Bad Dog

.

.

.

Park Jimin memang berandal. Sangat nakal, menyebalkan, pembangkang, dan sialan. Tapi kehadiran Yoongi merubah segalanya. "Kau tau, Park Jimin? Aku sangat menyukai anjing, tapi aku tidak memilikinya. Karena kau menjadi tanggung jawabku, aku akan menjadikanmu anjingku. Maka jadilah anjing yang baik!"

.


.

Cast = Park Jimin, Min Yoongi, Kim Taehyung, Jeon Jungkook

Rated = M

Warn! Banyak adegan kekerasan dan banyak umpatan kasar yang di bawah umur tolong jangan maksa baca BDSM! Submissive!Jimin Dominant!Yoongi

.


.

Happy Reading {}

.


.

"Polisi sialan!"

Jungkook menginjak pedal gas mobil yang dikendarainya kencang, membuat kecepatan mobil itu bertambah. Jimin hanya tertawa di kursi penumpang. Terasa begitu santai, tak merasa cemas dan panik seperti apa yang Jungkook lakukan.

"Ayolah, Kookie~ itu hanya polisi. Kemana jiwa sialanmu itu, huh?" Jimin mengejek. Tidak merasa heran sama sekali saat melihat Jungkook yang biasanya tenang bisa sepanik ini.

"Kau tidak mengerti, bodoh! Dia bukan polisi sembarangan! Aku paham betul mobilnya!" Jugkook membelokkan mobil itu pada jalan kecil. Mengumpat kesal saat ditemuinya itu adalah jalan buntu. Memundurkan mobilnya, mencoba mencari jalan keluar. Keberuntungan tidak berpihak pada mereka saat melihat yang dihindarinya sudah berdiri tegap di balik kemudi itu.

"Sial, Park Jimin! Pikirkan jalan keluar!"

Jimin terdiam. Padaha Jungkook tahu kalau Jimin itu bodoh, tidak pernah memikirkan jalan keluar yang tepat. "Kita menyerah saja,"

"Apa?!" Jungkook melotot. Jimin memang bodoh!

"Lari saja. 1, 2, 3!" Lalu Jungkook berlari secepat kilat. Meninggalkan Jimin yang masih berdiri seperti orang bodoh di sana. "Lari, Jimin bodoh!" Teriaknya, tapi Jimin tetap diam.

"Ekhm. Larilah semakin jauh Jeon Jungkook, dan kau akan kehilangan sebelah kakimu!" Suara berat itu mengagetkan Jungkook. Sekarang dia bingung, memilih lari dengan kaki satu, atau memilih tertangkap tapi tubuhnya utuh? Dia menghembuskan napas kesal. Memilih tertangkap. Lagipula Jimin juga tertangkap bersamanya. Yah yang penting dia tidak menderita sendirian.

Park Jimin dan Jeon Jungkook. Dua berandal parah yang sering menyusahkan polisi dan meresahkan masyarakat Busan. Menyetir sembarangan, mencuri, menhancurkan kota, dan hal buruk lainnya. Dua orang sialan yang sulit tertangkap polisi karena gerakan yang gesit dan handal. Tapi sekarang mereka berdua tertangkap dengan menyedihkan oleh polisi tampan bernama Kim Taehyung itu.

"Ya ya! Kau mendapatkan kami, polisi sialan!"

Taehyung tertawa. Mengisyaratkan mereka berdua untuk mendekat sambil menodongkan pistol kelas tingginya pada kedua pemuda itu. Mengambil dua pasang borgol di sakunya dan memerintahkan anak buahnya untuk menangkap mereka berdua.

Jimin menyeringai. Dia memang bodoh, tapi tentu saja dia berandal yang handal. Polisi bodoh itu tidak akan bisa menangkap dirinya dan Jungkook semudah itu. Mengeluarkan senjata dari celananya, lalu menembak semua polisi itu. Tidak pada badannya, hanya di kaki untuk melumpuhkan mereka.

Jungkook tertawa senang. Segera menaiki mobil polisi dengan Jimin dan mengendarainya dengan cepat untuk lari dari sana.

"Argh sial! Dua berandal itu..." Taehyung menggeram. Merasa bodoh saat tanpa curiga mengira mereka benar-benar menyerah. Dia mengambil ponselnya dan mebghubungi seseorang.

"Halo, Yoongi hyung?"

"Ada apa?"

"Aku butuh bantuan hyung. Beberapa anak buahku terluka dan mobil dinas dicuri. Pelakunya Si bangsat Park Jeon itu."

"Yah, kau bodoh sekali, Taehyung! Kenapa bisa begitu? Mereka hanya berdua, dan kalian banyak!"

"Mereka punya senjata tajam, hyung! Aku belum bersiap saat mereka menyerangku mendadak!"

"Hahh... bodoh sekali. Akan kukirimkan bantuan."

"Terima kasih, hyung!"

.

.


.

.

"Jadi bisa jelaskan padaku, Kim -bodoh- Taehyung?" Yoongi mengangkat sebelah alisnya. Menatap Taehyun tajam, mengintimidasi.

"Sudah kujelaskan tadi di telepon hyung. Lebih baik kau lacak keberadaan dua bedebah kecil itu."

Yoongi menghela napas. Sungguh, ia malas sekali menangani kasus ini. Belum ada satupun polisi yang sanggup menangkap dua pemuda itu. Bahkan sekarang, seorang Kim Taehyung yang setingkat dengannya malah terluka saat menjalani tugasnya menangkap berandalan itu.

Yoongi membuka komputernya, melacak keberadaan mobil dinas yang dicuri. Sedikit lama mengingat itu mobil dinas pribadi yang sebenarnya tidak untuk dilacak.

"Nah, mereka berada di daerah X. Aku akan kesana."

"Apa aku perlu ikut?"

"Terserah. Asal jangan menyusahkanku lagi, Taehyung."

"Ayeyy sir!"

Yoongi mengomando pasukannya untuk menyergap Jungkook dan Jimin langsung di TKP. Memberitahu jika memang harus menyakiti kedua pemuda itu, lakukan saja asal mereka tertangkap. Setelah menjelaskan strategi dan semua anggotanya paham, mereka bergegas menjalankan tugas.

.


.

"Kau lihat tadi ekspresi idiotnya itu?! Itu sangat konyol!"

Jungkook dan Jimin tertawa keras. Mengingat-ingat ekspresi polos dan bodoh polisi-polisi itu membuat perut mereka sakit. "Ternyata kau tidak sebodoh yang aku kira, Chim."

"Hei! Aku tidak bodoh, sialan!"

"Ya ya.. kau pintar dan jenius Park Jimin."

"Ah sudahlah, aku lapar. Apa tidak ada makanan disini?" Jimin menggeledah isi mobil itu, mencari sedikit makanan yang bisa mengisi perut gembulnya.

"Ini mobil polisi, bodoh. Mana ada makanan disini? Yang ada senjata tajam!"

Lalu mereka berdua terdiam, berusaha mencerna sesuatu. "AH! SENJATA TAJAM!" dan mereka berteriak senang.

Mengendarai mobil ugal-ugalan di jalan itu. Tak jarang menabrak trotor beberapa kali, membuat mobil itu berguncang, menambah kesenangan mereka. Tapi tak lama mereka berdua mendengar suara sirine polisi di belakang mereka.

Jimin menghela napas. Tak bisakah mereka tenang dalam waktu sehari saja? Jimin merasa sedikit lelah dan sangat lapar. "Hey, Jungkook. Aku lelah. Boleh aku tiddur sebentar?"

"Ya! Dan kau akan membiarkanku tegang dikejar polisi begini sendirian?!"

"Ayolah, itu hanya polisi."

"Aish, terserahmu sajalah."

Jimin tersenyum lebar dan memejamkan matanya. Ini sudah larut, biasanya mereka akan pergi ke bar, atau memilih tidur di markas mereka. Wajar jika mereka merasa sedikit mengantuk saat ini.

Lihatlah, mereka sebenarnya juga masih anak-anak.

Jungkook mendecak malas, melirik kaca spion dan memutar bola matanya jengah. Ia juga merasa sedikit lelah. Pikirannya mulai tidak fokus dan tanpa sadar memelankan laju mobilnya. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Yoongi. Dia menyalip mobil yang dikendarai Jungkook dan berhenti tepat di depannya membuat Jungkook terpaksa mengerem.

Para polisi itu keluar dari mobil masing-masing dan langsung mengangkat senjata, mengarahkannya pada Jungkook.

"O-ow..."

"KELUAR DARI MOBIL SEKARANG!" Yoongi berteriak keras. Jungkook memilih diam dan melirik pada Jimin yang masih sibuk dalam tidurnya. Menghela napas kemudian.

Mereka tertangkap. Benar-benar tertangkap.

.


.

Sebuah guyuran tepat mendarat di wajah Jimin. Ia tersentak kaget dan segera bangun dari tidurnya. Ia ingin memaki, mengira bahwa yang mengguyurnya adalah Jungkook. Tapi yang ditemuinya malah seorang pria pucat dengan wajah tanpa ekspresi.

"Yah apa-apaan ini, sialan!"

Dan Jimin merasakan pipinya sakit setelah mengatakan itu. Ia ditampar. Baru pertama kali ini ia ditampar sebegitu keras sampai tulang pipinya ngilu.

"Katakan itu sekali lagi, Park Jimin." Suara berat itu membuat Jimin naik pitam. Memangnya dia siapa, sampai berani menampar dirinya seperti itu?

"Kau bedebah sialan yang seenaknya-"

Lagi, pipinya terasa semakin sakit. Lelaki itu menamparnya lagi. Rasanya sungguh sakit sampai membuat Jimin ingin menangis. "Ini rumahku, dan penjara untukmu, anjing nakal. Kau akan tinggal di sini dan belajar apa itu kesopanan!"

"What the -"

"Aku belum selesai bicara!" Lelaki itu menatap Jimin tajam, begitu mengintimidasi membuat Jimin merasa begitu kecil.

"Aku Min Yoongi, 23 tahun. Aku seorang Polisi, jika kau mau tahu." Setelah Yoongi mengatakan kalimat itu, Jimin bangkit dari duduknya dan menerjang tubuh Yoongi. Memukul wajahnya beberapa kali dengan pukulan keras. Tanpa Jimin tahu, ada banyak bodyguard Yoongi di luar kamar ini.

Mendengar kegaduhan yang tidak wajar, para bodyguard itu masuk dan segera menjauhkan Jimin dari Yoongi. Memeganginya erat, tidak membiarkan tubuhnya bebas sedikitpun.

"Hah... aku sudah tau ini akan terjadi. Kalian, ikat anjing nakal ini di sana. Lalu tinggalkan kami berdua." Perintah Yoongi sambil menunjuk ranjang.

"Uhh... lepaskan aku, brengsek!" Jimin meronta saat tubuhnya diseret paksa oleh pria-pria bertubuh besar itu ke ranjang. Dia terus menggerakkan badannya, masih mencoba untuk lepas dari pegangan-pegangan itu.

"Diam atau akan kubunuh kau, Park Jimin!" Yoongi mengacungkan senjatanya tepat di kepala Jimin, membuat Jimin kembali terdiam. Sedikit masih meronta saat tangannya mulai diikat dan disatukan pada kepala ranjang.

Kini mereka hanya berdua di ruangan itu. Yoongi dengan wajah datarnya dan Jimin dengan tatapan marahnya. "Pukulanmu boleh juga." Ucap Yoongi sambil mengelap sudut bibirnya yang sedikit berdarah.

"Nah karena ini rumahku dan penjaramu, aku akan membuat peraturan mutlak disini. Pertama, kau dilarang berkata kasar. Kedua, kau harus berperilaku layaknya manusia normal. Ketiga, kau harus menurut padaku. Nah, lengkapnya, baca ini." Yoongi memaparkan sebuah kertas di hadapan Jimin. Dan Jimin membacanya dalam diam.

"Sudah selesai? Jika kau melanggar salah satu peraturan itu, kau akan dihukum. Mengerti?" Jimin hanya diam saat Yoongi mengatakan itu. Matanya masih menyiratkan amarah yang tidak terkontrol.

"Jaga tatapanmu itu, Park Jimin. Aku tidak suka saat kau menunjukkan ketidak-sopananmu itu dihadapanku."

"Dimana Jungkook?" Jimin mulai bertanya. Yoongi mengangkat sebelah alisnya dan mengangguk. "Oh, temanmu itu? Dia di penjara, tentu saja."

"APA?!" Yoongi mendecak kesal. "Tidak perlu berteriak!"

"KENAPA AKU DIPISAHKAN DENGANNYA?! BIARKAN AKU DI PENJARA BERSAMANYA, SIALAN! AAAAKH KELUARKAN AKU DARI TEMPAT TERKUTUK INI!" Yoongi menatap pemuda itu malas. Mengambil alat penyetrum dan menyetrum tubuh Jimin, menghasilkan erangan sakit darinya.

"Tidak ada kata-kata kasar, apa kau belum paham?" Yoongi mengernyit. Merasa tidak puas pada perlakuan Jimin.

"Kau di tempatkan di sini karena kau melakukan kesalahan fatal, Jimin. Menembak polisi, mencuri mobil, sangat tidak bermoral."

Jimin meringis. Ia tidak menyangka kalau akan terjebak bersama polisi psycho itu, apalagi berada di tempat ini tanpa Jungkook membuatnya takut. Biasanya Jungkook lah yang selalu melindunginya.

"Aku tidak akan menyakitimu jika kau menjadi penurut, kau paham itu, Jimin?" Jimin hanya diam sambil menatap kearah lain. "Jimin? Dimana sopan santunmu? Tatap orang yang sedang bicara padamu!" Baru kemudian Jimin menoleh dan mengangguk saja. Ia tidak ingin aliran listrik itu menyengat kulitnya lagi. Itu sangat sakit.

"Bagus. Kau akan tetap dalam posisi itu sampai matahari terbit. Aku pergi."

"T-tunggu!" Jimin berseru, sedikit panik serta gugup, atau entahlah. Jimin tidak tau apa yang sedang dirasakannya. "Ya?" Yoongi menoleh.

"S-sampai kapan aku berada disini? M-maksudku, kapan aku bebas?"

Yoongi tertawa mendengarnya. Padahal menurut Jimin itu tidak lucu sama sekali. "Ayolah Jimin, kau baru saja masuk ke dalam kandangku ini. Kau tau kan jumlah kejahatanmu itu tidak bisa dibilang sedikit? Pikirkan kira-kira berapa lama kau berada di sini."

Kemudian Yoongi pergi, meninggalkan Jimin yang tidak kuasa melakukan apa-apa. Jimin memperhatikan ruangan itu. Ruangan itu di dominasi warna putih, mulai dari cat, ranjang, karpet, gorden, semuanya berwarna putih. Ada beberapa foto Yoongi di sana. Ada yang memakai seragam polisi, baju sehari-hari, bahkan ada yang topless.

Jimin menghelas napas, mungkin dia akan menghabiskan sisa hidupnya di sini, bersama Yoongi dan hukuman-hukumannya.

.

.

.


.

.

.

To be continue...

.

.

A/n = makasih yang udah baca ^^ hope you like it ya Yoonmin shipper xD

Mind to review? ^^