I Love You

Pair : Park Chanyeol x Byun Baekhyun

Summary : [Twoshoot! 1/2]

"Byun, aku mencintaimu." kata Chanyeol dengan tatapan serius.

"Bohong." kata Baekhyun.

"Memang."

.

.

.

NOW

.

.

.

Hari ini hari biasa. Tidak ada yang istimewa atau pun menarik di pagi hari ini. Yang ada hanya Luhan yang tersedak kimbabnya, dan Xiumin harus menepuk punggung Luhan keras-keras hingga kimbabnya itu bisa jatuh ke kerongkongannya.

Pelajaran hari ini juga masih seperti biasa. Sejarah, tidak menyenangkan. Kuno, dan bikin mengantuk.

Oh! Tapi ada satu hal yang aneh sekaligus menarik! Park Chanyeol berbicara kepadanya di akhir pelajaran.

"Temui aku di ruang olaraga basket setelah makan siang." bisik Chanyeol halus di telinga Baekhyun.

Dan sekarang Baekhyun bingung. Ia ragu-ragu untuk datang, tapi juga penasaran.

Ia, Xiumin, dan Luhan sedang beranjak turun dari Ruang Kelas menuju Kantin untuk makan siang. Kedua sahabatnya itu sedang bermandi keringat, peluh menuruni dahi mereka. Sudah sangat jelas bahwa mereka habis latihan sepak bola - baekhyun tidak tertarik dengan permainan seperti itu.

"Bagaimana latihannya tadi?" tanya Baekhyun basa basi.

Xiumin menoleh, "Lumayan! Semakin bertambah bagus. Kami berlatih terus sejak minggu kemarin. Jam 6 pagi satu tim sudah bangun. Sudah dipastikan kita akan memenangkan perlombaan antar sekolah nanti." kata Xiumin panjang lebar.

Luhan, hanya mengangguk-angguk saja. Ia sedang sangat mengantuk gara-gara tadi pagi dibangunkan xiumin jam 5! Mungkin gara-gara itu ia jadi tersedak kimbabnya sangking mengantuknya

"Dan ingat apa yang terjadi saat SMA kita melawan SMA Daegu?" seru Xiumin bersemangat.

"Oh jangan lagi," Baekhyun dan luhan mengerang bosan.

"Kita menang dengan nilai selisih poin yang jauh! Bla - bla - bla" Xiumin menyeringai bangga. "Iyakan, guys?" tanya Xiumin masih meyeringai bangga.

Baekhyun Luhan mengangguk, mereka sudah hafal kalimat yang diucapkan Xiumin, ini sudah ke berapa puluh kali Xiumin menceritakan tentang pertandingan bola mereka dengan SMA Daegu. Mereka memang menang, tapi Baekhyun rasa cukup sekali saja memceritakannya.

Kantin saat ini sudah lumayan penuh. Makanan-makanan sudah banyak disediakan. Xiumin yang penciumannya berubah tajam saat berurusan dengan makanan, mengendus-endus. Apalagi ada aroma Bakpao! Lengkap sudah.

Kyungsoo - teman mereka yang beda kelas - sudah menyantap 3 potong ayam goreng. Belakangan ini nafsu makannya bertambah, mungkin gara-gara masuk ekskul memasak - maaf, tidak ada hubungannya ya?

"Hayyh bahekhch' hyuhhn," sapa kyungsoo dengan mulut penuh makanan.

Baekhyun tertawa geli melihat Kyungsoo. "Telan dulu saja, Soo,"

Setelah menelan sisa makanannya, Kyungsoo memandang Baekhyun. "Kau tahu Baek! Aku sangat sangat dan sangat kelaparan. Pelajaran Kimia sungguh membuat perut dan kepala mengamuk."

"Memang. Untung aku tidak ada kimia hari ini."

Acara makan siang tidak berlangsung lama. Luhan, Xiumin, Kyungsoo kembali menyantap makanan mereka seperti tidak makan 2 tahun. Faktor sepakbola dan kimia memang cukup menguras tenaga.

Semua sudah siap memakan habis makanan mereka.

"Ehm, ngomong-ngomong. Aku harus ke perpustaakaan dulu," dusta Baekhyun Ia memutuskan untuk menemui Chanyeol. Jadi berbohong sedikit tak apa kan?

"Oke, kita temani." sahut Luhan segera.

Baekhyun membelalak. "Tidak usah!" serunya. "Mmm - maksudku kalian pasti bosan. Lagipula aku akan sangat lama disana."

"Oh, yasudah." kata Luhan sambil menguap. "Aku juga kekenyangan."

"Bye, Baek..." seru Xiumin sambil melambai kan tangannya

"Bye," Baekhyun melambai kearah mereka. Ia berjalan mundur untuk memastikan mereka sudah menghilang. Kemudian ia cepat cepat berlari ke ruangan basket.

Baekhyun mengintip dari salah satu celah di pintu. Tidak kelihatan apa-apa. Ia menghela nafas, benar apa yang ia pikirkan. Pasti Chanayeol cuma mengerjainya lagi.

"Apa kau hanya akan berdiri diluar?"

Baekhyun terlonjak.

Hati-hati ia membuka pintu. Sosok pria berambut merah menyambutnya. Chanyeol sedang duduk disalah satu meja sambil menyilangkan kaki.

"A-apa yang kau mau?"

Chanyeol melompat turun dari meja itu. Ia berjalan kearah Baekhyun dengan gayanya yang arogan.

"Kau harus bersumpah tidak akan memberi tahu siapapun."

Baekhyun memandang mata Chanyeol dengan penasaran. Dan tak terduga kata yang keluar dari mulutnya, "Sumpah." Ia bahkan tidak memercayai dirinya sendiri.

Chanyeol tersenyum sinis. "Aku butuh bantuanmu." katanya. "Tentang cinta."

Baekhyun tidak sepenuhnya percaya dengan apa yang Chanyeol barusan. Cinta? Kenapa harus aku?

Seakan menjawab pertanyaannya, Chanyeol memecahkan keheningan. "Karena kau kelihatannya bisa dipercaya." Sebelum Baekhyun berkata apa-apa lagi, Chanyeol nyerocos. "Maksudku coba lihat. Aku tidak mungkin bercerita seperti itu dengan Kai dan Sehun. Yang ada aku di ketawahi seminggu penuh. Pilihannya cuma kau."

Baekhyun masih tercengang. Tapi kemudian ia berkata, "Lalu?"

Baekhyun menghela nafas panjang, "Jadi begini. Aku akan berkata ke seorang kalau aku mencintainya malam ini. Tapi aku- tapi,"

"Kau tidak punya keberanian untuk bilang ke dia?" tebak Baekhyun.

"Bukan! Tepatnya, eh.. tepatnya aku tidak siap," Chanyeol menggaruk kepalanya. "Tapi aku sudah bertekad ini akan kukatakan,"

"Well, kau katakan saja padanya." Aku masih belum percaya aku disini bersama Park Chanyeol - seorang yang selalu mengerjai ku - kemudian kami membicarakan tentang cinta. pikir Baekhyun... Ia bahkan tidak percaya ia bisa begitu santainya ngobrol dengan dia.

"Ini tidak semudah itu tahu?" tiba-tiba Chanyeol meledak. "Kau kira bagaimana? Ini masalah hidup dan mati."

Baekhyun memutar bola matanya. "Kau harus tenang dulu, dan bilang kepadanya sejujurnya. Tenang saja,"

"Tapi tetap- bagaimana kalau latihan saja?"

"Hah?"

"Latihan. Kau dengar aku, Byun." desis Chanyeol tidak sabar.

"Ehh... ya sudah," ujarnya Baekhyun ragu-ragu.

"Oke." Chanyeol menutup matanya. Ia membuka mata dan berkata, "Aku mencintaimu."

Baekhyun hampir tertawa terbahak-bahak melihat wajah Chanyeol. Tapi ia melihat tatapan tajamnya. "Emh, menurutku kau santai saja. Kau terlalu kaku tahu?"

Chanyeol mendesah tidak nyaman. Ia mengulang lagi, kali ini lebih santai. "Aku mencintaimu,"

"Oke. Itu lebih mending."

"Sekarang, kau harus merespon." perintah Chanyeol seenaknya.

"Apa? Tidak mau! Itu kan sudah cukup! Kau sudah cukup bagus kok," protes Baekhyum malas.

"Harus. Kau. Harus. Merespon." Chanyeol melayangkan pandangan kau-harus-melakukannya-atau-kau-mati.

Baekhyun baru akan memprotes lagi ketika ia akhirnya berkata. "Baiklah. Sekali saja!"

"Aku mencintaimu,"

"Aku juga."

"Byun Baekhyun! Jangan kaku begitu! Aku ingin respon bagus, yang menyenangkan."

"Seperti apa? Kau ingin aku memelukmu begitu?" Baekhyun membuat suara muntah dengan kesal.

Chanyeol tampak berpikir. "Sebetulnya itu respon yang bagus. Tapi aku tidak mau disentuh oleh mu, sih."

Wajah Baekhyun berubah masam. "Aku juga tidak mau disentuh olehmu!"

"Oke, kita ulang sekali lagi."

Baekhyun mendengus. Lama-lama ia jadi bosan, dan tidak ada gunanya ribut lagi dengan Chanyeol. Mendingan ia menghemat suaranya untuk mehafalkan rumus kimia daripada adu mulut dengan Chanyeol.

Chanyeol memejamkan matanya. Ia membuka mata, membuat Baekhyun terkesiap. Tatapan Chanyeol saat itu adalah tatapan cinta, menyayangi. Tatapan aneh, yang membuat Baekhyun berdebar-debar. Chanyeol pasti sangat menyayangi seseorang itu, ia bisa mengubahnya menjadi seperti ini.

"Baekhyun," kata Chanyeol serius. "Aku mencintaimu."

"Bohong."

"Memang," Chanyeol memutar bola mata. "Kau kira beneran? Lagipula aku bilang respon bagus kan?"

Wajah Baekhyun memerah. Pipinya memanas. Bodoh! Dasar bodoh kau Baekhyun. Jawaban yang sangat fantastis Baekhyun. Fantastik. Sungguh menabjubkan. Ha-ha.

Chanyeol memandang Baekhyun dengan tatapan aneh, "Jangan-jangan kau benar-benar mencintaiku lagi."

"Jelas tidak!" sergah Baekhyun agak terlalu cepat.

Chanyeol menyelidiki wajah Baekhyun. Ia geli sendiri melihat wajahnya sekarang: Pipinya memerah seperti tomat, bibirnya ia gigit, wajahnya kelihatan gugup dan malu, tangannya bergerak-gerak tidak nyaman disampingnya. Chanyeol pun tertawa terbahak-bahak.

Baekhyun menatap Chanyeol tajam. Ia merasa pipinya memerah lagi. Ketika ia melihat Chanyeol memunggunginya, ia bergegas menepuk-nepuk pipinya. Jangan memerah, jangan memerah. harapnya.

Ia berusaha mengontrol pipinya agar tidak memanas dan memerah. Dengan kesal, Baekhyun menampar-nampar pipinya sendiri agar tidak merah lagi.

"Kau ngapain sih?"

Secepat kilat Baekhyu berhenti menampar-nampar pipinya. "Ti- tidak."

Chanyeol terlihat geli melihat wajahnya yang memerah tidak nyaman. "Oke, ulang sekali lagi."

"Aku mencintaimu," Chanyeol tersendat. "Baekhyun."

"A-aku juga," Baekhyun berdeham kecil. "Chanyeol,"

"Oke." Chanyeol bergegas turun dari meja yang ia duduki dan melangkah ke pintu. "Kau tahu?"

"Apa?" tanya Baekhyun berusaha tidak terlalu peduli.

"Aku tidak akan memberi tahu dia."

Baekhyu melotot tidak percaya. "Apa? Lalu daritadi kita sia-sia berbi-"

"Aku sudah mengatakannya."

Lalu Chanyeol berbalik keluar. Baekhyun masih memandang pintu didepannya.

"Dan dia menjawab 'aku juga, chanyeol'"

"Dan aku tinggal memintanya menjadi kekasih ku, besok mungkin, atau lusa ya?"

Kalau begitu - dari tadi? Yang terakhir itu - ? Sejak tadi Chanyeol mengatakan bahwa - CHANYEOL MENCINTAINYA BEGITU?

"CHANYEOL APA MAKSUDMU?"

.

.

.

.

.

.

TBC [1/2]

.

.

FF ini udah lama sih aku post di wattpad, baru berani post di ffn hehehe~

Tinggal satu chap lagi~ kalau banyak yg review bakal ku post secepatnya~

Jangan Lupa Review ya!