berawal dari diriku yang memaksakan kehendak untuk nulis Kekasih Sepenggalah dan belum nemuin feel dan alur cerita yang pas..

.

setelah tidur berkepanjangan bak kebo bunting, entah kenapa malah kepikiran cerita ini..

.

dan TARAAAA... jadilah story baru yang gak tau deh bakal disambut hangat apa nggak sama para readers huhuhuhuhu..

.

semoga kalian tertarik ya..

dan terima kasih untuk para pembacaku yg mau mereview dan mensupport seluruh cerita yang ku tulis..

.

untuk readers baru tak hentinya ku sapa "HAY!" welcome to whispers ya.. selamat menjelajahi storiesku.. dan terima kasih kalau mau mereview..

.

buat yang silent readers.. semoga tetep mendukung dan cepet2 bikin akun yaaa hihihi..

aku juga pengen kenalan sama kalian..

.

buat para haters yang selalu berkunjung.. makasih banyak yaa udah ngikutin perkembangan seluruh storiesku.. aku tau kalian cinta aku kok lalalala~~

.

naahhh selamat menikmati..

.

.

TABU

.

.

.

Ya Tuhan! Dia mengintipku! Ya, bocah itu memang mengintipku! Saat aku baru melepas handuk sehabis mandi. Aku tahu benar! Pasti dia! Kelebatan bayangan seragam putih-birunya, membayang dari balik kaca kamar tidurku.

Siwon. Bocah ingusan tetangga apartmentku yang baru duduk di kelas 3 SMP. Sedangkan aku? Aku Cho Kyuhyun, seorang wanita yang telah bercerai. Usiaku pun menginjak seperempat abad tahun ini. tetapi kenapa? Kenapa bocah kecil itu nekad mengintipku?

Apakah aku harus marah? Ah, tidak! Apa yang terjadi pada diriku? Aku tak merasakan kemarahan sedikitpun. Aku justru bingung dengan diriku sendiri. Ada apa ini? Entah mengapa, aku malah merasa senang ada bocah kecil mengintipku ketika aku sedang dalam keadaan polos tanpa selembar benang pun. Aku merasa tersanjung.

Arrggghh! Sungguh memalukan! Kenapa daerah kewanitaanku terasa gatal dan lembab memikirkan kejadian barusan? Apa yang terjadi padaku? Perutku yang mulai bergejolak, terasa aneh setelah perceraianku. Ini adalah rasa yang pertama kali ku alami setelah selama lebih dari 2 tahun aku tak pernah bersentuhan dengan lelaki. Keanehan ini terasa nikmat seperti mengalir dengan kuat dan tak terduga. Desiran aneh berawal dari puting payudaraku yang mengejang dan kini merambat ke sela-sela pahaku. Aku tak pernah terangsang sehebat ini. Ingin sekali rasanya ku selesaika saat ini juga.

Tapi ..tidak! itu sesuatu yang tabu bagiku. Lagipula aku harus segera bekerja. Aku tak ingin ambil resiko datang terlambat dan mengalami pemotongan gaji. Hell~ tak akan kubiarkan bos berkepala botak itu memakan secuilpun pundi-pundi uang yang susah payah ku kumpulkan selama sebulan. Segera ku pakai bajuku. Sepasang kemeja dan celana panjang dengan warna pink senada. Ku lekatkan sabuk berwarna vintage untuk memperlihatkan lekuk pinggulku. Yap! Inilah diriku. Hell~ kenapa aku terlihat begitu manis hari ini? hahaha.. Terkesan garing memang, tapi hal ini tetap tak bisa mengalihkan debaran jantungku dari peristiwa pengintipan barusan.

Sialan! Dia disana, berdiri dengan seragam khas putih-birunya. Badannya tampak kurus, dan makin terlihat kurus ketika sepasang kaki jenjangnya hanya dibalut selutut oleh celana birunya. Tungkai kakinya kering dan kecil. Sungguh khas anak-anak. Lihat kulitnya yang masih tampak cerah dan muda. Oh, aku sungguh iri! Keluhku. Jangan lupakan bola matanya yang berbinar polos. Bocah ini seperti sosok tak berdosa dan terlalu dini untuk mengetahui hal-hal berbau dewasa. Tapi siapa sangka? Barusan ia tertangkap basah tengah mengintip ke dalam kamarku. Memergoki ketelanjanganku entah untuk yang ke berapa kali. Yang ku tahu hanya kejadian barusan.

Aku mendekat, melangkah ke arahnya. Canggung sekali rasanya mendekati perilaku kriminal cilik ini. Aku belum memiliki keberanian untuk menginterogasinya. Aku malu, jika kalian tanya itu! Choi Siwon. Nama yang dapat ku baca dari nametag seragamnya. Kuperkirakan usianya kisaran 15 tahun. Ia tampak sangat tenang ketika aku berjalan mendekat ke arahnya. Lebih-lebih, wajah polosnya tersenyum ramah ke arahku.

"selamat pagi ahjumma cantik.. menunggu bus jemputanmu?" ujarnya ramah.

Sialan! Batinku. Santai sekali bocah ini. Apa ia tak tahu sudah tertangkap basah tengah mengintipku tadi? Sungguh licik! Mau tak mau kupaksakan untuk menyambut keramahannya sewajar mungkin.

"selamat pagi, Siwon. Kau belum berangkat sekolah?"

"sebentar lagi, ahjumma. Aku sedang menunggu teman menjemputku." Jawabnya tenang, matanya menatapku lamat-lamat.

Sialan! Beraninya bocah ini menatapku! Tapi aku tak bisa berlama-lama. Kecamuk di benakku terkalahkan oleh suara mesin bus jemputan yang sudah menungguku.

"baiklah, aku berangkat duluan ya." Kataku sekenanya.

"silahkan ahjummaku yang cantik!" tukasnya tanpa rasa malu ataupun berdosa. Sekarang, justru aku yang salah tingkah karena pagi-pagi sudah mendapat sanjungan dari bocah usil ini.

"trims, Siwon.. bye!" lagi-lagi aku kikuk sendiri.

"trims untuk apa ahjumma?" ujarnya sambil mencegat langkahku.

Aarrghhh! Sial! Aku dibuat mati kutu seperti ini. bagaimana bisa bocah kecil ini membuat wanita dewasa sepertiku mati kutu? Aku mendekatinya sekali lagi dan dengan gemas ku cubit pipinya.

"kau ini, sudah, cepat berangkat ke sekolah!" ujarku kesal. namun tiba-tiba kedua tanganku digenggamnya, dan ia balik memelukku.

"hehehehe, ahjumma cantik jangan marah, ya~"

Katakan aku gila. Aku tak bisa marah dengan perbuatannya barusan. Dan herannya, baru kali ini aku merasa akrab dengan seseorang setelah sekian lama. Walaupun itu hanya seorang bocah ingusan sepertinya. Tapi, cengkraman singkat pagi ini seakan memberiku semangat baru. Ku jewer telinganya, dan dia balik menggelitikku. Lalu pada saat yang tak ku duga, ia memelukku erat sehingga kepalanya menempel kuat di dadaku.

Hatiku bergemuruh. Dia bahkan lebih pantas jadi anakku, paling tidak adikku. Aku berusaha keras untuk bercanda sewajarnya. Layaknya seorang ibu kepada anaknya, atau kakak kepada adiknya, bahkan mungkin ahjumma kepada keponakannya. Adegan ini tentu menjadi perhatian tersendiri bagi para penghuni apartment yang melintasi lobi. Mereka tersenyum melihat canda-tawa kami. Kuharap mereka tidak berpikir yang tidak-tidak tentang kami yang berselisih usia cukup jauh.

Hell! Kenapa justru aku yang berpikir tidak-tidak? Karena.. arrgghh! Sengaja atau tidak, bocah ini sempat meremas bokongku. Kulitku meremang tiba-tiba dan aku merasa geli sendiri. Apalagi jika kuingat, tadi kepalanya sempat menempel lama di dadaku. Sekarang rasanya dadaku penuh sesak seakan ingin keluar dari kantungnya.

TIIIIINNNN...

Suara klakson bis jemputan kembali menyadarkanku. Aku harus cepat0cepat menjauh darinya.

.

.

Seharian aku terus teringat dengan kejadian di lobi. Gurauan-gurauan Siwon seakan membangunkanku dari tidur panjangku. Aku wanita yang telag bercerai lebih dari 2 tahun. Rasanya sangat sakit. Aku tak tahan berada di kota lamaku, sehingga ku putuskan untuk merantau ke Chun-an demi menghapus kenangan yang menyedihkan.

Pasca perceraian aku selalu menutup diri dari pergaulan, terlebih dengan lawan jenis. Aku mengisi hari-hariku dengan berkerja, senam, memasak dan merawat diri. Siapa tahu kelak aku bertemu jodoh yang lebih baik dari mantan suamiku. Bagaimanapun, aku harus punya pendamping hidup, kelak, memiliki anak, dan hidup bahagia selamanya. Aku tak boleh terpuruk pada kepedihan yang menyiksa. Tapi, apakah aku masih cukup cantik dan menarik, sehingga bocah ingusan seperti Siwon itu nekad mengintip dan menggodaku?

Benarkah aku masih cantik? Entahlah. Aku mendesah pasrah. Siapa tahu ia hanya iseng tadi. Tapi, apa maksudnya dengan meremas bokongku tadi? Apa tujuannya menempelkan kepalanya di dadaku? Sialan!

Aku berusaha menampik pikiran-pikiran konyol yang berkecamuk di kepalaku. Fokus kerja, Kyuhyun! fighting! Batinku.

.

.

Sepulang kerja, berbagai perasaan dan pemikiran aneh masih berkeliaran di benakku. Sampai-sampai di dalam kamar mandi, aku memandang lekat tubuh polosku melalui cermin besar. Benarkah aku masih cantik?

Ahh, belum ada kerutan. Ku raba payudaraku. Masih kencang dan berisi. Perutku juga tak berlemak. Lenganku ,masih mulus, dan wajahku? Entahlah. Aku jadi merinding jika teringat dia mengintipku. Tiba-tiba aku merasa ingin pembuktian. Aku harus membuktikan sendiri apakah aku masih cukup menarik atau tidak. Tidak peduli jika eksperimen ini harus ku ujicoba dengan bocah kecil seperti Siwon sekalipun.

Apa boleh buat, ini adalah kesempatan yang paling kecil resikonya dibanding aku harus membuktikannya pada lelaki dewasa. Bisa-bisa image ku jatuh, hohohoho! Kebetulan aku sedikit tahu dengan kebiasaan anak itu di sore hari. Biasanya sembari menunggu jemuran, ia membaca novel di tangga loteng. Apakah hari ini juga begitu? Kusibak tirai jendelaku dan mengintip keluar. Nice! Benar sekali, dia ada disana. Bedanya, hari ini ia seperti sedang melamunkan sesuatu.

Apa yang harus kulakukan sekarang? Bagaimana aku harus memulainya? Kepala cantikku mulai berpikir, dan, aha! Aku masih punya beberapa pakaian yang masih basah. Dadaku bergemuruh memikirkan rencana dan sensasi-sensasi aneh yang mulai menyelimutiku. Aku jadi ingin tampil menarik di hadapan bocah ingusan ini. segera kupilih baju terusan berbahan agak tipis dan pendek. Cukup seksi karena agak ketat dan memperlihatkan lekukan tubuhku. Aku sangat ingin melihat reaksinya nanti.

Siaal! Tiba-tiba kurasakan geli di bagian selangkanganku. Geli dan gatal ingin disentuh. Cairan seksku mengalir dengan sendirinya. Kenapa aku tiba-tiba basah? Aku ragu apakah rencana ini harus kuteruskan atau tidak. Tetapi hasratku makin menggebu untuk membuktikan dan melihat reaksi bocah itu. Toh aku hanya ingin melihat muka bodohnya! Lagi-lagi sisi lain dari diriku berusaha mencari alibi pembenaran.

Sekarang atau tidak sama sekali!

Kakiku goyah saat kulangkahkan menuju tangga loteng. Semakin mendekat ke arahnya, dadaku semakin bergemuruh. Semoga tak ada penghuni apartment yang tahu keadaanku saat ini. Seorang wanita, janda pula, dengan busana minim yang hanya cocok dikenakan di kamar tidur berjalan gontai menuju anak tangga di ujung lorong.

Ketika hampir tiba di dekatnya, tiba-tiba Siwon menoleh ke arahku. Tak kuduga, senyumnya mengembang, lebar, tampak sumringah sekali. Tetapi, saat langkahku makin dekat, mulutnya menganga dan mata hitamnya memandang lekat tubuhku, utamanya bagian dadaku. Aku merasa ditelanjangi.

"hey, Siwon! Kenapa melamun? Cepatlah menyingkir! Ahjumma ingin menjemur pakaian!" ucapku memecah kesunyian.

"n.. ne,, ah,, ahjumma.. silahkan" suaranya bergetar dan mulutnya makin menganga ketika aku menapaki anak tangga pertama.

"ck! Kau melamun lagi! Kau ini kenapa sih?" tanyaku kesal.

"ah, ti.. tidak! Silahkan ah.. ahjumma" suara itu masih sama. Bergetar. Aku terus melangkah hingga menapak ditangga yang sama dengannya.

"kenapa kau gemetaran, Siwon? apa kau sakit?" tanyaku sedikit kecewa. Mungkinkah ia takut akan kehadiranku?

"ti.. tidak ahjumma.. aku hanya terkejut.. ku kira ahjumma bidadari dari mana.." jawabnya. Ku lihat binar kepolosan dari dalam bola matanya.

Sialan bocah ini. bisa-bisanya dia menggombali wanita dewasa sepertiku! Bodohnya aku malah jadi salah tingkah. " uggh kau ini! kecil-kecil sudah pandai menggombal!"

"aniya! Itu benar, ahjumma! Ahjumma seperti bidadari yang turun dari kahyangan dan aku ingin menjadi kesatria yang menemukannya,, hehehe"

DEG!

Bukankah di kisah dongeng seperti itu kesatrianya juga suka mengintip? Batinku.

"jadi kau ingin menjadi pengintip yang mencuri selendang bidadari agar mau menikah denganmu?" aku langsung menohok dia.

"itu tergantung, ahjumma.." ujarnya lugas, tak ada keraguan sedikitpun.

"tergantung bagaimana?" aku jadi penasaran dan mengurungkan langkahku untuk menjemur pakaian.

"tergantung orangnya. Kalau orangnya cantik seperti ahjumma,, yaa memang pantas di intip" jawabnya terus terang.

Hah? Beraninya bocah ini bicara seperti itu padaku! Tapi anehnya tak ada sedikitpun kekesalan melekat di benakku. Sebaliknya, perasaanku malah berbunga-bunga sekarang.

"ahh, ahjumma.. pipimu memerah! Suka ya?" celetuknya. Tatapannya serasa mengulitiku.

Beraninya bocah ini! siapa yang mengajarinya bertingkah seperti itu? Batinku. "eh, suka apa?" sahutku agak gemetar.

"suka diintip! Hehehhe" jawabnya terus terang.

Hatiku berdegup kencang, lebih kencang dari sebelumnya. Terjawab sudah pertanyaanku pagi tadi. Bocah ini memang pengintip! "ja.. jadi.. kau suka mengintip ya?" posisiku masih sejajar dengannya, berdiri saling berdekatan di tangga se sempit itu.

"bukankah sudah kubilang, tergantung siapa dulu orangnya," jawabnya lagi sambil tersenyum simpul menatap lekat ke mataku.

Sialan kau, Choi Siwon! berani sekali dia bicara menjurus seperti itu. Dan mata itu, tak henti menjelajahi seluruh tubuhku, bahkan menatap langsung mataku. Anehnya aku justru merasa salah tingkah dipandangi seperti itu. Aku tertunduk, tak berani menatap matanya. Bulu romaku meremang, pucuk dadaku serasa menegang, dan desiran aneh di selangkanganku kembali terasa. Betapa malunya aku saat ini, dijahili oleh bocah licik sepertinya. Aku merasa tidak kuat lagi untuk berdekatan dengannya, terlebih mendengar ucapan-ucapan mesum yang keluar dari bibir jokernya. Kuputuskan untuk meninggalkan Siwon dan berpura-pura tak peduli. Kulangkahkan kakiku gamang. Satu persatu anak tangga kunaiki dengan goyah. Celakanya, pada anak tangga teratas, angin kencang dengan tidak elitnya menyibak gaunku dari bawah.

Wuuusshhhh!

Cepat sekali. Tak sempat ku tahan bagian bawah bajuku agar tak berkibar-kibar. Aku kerepotan sendiri, karena tanganku sedang membawa seember jemuran. Kuharap bocah itu tak mengetahui kejadian barusan. Bisa malu aku dibuatnya.

Malang memang tak dapat ditolak. Dari bawah, Siwon bahkan sedang asyik berjongkok melihat adegan bajuku tersibak angin. Wajahnya tersenyum penuh arti tanpa rasa malu sedikitpun. Dengan cepat aku melangkah menuju loteng agar segera mengakhiri penderitaanku.

Tapi anehnya, angin ajaib itu seakan terus mengejarku. Bahkan ketika berada di loteng pun bagian bawah bajuku terus tersingkap ditiup olehnya. Aarrrggghhh bocah tengik itu pasti kegirangan! Senyumnya? Ya Tuhaaan itu bukan senyuman bocah belia.. itu senyuman serigalam..

"ahjumma!" Siwon berteriak dari anak tangga. "aku tak perlu mengintip lagi! Sudah kelihatan, tuh.. pink!" serunya.

Duuuh malunya aku! Pipiku terasa terbakar api. Jantungku berdetak kencang. Bocah itu jadi tahu warna celana dalamku. Tapi berani sekali di menggodaku seperti itu!kurang ajar! Aku marah sekaligus meremang karena keadaan itu. Celanaku kian terasa basah dan kurasakan sakit di putingku yang mengejang. Kenapa begini? Kenapa setelah kejadian memalukan ini aku malah jadi begini?

Entah bisikan darimana, mendadakan terlintas keinginan agar Siwon bisa melihat lebih jelas lagi bagian badanku yang mungkin jarang ia lihat. Aku tak berusaha membenahi pakaiannya yang masih tersingkap. Aku justru berpura-pura sibuk menjemur pakaian. Entah kekuatan darimana, seolah ada yang memaksaku untuk memamerkan bagian tubuhku di hadapan Siwon. Aku mengininkan dia melihat tubuhku lebih jelas lagi. Aku ingin dia mengintipku atau apapu itu! Aku ingin mendengan komentarnya tertang tubuhku.

Wuuuuuussshhhh!

Angin terkutuk itu datang lagi. Menyingkap lebih ke atas baju terusanku, tapi aku tak lagi berusaha untuk menahannya. Ku biarkan saja angin iseng itu. Dan saat aku menoleh ke lorong anak tangga, ia benar-benar ternganga. Matanya tak berkedip sedikitpun dan hatiku berdegup makin kencang. Seluruh pori-pori tubuhku makin melebar dan mengembang, badanku terasa makin sensitif. Aku mulai menikmati adegan seksiku di depan bocah belia ini. Tak bisa kupungkiri, aku senang melakukan ini. ada kenikmatan tersendiri yang susah kuungkapkan dengan kata-kata. Sekali lagi ku tolehkan kepalaku menatap ke lorong anak tangga.

Kemana dia? Siwon sudah tak nampak di bawah loteng. Kemana perginya bocah ingusan itu? Ughh kenapa aku merasa kecewa karena tahu Siwon sudah tak lagi menontonku? Hatiku terasa hampa.

"ahjumma" aku terkejut mendengar suaranya memecah lamunanku. "ahjumma sangat cantik!" suaranya terdengar berat dan berada di belakangku, jaraknya terasa sangat dekat.

Ku tolehkan kepalaku. Astaga! Ternyata benar, dia dibelakangku. Entah sejak kapan. Mungkin karena aku terlalu sibuk membanggakan diri sehingga tidak menyadari pergerakannya.

"kau ini, pandai sekali memuji" ujarku sekenanya.

"aku bicara apa adanya. Ahjumma memang sangat cantik!"

Kurasa ia berkata jujur. Matanya menatapku lekat, tanpa ragu. Tiba-tiba, dengan berani dia mendekat kearahku. Kudengar suaranya bergetar lirih,

"ahjumma, bolehkah aku meminta sesuatu?"

"a- apa itu?" tiba-toba aku merasa cemas sendiri dengan pertanyaannya.

"aku minta cium, ahjumma?" katanya lugas.

HELL! Aku benar-benar terkejut dengan permintaannya. Jujur, aku tak tahu harus bagaimana. Ada perasaan iba jika aku tak mengabulkannya. Wajah itu terlalu polos dan seakan meratap kepadaku. Sama sekali tak ku duga akan menjadi seperti ini.

"kenapa, Siwon? kenapa kau meminta seperti itu?"

"karena ahjumma sangat cantik! Aku menyayangi ahjumma sejak awal bertemu dulu"ujarnya mantap.

Mendengar jawabannya aku terkejut bukan main. Tak kusangka ia benar-benar mengagumiku. Pipiku memanas. Mata hitam itu tak pernah lepas menatap langsung kedua bola mataku. Aku tak berani berlama-lama beradu pandang dengannya. Karena takut mengecewakan hatinya, aku mencoba menawar,

"ta- tapi, tutup mata ya?"

"tidak mau. Aku ingin seperti yang di film-film. Ahjumma saja yang memejamkan mata!" balasnya tak kalah cerdik.

"hhhhh" aku mendesah. "baiklah, aku penuhi permintaanmu. Tapi ingat! Hanya cium di pipi, kau mengerti?!"

Siwon terlihat ragu. Tanganku tiba-tiba digenggamnya erat, seakan takut kalau aku akan menjauh darinya. "baiklah" ujarnya lesu.

Perlahan kakinya berjinjit, lalu tangannya memelukku erat. Saat wajahnya mendekat ke pipiku, entah mengapa tanpa kusadari mataku terpejam, seperti menanti ciuman seorang kekasih.

Sial! Mendadak kurasakan nafasku tersengal ketika tangannya turun ke arah pantatku, menekannya disitu, kuat, membuat badanku berhimpitan dengannya. Kurasakan nafasnya yang panas menderu di pipiku. Entah bagaimana, badanku terasa geli semua. Dan ketika bibirnya menempel di pipiku, aku lemas bukan main.

Ini bukan ciuman di pipi! Batinku.

Ini.. ini seperti endusan hewan liar yang hendak melumatku bulat-bulat. Siwon, ia tak sekedar menyentuhkan bibirnya di pipiku, tetapi mengendus-endusnya, dan mengusap pipiku dengan bibirnya. Lalu, entah bagaimana mulanya, tiba-tiba bibirnya telah memagut bibirku. Lidahnya cepat sekali menelusup ke dalam mulutku dan menyentuh lidahku.

God! Panas sekali lidahnya. Badanku kian lemas, jiwaku seakan melayang, larut ke dalam belitan lidahnya yang menyentuh langit-langit mulutku. Sudah lama sekali aku tak merasakan sensasi ini. kusadari ini salah! Ini tak boleh! Tapi bocah licik ini? mengapa ia begitu pandai membenamkanku ke dalam sensasi yang menggelitik seluruh pembuluh syarafku.

Oh, God! Dia meremas bokongku, lembut sekali. Tangan kecilnya meremat dan mendempetkan tubuhku padanya. Selangkanganku terasa gatal dan kian basah. Oooh tak boleh! Bibirnya merangsek ke leherku, menjilatnya rakus.

"euughh" apa aku melenguh? Dia menyedoti leherku. Bagaimana ini? geli sekali rasanya. Aduhh, bokongku terus diremasnya dengan gemas. Rahimku mulai berkedut. Kurasa cairan kewanitaanku mulai memancur, mengairi relung-relung kewanitaanku. Tuhaan! Gelinya.. ahhh bocah ini...

"Siwonhh.. stop.. please.. ehhh.. sudah.. sudah!" aku memelas agar ia mau berhenti mencumbuku. Aku tak mau keterusan. Aku sudah hampir menggapai puncak ketika bocah ini terus mencecar leherku, bibirku, bahkan kakiku terasa lemas dan tak kuat menopang tubuhku. Tapi Siwon tak mendengar permohonanku. Ia terus mencumbuku dan menyedot kuat bagian leherku. Dan tangannya.. ya Tuhan! Tangannya mulai menyingkan baju terusan di bawahku dan meremasi bokongku.

"eegghhhh... Siwon! cukup.. Siwonhh" aku merintih, memintanya agar berhenti. Tangannya menyusup ke sela-sela pahaku. Aku tak ingin meledak di depan bocah ini. nafasku tersengal, tubuhku makin gemetar ketika tangan itu makin nekad mengusap permukaan celana dalamku. Arrgghh! Malu sekali rasanya.

"ahjumma,, kau sangat basah" bisiknya serak di telingaku. Sialan! Objeknya kini berpindah ke telingaku. Digigit dan dijilatnya dengan gemas telinga kiriku.

Sialan! Dia masih 15 tahun kan? Tetapi jarinya begitu mahir menekan dan menggesek permukaan selangkanganku yang basah dan mulai merembes sampai ke paha. Aku marasa tak sanggup lagibertahan ketika jarinya mendapatkan klitorisku. Aku goyah dan meledak. Cairan seksku mengalir deras, mengairi relung kewanitaanku yang lama kering. Benar-benar tak terperikan rasanya. Sudah begitu lama. Seiring getaran tubuhku yang masih tak bisa ku kendalikan, jiwaku terasa melayang. Kesadaranku berganti rasa indah, nikmat yang menjalar kemana-mana.

Siwon masih saja mencumbuku dan merangsangku sepenuh jiwa. Ia bahkan tak menyadari jika wanita dalam dekapannya ini sudah merengkuh puncak tertinggi birahi manusia. "Siwonhh.. sudah.. cukup.." aku memohon agar ia berhenti. "hentikan Siwonhh.." aku meminta lagi. Tapi ia tak bergeming, tangannya makin liar bergerilya menyusup di dalam celana dalamku dan mengocok mengusap-usap klitorisku secara langsung. tidak hanya itu, ia menyeret tubuhku ke sudut loteng yang agak gelap. Lalu tangannya menyingkap ke atas baju terusanku sebatas dada. Kantung braku disingkapnya ke atas, membuat kedua payudaraku yang menggembung menantang angkuh tepat di depan wajahnya.

Oh, God! Maafkan hambamu ini! Bocah ini benar-benar di luar dugaan. Aku terlalu meremehkannya. Mulut itu dengan rakus meraup payudaraku yang menggantung bebas tanpa kain penutupnya. Tubuhku makin lemas menahan rangsangan yang kembali bergelora. Lututku gemetar karena payudaraku terlumat dengan buasnya. Anak ini benar-benar.. terlalu pandai mencumbu dan membangkitkan apiku yang telah lama padam. Aku tak tahan lagi. Ini sudah di luar batas kemampuanku. Baju terusanku makin disingkapnya. Aku benar-benar seperti telanjang bulat di hadapannya. Ini tak baik, pikirku. Aku tak mau ia menganggapku murahan dengan membiarkannya berbuat seenaknya. Bagaimanapun aku masih punya harga diri.

Akankah aku membiarkan dia begitu saja menjahili tubuhku di loteng yang terbuka begini? Benar-benar tak bermartabat rasanya. Aku harus melawan. Aku harus memberontak! Tapi bagaimana caranya? Tubuhku saja tengah menggelepar, terkungkung di bawahnya.

Siwon, ia melorotkan celana pendeknya, hingga dapat kulihat benda yang tak asing lagi. Siwon menerjang tubuhku hingga telentang di lantai yang dingin. Ia melumatku lagi. Bibirku, payudaraku. Aku tak bisa, tapi,

"ugghh.. akkhhh Siwonhh" ini terlalu nikmat. Tapi, pelacur sekalipun tak mau melakukannya di tempat seperti ini. aku mendorong tubuh Siwon agar menjauh, tapi lagi-lagi aku gagal. Karena bak kerasukan setan, ia terus mencumbuku dengan buas. Aku tak bisa berkutik. Harga diriku menentangnya, tetapi tubuhku menginginkan lebih.

God! Tolong aku!

"aahhhh" ku rasakan mulutnya melumat payudara kiriku, lidahnya yang basah dan hangat menyapu putingku hingga benda kenyal itu mengeras tak tertahan. Siwon terus mencucupi dan menjilatinya sambil sesekali menjepitnya gemas dengan gigi-giginya. Aku pun mulai menggelinjang nikmat. Apalagi sambil menjilat, ia juga meraba dan meremas-remas payudara satunya.

"ugghh aahhh Siw... ohh.. eemmhh" aku semakin merintih menerima perlakuannya. Puting dan gundukan payudaraku sudah basah oleh air liurnya.

Saat sedang asyik-asyiknya mencumbu payudaraku, tiba-tiba kudengar suara berat terbatuk dari bawah loteng.

DEG!

Siwon terlonjak kaget dan melepaskan pagutannya dari payudaraku. Tak kusiakan kesempatan ini. ku dorong tubuhnya untuk beranjak dari tubuhku. Dengan cepat kubenahi braku yang tersingkap dan bajuku yang ditariknya sampai sebatas dada. Celana dalamku ternyata sudah turun ke paha. Dengan cekatan kupasangkan kembali meski tak rapih. Tak apa, yang penting siapapun yang berada di bawah tak boleh menangkap basah diriku dalam keadaan seperti ini. Memalukan sekali!

"Siwon, ada yang datang!" bisikku lirih. Ketakutanku memberiku kekuatan lebih. Aku segera berjingkat menjauhi Siwon yang juga tergesa mengenakan kembali celananya. Dengan segala tekad, aku berlari menuruni tangga. Tak kupedulikan siapa yang terbatuk tadi.

Aku terus berlari menuju kamarku dan menguncinya. Kulepaskan seluruh pakaianku di kamar mandi. Ku telisik tubuhku di depan cermin. Dadaku, leherku, pundakku, selangkanganku, hampir semua penuh dengan bekas gigitan Siwon.

Ya Tuhan! Memalukan sekali. Walaupun tak bisa ku pungkiri, betapa diriku terbebaskan dari dahaga yang berkepanjangan. Membayangkan Siwon yang masih ingusan itu rasanya benar-benar tak masuk akal jika dia yang kukira masih hijau nyatanya berhasil mengecohku, bahkan memberikan sesuatu yang luar biasa. Rasanya mustahil jika ia sering melakukannya. Kepada siapa? Bagaimana caranya? Mengapa ia begitu piaway memanjakanku?

Ah, aku jadi pusing dibuatnya. Aku segera melangkahkan kakiku menuju bathup. Merendam diri untuk menghilangkan semua kebingungan yang berkeliaran di benakku.

.

.

well, how how how?

kalau berminat dan disambut hangat ini cerita bisa dilanjut di satu atau dua chapter berikutnya ^^

ditunggu pendapatnya..

kiss bye~