'
Tiba-tiba Victoria melihat kegelapan dan mendengar jeritan orang orang yang hampir mati. Ia berjuang untuk keluar dari penglihatan itu, tetapi Baekhyun mendorongnya melawan ketakutannya dan terus mengikuti sampai akhir. Seperti film yang di percepat, pengelihatannya berkelebat menampilkan sekilas gambar-gambar yang membuanya takut. Kemudian Baekhyun membawa Victoria mundur perlahan-lahan.
"Brengsek! Setidaknya ada seratus Goguryeo. Dan mereka semua berpikir tentang datang ke sini dan membunuh Jumong"
"Aku tahu. Kita harus siap menghadapi mereka semampu kita. Aku menduga mereka akan tiba di antara jam lima atau jam enam"
"Berapa banyak Jumong yang sudah di sini atau bisa mencapai sini ketika Suho dan Jongin datang?" Victoria bertanya.
"Tidak cukup banyak. Sangat tidak cukup" kata Baekhyun.
.
.
.
17.25
Pada penghujung soltice musim panas, sekelompok kecil Jumong siap menghadapi peperangan untuk mempertahankan Sanctuary. Langit biru cerah perlahan lahan bertambah gelap. Awan-awan bergerak menutupi matahari. Gemuru guntur dari kejauhan menandakan badai akan datang. Tetapi Baekhyun tahu bukan alam semesta yang menciptakan badai lainnya untuk datang. Pasukan Kris Goguryeo telah menembus pelindung di sekeliling Sanctuary dan saat ini juga sedang bergerak ke arah sekelompok kecil Jumong yang siap mempertahankan rumah induk mereka.
Baekhyun menunduk, memejamkan mata dan bermeditasi selama beberapa saat. Memusatkan perhatian pada tantangan yang dihadapinya. Tidak hanya Sanctuary yang terancam. Tetapi nyawa Putranya juga.
Baekhyun meraih ke atas perapian dan menelusurkan tangannya di sepanjang pedang Sully, pedang yang Dranira bawa pada peperangan dua ratus tahun yang lalu. Menurut legenda, usia pedang itu beribu-ribu tahun lebih tua, dan di sihir dengan mantra gaib yang kekal. Hanya empath kerajaan yang bisa menggunakan senjata kuat ini, dan hanya untuk melawan kejahatan yang besar. Bila legenda Jumong benar, bila Baekhyun memakainya, pedang itu akan di kenal sebagai pedang Baekhyun selama generasi-generasi mendatang.
Baekhyun menggunakan kedua tangannya untuk mengangkat senjata berat itu dari dinding. Baekhyun merapalkan kata kata kemuliaan yang diajarkan Tiffany. Begitu berada di genggamannya, bobot pedang itu langsung menjadi ringan. Baekhyun mampu memegangnya dengan mudah di satu tangan.
Tahu bahwa Luhan bersembunyi dengan aman, dilindungi oleh mantra penyelubung dan dijaga Minseok, Baekhyun berkonsentrasi penuh memimpin bangsanya melawan Goguryeo.
Sekarang, ia siap menghadapi peperangan dengan semua cara yang bisa ia kerahkan, Baekhyun pergi untuk bergabung dengan pasukannya.
Ketika keluar dari rumah, teriakan penuh semangat dari mereka yang berkumpul menyambutnya, menunjukan penghormatan dan keyakinan. Dua puluh pria dan wanita berdiri di depannya, sementara yang lain sudah di tempatkan dengan strategis di dalam dan di sekeliling medan perang yang Baekhyun pilih. Daerah yang sangat jauh dari Gua Hwaam.
Baekhyun mengangkat pedangnya tingi-tingi ke udara dan meneriakkan seruan perang kuno. Mengikuti arahannya, yang lain berteriak bersamaan. Gabungan suara mereka bergema melintasi Sanctuary dan berpadu dengan angin penghujung sore, menghantar panggilan Jumong untuk bersatu ke seluruh penjuru mata angin. (Kenapa saya jadi merinding sendiri?)
.
.
.
Gemuruh suara perang memenuhi perbukitan. Tenaga fisik beradu dengan kekuatan supranatural mengakibatkan tubuh-tubuh berdarah, robek, remuk dan hampir mati. Pikiran-pikiran pun ditumpulkan atau dihancurkan. Abu dari sejumlah Jumong dan Goguryeo terburai menyelimuti tanah, tersebar di sepanjang padang rumput, dan terbawa angin sampai ke bukit-bukit. Kurang dari sejam yang lalu, pasukan Kris menginjakkan kaki di Sanctuary, Baekhyun sudah kehilangan seperempat pasukannya. Satu-satunya yang membuat Baekhyun terhibur, Jumong telah menghancurkan Goguryeo dalam jumlah yang sama bahkan lebih.
Selama pertempuran, Baekhyun belum bertemu Kris Goguryeo mau pun Chanyeol. Apakah kedua bersaudara itu mengirim pasukan mereka bertempur lebih dulu untuk mengulur waktu sampai banyak lagi Goguryeo yang datang dan bergabung dengan mereka? Baekhyun tidak bisa membayangkan Chanyeol bersedekap dan menonton sementara pejuang-pejuangnya bertempur dan mati. Jika Chanyeol memang seperti yang selama ini dikenalnya, Baekhyun tahu saat ini pria itu akan melakukan seperti apa yang ia lakukan—memimpin pasukannya terjun ke arena perang.
Jadi di mana dia?
Ia tidak boleh menyibukkan dairinya dengan pikiran-pikiran tentang Chanyeol. Pria itu seorang musuh. Pertemuan mereka di medan perang tidak terelakkan lagi dan salah satu dari mereka akan mati. Tidak peduli dia adalah ayah Luhan dan kekasih Baekhyun sendiri. Baekhyun tidak bisa membiarkan perasaan-perasaan pribadinya mempengaruhinya, tidak ketika Dranir Goguryeo terlibat.
Selama bertempur, Baekhyun menggunakan kilatan-kilatan supranatural seperlunya, karena kilatan-kilatan memerlukan banyak sekali energi dan ia tidak mau menghamburkan tenaganya. Pedang Sully memiliki kemampuan untuk melindungi pemakainya dari semua serangan termasuk ledakan supranatural. Hal itu membuat Baekhyun hampir tidak terkalahkan.
Berdiri sendirian di atas formasi batu yang menonjol keluar dari tanah, Baekhyun menggunakan kekuatan telepatinya untuk menciptakan ilusi selusin pejuang bermata hijau di kanan dan kirinya, siap tempur dan melindungi pangeran mereka. Untuk membuat pengawal gaibnya tetap ada, ia harus memperbarui ilusi itu secara berkala atau mengganti yang hilang dengan yang baru.
Ketika dua laki-laki Goguryeo mendatanginya, Baekhyun berkonsentrasi mengirim energi yang cukup kuat untuk melumpuhkan mereka secara permanen. Begitu menyingkirkan kedua lekaki itu, ia berbalik kepada wanita Goguryeo berambut merah di sebelah kirinya. Baekhyun memproyeksikan kilatan pembeku pikiran yang mengejutkan wanita itu. Dia terjatuh di tempatnya lalu jatuh menjadi onggokan tak bernyawa. Baekhyun berputar ke sebelah kanannya dan mengayunkan pedang, mendaratkan hantaman fatal pada penyerangnya. Abu kembali menjadi abu. Debu kembali menjadi debu. Seperti yang sering terjadi kepada mereka yang mati di atas tanah Jumong yang keramat, tubuh tercerai-berai pria itu dengan segera kembali ke bumi.
Baekhyun melihat Yoona melakukan perlawanan sengit di dekat anak sungai, hampir tidak sanggup melawan dua Goguryeo, seorang pria berjanggut panjang dan wanita beramput pirang yang tinggi dan langsing. Setelah menghilangkan pasukan tentara bayangannya, Baekhyun lari melintasi lapangan bergegas membantu Yoona. Ia menghadapi yang paling berbahaya dari dua Goguryeo itu—si wanita pirang. Si pirang itu berbalik dan mengangkat tangannya, menunjukan bola energi berkilauan yang mengambang di telapak tangannya kepada Baekhyun. Dia tersenyum culas sambil melepaskan satu energi supranatural itu, tetapi ketika menyadari pedang Baekhyun mematahkan serangannya dan mengirim energi itu kembali kepadanya, dia pontang-panting menyingkir dari jalur balik serangan itu. Wanita itu menjatuhkan diri untuk berlindung, tetapi Baekhun menerkam ke atasnya, menikam pedang menembus jantungnya. Ketika Bakehun menarik mata pedangnya, darah yang menempel lenyap setetes demi setetes, meninggalkan senjata berkilauan tak bernoda.
Yoona berhasil menyingkirkan lawannya, tetapi pria itu sempat menusukkan belati beracun sampai sedalam beberapa sentimeter ke sisi kiri tubuh Yoona. Baekhyun melangkahi wanita pirang yang sekarat dan tergesa-gesa menghampiri Yoona yang mencengkram lukanya sementara darah merembes melewati sela jarinya. Baekhyun membungkuk dan menyapukan ujung-ujung jarinya di atas daging yang sobek. Aliran darah melambat menjadi tetesan, lalu berhenti sama sekali. Dalam beberapa menit, luka itu akan menutup dan luka itu akan sembuh sepenuhnya. Saat sakit dan infeksi racun dari tubuh Yoona membanjiri pikiran dan tubuh Baekhyun, ia membungkuk kesakitan. Baekhyun memerangi rasa sakit di dalam dirinya, dan rasa sakit itu perlahan-lahan menguap menjadi kabut hijau energi yang terdaur ulang lalu pergi di bawa angin.
Baekhyun tiba-tiba mengangkat kepalanya yang tertunduk dan melihat ke arah timur. Kakak-kakaknya sudah dekat. Ia merasakan kedekatan mereka. Untuk pertama kali sejak masih kanak-kanak—kecuali setiap setahun sekali ketika memperbarui pelindung di sekeliling Sanctuary—Suho dan Jongin membuka pikiran mereka, berkoneksi dengannya, memberinya kombinasi tenaga dan kekuatan mereka. Tiga keluarga kerajaan Jumong memilik kekuatan energi yang tak terkalahkan. Bersama-sama, mereka bisa melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Mereka harus melakukannya. Alternatif lain akan menghasilkan dampak yang mengerikan, sehingga tidak perlu dipertimbangkan.
Dua puluh menit kemudian, saat perang memanas, baekhyun melihat Suho untuk pertama kalinya, dan beberapa saat kemudian ia melihat Jongin. Lebih banyak Jumong yang datang dan bergabung dengan mereka, bertarung mendampingi Suho, Jongin dan Baekhyun. Jumong masih kalah jumlah, tetapi tetap bertahan.
Dan kemudian saat yang Baekhyun nanti-nantikan dan takuti tiba. Kris tiba-tiba muncul entah dari mana, matanya yang sedingin es mengingatkan Baekhun bahwa pria itu memang saudara Chanyeol. Tatapan mereka bertemu melintasi medan perang, dan Baekhyun mendengarkan peringatannya.
'Kematian untuk Dranir Suho. Kematian untuk Pangeran Jongin. Kematian untuk Pangeran Baekhun. Kematian untuk semua Jumong'
.
.
.
Jongin menembakan sambaran kilat tipis pada Goguryeo paling berbahaya di antara tiga Goguryeo yang mengepungnya. Listrik menari-nari di kulit Jongin, membuat tubuhnya dan segala sesuatu di dekatnya membiru dalam cahaya malam, dan melindunginya dari hampir setiap serangan yang datang. Ia memegang pedang di tangan kanannya, sementara tangan kirinya mengirimkan kejutan-kejutan listrik yang mematikan.
Tidak seorang pun dari ketiga orang itu mampu mrngirim kilatan supranatural ke arahnya, sehingga Jongin menyimpan energi khusus itu. Jongin yakin sebelum perang usai ia perlu menggunakan kilatan-kilatan supranatural itu lagi, tetapi saat ini ia tidak membutuhkannya. Kekuatan listrik yang ia gunakan lebih dari cukup untuk menghadapi kebanyakan lawan-lawannya.
Seorang Goguryeo kekar berambut panjang, telah dua kali menembus medan listrik yang mengelilingi Jongin. Membuat bahu Jongin tersayat cukup dalam karena pisau kecil yang dilemparkan Goguryeo kekar tersebut. Paha kiri Jongin sakit karena dihantam batu berukuran besar yang dengan mudah menembus aliran-aliran listrik, hantaman itu hampir merobohkannya. Tetapi kedua cedera itu membaik sementara ia bertempur.
Goguryeo itu jatuh ke tanah saat kilat menghantamnya tepat di dada, tetapi Jongin sadar bedebah itu belum mati. Kekuatan brutal pejuang Goguryeo ini membuatnya sulit di bunuh dengan hanya satu hantaman, tetapi membuat dia roboh setidaknya mengulur sedikit waktu. Jongin berbalik untuk meghadapi dua Goguryeo lainnya.
Tiga Goguryeo ini jelas-jelas berusaha memisahkan Jongin dari ketiga saudaranya yang memberinya kekuatan tambahan yang tidak mereka sadari. Kekuatan kakak dan adik Jongin tetap tinggal di dalam dirinya walaupun mereka terpisah secara fisik, dan akan terus tinggal dalam dirinya sampai perang selesai.
Si wanita berambut hitam pendek memiliki bakat menghilangkan panas dari udara. Ia membawa pedang, dan mengayunkannya ke kepala dan leher Jongin lebih dari sekali, namun serangannya di patahkan arus listrik atau pedang Jongin. Mata pisau yang mengiris bahu Jongin tidak beracun, karena prajurit kasar itu lebih mengandalkan kekuaannya dari pada pikirannya.
Pria berambut merah di sisi wanita itu kemungkinan besar memiliki kekuatan supranatural. Dia membawa pedang di satu tangannya dan pisau di tangan lain, tetapi belum menampakkan kemampuan supranaturalnya yang kelihatannya mengancam. Ada saat ketika ia ragu untuk membunuh wanita berambut merah itu, bahkan seorang prajurit Goguryeo pun. Tetapi setelah bertempur dengannya, ia tidak ragu untuk menembakkan sambaran kilat mematikan, yang terkuat yang bisa dikerahkan. Kepala wanita itu menyentak ke belakang, dia terkesiap dan menjatuhkan pedangnya. Mati, dia langsung membeku.
Prajurit pria yang bersama wanita tadi ragu mengangkat pedangnya dan Jongin melakukan hal serupa. Jongin butuh waktu sesaat untuk memulihkan tenaganya, dan prajurit yang tersisa nampaknya bukan sebuah ancaman besar, dia tampak sangat ketakutan.
Wajah lelaki tersebut menyergit berkonsentrasi. Jongin membayangkan pria itu berusaha mempengaruhinya dengan kekuatan supranatural miliknya. Apa pun itu, dia tidak berhasil. Dengan pedang di tangannya, pria Goguryeo itu menelan ludah susah payah.
Jongin berniat mengayunkan pedang ketika sebuah suara membuatnya bergeming. Seseorang memanggil namanya dengan suara keras dan ketakutan, suara yang tidak asing. Kyungsoo.
Jongin menangkis pedang lawannya lalu memalingkan wajahnya ke arah suara yang muncul di antara gemuruh perang dan menyita perhatiannya. Kyungsoo muncul, mendaki bukit dengan berlari, pistolnya di satu tangan. Matanya yang besarnya melebar karena shock dan ngeri, sesuatu yang Jongin tidak ingin Kyungsoo alami.
Dari sudut matanya Jongin melihat pejuang Goguryeo yang besar dan kuat. Goguryeo itu berdiri dan menyingkirkan arus listrik yang seharusnya membunuhnya. Rambut coklat prajurit itu jatuh melintang pada wajahnya, dan otot-otot di lengan dan dadanya mengembang, mengeras. Lalu Goguryeo itu mengangkat kepala dan melemparkan rambutnya ke belakang, tatapannya jatuh pada Kyungsoo.
"Bunuh pria kecil itu!" pria yang menjadi lawan Jongin berteriak saat mengayunkan pedangnya dengan membabi buta.
"Laki-laki itu milik Pangeran Jongin"
Dengan cepat Jongin membunuh pria berambut merah itu, paranormal jahat yang mengenali Kyungsoo sebagai kekasihnya. Jongin membunuh pria itu dengan ujung pedang menembus perut. Ia menarik pedangnya dengan mulus dan membiarkan tubuh itu jatuh, lalu berbalik untuk melihat satu pejuang yang tersisa berlari ke arah Kyungsoo.
Kyungsoo dan Taeoh. Mereka berdua adalah masa depan Jongin, jiwanya, rumahnya—dan ia takkan membiarkan Goguryeo itu merenggutnya.
Musuh yang bermaksud menyerang Kyungsoo lebih dekat dengan pria kecil itu dibandingkan jarak Jongin dengan Kyungsoo. Pejuang Goguryeo itu terlalu jauh bagi Jongin untuk merobohkannya dengan kilatan supranatural, terlalu jauh untuk memukulnya dengan tepat, dan membutuhkan tenaga yang besar.
"Tembak dia!" Jongin berteriak sembari mendaki bukit.
"Sekarang, Kyungsoo! Tembak!"
Setelah mencapai jarak sejauh ini, Kyungsoo bisa melihat kondisi di mendan perang untuk mengetahui bahwa perintah Jongin merupakan perintah serius. Sebelum pria Goguryeo itu mencapainya, Kyungsoo mengangkat senjatanya dan menembak. Dua kali.
Prajurit itu terhuyung, menunduk melihat darah yang menodai dadanya dan tampak terganggu karena perlawanan dari pria biasa ini-dan Jongin tahu Goguryeo itu menyadari Kyungsoo adalah manusia biasa. Tidak ada Jumong atau Goguryeo yang bisa menggunakan pistol di tanah Sanctuary, dan Kyungsoo baru akan menjadi seorang Jumong ketika ia melahirkan Taeoh.
Jongin terus berlari sampai akhirnya cukup dekat untuk melakukan sesuatu yang harus dilakukannya. Ia membentuk dan memproyeksikan kilatan supranatural di dalam darahnya. Kilatan itu bergumul berwarna emas dan berkilau, kilat itu menghantam si Goguryeo dan dalam sekejap ancaman terhadap Kyungsoo berakhir saat prajurit itu menjadi debu.
Kyungsoo berlari ke arah Jongin. Jongin menurunkan perisai listriknya dan menangkap Kyungsoo yang menghambur ke arahnya.
"Jongin.. apa-ap—Ini tdak... Oh, Tuhanku..." Kyungso terengah-engah mengambil nafas dalam-dalam , lalu berkata dengan suara tertahan.
"Kau berdarah lagi, brengsek"
Tidak ada waktu untuk menjelaskan karena dua pejuang Goguryeo yang muncul, berlari ke arah mereka dengan niat membunuh. Yang satu memegang pedang di dua tangan, dan dari telapak tangan yang terbuka goguryeo yang lain terlihat lemah api yang janggal. Serangan berapi itu harus mati duluan.
"Jangan jauh-jauh dariku" Perintah Jongin sembali menempatkan Kyungsoo di belakangnya.
.
.
.
Suho berkelit menjauh dari kilatan energi Supranatural, dan kilatan itu menghancurkan pohon di belakangnya. Ia melompat lebih sejauh mungkin dari pohon itu. Selagi berlari ia melemparkan satu kilatan balasan, berharap Goguryeo itu tetap merunduk untuk berlindung sampai ia sendiri bisa menemukan batu besar untuk bersembunyi di baliknya.
Ia kehilangan jejak Jongin dan Baekhyun dalam peperangan sengit ini, tetapi masih bisa merasakan kehadiran mereka, mengumpulkan kekuatan mereka dengan kekuatannya. Mengumpulkan kekuatan bersama membuat mereka jauh lebih kuat dari sebelumnya dan mereka memerlukan setiap bagian kecil kekuatan yang bisa mereka kerahkan. Prajurit Goguryeo terlalu banyak, tiga Goguryeo melawan satu Jumong.
Seorang wanita Goguryeo melompat dari balik pohon dan dengan terampil melemparkan seutas rantai pada mata kaki Suho. Rantai-rantai itu tidak mematikan, tetapi Suho akan jatuh bila rantai itu membelit kakinya, membuat Suho telentang dan memberi kesempatan pada Goguryeo itu utnuk membuatnya menjadi daging cincang. Rantai itu berkelebat ke arah Suho, dan kurang dari dua detik, Suho melonpat setinggi mungkin, menarik kakinya. Seperti sambaran api perak, rantai itu lewat di bawahnya. Suho melemparkan kilat pada wanita itu, tetapi wanita itu secepat macan tutul dan melompat ke balik pohon.
Suho agak lelah, memerlukan waktu lebih lama untuk memulihkan tenaga antara kilat satu dengan kilat lainnya. Klan Goguryeo mungkin lelah juga, tetapi jumlah mereka lebih banyak.
Tiga Goguryeo muncul dari tempat persembunyian mereka, 20 meter di sebelah kiri Suho.
Ia berputar untuk menghadap mereka dan menembakkan kilat kepada Goguryeo yang paling besar. Sambaran energi itu mengenai pria paling besar tepat di dadanya, dan dia lenyap. Tetapi dua Goguryeo lainnya baik-baik saja, dan Suho tidak punya waktu untuk membangun kembali energi yang cukup untuk merobohkan mereka berdua.
Mereka terus bertarung. Wanita Goguryeo itu mencengkram pedang di kedua tangannya dan mulai mengitari Suho, bergabung dengan dua Goguryeo lainnya sambil mencari-cari kesempatan untuk menyerang.
Tampaknya ia akan mati. Tetapi jika ia mati, Suho berniat membawa tiga orang itu bersamanya.
Ia tidak ingin meninggalkan Yixing dan calon bayinya. Pikiran itu menikamnya seperti tombak. Suho berharap bisa mengatakan pada Yixing jika ia mencintainya, memberi tahunya apa yang harus ia lakukan ketika dirinya tidak kembali. Yixing sedang hamil. Ia ingat suara pria itu berteriak dengan penuh amarah "Kau mau kemana?" dan berharap ia bisa mendengarnya lagi.
Ia benar-benar mendengarnya, sangking kerasnya ia berharap.
Hanya saja kali ini Yixing berteriak. "Apa yang kau lakukan?"
Setiap helai rambut dari tubuhnya berdiri karena terkejut. Terperanjat, ia memberanikan diri melihat keliling dan hampir pinsan karena rasa takut yang amat sangat. Yixing sedang berlari lurus melintasi lapangan ke arahnya, tidak melihat kiri atau pun kanan, rambutnya seperti api berterbangan. Ada tubuh yang menghalangi jalannya, dan ia melompati tubuh itu tanpa henti.
"Hancurkan mereka semua!" teriaknya, bertanya-tanya mengapa Suho tidak menggunakan bakat terbesarnya.
Suho sudah mengumpulkan kembali sejumlah besar energi yang diperlukan untuk mengiriman kilat supranatural, dan tanpa peringatan, ia menembakkannya pada si wanita. Wanita itu berbalik, secara naluriah mengangkat pedangnya untuk menangkis kilat seolah-olah kilat itu adalah pedang lain. Kilat itu menghantam telak pedang itu, menghancurkannya dan mengirimkan pecahan-pecahan besi tajam ke wajah wanita itu. Dia berteriak, tertusuk ratusan titik di seluruh tubuhnya. Satu potongan panjang menusuk di mata kanannya. Wanita itu secara reflek memenaruh tangan di matanya dan mengenai potongan itu, membuatnya jauh masuk ke dalam matanya. Wanita itu jatuh dan berlutut.
Suho hanya melirik wanita itu sekilas lalu berputar, mengatur posisi agar Yixing datang dari arah belakangnya dan tidak langsung masuk ke zona maut, menjaga dua Goguryeo yang tersisa tetap berada dalam jarak pandangnya.
Tiba-tiba salah satu Gogryeo menembakkan sambaran Supranatural padanya. Tidak setiap pejuang bisa mengerahkan cukup energi untuk melemparkan kemampuan terkuat ini. Bedebah itu telah menyembunyikan kemampuan sebenarnya. Kalau taktik mereka membiarkan Suho menguras habis energinya lalu mereka akan mengeluarkan serangan fatal, rencana itu berhasil.
Yixing tidak pernah berhenti bergerak, sambil berlari dia membungkuk untuk memungut batu seukuran kepalan tangan.
"Api!" dia terus berteriak.
"Gunakan apimu!" Jarak mereka hanya delapan belas meter jauhnya, dan Yixing memburu langsung ke lingkaran kematian. Darah Suho seakan membeku di pembuluhnya.
"Ya Dranir Jumong, gunakan apimu!" Salah satu Goguryeo mengejek, tahu Suho takkan menggunakannya. Lalu Goguryeo itu berbalik dan menembakkan satu kilat ke arah Yixing.
Goguryeo itu salah perhitungan, tidak mengambil cukup waktu perkiraan kecepatan pria itu. Yixing mengeluarkan suara marah dan melemparkan batu pada si Goguryeo itu, membuat musuh itu merunduk.
"Amatir" gumam Suho, menembakkan sambaran api pada bedebah itu. Ia terlalu lelah, tidak punya cukup energi tersisa.
Serigala-serigala Goguryeo itu berputar-putar mendekat, menyeringai, menikmati ketidakberdayaan Suho sementara mereka menunggu energi mereka sendiri pulih kembali.
"Sambungkan pikiranmu denganku!" Yixing berteriak. "Sambungkan denganku"
Jantung Suho nyaris berhenti. Yixing tahu apa akibatnya jika menyambungkan pikiran dengan Suho, tahu kesakitannya...
Tidak ada waktu persiapan, penyatuan pikiran dan energi secara bertahap. Waktunya hanya cukup untuk menabrak masuk ke dalam pikiran Yixing dan menyerap kolam kekuatan yang dalam. Kolam itu mengairi tubuhnya seperti air yang tumpah ke lembah setelah bendungan roboh, banjir energi pun meluncur keluar dari kedua tangannya menjadi kilat-kilat yang memancar terus menerus. Terhubung dengan Yixing membuat Baekhyun dan Jongin merasakan arus besar dalam tubuh mereka.
Suho dengan gencar menembakkan kilat demi kilat. Air mata menyengat matanya tetapi tidak pernah jatuh, cairan itu menguap akibat aliran energi di tubuhnya. Yixing! Ia bisa melihat pria itu tergeletak di tanah, tidak bergerak, tetapi kekuatannya masih membanjiri Suho seolah-olah tak ada habisnya. Suho tidak membutuhkan waktu banyak untuk pulih. Energi itu langsung hadir, terbang dari ujung ujung jarinya dalam sambaran-sambaran panas warna putih.
Kedua Goguryeo itu mundur, menarik diri untuk bergabung dengan kelompok mereka. Dengan perasaan menderita, Suho memutuskan hubungan pikiran dengan Yixing dan menyerbu ke arah pria itu yang tergeletak tak bergerak di tanah, wajahnya putih pucat. Bila Yixing berbaring begitu tenang dan tampak seakan sudah mati, mereka—Suho, Jongin dan Baekhyun- pasti akan membunuhnya.
Batin Suho melolong kesakitan. Ia jatuh belutut di sisi Yixing, menarik pria itu ke dalam pelukannya.
"Yixing!"
Pria itu mampu membuka matanya sedikit, lalu kelopak matanya perlahan menutup lagi seolah-olah tidak mempunyai tenaga untuk menahannya tetap terbuka.
Suho telah mengurasnya. Yixing pernah mengalami ini sebelumnya, akankah ia bisa pulih kali ini? Dan bayi mereka? Baekhyun dan Jongin, tanpa tahu apa yang mereka lakukan, juga telah menyerap tenaga Yixing. Suho tidak bisa memperkirakan efeknya terhadap otak Yixing. Karena—penyambungan pikiran- yang sebelumnya pernah ia lakukan tidak sampai seperti ini efeknya.
Ia menengadah, melihat berkeliling mencari pertolongan. Para Goguryeo mundur, menarik diri dari pertempuran. Suho mati rasa, tidak mampu memahami apa yang terjadi di sekelilingnya. Ia membutuhkan Baekhyun. Bila ada yang menyembuhkan Yixing dan bayinya, Baekhyun-lah orangnya.
Tubuh Yixing menyentak di lengannya, memukuli tangan Suho dengan lemah. Suho semakin mendekap Yixing ke dadanya. Jantungnya terlonjak membuat Suho sulit bernafas. Ia membaringkan Yixing di tanah kembali, mengharapkan keajaiban saat menyaksikan pria itu-Yixing- menelan ludah dan berusaha beberapa kali untuk berbicara.
"Apa kau baik-baik saja?" Suho bertanya, tetapi Yixing tidak menjawab.
Suho meraih tangan Yixing ke pipinya, menyemangati pria itu agar berbicara. Kalau ia berbicara, Suho tahu otaknya akan kembali pulih.
"Yixing, kau tahu siapa aku?"
Pria itu menelan ludah, kemudian mengangguk.
"Kau bisa bicara?" Tanya Suho lagi.
Yixing mengangkat tangannya, memberitahu Suho untuk pelan-pelan dan berhenti menghujaninya dengan pertanyaan. Perlahan-lahan, dengan susah payah Yixing berguling ke samping dan mencoba duduk. Suho menopangnya agar tidak jatuh, sambil mengawasinya. Setelah Yixing berhasil duduk, ia tertunduk dan menarik nafas dalam-dalam. Suho menggosok punggungnya perlahan dan bertanya lagi.
"Kau bisa bicara?"
Yixing berkedip padanya, lalu mengangguk, gerakannya pelan sekali seolah-olah kepalanya seberat 25 kilogram. Suho menantinya mengucapkan satu kalimat, sepatah kata, apa pun. Tetapi Yixing membisu.
Hanya dalam beberapa menit, Yixing berdiri. Dengan gontai ia melihat sekelilingnya, pada pembantaian, pada mayat mayat yang bergelimpangan. Suho akan melakukan apa saja agar Yixing tidak melihat ini. Perang itu buruk, dan perang antara klan itu brutal. Tidak ada yang pergi berperang dan keluar tanpa merasakan dampaknya.
"Honey, please" Suho memohon lembut. "Kalau kau bisa, katakan sesuatu"
Yixing mengerjapkan mata beberapa kali, mengerutkan dahi sedikit. Lalu tatapannya melayang ke tubuh-tubuh di sekitarnya. Yixing kemudian mengambil nafas dalam dalam, lalu berkata.
"Aku tidak bisa merasakan bayiku"
.
.
.
Selama perang yang tidak ada putus-putusnya Baekhyun kehilangan jejak Kris dan khawatir jika pria itu sudah menemukan Suho atau Jongin. Tetapi sekarang, setelah Suho memimpin para Jumong, Baekhyun bisa berperang dan menyembuhkan.
Baekhyun merasakan Jisoo tidak jauh darinya, terluka parah dan sekarat. Kalau bisa menemukan Jisoo Baekhyun bisa menyembuhkannya. Baekhyun mengikuti pendar energi yang tersisa dari diri Jisoo. Mencari-cari di padang yang bertabur abu tempat tubuh-tubuh berdarah.
Seorang Goguryeo besar berambut perak mengangkat pedang dengan kedua tangannya, menerjang ke arah Jisoo yang berbaring tak berdaya di tanah. Baekhyun melemparkan kilatan supranatural dan mengenai punggung penyerang itu. Sambaran itu meledak, menghancurkan tubuh itu menjadi serpihan-serpihan debu. Baekhyun memburu ke arah Jisoo, berlutut dan meletakkan tangannya pada pria itu, menarik keluar rasa sakitnya, menyembuhkan luka-lukanya. Tetapi, seperti setiap melakukan penyembuhan, Baekhyun harus membayar dengan harga tinggi. Begitu selesai mengalami derita orang lain dan menggantinya dengan energi positif, Baekhyun melepaskan energi itu ke alam semesta, membiarkannya menguap menjadi kabut hijau.
Ketika bangkit dari berlutut, Baekhyun merasa tubuhnya lemah tetapi masih cukup segar untuk meneruskan pekerjaannya. Baekhyun merasakan seseorang mencoba berkoneksi dengannya. Lalu, tanpa di duga, ia mendengar suara Luhan.
'Daddy datang'
'Luhan?'
Raungan bergemuruh menggetarkan tanah di bagian kaki Baekhyun saat ratusan pejuang berseragam biru menyerbu padang rumput yang luas itu. Dengan cepat mereka mengambil alih medan peperangan. Baekhyun terkesiap ngeri melihat pemimpin pasukan berseragam biru itu. Chanyeol Goguryeo. Dia membawa bala bantuan. Ratusan pria dan wanita Goguryeo, bersenjata dan siap perang. Tidak mungkin para Jumong yang berkumpul di Sanctuary bisa mengungguli kekuatan seperti itu. Tetapi para Jumong bisa dan akan mencari cara bertahan selama mungkin, sampai lebih banyak Jumong yang datang dan bergabung dengan mereka. Malam ini. Besok. Mereka, setiap pria dan wanita, yang mempertahankan Sanctuary sampai titik darah penghabisan. Tanah ini tidak akan menjadi milik Klan Goguryeo.
Pertempuran melambat, lalu berangsur-angsur berhenti sama sekali. Kris muncul kembali, dia berada di atas bahu pejuang pengikutnya. Ia mengayunkan lengan tinggi-tinggi ke udara, pedangnya berkilau perak dan menetes dengan darah Jumong yang segar.
Pasukan Chanyeol membentuk setengah lingkaran di belakan Dranir mereka, bulan sabit biru kekuatan Goguryeo. Lalu seorang wanita tua muncul di sisi Chanyeol. Jelas dia meneleportasi diri ke tengah peperangan, berarti dia memiliki kemampuan yang kuat dan langka. Baekhyun langsung merasakan kekaguman mengelilingi wanita itu, dan tahu ia adalah Yuri, peramal besar Goguryeo.
Jumong yang lelah berperang mengikuti Suho dan Jongin berkumpul di ujung lain padang rumput. Menunggu. Mengawasi. Bersiap-siap. Baekhyun segera menghampiri kakak-kakaknya. Baekhyun yang mengetahui pikiran kakak-kakaknya, meyakinkan bahwa Luhan aman.
Kesunyian khidmat menyelimuti lembah sementara Jumong berhadapan dengan Goguryeo di medan perang.
Baekhyun berdiri di antara Suho dan Jongin. Kedua pria carrier yang bersama mereka berdiri tiga meter di belakangnya. Baekhyun tidak bisa menyangkal ketakutannya. Ia mungkin mati di sini hari ini, tetapi ia lebih jauh takut memikirkan Luhan daripada dirinya sendiri. Kalau ia dan kakak-kakaknya tidak lolos dari perang ini...
Suho tidak memberi aba-aba untuk memulai serangan. Para Jumong terus mengawasi dan menunggu, mempersiapkan diri secara mental, menguatkan diri mereka menghadapi apa pun yang akan terjadi di depan.
Kris memberi tanda pada orang orangnya untuk menurunkannya. Begitu menyentuh tanah, ia melangkah ke arah Chanyeol. Tingginya mungkin delapan sentimeter lebih tinggi dari Sang Dranir.
Saudara berhadapan dengan saudara.
"Salam, Dranir Chanyeol" Teriak Kris.
Pejuang-pejuang Kris mengikuti teriakannya. Pejuang-pejuang Chanyeol tetap bergeming.
"Kita bertempur bersama hari ini, saudara" kata Kris.
"Untuk membalas dendam leluhur kita"
Yuri meletakkan tangannya di lengan Chanyeol, matanya memohon izin untuk berbicara. Dengan tatapan tetap melekat pada kakaknya, Chanyeol mengangguk.
"Pilihlah hari ini siapa yang akan kau layani" Suara Yuri bergema dengan jelas dan nyaring, seolah-olah diperbesar beribu-ribu kali lipat. Kata-katanya didengar oleh setiap Goguryeo dan Jumong dalam batas-batas Santuary. Peramal tua itu mengankat tangan dan menunjuk ke arah Kris.
"Apa kau memilih Kris, Putra penyihir jahat Jessica? Bila ya, kau mengikutinya langsung ke neraka"
Ketika Kris akan menerjang ke arah Yuri, Chanyeol mengangkat tangan memperingatkan. Kris berhenti.
"Atau kau memilih Dranir Chanyeol, putra Yoona dan ayah dari Luhan, anak terang. Dilahirkan di Klan Jumong namun terlahir untuk Klan Goguryeo untuk membawa karunia perubahan bagi kita?"
Meski Kris meradang dan mengutuk, Baekhyun hampir tidak mendengarnya. Suara itu tertutupi suara debar jantungnya sendiri yang berdentum-dentum sangat cepat di telingannya. Yuri membuka rahasia Baekhyun yang terdalam, yang paling dijaga dengan hati-hati dari para Goguryeo maupun Jumong—termasuk kakak-kakaknya. Suho dan Jongin melotot padanya, wajah Jongin tampak terkejut, sedangkan wajah Suho tampak marah.
"Katakan padaku itu tidak benar" tuntut Suho.
"Aku tidak bisa" jawab Baekhyun.
"Luhan setengah Goguryeo, putra Dranir mereka?" Tanya Jongin.
"Ya" Baekhyun menjawab pertanyaan Jongin, tetapi tatapannya tak pernah meninggalkan wajah Suho.
"Waktu bertemu dengannya, aku tidak tahu siapa dia"
"Sudah berapa lama kau tahu?" Suho bertanya, suaranya sangat dingin.
"Bahwa dia Goguryeo? Sejak aku mengandung anaknya"
"Kenapa kau tidak memberitahuku... memberitahu kami"
Gema suara Yuri memantul dari gunung-gunung, menyebar seperti angin, menarik semua perhatian yang mendengarnya.
"Itu adalah pilihanmu" kata Yuri. "Untuk menjalani hidup dan mati dengan hormat di sisi Dranirmu, atau hancur bersama orang gila yang mengklaim takhta yang bukan haknya!"
Teriakan kesetiaan bergema sementara orang-orang Goguryeo menunjukkan keberpihakan mereka. Tidak satu pun pejuang berseragam biru memecah formasi, dan hanya segelintir pasukan Kris pergi bergabung dengan pasukan Chanyeol.
"Apa yang dilakukan peramal Goguryeo itu?" tanya Suho.
"Tampaknya dia memicu perang saudara" Suho memandang Baekhyun.
"Kau terlihat tidak terkejut. Membuatku yakin kau tahu apa yang terjadi, mengapa Goguryeo menciptakan jeda di antara perang ini untuk membereskan perselisihan keluarga"
Baekhyun menyadari bahwa ia tahu, setidaknya sampai taraf tertentu. Apa yang terjadi diantara kelompok Goguryeo.
"Kedua saudara dan pejuang-pejuang mereka mungkin akan bertempur sampai mati"
"Dan bagaimana kau mengetahui hal ini?"
"Bagaimana aku bisa tahu tidak penting" kata Baekhyun.
"Yang penting adalah, kita harus siap memerangi pemenangnya"
.
.
.
Dalam beberapa menit ke depan, Baekhyun sadar ia telah meremehkan kegilaan Kris. Bayangan akan terjadinya peperangan antar saudara, pejuang pembelot Goguryeo melawan pasukan Goguryeo yang dipimpin oleh Chanyeol, berubah dramatis ketika Kris mengomando pasukanya untuk berganti menyerang Jumong.
Sempat teralih perhatiannya, Suho cepat-cepat kembali waspada dan mulai mengeluarkan perintah-perintah, pertama pada Baekhyun lalu pada pejuang-pejuangnya. Ia memberitahu Baekhyun untuk mencari, menemukan dan menyembuhkan sebanyak mungkin korban terluka. Lalu mengirim mereka kembali ke medan peperangan.
"Bila kita punya harapan untuk mempertahankan Sanctuary sampai bala bantuan tiba, kita akan memerlukan setiap pejuang Jumong yang tersisa dalam keadaan hidup" Kata Suho.
Ketika perang bergolak di sekitarnya, Baekhyun, yang terkadang harus menggunakan pedangnya untuk berlindung dan menyerang, menyisiri medan perang dan mencari yang terluka. Ia menemukan sembilan orang, termasuk Victoria, yang telah dibekukan di tempat, dan Sunny, yang lengan kirinya ditebas putus. Dengan hawa panas, Baekhyun mencairkan Victoria perlahan-lahan dan menarik rasa dingin dari tubuhnya. Sebelum Baekhyun pulih setelah menyembuhkan, Victoria pergi, buru-buru kembali ke peperangan.
Baekhyun berhasil menyelamatkan delapan dari sembilan Jumong yang terluka, termasuk Sunny. Baekhyun menyambungkan kembali lengan Sunny, tetapi memperingatkannya agar tidak menggunakannya selama perang.
"Lengan itu belum benar-benar sembuh sampai setidaknya dua puluh empat jam" Baekhyun memperingatkan.
Setelah mengunakan cukup energi untuk menyembuhkan sembilan Jumong dengan kekuatan supranaturalnya, tenaga Baekhyun terkuras beitu banyak sehingga hampir tidak mampu berdiri. Ia benar-benar memerlukan istirahat, berjam-jam tidur pemulihan. Tetapi tidak ada waktu.
Sementara Baekhyun meneruskan pencariannya, kaki Baekhyun makin lemah dan kedua lengannya seakan terasa berbobot 25 kilogram. Kedua tangannya gemetaran. Ia terhuyung, lalu jatuh berlutut. Ia mencengkram pedangnya kuat-kuat, tetapi genggamannya melemah.
'Tetap berpegangan pada pedangnya! Jangan melepaskannya' Sugestinya pada dirinya sendiri.
Sekuat-kuatnya ia mencoba, ia tidak bisa menahan matanya tetap terbuka, tidak bisa melawan kebutuhan mendesak tubuhnya untuk beristirahat.
Baekhyun roboh. Telungkup ke tanah, pedang Sully terlepas dari jemarinya. Ia bisa mendengar gemerincing perang dan mencium aroma kematian di sekelilingnya sementara berbaring setengah sadar, tenaganya terkuras, dan tidak berdaya.
Ia harus mencari perlindungan, suatu tempat bersembunyi untuk memulihkan tenaganya. Baekhyun memaksa matanya terbuka, ia meraih pedang di samping jemarinya. Mengenggam pedang itu dengan lemah, ia menyeretnya sambil merangkak ke arah pepohonan yang berjarak kurang dari lima meter di depannya. Ia sudah separuh jalan untuk ke sana saat satu kaki bersepatu bot menendang pedang Sully dari genggamannya. Lalu menginjak tangannya,membuatnya rata dengan tanah. Sementara rasa sakit memancar dari tangannya, Baekhyun melihat ke atas, ke dalam sepasang mata abu-abu dingin.
Mata Kris Goguryeo.
Pria itu mengangkat kakinya dari tangan Baekhyun yang patah, lalu menjambak rambut pria itu dan menariknya berdiri. Sadar dalam kondisinya ia takkan mampu melawan pria itu—Kris, Baekhyun mengirim teriakan supranatural meminta bantuan. Itu satu-satunya yang bisa ia lakukan.
Kris merapatkan punggung Baekhyun ke dadanya, lalu menyelipkan belati di bawah dagu Baekhyun, meletakkan mata pisau tepat di tenggorokan pria itu. Ia mendorong pipinya ke pipi Baekhyun, nafasnya yang panas dan berbau busuk menyapa wajah Baekhyun ketika tertawa.
"Pangeran Jumong Chanyeol yang cantik" Kris menjilat leher Baekhyun.
Baekhyun meringis ngeri.
"Sayang kita tidak punya banyak waktu agar aku bisa menunjukkan padamu bahwa aku lebih hebat daripada adikku dalam setiap hal" Pria itu menekan tubuhnya ke bokong Baekhyun.
Seandainya Baekhyun bisa mengumpulkan cukup tenaga untuk memerintah pedang Sully datang adanya, mungkin ia bisa—
"Lepaskan dia!" Suara memerintah datang dari belakang mereka.
Sebelum Kris bisa berbalik, tangan yang ditekannya ke leher Baekhyun terpentang, dan belatinya lepas jatuh ke tanah. Terkejut karena kemunculan tiba-tiba pria yang tidak dilihatnya, Kris sejenak mengalihkan perhatian pada penolong Baekhyun. Ketika perhatian Kris teralih, Baekhyun mengerahkan inti tenaga dalamnya untuk melepaskan dirinya dari cengkraman kuat pria itu.
Tepat ketika ia mampu melepaskan diri dari Kris, Chanyeol mengulurkan tangan, merenggut lenganya dan menariknya mendekat. Kris menggeram penuh amarah saat Chanyeol mendorong Baekhyun ke belakang tubuhnya.
Dari mana Chanyeol muncul, dan bagaimana dia sampai di sini begitu cepat? Baekhyun bertanya tanya sendiri, satu-satunya penjelasan adalah teleportasi, kemampuan yang tidak pernah ia sadari yang dimiliki pria itu. Tetapi kenapa dia yang muncul, dan bukannya Suho, yang dipanggilnya dengan jeritan tak bersuara?
Ketika Chanyeol menghampiri Kris, ia berbicara secara telepati pada Baekhyun.
'Bukan nama Suho yang kau panggil' Pria itu memberitahunya. 'tetapi namaku'
Apakah sebenarnya dia tadi berteriak memanggil Chanyeol, bukan Suho untuk menolongnya?
'Bagaimana kau...?'
'Luhan meneleportasiku' kata Chanyeol.
'Dia juga mendengar teriakan minta tolongmu, jadi dia mengirimku padamu'
"Menyemtuh sekali" Bibir Kris tersenyum mengejek.
"Kau memanggil saudaraku untuk menolongmu. Kau pasti bodoh, Pangeran Baekhyun. Tidakkah kau tahu satu-satunya alasan dia di sini melawanku adalah karena dia tidak ingin aku mendapatkan kesenangan untuk membunuhmu? Itu hiburan yang dia inginkan untuk dirinya sendiri"
Chanyeol tidak membantah tuduhan kakaknya. Ia malah mengacuhkan Kris. Chanyeol bahkan menyuruh Baekhyun meletakkan tangannya di bahu Chanyeol. Ketika Baekhyun ragu-ragu, Chanyeol berkata.
"Percayai nalurimu"
Baekhyun melakukan permintaan Chanyeol dan meletakkan tangannya di bahu pria itu. Segera Baekhyun merasakan arus tenaga Chanyeol mengalir ke dalam dirinya. Tidak banyak, tetapi cukup untuk menahannya berdiri dan memanggil pedang Sully dari tanah ke tangannya.
Kris mengirim gelombang pertama kilat-kilat ke arah Chanyeol, yang berhasil dipatahkan dengan mudah. Lalu Chanyeol membalas dengan api. Baekhyun bergerak mundur menjauh dari Chanyeol. Baekhyun tahu pria itu mengeri bahwa kini ia bisa melindungi dirinya sendiri dengan kekuatan kuno pedang Sully. Sehingga pria itu bisa berkonsentrasi menghadapi duel maut dengan kakaknya.
Kris mengeluarkan semua kekuatannya dan sihir hitam yang dia miliki untuk menyerang dan melawan kemampuan Chanyeol yang lebih ungul. Baekhyun menyaksikan ketika kedua saudara itu bertarung, mencederai satu sama lain, bertukar kilatan energi dan sambaran mata. Menghancurkan pohon-pohon, semak-semak, dan batu-batu besar delam radius tigu puluh meter di sekitar mereka. Kemudian mereka saling terjang, bertempur dalam pertempuran fisik yang mematikan. Pedang melawan pedang, kekuatan melawan kekuatan.
Baekhyun menahan nafas ketika Kris menusuk sisi tubuh Chanyeol, merobek bajunya, dan mengiris daging di baliknya. Chanyeol mengutuk, tetapi luka itu tidak mempengaruhi manuvernya yang tangkas saat ia semakin lama semakin mendesak Kris. Chanyeol memotong tangan Kris yang mengenggam pedang. Kris melonglong kesakitan ketika pedangnya jatuh ke tanah bersamaan dengan tangannya yang putus. Kris dengan seluruh energinya meluncurkan kilatan supranatural. Chanyeol mematahkan kilat itu lalu mengirimnya kembali pada Kris, yang nyaris tidak bisa meloloskan diri.
Ketika Kris jatuh berguling, Chanyeol berjalan ke arahnya. Sebelum Kris bisa melompat berdiri dan bertempur kembali, Chanyeol berdiri di atasnya dan menancapkan pedang menembus jantung kakaknya. Kris memekik kesakitan. Chanyeol menarik pedang dari jantung Kris, dan dengan satu tusukkan cepat menebas putus kepala Kris.
Tubuh Kris hancur, berkeping-keping menjadi debu. Chanyeol berdiri di sana, membisu dan tidak bergerak. Darah Kris melapisi mata pedangnya. Baekhyun memburu ke arah Chanyeol, yang ia pikirkan hanyalah menghibur dan menyembuhkan Chanyeol. Baekhyun memegang pedang di tangan kirinya, menghampiri Chanyeol. Menyapukan jemari tangan kanannya di atas luka Chanyeol, lalu mulai menyadari jika tubuh pria itu mulai menyembuhkan dirinya sendiri.
Chanyeol menarik Baekhyun mendekat dan menyelipkan lengannya ke pinggang Baekhyun. Masing-masing dari mereka masih memegang pedang di tangan mereka.
"Chanyeol Goguryeo!" seru Suho Jumong.
Terkesiap, Baekhyun mengalihkan tatapannya sampai bertemu dengan mata kakaknya.
"Lepaskan dia!" kata Suho.
"Peperangan ini hanya di antara kita berdua"
Chanyeol mempererat pegangannya pada pinggang Baekhyun.
"Kau pikir aku berniat membunuh Baekhyun?"
Pada saat itu Baekhyun mengerti bahwa Chanyeol tidak punya maksud mencelakainya. Chanyeol juga tidak akan memberinya kekuatan untuk bisa mengambil kembali pedang Sully bila pria itu tidak menginginkannya hidup.
"Dia menyelamatkanku dari Kris ketika aku terlalu lemah untuk bertempur" kata Baekhyun.
"Hanya supaya dia bisa membunuhmu sendiri" Suho memberitahunya. "Apa kau sudah lupa, kita berperang dengan Goguryeo"
"Hanya dengan para pejuang-pejuang Kris" Chanyeol mengoreksi. "Ataukah kau terlalu sibuk bertempur untuk menyadari bahwa pasukan ku membunuh lebih banyak prajurit Kris daripada kalian membunuh mereka? Aku membawa pasukanku kemari untuk mengalahkan Kris dan menyelamatkan anakku...dan ibunya"
Tatapan Baekhyun bertemu dengan tatapan Chanyeol, dan pikiran mereka berpadu untuk saat yang singkat, tapi cukup lama bagi Baekhyun untuk menyadari bahwa Chanyeol mengatakan yang sebenarnya.
Suho menyipitkan matanya sampai berupa garis tipis.
"Kau bohong"
Baekhyun merasa kakaknya tidak akan mundur dari pertempuran ini, Suho mempunyai banyak alasan untuk melibatkan Chanyeol dalam duel. Dranir Jumong melawan Dranir Goguryeo. Ketika Suho maju, pedang terhunus, tantangan di jatuhkan. Chanyeol mendorong Baekhyun ke samping dan menghadapi musuhnya.
.
.
.
Minseok berjalan bolak-balik dengan cemas di dalam gua. Luhan sedang tertidur, dan ia tidak bisa berhenti memikirkan peperangan yang sedang terjadi di dalam Sanctuary.
"Paman Minnie~" Suara serak Luhan membuat Minseok menoleh ke arahnya.
"Ya sayang?" Minseok berjongkok di samping tempat tidur yang sudah disiapkan di dalam gua.
"Maafkan aku" Luhan menunduk.
"Kenap—" ucapan Luhan terputus ketika Luhan mengangkat tangannya dan membuat tubuh Minseok membeku di tempat. Minseok melotot ke arah Luhan yang selesai membaca mantra untuknya.
"Jika aku tidak melakukan ini, paman pasti melarangku. Aku ingin bertemu Daddy" kata Luhan. Lalu ia turun dari tempat tidur dan berlari keluar gua.
Sebelum sampai di depan pintu gua, Luhan menoleh dan berkata.
"Paman seharusnya memaafkan dia. Dia benar-benar mencintai paman." Luhan tersenyum manis sampai matanya menyipit. Kemudian menghilang bersama cahaya.
.
.
.
Chanyeol mendorong Baekhyun ke samping dan menghadapi musuhnya.
"Tidak, Hyung, Jangan! Aku—aku mencintainya!" Baekhyun berseru. Ketika Suho benar-benar mengabaikannya, ia berpaling pada Chanyeol.
"Please, jangan lakukan ini. Dia kakakku!"
Kedua pria itu mengacuhkannya. Andai saja kekuatannya tidak terkuras sebesar itu, ia mungkin mampu menghentikan mereka. Tapi sekarang...
Sama mendadak dan misteriusnya seperti saat kedatangan Chanyeol yang tepat waktu untuk menolong Baekhyun dari Kris, seberkas cahaya terang membentuk di ruang antara Chanyeol dan Suho. Kedua pria itu membeku, tercengang melihat pemandangan itu.
Ketika cahaya meredup, Luhan muncul. Melayang beberapa puluh sentimeter di atas tanah, tubuhnya bercahaya, rambut pendeknya melayang ke atas di udara, matanya berkilau dengan warna emas yang cerah. Dan tada lahir bulan sabit Goguryeo-nya lenyap.
"Ya Tuhan!" Suho menatap keponakannya.
"Aku Luhan. Putra Baekhyun Jumong dan Chanyeol Goguryeo, lahir di Klan appaku, lahir bagi rakyat daddy-ku. Aku Jugoryeo"
Kesunyian yang ganjil menyelimuti padang rumput, medang perang terakhir dari perang setua zaman itu sendiri, perang yang pernah dianggap kekal. Baik Jumong maupun Goguryeo meletakkan senjata-senjata mereka dan berhenti bertempur, lalu satu persatu berjalan ke tempat Luhan menunggu mereka.
.
.
.
"Baek—" Minseok datang terengah-engah. Menyerngit bingung dengan situasi sekarang. Ia mengedarkan pandangannya ke para pejuang dari kedua Klan. Lalu matanya menangkap sosok yang ia rindukan selama bertahun-tahun. Jongdae dengan luka menganga di bahunya. Menatap ke arahnya dengan padangan kerinduan yang sama besar dengan rindunya.
Jongdae.
Seseorang yang membawa hatinya.
.
.
.
Ketika para pejuang berkumpul, Jumong di belakang Suho dan Goguryeo di belakang Chanyeol. Luhan merentankan tangannya ke kedua sisi tubuhnya yang gemerlapan dan melayangkan Chanyeol dan Baekhyun dari tempat mereka berdiri, lalu membawa mereka ke arahnya.
Chanyeol dan Baekhyun saling tatap dan menyadari kebesaran itu. Chanyeol bukan lagi seorang Goguryeo. Warna matanya seemas warna mata Luhan. Baekhyun bukan lagi seorang Jumong; matanya juga bersinar emas.
Tatapan Luhan menjelajahi padang besar luas itu, menyelimuti semua pejuang dengan sinarnya. Ketika tatapannya melewati Klan Gugoryeo, kurang lebih dua puluh pejuang Gugoryeo lebur menjadi kepulan-kepulan debu bercahaya. Sementara sisanya mengalami perubahan warna. Warna mata mereka berubah seperti Dranir mereka, warna emas. Dan persis seperti Dranir mereka yang bukan lagi seorang Gugoryeo, mereka tidak lagi menjadi pejuang Gugoryeo. Ketika Luhan mengalihkan pandangannya ke arah Klan Jumong, sekelompok kecil mereka, termasuk Minseok, juga bertransformasi. Mereka bukan lagi anggota Klan Jumong.
"Kaum Gugoryeo tidak ada lagi" kata Luhan. "Mulai hari ini dan seterusnya, kaum Jugoryeo dan Jumong akan menjadi sekutu"
Suho dan Chanyeol saling melotot, masing-masing tidak siap menandatangani perjanjian perdamaian, tapi keduanya cukup bijaksana untuk mengetahui bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain.
"Ayahku sekarang Dranir dari Klan Jugoryeo, dan Appaku menjadi Dranira-nya" kata Luhan.
"Kita akan pulang ke Geoje dan membangun bangsa baru"
Luhan berpaling ke arah paman-pamannya.
"Paman Suho, kau akan memimpin Klan Jumong selama bertahun-tahun, dan putramu setelahnya."
Suho terkesiap, kemudian menoleh ke belakang kearah Yixing yang matanya memerah karena tangis.
Anak.
Anaknya.
Bayinya.
Mati.
Suho kemudian menatap ke arah Luhan. Luhan mengedipkan mata. Tangan kanannya mengayun seolah-olah tengah memanggil seseorang untuk datang padanya. Tubuh Yixing terangkat melayang menuju ke arah Luhan, kemudian turun ke tanah tepat di depan Luhan. Tangan Luhan terulur mengusap perut Yixing, membuat Yixing tersentak sejenak.
Yixing menoleh ke belakang ke arah Suho, tangannya mengelus perutnya. Ia terisak menangis.
"Aku—aku merasakannya. Dia hidup. Bayiku hidup"
Secepat air matanya menetes, secepat itu pula Suho berlari dan memeluknya.
"Dan paman Jongin, kau tidak harus menjadi Dranir"
Luhan membawa kedua orang tuanya untuk turun ke tanah, lalu membawa Daddy-nya ke pamannya—Suho.
"Perang telah usai, sekarang dan selamanya"
Tidak satu pun dari kedua itu bergerak atau berbicara.
Secara bersamaan, Baekhyun meraih tangan Chanyeol dan berdiri di sisinya ketika Kyungsoo juga maju untuk memegang lengan Jongin.
Chanyeol mengulurkan tangannya ke arah Suho yang hanya menatap tangan Chanyeol tajam. Ia ragu selama beberapa saat, lalu berjabat tangan dengan bekas musuhnya.
Kesunyian khidmat menyelimuti medan peran terakhir.
'Kirim rakyat kita pulang' Chanyeol mengirim pesan telepati pada sepupunya, Jongdae.
'Minta Yuri dan anggota dewan lainnya untuk tetap tinggal di sini dulu. Kita perlu bertemu Dranir Suho dan saudaranya. Dalam beberapa hari, aku akan membawa Dranira-ku dan Pangeran mahkota ke Geoje. Baekhyun dan Luhan perlu waktu untuk mengucapkan selamat tinggal. Rakyat Jugoryeo perlu keluarga kerajaan untuk membimbing mereka melewati masa transisi dan menapaki masa depan'
Jongdae mengeluarkan perintah-perintah dengan cepat. Klan Jugoryeo yang baru memulai perjalanan mereka keluar dari Sanctuary, kepala-kepala terangkat tinggi, sementara Klan Jumong berkumpul mengelilingi keluarga Dranir.
Chanyeol mengangkat Luhan dan menggendong bocah itu di pinggulnya, lalu menyelipkan lengannya di sekeliling pinggul Baekhyun.
"Kalau kau perlu lebih banyak waktu..." kata Chanyeol.
"Tidak" Jawab Baekhyun.
"Aku dengar apa yang kau katakan pada Jongdae. Kau benar. Rakyat kita memerlukan kita—kau, aku dan Luhan"
.
.
.
END
.
.
.
EPILOG
Luhan berjalan menghampiri Kyungsoo dan meletakkan tangannya di perut datar milik Kyungsoo.
"Hallo, Taeoh. Kau akan senang menjadi putra kecil paman Jongin"
Para orang dewasa mengawasi dengan penuh kekaguman ketika Luhan berkomunikasi dengan bayi Kyungsoo dan Jongin yang belum lahir. Mendengarkan dari sisi Luhan saja membuat semua yang mendengarkan menyadari bahwa terjadi perbincangan yang menarik antara Luhan dan Taeoh.
Luhan kemudian berjalan ke arah Yixing di sofa seberang. Mengelus perutnya sama seperti ia mengelus perut Kyungsoo.
"Hai, Dranir kecil. Kau sudah baik-baik saja. Setelah kau mati. Kau hidup lebih kuat sekarang. Jadi, jaga Paman Yixing dan Paman Suho, ya"
Yixing tersenyum, kemudian meraih tangan Luhan untuk dienggam.
"Terima kasih, sayang" kata Yixing. Luhan membalasnya dengan senyum manis.
Baekhyun telah menerima kenyataan bahwa anaknya yang berumur enam tahun adalah mahkluk terkuat di Bumi. Dan Baekhyun serta Chanyeol di takdirkan untuk mengemban tugas membesarkan Luhan.
.
.
.
Dua orang pemuda saling berhadapan di beranda belakang rumah induk. Setelah Jongdae menyeret Minseok untuk ikut bersamanya.
"Hai" sapa Jongdae canggung.
Minseok hanya diam, matanya menerawang jauh ke belakang bahu Jongdae di hadapannya.
"Maafkan aku. Aku tidak mau kau meningalkanku walau itu memang harus. Aku tidak seharusnya berbohong padamu, maafkan aku. Aku mencintaimu"
Minseok menatap mata Jongdae yang merah. Matanya merah seperti matanya, siap menangis.
"Bodoh"
"Aku tahu aku bodoh. Jadi, bisakah kita mengulangnya dari awal lagi?" mata Jongdae menatap dalam mata Minseok. Tatapan sarat akan ketulusan.
Minseok terngiang-ngiang kalimat yang di ucapkan Luhan beberapa jam yang lalu.
'Paman seharusnya memaafkan dia. Dia benar-benar mencintai paman'
Minseok mengangkat tangannya, kemudian memeluk Jongdae cepat.
"Bodoh, bodoh, bodoh!"
Jongdae terkejut. Seluruh tubuhnya kaku bagai patung, tidak membayangkan reaksi Minseok yang memeluknya.
"Aku juga mencintaimu" kata Minseok lirih.
"Apa?!" Jongdae memekik dan menahan bahu Minseok untuk melepaskan pelukannya.
"Tidak ada pengulangan!"
Jongdae kemudian tersenyum sebelum mebawa keduanya dalam sebuah ciuman lembut.
.
.
.
Luhan menengadah pada Jongin, dan tersenyum.
"Aku berharap Taeoh tidak senakal paman dulu" Luhan terkekeh karena ucapannya.
Semua orang tertawa, kecuali Jongin yang menggaruk kepalanya sambil meringis.
"Aku berjanji, Taeoh tidak akan nakal. Dia akan menjadi Jumong yang hebat." Kata Jongin.
"Ya. Dan dia akan menjadi pelindung Sanctuary setelah bibi Victoria" kata Luhan.
"Apa?" Victoria di ujung ruangan memekik.
"Aku?" katanya tak percaya sambil menunjuk dadanya dengan jarinya.
"Ya. Bibi seharusnya tahu jika bibi akan menjadi pelindung baru. Dan bibi perlu belajar lebih banyak lagi, dan mulai menjadi pelindung Sanctuary ketika kami pergi ke Geoje"
"Aku tidak bisa melihat masa depanku sendiri dengan baik"
Yuri meletakkan tangannya di bahu Victoria.
"Tidak juga denganku. Dan aku menganggap itu sebuah berkah"
Selama dua hari sejak perang antara Goguryeo dan Jumong, Chanyeol dan dewan agung bertemu dengan Suho, Jongin dan Baekhyun. Berita datang dari seluruh dunia, bahwa banyak Goguryeo yang musnah dalam penyucian. Terlebih banyak lagi yang berhasil di transformasi menjadi anggota klan baru—Klan Jugoryeo.
Ada pula pertemuan lain, yang ini antara Baekhyun dan calon kakak-kakak iparnya. Ia langsung menyukai kedua pria itu bahwa Yixing adalah pasangan yang sempurna untuk Suho, begitu pun dengan Kyungsoo.
Baekhyun tahu bahwa ketika ia meninggalkan Sanctuary, ia meninggalkannya di bahu Victoria yang bisa diandalkan. Ia juga lega meninggalkan kakak-kakaknya dengan pasangan yang memcintai mereka. Ia bebas memasuki hidup barunya dengan Chanyeol tanpa keraguan dan penyesalan.
.
Di penghujung hari, sesaat sebelum rombongan Jugoryeo meninggalkan Sanctuary, Baekhyun berusaha mengembalikan pedang Sully di atas perapian di ruang kerja. Tetapi pedang itu jatuh dari dinding dan kembali ke tangannya. Hal yang sama terjadi ketika ia mencoba untuk yang kedua dan ketiga kalinya.
"Pedang itu kini milikmu" Jongin memberitahunya.
"Bawalah dia bersamamu" kata Suho. "Dan berdoalah kau tidak pernah harus menggunakannya lagi"
Yixing yang berdiri di belakang Suho, mengulurkan tangan dan meletakkannya di bahu kekasihnya. Yixing tidak mengatakan apa-apa. Dia tidak perlu. Baekhyun langsung melihat perubahan pada diri kakaknya, jiwanya melembut.
Chanyeol meletakkan tangannya di sekeliling bahu Baekhyun.
"Apa kau siap pergi?"
Dengan kilauan air mata di matanya dan gumpalan emosi di tenggorokannya, Baekhyun mengangguk.
Ketika mereka berbalik pergi, Suho berkata,
"Jaga mereka baik-baik"
Tanpa menoleh, Chanyeol mempererat pelukannya pada bahu Baekhyun.
"Kau mendapat janji tulusku"
.
Berjam-jam kemudian, ketika jet pribadi menerbangkan keluarga baru Jugoryeo dari Seoul menuju Geoje. Luhan tertidur nyenyak. Minseok terlelap dengan kepala berada di dada Jongdae. Dalam ketenangan yang senyap, ketinggian di atas Bumi, hanyeol menarik Baekhyun ke dalam sebuah pelukan dan ciuman.
"Kau tahu aku mencintaimu" kata Baekhyun. "Aku sudah mencintaimu sejak pertama kali bertemu. Selama bertahun-tahun ini dan setelah segala sesuatu yang terjadi... aku tak penah berhenti mencintaimu"
Chanyeol menyusurkan ujung-ujung jarinya di bibir Baekhyun dengan tatapan memuja. Tetapi ia tidak mengatakan sepatah kata pun. Baekhyun meletakkan tangan kanannya di atas jantung Chanyeol dan berkoneksi dengan pria itu.
'Aku takkan mengizinkamu membaca pikiranku, dan aku takkan mau membaca pikiranmu' Chanyeol memberitahunya.
'Tetapi lihatlah ke dalam diriku sekarang dan ketahuilah perasaanku'
Ketika Baekhyun berbalik dan meringkuk di sisi Chanyeol, Chanyeol melingkarkan lengannya di sekeliling Baekhyun dan memeluk pria itu dengan hangat.
'Kau milikku. Dan aku milikmu. Sekarang dan selamanya. Aku membutuhkanmu seperti aku membutuhkan udara yang kuhirup. Aku mencintaimu, Baekhyun-ku yang manis'
Mereka menyatukan kembali bibir dalam sebuah ciuman lembut, ketika Luhan terbangun.
"Uhh.." gumamnya.
"Hey sayang, kau terbangun?" tanya Baekhyun.
"Hmm.. di mana paman Minseok dan paman Jongdae?" kata Luhan.
"Mereka tidur di belakang"
Luhan segera turun dari bangkunya kemudian berlari kecil menuju ke bangku Minseok dan Jongdae.
"Paman Minnie..." Luhan menggoyangkan lengan Minseok .
Minseok terkesiap, begitu pun Jongdae.
"Lu, ada apa?" tanya Minseok.
"Hehe.. tidak." Luhan terkekeh.
"Kau merindukan paman ya?" tanya Minseok.
"Tidak juga"
"Lalu?"
"Aku hanya merindukan seseorang yang sudah ku tunggu bertahun-tahun"
"Huh?" Jongdae dan Minseok menyerngit.
"Siapa?" tanya Jongdae.
"Hai, Sehunnie, Suamiku. Hehe.. Baik-baik di perut Paman Minseok ya. Aku menunggumu" ucap Luhan. Tangannya mengelus perut Minseok.
"Apa?!" kali ini empat orang pria dewasa memekik dan saling berpandangan.
"Appa.. aku mengantuk" kata Luhan sebelum jatuh terlelap di dada Minseok. Meninggalkan empat pria dewasa yang sedang kebingungan
.
.
.
FIN
Panjang ya? Wkwk
Engak mau bilang banyak-banyak. Cuma mau minta maaf sebesar-besarnya, karena udate telat, php mulu. Wkwk. Ini udah selesai. Jadi aku enggak balas review, disini udah jelaskan? Aku harap tidak mengecewakan. Terima kasih atas banyak oknum yang mendukung semua ini. Kkk~ aku bingung mau ngomong apa. Untuk permintaan terakhir dalam ff ini dan hadiahnya, aku akan membuat sequel jika review mencapai 600. Dan setiap aku menyelesaikan 1 fanfic, aku akan open reques drable atau ff oneshoot semua pair. Crack pair juga boleh. Bisa PM, atau DM di IG : author_v, Add Line : vathena.
Dan rencananya aku akan merombak lagi The Last Blood dan tokohnya. Wkwk rada aneh kalau pakai Heechul.
Promote IG : ffzone
Terima kasih semua buat yang udah dukung, review, fav dan follow.
See you in next Fanfiction~
Love V