Mr Actor and Ms Actor

Seventeen © Pledis Ent dan emak babehnya.

Mingyu milik Wonwoo dan Wonwoo milik Mingyu, udah itu aja.

WARN! : YAOI, Light OOC, Polos!Wonwoo, Mesum!Mingyu(?), alur gak jelas, TYPO BERTEBARAN, alay, de el el.

Happy Reading!


.

.

.


Bukan sesuatu yang dapat dianggap mudah, pertemuan pertama para pemain hari itu sebenarnya membuat Wonwoo gugup. Wonwoo bahkan tidak memiliki pengalaman apapun dalam bidang ini, namun ia harus disandingkan dengan sederet aktor-aktor terkenal.

Ini hanyalah pertemuan para pemain penting, banyak orang yang berjalan kesana kemari─sibuk dengan urusan masing-masing, membawa berlapis-lapis tumpukan kertas tebal.

Wonwoo sebenarnya tidak tahu apa yang akan dilakukan hari ini, namun sedikit banyak ia tahu dari Seokmin jika pertemuan ini membahas tentang alur cerita yang akan dimainkan, dan proses syuting yang nantinya akan berlangsung.

Salah satu kru disana sudah memberikan aba-aba untuk memulai pertemuan ini. Junhui, Seokmin, Jeonghan, dan pemain lainnya sudah siap di tempat masing-masing. Wonwoo juga sudah akan duduk di tempat duduknya sebelum─

"Halo manis, kau merindukanku?"

─ia merasakan deru nafas hangat di sekitar tengkuknya.

Wonwoo reflek menoleh ke belakang, mendapati sosok yang sangat dikenalinya, matanya membulat dan yang dapat ia lakukan kini hanyalah menatap galak pemuda dihadapannya.

"Sedang apa kau disini?!"

Mingyu terkekeh, "Aku? Apakah kau lupa jika aku adalah pemeran utamanya disini, sayang?" Jelas sekali Mingyu saat ini sedang menyombongkan derajatnya itu, Wonwoo menatap Junhui penuh tanya, katanya makhluk ini tidak akan datang?!

Junhui yang ditatap Wonwoo juga terlihat bingung. "Gyu? Tumben sekali kau ingin ikut pertemuan pertama para pemain?"

Mingyu melirik Junhui dengan ekor matanya, "Tidak apa, aku hanya bosan di apartemen," mata tajamnya beralih menatap Wonwoo penuh arti dengan senyum menggoda, "Ingin mencari sesuatu yang menarik disini."

Wonwoo tidak tahu mengapa ia begitu kesal melihat setiap ekspresi yang dikeluarkan Mingyu.

Lalu pintu ruangan kembali terbuka, seorang pemuda dengan wajah yang begitu ramah tampak di ujung pintu, senyum tipisnya tidak pernah meninggalkan wajah berhias kedua mata teduhnya itu.

Langkah kakinya konstan menelusuri ruangan tersebut, lalu terhenti tepat di ujung ruangan. "Aku Hong Jisoo, sutradara yang bertanggung jawab untuk film kali ini. Mohon kerja samanya." Suaranya lembut namun penuh ketegasan, bibirnya kembali menyunggingkan senyuman tipis.

"Apa kau ingin melanjutkan perdebatan romantis ini saat sutradara sudah datang, sayang?"

Yang bisa Wonwoo lakukan saat ini hanyalah menatap nyalang Mingyu dengan aura penuh kebencian, tapi Mingyu tidak gentar sedikitpun. Malah terus memerhatikan wajah Wonwoo yang bagaimanapun tetap terlihat manis─sekalipun ia sedang marah.

Ah... dia memang sangat manis.

Semua pemain membaca naskah dengan fokus─kecuali Mingyu, dia sama sekali tidak menyentuh naskah tersebut, lebih memilih untuk menopang dagu sambil menatap Wonwoo sepanjang waktu dan itu benar-benar membuat Wonwoo risih, pemuda bermata sipit itu hanya dapat mengepalkan tangannya berusaha untuk bersikap tenang.

Suasana di ruangan itu begitu tenang sebelum Wonwoo memecahkannya dengan suara bernada protes, "Apa-apaan ini? Aku akan berciuman dengannya?!" Wonwoo secara tidak sopan menunjuk Mingyu tepat di depan hidung mancungnya.

(Padahal kau berkata ingin membatalkan kontrak tersebut, lalu kenapa kau harus memprotes salah satu adegan di dalam naskah itu, Won. Itu bukanlah urusanmu, kan?)

"Tentu saja, dia kan pasanganmu dalam film ini." Seokmin menjawab pertanyaan Wonwoo spontan, dahinya mengerut bingung.

Mingyu memberikan tatapan kemenangan saat Wonwoo tidak mendapat jawaban yang diinginkannya, "Kenapa? Apakah kau ingin lebih dari berciuman? Jika kau ingin aku bisa menambahkannya─"

"Aku tidak butuh komentarmu, Tuan Kim!" Kalimat bernada ketus itu memotong perkataan Mingyu dengan cepat.

Jika saja ini orang lain dan bukan Wonwoo, mungkin Mingyu sudah membentaknya dan meninggalkan tempat itu tanpa berkata-kata. Jangan salah sangka, Mingyu terkadang baik. Tapi tidak dengan orang yang menghinanya─menurut Mingyu hal semacam itu menghina harga dirinya.

Tapi ia lebih memilih untuk bungkam dan kembali memerhatikan bagaimana wajah manis itu berganti-ganti ekspresi tiap detiknya─mengabaikan penghinaan Wonwoo tadi. Mingyu dapat menebak jika pemuda ini sedang membayangkan dirinya nanti saat memerankan semua adegan dalam naskah itu.

Mingyu tidak dapat memungkiri jika ia benar-benar tertarik dengan pemuda ini, wajahnya, matanya, kulitnya, tubuhnya, suaranya...

Oh tidak.

Mingyu nyaris gila jika membayangkan dirinya berada di atas Wonwoo dan pemuda manis itu yang mendesahkan namanya keras, bagaimana suara itu akan terdengar, ya?

Otak dan pikiranmu, Ming.

.

.

.

Acara pembacaan naskah pertama itu berlangsung sangat alot, sungguh.

Entah karna pikiran Wonwoo yang begitu kusut atau entah karna kehadiran Mingyu yang begitu menjengkelkan hati.

Mingyu mungkin bosan─pada dasarnya Mingyu memang tidak suka menghadiri hal semacam ini. Jadi ia sudah berhenti menatapi Wonwoo dan sekarang lebih memilih untuk membenamkan wajahnya diantara kedua lengannya yang terlipat, aksi ketidakminatan─dan Wonwoo senang, jika perlu, Mingyu pergi saja dari sini.

Para kru sedang berdiskusi dengan pemain lain, mungkin alur cerita atau hal-hal lain yang perlu mereka siapkan untuk film ini, setelah Wonwoo sadari, ternyata ada pemain lainnya yang baru Wonwoo lihat.

Ada seorang pemuda yang wajahnya tidak menunjukkan dirinya orang Asia sama sekali─tapi aksennya Asia sekali, sedang mendiskusikan hal yang tidak dapat Wonwoo dengar dengan seorang kru. Lalu ada seorang pemuda lainnya, dari nada bicaranya yang kentara sekali seperti anak sekolah dasar yang baru bisa membaca, Wonwoo tahu jika ia dari luar negeri.

Lalu Wonwoo tahu dia berkewarganegaraan China saat Junhui berbicara bahasa mandarin dengannya yang masih dapat Wonwoo pahami sedikit-sedikit.

Wonwoo merosot pada dudukan kursinya, menenggelamkan dirinya diantara keramaian ini. Tidak minat melakukan apapun selain tangannya yang bergerak asal membolak-balik naskah film itu. Untuk apa juga ia menghadiri pertemuan ini jika pada akhirnya ia tidak menjadi pemain di film ini?

"Nah, sekarang aku ingin coba melihat akting diantara pemeran utama. Coba lakukan salah satu adegan dalam naskah ini." Jisoo berkata dengan nada tenang.

Mingyu yang sedang tidur-tiduran di atas meja seperti anjing laut langsung menegakkan tubuhnya seolah ia baru saja dibangunkan oleh listrik kejut.

Berbading terbalik dengan Wonwoo, ekspresi terkejut menghiasi wajah manisnya, Wonwoo memandang sang sutradara yang baru saja mengatakan hal itu dengan tatapan penuh tanya.

"Maaf, apakah kau meminta aku dan Mingyu─"

"Tentu saja, aku ingin melihat chemistry diantara kalian berdua, pemeran utama."

Wonwoo memandang si sutradara itu, ia mengatakan hal itu seolah itu adalah hal yang mudah dilakukan seperti membalik telapak tangan. Tapi Wonwoo tahu jika inilah yang namanya profesionalitas kerja.

"Kau ingin aku memeragakan bagian yang mana, Jisoo-ya?" Mingyu membalik-balik naskah yang sebelumnya sama sekali tidak ia sentuh, melayangkan pertanyaan kepada Jisoo.

Seharushnya Wonwoo dapat memperkirakan ini, seharusnya ia dapat memikirkan cara untuk mengakali hal ini, dan seharusnya juga Wonwoo dapat menyadari jika ia hanyalah pemain amatir diantara aktor-aktor terkenal ini.

Jadi sudah pasti ini memang akan dilakukan.

Wonwoo semestinya tidak mendengarkan perkataan Seungcheol untuk menghadiri pertemuan ini. Ini adalah kesalahan terbesar keduanya dalam satu dekade terakhir─yang pertama saat ia menandatangi kontrak.

"Kita coba yang mudah saja dulu, mungkin..." Jisoo mengusap dagunya pelan, pose berpikir. "Saat pesta dansa dimulai?"

Keringat mengalir di pelipisnya, Wonwoo bahkan baru tahu jika ada adegan berdansa. Ini film macam apa, sih? Kepanikannya semakin menjadi saat ia menyadari jika dansa atau semacamnya bukanlah bidangnya.

Yang Wonwoo ingat dulu dia pernah melakukan cover dance suatu grup ternama saat masih sekolah menengah, dan dia bersumpah untuk dirinya sendiri tidak akan pernah menonton video itu lagi.

Wonwoo masih sibuk dengan berbagai pikiran yang menggelayuti kepalanya saat tiba-tiba tangan Mingyu menariknya untuk berdiri, menuntunnya melangkah ke tengah, menjadi pusat perhatian seluruh orang disana.

"T-tunggu dulu, kita tidak perlu melakukan ini, a-aku, aku tidak akan memainkan film ini." Wonwoo berbisik kepada Mingyu, suaranya tergagap panik.

Mingyu tidak memerdulikan ucapan Wonwoo, pandangannya teralih menatap penjuru ruangan. "Tidak perlu pakai lagu dansa, kan?"

Wonwoo melebarkan matanya, panik setengah mati dengan semua ini. Ia menelan ludahnya dengan susah payah. "Hey, kau mendengarkanku tidak, aku akan membatalkan kontrak ini bodoh─"

Ketika para kru menggeleng, Mingyu kembali memusatkan seluruh perhatiannya kepada Wonwoo. Tatapan matanya berubah, memerhatikan wajah pemuda itu dalam-dalam seolah Wonwoo adalah seseorang yang begitu digilai dan dicintainya.

Darah Wonwoo mendesir, ia dapat dengan jelas merasakannya, ini sosok yang sama seperti yang ia tonton di laptopnya kemarin malam, sosok lainnya yang mengurung Mingyu, Wonwoo seakan-akan sedang melihat seseorang dengan fisik sama namun kepribadian yang berbeda.

Ini Kim Mingyu yang sedang berakting.

Tatapan dari mata tajam itu seperti menghipnotis Wonwoo, perlahan rasa panik yang menjalar disekitar tubuhnya berangsur hilang. Wonwoo tidak ada pilihan lain sekarang selain melakukan ini.

Harusnya Wonwoo tidak pernah menuruti permohonan Seungcheol jika tahu ia akan tertarik terlalu jauh ke dalam dunia ini.

Saat Wonwoo merasakan sebuah lengan melingkar di pinggangnya, Wonwoo tahu ini akan sulit, disela-sela bahunya yang bergetar, Wonwoo berusaha untuk meletakkan tangannya di atas tangan Mingyu perlahan. Menunggu-nunggu Mingyu untuk bergerak duluan.

"Santai saja." Mingyu berbisik, Wonwoo mendapati suaranya begitu lembut, seolah dia bukanlah orang yang melecehkannya minggu lalu. Wonwoo melemaskan bahunya sedikit─ia berusaha sekali untuk rileks.

Mingyu melangkah mundur, Wonwoo mengikuti langkah pemuda itu. Beberapa kali langkahnya hampir menginjak kaki pemuda dihadapannya, Wonwoo beberapa kali juga menggumamkan kata maaf yang dibalas senyuman yang sama oleh Mingyu.

Langkah kaki mereka berayun bersama, aroma rambut Wonwoo tercium dengan kuat dari jarak sedekat ini, Mingyu tidak tahu kenapa namun ia diam-diam menikmati aroma itu. Membaui aroma khas Wonwoo itu dalam-dalam.

Mingyu menatap Wonwoo namun pemuda manis itu berusaha sekali untuk menghindari kontak mata, ia menundukkan wajahnya penuh malu, disamping Wonwoo juga harus sangat fokus dengan langkah kakinya.

Mereka berhenti berdansa setelah beberapa kali langkah, di seberang ruangan para pemain, kru, dan sutradara masih memerhatikan mereka fokus, wajah Wonwoo memerah karna menurutnya ini adalah adegan yang begitu memalukan dan tatapan mereka itu sangatlah tidak sesuai dengan keadaan Wonwoo saat ini.

Profesional memang beda, jika saja Wonwoo yang sedang menonton mungkin dia sudah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi dirinya sendiri.

Saat pemuda tinggi itu memberhentikan langkahnya, Wonwoo kembali menatapnya, seperti menunggu sesuatu, dan memang Wonwoo tidak tahu lagi harus melakukan apa.

Mata mereka kembali bertemu, Wonwoo dapat merasakan jantungnya yang berdebar-debar tidak rasional seakan ia memang sedang berada pada ruangan dansa, dan seseorang di hadapannya ini memanglah teman dansanya─atau kekasih yang begitu dicintainya.

Lalu tiba-tiba ia melihat Mingyu mendekatkan wajahnya, bukan untuk mencium. Dengan cepat ia menggerakkan bibirnya menjauhi bibir Wonwoo, lalu berpindah ke dekat telinganya. Berbisik yang masih dapat didengar seisi ruangan ini karna efek ruang kedap suara.

"Jika kau melihat keindahan cemerlang dirimu merekah dibalik bayangan cermin kamarmu, sesekali ingatlah bahwa disini ada seseorang yang rela mengorbankan segalanya, bahkan nyawanya demi menjaga kau yang begitu dicintainya agar selalu tersenyum."

Kalimat keju, Mingyu jelas sekali sedang menggoda Wonwoo.

Mingyu kembali menyatukan tatapan mereka, wajah Wonwoo sudah sangat merah, lebih merah dibanding kepiting rebus yang baru diangkat dari dalam panci.

"Wow, Gyu. Kalimat itu kan tidak ada di naskah." Junhui berkomentar.

Mingyu tersenyum miring, seluruh dirinya yang begitu mempesona tadi menghilang dan tergantikan kembali dengan dirinya yang asli.

Dia mengecup pipi Wonwoo yang masih memerah dan melepaskan rengkuhan tangannya di pinggang Wonwoo. Tawanya pecah, ia berjalan kembali ke tempat duduknya.

Wonwoo masih berdiri mematung disana, merasa setengah dirinya hampir saja menghilang. Kalimat yang Mingyu bisikkan terngiang keras ditelinganya dan diulang-ulang oleh saraf otaknya. Wonwoo bahkan tidak marah saat Mingyu mengecup pipinya.

Saat kesadarannya sudah sedikit kembali, ia melangkah kaku kembali ke tempat duduknya, membiarkan fakta jika Mingyu kembali menatapinya seolah ia ingin memakan Wonwoo.

"Tadi, apa yang baru terjadi?" Tiba-tiba Wonwoo merasa dirinya ling-lung.

Oh tolong, Wonwoo bukanlah wanita yang akan luluh saat digombali kalimat keju seperti itu.

Jisoo berdehem, mulai memberi komentar. "Mingyu seperti biasa memang selalu bagus, tapi Wonwoo itu benar-benar kaku."

Mingyu langsung melirik Jisoo, menjawab sang sutradara. "Aku yang akan mengurusnya, hyung."

Jisoo menatap Mingyu penuh selidik. "Tumben sekali kau memanggilku hyung."

"Memangnya tidak boleh?" Mingyu berkata cuek memutar bola matanya sambil bertopang dagu.

Jisoo hanya dapat menghela nafas, sudah terlalu hafal dengan sikap tidak sopan Mingyu. "Kurasa pertemuan hari ini cukup sampai sini saja, aku harap Mingyu dapat menangani Wonwoo dengan baik sebelum hari pengambilan gambar tiba."

Menangani, seolah-olah Wonwoo adalah bayi berumur dua bulan yang baru bisa mengerjapkan matanya lucu.

Dengan kalimat pendek yang diucapkan Jisoo, pertemuan hari itu selesai.

.

.

.

Setelah pertemuan itu. Wonwoo ingin langsung pulang, tapi ternyata di pertengahan jalan bis yang ditumpanginya tiba-tiba mogok. Hari ini terasa begitu panjang dan melelahkan.

Pemuda Jeon itu melirik sedikit ke arah pergelangan tangannya. Sekarang sudah hampir pukul enam malam, sialnya bis tersebut mogok di jalan yang sangat tidak tepat. Dan tiba-tiba saja hujan turun sangat deras, mau tidak mau ia harus berteduh di salah satu toko yang sudah tutup.

Mungkin Wonwoo bisa naik taksi, tapi hatinya begitu tidak rela mengeluarkan kocek sedalam itu. Bukan karna Wonwoo pelit, dia itu harus hidup hemat. Dan akhirnya ia terpaksa berjalan kaki hampir satu jam lamanya─demi menghemat.

Sesampainya di rumah, Wonwoo mengambil kunci pintu di sakunya dan membuka pintu kayu tersebut perlahan, saat matanya menangkap pemandangan dalam rumah dahinya reflek berkerut.

Bukan─rumahnya masih sama, dengan beberapa perabotan berkualitas standar. Tapi lampu rumahnya menyala, Wonwoo sangat ingat jika sebelum ia pergi ia telah mematikan semua lampu rumah, itu kebiasaannya.

Mungkin dia yang lupa, Wonwoo tidak ambil pusing dengan hal tersebut dan dengan cepat melangkah ke arah kamar tidurnya.

Tanpa berbasa-basi Wonwoo langsung pergi ke kamar mandi, membasuh tubuhnya sesaat. Setelah mandi Wonwoo sudah berencana untuk langsung tidur. Namun ia sama sekali tidak dapat terlelap. Dia sudah mencoba untuk tidur kurang lebih selama lima menit. Namun matanya sama sekali tidak ingin terpejam.

Wonwoo hanya dapat mengacak rambutnya frustasi, padahal ia sangat lelah.

Tiba-tiba ia teringat dengan Mingyu, Wonwoo teringat dengan akting pemuda itu. Wonwoo sedari dulu selalu mengidam-idamkan bakat seperti Mingyu, sungguh, jika bukan karna sifat mesumnya itu mungkin Wonwoo akan mengaguminya.

Tapi Wonwoo tidak mengagumi Mingyu, jangan salah sangka.

Wonwoo merasa ingin melihat sosok yang sedang berakting itu lagi─bukan sosok mesum yang kurang ajar. Tapi sosok dewasa yang begitu diidolakan para wanita itu. Jadi akhirnya ia kembali mencari-cari judul film lainnya yang Mingyu mainkan di depan laptop miliknya.

Wonwoo tidak ingin menonton Mingyu, ia hanya bosan dan tidak bisa tidur, sungguh.

Mingyu memang profesional. Wonwoo sama sekali tidak meragukan aktingnya, ia hebat dalam mengatur ekpresi, gerakan tubuhnya benar-benar terlihat alami dan tidak kaku. Harus Wonwoo akui jika Mingyu itu─

"Aku tidak menyangka jika kau adalah penggemarku."

─sangat hebat dalam berakting, kata-kata itu tidak pernah selesai Wonwoo pikirkan.

Wonwoo terlonjak dari tempat duduknya saat menyadari keberadaan Mingyu di belakang dengan tubuh yang dicondongkan tepat kearahnya, jarak diantara mereka terlalu dekat hingga hidung mereka hampir bersentuhan.

Wonwoo gelagapan saat menyadari apa yang sedang ditontonnya sekarang. Dengan cepat tangannya bergerak untuk menutup layar laptop. Menyembunyikan barang bukti utama.

Wajahnya merah padam semacam gincu yang biasa dikenakan wanita. Mingyu masih bergeming di posisinya, belum berniat untuk bergerak, menyeringai saat melihat keadaan Wonwoo dengan wajah merahnya itu, Wonwoo tertangkap basah sedang menonton filmnya.

"Jika memang kau adalah fansku kau tidak perlu menyembunyikan hal tersebut, aku bisa saja memberikan tanda tanganku jika kau mau. Atau... kau ingin tanda yang lainnya? Di lehermu, mungkin?"

Wonwoo tidak bisa tidak melebarkan matanya dan mendelik murka saat mendengar kalimat vulgar itu.

Akhirnya dengan kesabaran penuh Wonwoo berusaha mengendalikan dirinya. Mengabaikan perkataan tidak sopan Mingyu barusan. Baru menyadari hal lainnya yang jauh lebih penting dibandingkan pembicaraan tadi.

"Kenapa kau berada di dalam kamarku?!"

Mingyu menatap Wonwoo, "Hanya berkunjung."

"Bukan itu maksudku sial! kenapa kau bisa masuk kesini? Jelas-jelas aku sudah mengunci pintu depan! Dan sejak kapan kau mengetahui alamatku?!"

Mingyu tertawa kecil, "Kau lupa dengan resumemu, sayang? Kau menuliskan segalanya disana, dan juga, kunci duplikat itu tidak akan sulit untuk dibuat, kan?"

Mata sipit Wonwoo makin lebar. Pantas saja lampu rumahnya sudah menyala sebelum ia pulang tadi!

"Kau menduplikat kunci rumah orang lain! Kau mengganggu privasi orang lain!" Wonwoo menatap Mingyu tidak percaya.

"Orang lain? Bukankah kita sepasang kekasih? Kenapa kau begitu kasar kepadaku?" Mingyu memasang wajah sedih yang dibuat-buat, bahunya mendadak turun karna kesedihan palsu.

Perkataan Mingyu itu benar-benar membuat Wonwoo naik darah, orang ini benar-benar kurang ajar. "Keluar dari sini! Astaga, aku bisa saja melaporkanmu ke polisi! Dasar penguntit!"

Wonwoo mendorong-dorong tubuh besar Mingyu namun tidak berarti apapun, tiba-tiba pemuda tinggi tersebut mengcengkram pergelangan tangan Wonwoo. "Kau benar-benar ingin kucium? Jika kau berteriak dan mendorongku sekali lagi aku tidak segan-segan untuk mencumbumu hingga pagi."

Pemuda kurus itu membeku, sebelum Wonwoo dapat mengeluarkan suaranya Mingyu sudah melepaskan cengkramannya dan tersenyum penuh kemenangan.

"Apa maumu?!" Wonwoo berkata ketus, namun tidak semenyebalkan sebelumnya. Mungkin takut Mingyu menciumnya─tidak.

"Aku harus melatihmu berakting, sayang. Jadi aku akan menginap disini."

"APA?!"

"Wajah terkejutmu itu sangat manis. Apa sekarang aku boleh menciummu?" Dengan sekali hentak Wonwoo mendorong tubuh Mingyu yang mencoba untuk mendekatinya lagi.

"Jangan macam-macam, Kim!"

"Jangan sok galak seperti itu, wajah meronamu tadi pagi masih sangat segar diingatanku, apa kau ingin kubuat merona lagi?"

Wonwoo mendecih, menatap Mingyu bengis menyebalkan, tangannya terkepal kuat, godaan untuk meninju wajah pemuda di hadapannya hampir menguasainya.

"Jadi, kapan kita akan mulai latihannya?" Mingyu bertanya, matanya bergeling menatap pemuda di hadapannya.

Setelah keheningan yang cukup lama diantara keduanya, Wonwoo berujar pelan. "Apa kau percaya kiamat?"

Mingyu menatap Wonwoo bingung. "Entahlah, kenapa?"

"Karna sehari setelah kiamat baru aku mau bermain film denganmu!"

Mingyu terkekeh, baru sadar apa maksud perkataan Wonwoo. "Kau lucu, aku tidak percaya kau memiliki selera humor selucu itu."

Wonwoo kembali berujar tajam. "Aku tidak akan bermain film denganmu! Astaga, lebih baik kau pergi dari sini secepatnya karna aku akan menelepon Seungcheol hyung sekarang untuk membatalkan kontraknya!"

Tangannya meraih ponsel di dalam saku celananya, bermaksud untuk melancarkan ancamannya barusan. Tapi sebelum semua itu terjadi Mingyu dengan cepat merebut ponsel hitam itu dari tangannya dan melemparnya sembarang.

"Apa yang kau lakukan?!"

Wonwoo merasakan tubuhnya ditarik dan dilempar ke atas kasur. Matanya menangkap sosok Mingyu yang kini tepat berada di atasnya.

Mingyu menatap Wonwoo datar lalu mendekatkan wajahnya perlahan, berbisik pelan di dekat telinga Wonwoo, "Aku bahkan sampai kesini hanya untuk melatihmu, aku tidak pernah menerima penolakan, apa kau perlu sedikit rangsangan dulu agar dapat menghayati peran ini?"

Nada suaranya begitu datar dan senyumannya membuat Wonwoo merinding, saat Wonwoo menyadari tangan Mingyu yang sudah mulai menyentuh bagian dadanya ia dengan cepat menggelengkan kepalanya keras.

"K-kalau begitu cepat selesaikan semua ini!"

Mingyu menyeringai licik, "Apa kau harus selalu kugoda dulu baru akan menurut, hm?"

Wajah manis Wonwoo berubah merah memalukan, Wonwoo mengalihkan pandangannya kesamping, membuang muka. "Kapan kita akan mulai jika kau tetap berada diatasku, bodoh!"

Mingyu tertawa tampan. "Kau benar."

Pemuda tinggi itu bangkit berdiri, saat kepalanya menoleh untuk melihat Wonwoo tiba-tiba pemuda manis itu sudah berada dihadapannya, menatapnya dengan berani.

Dia sedikit terkejut dengan pergerakan tiba-tiba Wonwoo, seolah pemuda manis itu tersebut sedang menantangnya.

Wonwoo tidak ingin dipermalukan lagi oleh Mingyu, Wonwoo berjanji dalam hatinya. Ia tidak mau lagi digoda oleh pemuda mesum tersebut. Wonwoo harus menang dari Mingyu kali ini, untuk mengembalikan harga dirinya.

Mingyu menyeringai, Wonwoo menantangnya, Mingyu suka tantangan.

Seringaiannya makin melebar saat menyadari Wonwoo berusaha mati-matian untuk menegakan tubuhnya, Mingyu tahu jika Wonwoo sebenarnya begitu gugup.

Kita lihat siapa yang menang, Won-woo-hyung.

Dalam hitungan milidetik Mingyu sudah berada tepat di depan Wonwoo, menariknya semakin mendekat. Membuat jarak pandang diantara mereka semakin jelas. "Tahap pertama, tatap mataku."

Wonwoo merasakan sekujur tubuhnya meremang, Mingyu menatap Wonwoo serius. Pemuda manis itu hanya dapat menuruti perkataan Mingyu, menatap mata kecoklatan itu lamat-lamat.

Mingyu semakin mendekatkan wajahnya, membuat hidung mereka menempel, "Kedua, abaikan segalanya dan anggap aku adalah pasangan yang paling kau cintai."

Keberanian yang sebelumnya Wonwoo kumpulkan sirna seketika, bisa-bisanya Mingyu merubah ekspresinya secepat itu. Dia benar-benar profesional, dan Wonwoo hanyalah ibarat anak kucing dihadapan seekor singa.

Sial, Wonwoo merasa kalah untuk yang kedua kalinya.

Dengan segala keberanian yang sebelumnya sempat melebur, Wonwoo mencoba menatap sepasang mata coklat itu dalam, seakan-akan Mingyu memanglah seseorang yang paling dicintai Wonwoo.

Mereka saling menatap, tidak ada yang mengalihkan pandangan mereka sedikitpun selama hampir tiga menit.

Dan Wonwoo mendapati jantungnya nyaris meledak.

Mingyu mengulurkan tangannya untuk menggapai wajah Wonwoo, ia tidak mengerti, seperti tangannya bergerak dengan sendirinya mengelus pipi putih itu pelan.

Wonwoo terlarut dengan tatapan mata kecoklatan itu, ia bahkan tidak memberontak saat Mingyu mengelus pipinya, seolah ada sesuatu tak kasat mata yang mengunci pergerakannya saat ini.

Lalu entah sejak kapan Mingyu semakin mendekatkan bibir mereka, dan Mingyu sendiri terkejut karna Wonwoo yang tidak memberikan respon yang berarti.

"Aku rasa sekarang aku boleh menciummu." Ia bergumam pelan sebelum menyatukan bibir mereka dengan cepat, Wonwoo mendengarnya, namun ia tetap tidak menolaknya.

Wonwoo dapat merasakannya, bibir tebal Mingyu yang menempel dengan bibir tipisnya. Ia sama sekali tidak memberontak. Mingyu melumat bibir tipisnya, memainkan bibirnya atas bawah. Ciuman Mingyu tidaklah lembut, namun juga tidak kasar. Seolah ia sedang mencurahkan segala cinta dan hasratnya dalam ciuman itu.

Tolong katakan, Wonwoo itu masih lurus, kan?

Wonwoo merasa dirinya sudah sepenuhnya sinting.

Bibir mereka masih menempel, hingga akhirnya ia mendorong bahu lebar Mingyu perlahan. Tiba-tiba Wonwoo merasakan sekitar wajahnya kembali memanas.

Mingyu tersenyum nakal, "Penghayatan yang bagus, aku tidak menyangka kita akan cocok secepat ini. Bukankah kau yang sebelumnya menolak dengan keras peran ini? Kau bahkan kini berciuman denganku. Aku tidak percaya."

Wonwoo menggosok bibirnya yang sedikit basah dengan punggung telapak tangannya. Wajahnya dihiasi rona merah jambu.

"A-aku harus ke kamar mandi!" Wonwoo berujar ketus, berusaha membuat wajahnya menyeramkan namun gagal total karna ia masih malu berat dengan semua ini. Pemuda manis itu segera melangkahkan kakinya cepat setelah mengambil ponselnya, meninggalkan Mingyu sendirian disana.

Mingyu terbengong selama sekian detik.

Lalu sesaat setelah itu ia menepuk kepalanya sendiri, menenggelamkan wajahnya dibalik kedua telapak tangannya, semacam orang frustasi. Tapi dibalik gerakan tersebut sebenarnya bibirnya sedang tertarik ke atas, tersenyum penuh arti.

"Astaga, apa-apaan dia, dia yang menantangku, dia juga yang lari dengan wajah merona seperti itu."

Harus Mingyu akui, mendapati pemuda emo tersebut mengeluarkan rona kemerahan di wajah datarnya adalah suatu kebanggaan tersediri baginya.

.

.

.

Wonwoo mengatur detak jantungnya yang berdetak tidak santai di dalam kamar mandi, setelah kabur dari Mingyu dan mengunci dirinya di dalam kamar mandi Wonwoo dapat bernafas sedikit lega.

Kim Mingyu berada di rumahnya, dan kini ia bahkan dipermalukan di rumahnya sendiri! Wonwoo merasa amarah kembali menguasai dirinya. Dia yang berusaha menantang Mingyu barusan, tapi ia berakhir kalah lagi.

Wonwoo sudah bertekad, ia tidak akan kalah lagi dengan Mingyu!

Lalu setelah itu Wonwoo menekan ponsel hitam yang sedang berada digenggamannya. Tangannya bergerak dengan terburu-buru, mencari-cari kontak seseorang, lalu meneleponnya.

"Halo?"

"Hyung, aku sudah memutuskannya. Aku tidak akan membatalkan kontrak itu!"

Wonwoo dapat mendengar suara sesuatu terjatuh dari seberang sana, seperti badan yang terjatuh dari atas kasur. "Kau serius, Won? Ya ampun kau memang yang terbaik! Aku sangat menyayangi mu, Won!" Suara Seungcheol kelewat bahagia.

"Ya, kita bicarakan lagi ini nanti, hyung. Aku hanya ingin menyampaikan hal itu saja hari ini."

"Baiklah, Won, selamat beristirahat. Kita bertemu lagi nanti." Seungcheol bahkan tidak tahu bagaimana ia harus mengekspresikan kebahagiaannya saat ini.

Setelah Wonwoo menekan tombol end, ia menatap dinding kamar mandi kosong.

"Aku akan mengikuti permainanmu, Kim Mingyu! Kita lihat siapa yang akan menang kali ini!" Setelah itu dengan percaya diri Wonwoo keluar dari kamar mandinya yang sudah menjadi saksi bisu penyataan perang Wonwoo.

Saat Wonwoo kembali memasuki kamarnya, ia kembali bertanya kepada Mingyu dengan percaya diri. "Apa lagi yang akan kita lakukan sekarang?"

Mingyu memandang Wonwoo, tersenyum lalu membuka pakaian atasnya.

"A-apa yang kau lakukan, kenapa kau membuka bajumu?!" Wonwoo berujuar tajam, tubuh bagian atas Mingyu sudah tidak mengenakan apapun.

Mingyu menarik Wonwoo hingga pemuda itu terjatuh ke atas kasur, "Tidur denganmu, tentu saja."

Wonwoo meronta di bawah Mingyu, berusaha untuk melepaskan diri. "Tidak akan! Aku lebih baik tidur di luar dibandingkan sekamar denganmu!"

"Hey, hey, hey. Ini adalah salah satu tahap latihan kita. Kau tidak ingin membangun chemistry dengan pasanganmu ini, hah?"

"Jangan mimpi! Dasar kau pemuda mesum!"

Mingyu lama-lama jengkel dengan sifat keras kepala Wonwoo, dengan cepat ia mengunci kedua tangan pemuda manis itu di sisi wajahnya, kembali mendekatkan bibirnya menuju telinga Wonwoo.

"Aku bisa saja menyerangmu saat ini juga, jadi, kau pilih tidur denganku atau bermain denganku?"

Wonwoo melemparkan pandangannya ke arah lain, mendecih pelan. "L-lepaskan aku sial atau aku─akh!"

Mingyu menjatuhkan tubuhnya, menindih Wonwoo. Dada mereka sempura menempel, membuatnya dapat dengan jelas merasakan detak jantung Wonwoo yang berpacu tidak beraturan. Mengintimidasi Wonwoo, mendesak pemuda di bawahnya ini untuk menjawab pertanyaannya lebih cepat.

"Jawab dulu pertanyaanku, manis."

Wajah Wonwoo memerah lagi, ini terlalu memalukan jika harus diucapkan. Wonwoo membungkam mulutnya beberapa saat, tapi akhirnya luluh juga. "Tidur denganmu, jelas saja!" Ia berusaha membuat suaranya ketus, tapi malah sebuah cicitan yang keluar.

Mingyu terkekeh saat melihat wajah Wonwoo yang sudah benar-benar memerah. Semua ini memang menyenangkan, dia terlalu menikmati semua ini sampai-sampai lupa rencana awalnya datang kemari.

"Kalau begitu," Mingyu berguling tepat disebelah Wonwoo, melepaskan kukungan lengan kekarnya pada tubuh kurus itu. "Kita tidur." Tanpa bertanya apapun kepada Wonwoo ia langsung meletakkan tangannya di atas pinggang Wonwoo. Memeluk pemuda kurus tersebut.

"Lepaskan aku! Aku masih normal, aku ingin tidur denganmu tapi bukan berarti dengan posisi seperti ini!" Jelas saja Wonwoo tidak terima diperlakukan tidak senonoh seperti ini, dia sudah ingin melemparkan bantalnya sebelum sebuah suara tegas menginterupsi pergerakannya.

Mingyu semakin erat memeluk Wonwoo, membuat pemuda itu terkunci dan susah bergerak. "Tidur. atau. bermain?" Kalimat itu diucapkan dengan penekanan disetiap katanya, bibirnya tertarik ke atas, "Sayang?"

Jantung Wonwoo berdebar-debar karna marah, bukan karna Mingyu, jangan salah kira. Dia benar-benar harus menahan emosinya pada bocah dihadapannya ini. Wonwoo tidak pernah tahu jika nasib akan mempermainkannya sebegitu jahatnya.

Aksi diam Wonwoo adalah jawaban terbaru yang dapat Mingyu terka.

"Kalau begitu, jadilah anak baik dan kita tidur dengan tenang sekarang. Sekali lagi kau berontak aku tak segan untuk merobek pakaianmu sekarang juga."

Wonwoo benar-benar tidak habis pikir dengan pemuda ini.

"Kau... benar-benar menyebalkan." Wonwoo mendesis tepat di depan wajah Mingyu, wajah mereka dekat namun tidak dengan pikiran masing-masing, itu ditandai dengan tatapan keduanya─lebih tepatnya Wonwoo yang sama sekali tidak menatapi pemuda di hadapannya. Memilih untuk menunduk.

Mingyu mendekap wajah Wonwoo, membenamkan wajah manis itu tepat di perpotongan lehernya. Tertawa kecil lalu menumpukan dagunya diatas puncak kepala Wonwoo, "Nah, kau juga benar-benar manis."

Wajah Wonwoo masih memerah karna menahan amarah, untung saja Mingyu tidak dapat melihat keadaannya saat ini, jika tidak mungkin Wonwoo sudah kembali dihina.

Seluruh otot-ototnya tegang karna semua perlakuan menyebalkan Mingyu, tapi hari ini adalah hari yang begitu melelahkan. Wonwoo benar-benar butuh istirahat. Perlahan tapi pasti tubuhnya melemas dan kedua matanya tertutup, pikiran mengenai wajah Mingyu dan segala sikap kurang ajarnya hari ini mengantarkannya pada mimpi buruk, sangat buruk.

Mingyu mendapati pemuda didekapannya sudah tertidur, ia memandang Wonwoo dari atas. Lalu memainkan sedikit rambutnya.

"Rambutmu sangat halus, tapi kenapa kau begitu keras kepala?" Dia berbisik pelan, menatap pemuda yang sudah terlelap itu dengan tatapan kesal, pertanyaan itu hanya seperti angin lalu tanpa adanya balasan.

"Kita lihat kau bisa bertahan sampai kapan dengan sikap keras kepalamu ini, kau mainan terbaikku. Jeon Wonwoo."

Dengan kalimat itu, Mingyu ikut tertidur. Masih dengan tangannya yang merengkuh erat tubuh Wonwoo.

.

.

.


TBC

Fyuh /lapkeringet/ setelah nulis metrosexual, aku emang lebih nyaman nulis Wonu yang polos lemah gak berdaya...

Maaf kalo chap ini lama, kehidupan kuliah bentar lagi bakal merenggut semua waktuku, akupun sedih :')

Banyak yang nanya ada slight kopel gak di fic ini, pasti ada, kita liat aja nanti siapa yang bakalan nongol. Oh ya, aku mau kasih satu clue, jangan percaya dulu sama apa yang aku bilang di awal ya (?) /ditabok/

Makasih :

vinne halinda putri, DOKYEOMMIENAEKKOYA, Itsmevv, DevilPrince, rossadilla17, lulu-shi, hlyeyenpls, awmeanie, Iceu Doger, alwaysmeanie, Kyunie, 17MissCarat, wonuumingyu, .35, HelloItsAYP, Puput828, hvyesung, whatamitoyou, mingguki, sutorobeiri, wonuyaaawn, Chankaisoo, Ara94, g.a, Wonu nikah yuk susah Login(ya ampun kamu susah log ini? XD), wonwonwon, CAT-aoow Jeon, mshynngts, inisapaseh, egatoti, Chinami Kim, xingmyun, equuleusblack, Gigi onta, hysesar17, Wonu bukan pengemis cintaaa(Sumpah pename apa ini? X'D), PeaNdut, Guest, haya, rinrin12, kookies, youngchanl, Uknown, chikincola, utsukushii02, seira minkyu, exoinmylove, Mrs. EvilGameGyu, whchan, Crypt14.

Dan buat semuanya yang udah review di chapter2 sebelumnya, maaf aku gak sebutin satu satu yaaaaa :'''''''')

.

Oh ya, terkadang aku justru dapet inspirasi pas ngebaca-baca review kalian loh, jadi aku juga mau makasih ke kalian yang secara gak sadar ngasih aku inspirasi buat ngelanjutin fic ini (?) :'''') Oke review lagi ya biar aku semangat, jangan jadi siders mulu ah.

Sampe jumpa di chapter depan yang gatau kapan apdet~~

A/N : Chap depan meanie dan yang lain udah syuting, janji. :')

Hidup Modus!Mingyu !