Wonwoo's Happiness (2)

.

.

.

Setelah sejam kami habiskan ditaman akhirnya Mingyu mengajakku pulang. Dia ingin minta maaf pada ibunya. Dalam perjalan ke rumah kami mampir ke pedagang kudapan untuk diberikan ke eommoni.

Saat memasuki rumah Mingyu, yang terlihat adalah eommoni yang baru saja menutup pintu kamar. Menenteng sebuah tas tangan berwarna hitam. Sepertinya akan pergi.

"Eomma mau kemana jam 7 malam begini?" tanya Mingyu. Ia menatap mata bengkak ibunya. Lalu berjalan mendekat.

"Eo-eomma.. Uh-itu..." eommoni terlihat gugup dan takut. Tapi juga dari matanya memancarkan aura kecemasan.

"Katakan saja, eomma." ucap Mingyu dengan nada lembut.

"B-barusan Kyungsoo, istri Jongin menelepon. Cheolsoo keadaannya memburuk" eommoni menunduk. Aku tau eommoni pasti takut kalau Mingyu marah.

Mingyu diam tanpa suara. Aku tidak tau apa yang sedang ada dipikirannya.

"Biarkan eomma menemuinya. Sekali saja, Gyu. Kemungkinan ini yang terakhir. Tidak apa kalau kau tidak mau menemuinya. Setidaknya ijinkan eomma pergi." eommoni menggenggam tangan Mingyu. Memohon dengan sepenuh hatinya.

Eommoni adalah wanita yang hebat dimataku. Membesarkan Mingyu seorang diri tanpa suami. Harus memendam rasa cinta yang begitu besar bertahun-tahun. Aku sangat mengaguminya.

"Aku akan ikut dengan eomma." eommoni sama terkejutnya denganku. Walau sebenarnya kata-kata itu yang sudah ku bayangkan keluar dari mulut Mingyu.

Mingyu melepaskan genggaman tangan ibunya lalu melesat masuk kekamarnya. Sepeninggal Mingyu masuk kamar aku menatap eommoni sambil tersenyum lalu mengangguk kecil.

Mingyu keluar membawa kunci mobil. Membawa tubuh ibunya dalam rangkulan dan menggenggam tanganku. "Ikutlah bersama kami, Hyung." aku hanya mengangguk dan menurut.

.

.

.

.

Ayah Mingyu dirawat di rumah sakit besar di Seoul yang hanya berjarak lima belas menit dari rumah. Sampai dirumah sakit kami langsung menuju ruang rawat ayah Mingyu. Kemungkinan Kyungsoo sudah memberitahu eommoni dimana letak kamar rawatnya.

Baru saja Mingyu akan membuka pintu kamar rawat, seseorang keluar dalam keadaan panik. Itu Kyungsoo, menatap kami sekilas lalu berlari cepat memanggil dokter. Ada apa?

Eommoni buru-buru masuk kedalam ruangan melihat apa yang terjadi. Aku dan Mingyu mengikuti dari belakang. Diruangan itu hanya ada Kim Jongin, seorang anak kecil dan pasien -ayah Mingyu- yang sedang mencoba berbicara. Sepertinya dalam masa sekaratnya.

Eommoni sedikit berlari menghampiri ayah Mingyu. "Cheolsoo oppa. Ini aku, Younghee. Aku membawa Mingyu untuk menemuimu oppa. Bertahanlah.." eommoni memanggil Mingyu mendekat dan Mingyu menurut. Jongin bergeser dari tempatnya berdiri, memberi ruang untuk Mingyu bertemu ayahnya.

Jongin berjalan mendekati anak lelaki yang dari tadi duduk di sofa sudut ruangan.

Aku kembali menatap tiga orang yang sedang melepas rindu. Ayah Mingyu berkali-kali mengucapkan kata maaf disela suaranya yang makin lama makin tercekat. Mereka saling berpegangan tangan. Aku melihat Mingyu berusaha tersenyum dibalik tangisannya.

Tapi tiba-tiba suasana diruangan itu begitu menegang. Suara mesin-mesin yang berada disamping ayah Mingyu mengeluarkan bunyi-bunyi yang semakin intens dan tidak beraturan.

Eommoni menjerit lirih. Mingyu makin menggenggam erat tangan ayahnya. Jongin berlari panik menuju pintu.

"Kyungsoo-ya! Dokter! Dimana dokternya! Sialan!" Jongin berteriak frustasi.

Aku membeku ditempatku berdiri. Tidak tau apa yang harus aku lakukan. Hingga tiba-tiba tanganku ditarik kebawah. Anak lelaki tadi. Kutatap wajahnya yang berair. Aku yakin dia ketakutan juga disuasana genting ini.

Aku berjongkok untuk menghapus airmata anak lelaki itu. Dan aku berinisiatif mengajaknya keluar ruangan.

Saat aku beranjak keluar, Jongin, Kyungsoo dan beberapa orang berbaju putih berlarian masuk.

Dokter dan perawat itu memeriksa keadaan ayah Mingyu. Kyungsoo keluar lalu menghampiri anak lelaki yang berdiri disampingku sambil tangannya ku genggam.

Anak lelaki itu langsung menerjang Kyungsoo dengan pelukan.

"Mom, apa haraboji kesakitan? Taeoh takut" aku menatap kedua makhluk imut itu.

Mom? Ibu? Pria ini dipanggil ibu?

"Taeoh berdoa saja supaya haraboji tidak kesakitan lagi.." Kyungsoo tersenyum kepada bocah bernama Taeoh itu. Lalu dengan gerakan natural dia menggendong Taeoh.

"Dia putra yang aku dan Jongin adopsi.." apa pikiranku bisa semudah itu terbaca?

Aku mengagguk dan tersenyum canggung menanggapi ucapan Kyungsoo. Lalu sebuah jeritan kuat terdengar dari dalam ruangan. Itu eommoni. Setelahnya yang terdengar adalah tangis eommoni dan suara mesin-mesin yang berdenging panjang. Aku sungguh tau apa artinya. Ayah Mingyu sudah meninggal.

.

.

.

.

.

Aku merapikan kemeja hitam yang aku pakai sebelum mengangkat nampan berisi makanan. Aku sedang berada di upacara pemakaman ayah Mingyu. Aku tidak tau harus melakukan apa. Jadi hanya membantu Kyungsoo melayani pelayat yang akan makan.

Aku melirik eommoni, Mingyu dan Jongin hyung yang duduk berjajar menyambut pelayat. Mata Mingyu bengkak sekali tapi sudah tidak menangis. Tadi malam dia sudah menangis dalam pelukanku. Jongin hyung juga berusaha menahan air matanya. Hanya eommoni yang dengan isakan kecil.

Banyak sekali pelayat yang datang mengingat relasi ayah Mingyu yang tidak bisa dibilang sedikit.

"Uncle, Taeoh haus.." aku tersenyum lalu mengusap kepala Taeoh. Dia dengan cepat dekat denganku. Kyungsoo memberitahu Taeoh bahwa dia harus memanggilku paman. Aku mengajaknya untuk mengambil air lalu memberinya minum. Lalu setelah mengucapkan terima kasih dia kembali berlari menghampiri Kyungsoo.

Setelah meletakkan makanan di meja pelayat aku menghampiri Mingyu.

"Eommoni dan Jongin hyung sebaiknya makanlah dulu. Biar aku dan Mingyu yang disini. Setelah itu bergantian." Ujarku sambil membantu eommoni berdiri.

Tinggal aku berdua dengan Mingyu disini. Mingyu duduk bersandar ke tembok. Melirik foto mendiang ayahnya yang dikelilingi bunga-bunga putih.

Aku juga ikut bersandar disamping Mingyu. Membiarkan Mingyu bersandar di bahuku.

"Aku sedih dan bahagia secara bersamaan, hyung. Apa aku terdengar jahat?"

Aku menggeleng. "Kau pantas bahagia. Walau untuk terakhir kalinya, kau sudah melakukan yang terbaik. Dan kau mendapatkan ayahmu kembali.." ujarku.

Kali ini Mingyu yang mengangguk. "Masih terbersit penyesalan di hatiku. Kenapa tidak dari dulu saja aku menemuinya. Aku pasti bisa bersamanya lebih lama" aku menggenggam tangan Mingyu.

"Ini yang terbaik, Gyu. Tuhan memberikanmu yang terbaik.."

Ku kecup lembut kepalanya yang ada dibahuku. Menyalurkan rasa cinta ku pada Mingyu.

Mingyu adalah sumber kebahagiaanku. Tapi kebahagiaannya ada prioritasku. Aku akan bahagia jika Mingyu bahagia. Jika dia sedang tidak bahagia. Sekuat tenaga aku akan membuatnya bahagia.

Jeon Wonwoo's happiness is Kim Mingyu.

.

.

.

.

.

END

.

.

.

.

OMAKE

"Daddy!" aku dan Mingyu baru masuk rumah keluarga Mingyu saat seorang lelaki kecil menerjang ke pelukan Mingyu.

"Taeoh-ya, ini uncle Mingyu. Bukan daddy.." ucap Mingyu berjalan menggendong Taeoh masuk.

Eommoni, Mingyu, Jongin hyung dan Kyungsoo hyung berhubungan baik. Mereka menjadi satu keluarga yang begitu saling mendukung dan bahagia.

"Eoh? Uncle mirip sekali dengan daddy. Jadi Taeoh pikir daddy yang datang.." Taeoh mengerucutkan bibirnya lucu. Taeoh duduk disofa bersama aku dan Mingyu dikanan dan kirinya.

"Jongin sedang mengurus perusahan appa yang di Daegu bersama Kyungsoo.." eommoni keluar dari bilik dapur sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman.

Memang sering sekali Taeoh dititipkan dirumah Mingyu saat Jongin dan Kyungsoo harus pergi keluar daerah atau keluar negeri.

Jadilah Taeoh sangat dekat denganku dan Mingyu.

"Uncle Wonu membawakan Taeoh mainan tidak? Taeoh kebosanan. Mom lupa membawakan mainan Taeoh.."

"Uncle harus pulang kerumah dulu untuk mengambil mainan buat Taeoh.." ucapku.

"Bawa saja Taeoh main dirumahmu Wonu-ya.. Eommoni mau pergi menemui klien sebentar lagi. Tapi kalian makan siang terlebih dulu.. Eomma sudah masak." Ucap lembut eommoni yang aku jawab dengan senyum merekah.

"Wonwoo hyung.. Nanti kalau kita menikah kita harus mengadopsi anak perempuan ya?" aku melotot kearah Mingyu.

"Yang dipikiranmu itu apa hanya ada menikah dan anak saja? Pikirkan tuh projek akhir semestermu.." ucapku protes.

"Atau kalau kau mau kita bisa membuatnya sendiri.." Sialan. Mingyu mengerlingkan matanya menggodda.

"Kim Pabbo Mingyu!"

.

.

.

.

The Real End

.

.

.

.

.

Ending yang mengecewakan kah?

Ini side story dari fic Cuma Mingyu. Semoga ga terlalu melenceng dari fic sebelumnya. Silahkan beri saya kritik dan saran.

Terima kasih yang sudah review, fav dan follow. Terima kasih cinta yang sudah kalian berikan untuk adik adik tercinta saya beserta pasangannya (Kaisoo Meanie)

Sampai jumpa di fic senlanjutnya (kalo ada) Hehe

Kim Noona

Sun, 7th August 2016