Its Love
Hyuuga Hinata
Uchiha Sasuke
Other pairing
Romance
Drama
Out Of Character
.
.
(Warning)
Typo
Plot/alur kecepatan
(Dont Like Dont Read)
.
.
Hyuuga Hinata 16
Uchiha Sasuke 25
.
.
Tokyo September 2007
"Hinata-chan kau sudah datang kemari sepagi ini?" ucap kakek tua yang sibuk memeras susu sapi untuk ia jual ke pasar bahkan dijual keliling kompleks.
"Benar sekali, aku merasa semangat pagi ini" Jawab gadis bersurai indigo yang sedang menyenderkan sepedanya ke pagar yang berada di dekat ternak sapi milik tuan Sarutobi Hiruzen.
"Anak muda harus selalu semangat" Jawab Hiruzen, lalu ia mengangkat ember yang berisikan susu yang baru saja ia peras. Hinata yang sudah bekerja menjadi penjual susu keliling sudah terbiasa dengan apa yang harus ia lakukan, gadis itu mengambil beberapa botol susu yang sudah dikemas untuk ia jual.
"Aku mengambil dua puluh botol kali ini" Ucap Hinata, ia lalu berjalan ke dekat pagar untuk mengambil sepedanya setelah itu Hianta memasuki beberapa botol susu ia kekeranjang sepeda yang cukup untuk lima botol susu, sisanya Hinata menggunakan peti lalu di ikat di belakang sepeda.
"Baiklah semoga terjual habis" Jawab Hiruzen lalu kakek-kakek itu meninggalkan Hinata dan masuk kedalam dapurnya guna menyimpan ember susu.
"Aku berangkat tuan " Teriak Hinata, setelah itu ia menaiki sepedanya lalu mengayuh sepeda untuk berkeliling kompleks terdekat.
Pemandangan di jalanan kompleks sungguh indah, bunga sakura bermekaran beberapa bunga tergeletak di jalan aspal, ada berwarna putih lalu berwarna soft pink, Hinata terus mengayuh sepedanya sesekali ia berhenti dan menyimpan botol susu di rumah langganannya.
Beberapa rumah mulai terlewati hingga menyisakan beberapa botol lagi untuk ia antar, kali ini berhenti lagi di kediaman rumah mewah ia tidak bisa melihat bentuk rumahnya karena terhalang oleh pagar yang menjulang tinggi.
Hinata menyimpan botol susu di sebuah kotak penyimpanan susu yang berada diluar, namun tiba-tiba dibelakangnya ada yang berbicara padanya.
"Apa kau akan menyimpan botol susu itu" Tanyanya membuat Hinata langsung menengok kebelakang dan melihat perempuan yang baru saja beres berolah raga. Terlihat rambutnya yang berwarna pink nya sedikit lepek karena keringat.
"Ya, saya akan menyimpannya disini" Hinata tersenyum ramah, perempuan yang lebih tua darinya itu hanya tersenyum membalasnya.
"Tidak usah disimpan disana kali ini aku akan membawanya langsung kerumah" Jawabnya ramah, Hinata menundukan kepalanya memberikan hormat.
"Terima kasih" Ucap perempuan itu lagi, lalu ia tersenyum dan berjalan kearah pagar rumahnya yang terbuka setelah itu perempuan bersurai pink itu memasuki rumahnya. Setelah kepergian perempuan itu Hinata bergegas menaiki sepedanya namun kali ini ia akan langsung pulang kerumahnya, jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul 06:45 dan ia harus segera bersiap-siap untuk berangkat kesekolahnya.
Lima belas menit berlalu Hinata sampai di kompleks rumahnya, hanya melewati lima rumah lagi ia akan sampai di rumahnya. Hinata terus mengayuh sepedanya beberapa rumah terlewati termasuk rumah mewah yang dipinggir rumahnya, setelah melewati rumah itu Hinata berhenti seperti biasanya Hinata akan menyimpan sepedanya didepan rumahnya, lalu ia mengambil beberapa botol susu yang masih tersisa.
"Ceraikan aku, kau sudah meniduri wanita jalang itu brengsek dan dia sekarang hamil anak mu" Hinata terhenti didepan pintu rumahnya, ia mendengar suara lantang ibunya yang berteriak lalu disusul suara ayahnya yang tak kalah berteriak mungkin saja sampai bisa terdengar ke rumah-rumah dipinggirnya.
"Baiklah aku akan menceraikanmu, kau sudah tidak berguna lagi" Suara ayah Hinata mengakhiri perdebatan itu lalu pintu rumah terbuka membuat Hinata mundur beberapa langkah kebelakang. Terlihat muka kusut ayahnya, pria itu menghiraukan Hinata yang menatapnya melewati Hinata begitu saja.
Prankkkk
Suara piring yang dilempar membuat Hinata langsung memasuki rumahnya, ia menyimpan botol susu yang ia genggam sedari tadi lalu ia simpan di mana saja, ia langsung berlari kearah dapur dimana ada ibunya berada.
"Ibuuuuu" Hinata berteriak histeris melihat ibunya yang tergeletak pingsan, pergelangan tangannya mengeluarkan darah segar, ibu Hinata mencoba bunuh diri.
"Tolong!" Hinata berteriak berharap ada seseorang yang menolongnya untuk menyelamatkan ibunya.
Dilain tempat, tepatnya didepan rumah Hinata terlihat dua orang pemuda yang baru saja beres berolahraga, mereka terhenti ketika mendengar teriakan seseorang
"Sasuke, apa kau mendengar teriakan minta tolong" Ucap Naruto sambil mencabut handsfree yang berada di telinga kiri Sasuke. Hingga Sasuke mendengar suara seorang perempuan yang berteriak minta tolong
"Itu teriakan Hinata" Seketika itu juga Sasuke langsung berlari meninggalkan Naruto begitu saja. Ia membuka pintu rumah Hinata sedikit kencang.
"Hinata apa yang terjadi" Ucap Sasuke membuat Hinata seketika menoleh kearah Sasuke yang kini berada disampingnya.
"Sasuke-san tolong selamatkan ibuku" Jawab Hinata sambil terus terisak, onyx Sasuke memperhatikan pergelangan tangan Hitomi ibunya Hinata yang terus mengeluarkan darah.
"Ada apa ini" Ucap naruto yang panik seketika, namun Sasuke tidak menjawabnya ia sibuk menelpon rumah sakit untuk segera mengirimkan ambulans.
"Hinata apa kau mempunyai sebuah kain kita harus segera menghentikan pendarahannya" Tanya Sasuke, seketika Hinata langsung berdiri dan mencari sebuah kain yang berada didalam lemari, Naruto turut membantu Hinata mencari kain. Sedangkan Sasuke ia mengecek nadi dileher ibu Hinata.
"Ini Sasuke-san" Sasuke langsung mengambil kain tersebut dan langsung mengikatnya di tangan Hitomi guna menghentikan darah yang terus keluar dari pergelangan tangannya. Sasuke memperhatikan kearah Hinata yang terlihat cemas sekali.
"Tenanglah Hinata ambulans akan segera tiba sebentar lagi" Ucap Sasuke menenangkan, sedangkan Naruto sudah berada diluar menunggu kedatangan ambulans. Dan benar saja tak berapa lama mobil ambulans sampai. Naruto langsung memberitahukan Sasuke, dan seketika pemuda itu mengangkat tubuh ibunya Hinata untuk dibawa kedalam ambulans.
.
.
.
Uchiha C&N sebuah nama perusahaan yang terpampang jelas di gedung pencakar langit, perusahaan yang dimiliki oleh Uchiha Madara, yang merupakan kakek Uchiha Itachi dan Uchiha Sasuke.
Tuk Tuk
Suara ketukan pintu di ruangan pribadi milik Uchiha Itachi tidak menggoyahkan kegiatan Itachi yang tengah sibuk membaca proposal.
"Masuk" Ucapnya menyuruh pada orang yang mengetuk pintu itu untuk masuk.
"Itachi-sama saya mendapatkan laporan apa yang tengah direncanakan oleh Madara-sama, dia akan memperluas jaringan yang berada di New York" Itachi terhenti membaca proposal pekerjaannya seketika saat mendengar pesuruhnya memberikan informasi.
"Jadi Tua bangka itu sudah bermain-bermain sekarang" Suara baritone Itachi terdengar tajam, rahangnya mengeras menahan amarah.
"Madara-sama berniat mengirim Sasuke untuk mengelola perusahaan di New York"
"Apa yang tengah direncanakan sebenarnya oleh tua bangka itu, apa ia akan menjadikan anak haram itu sebagai pemilik perusahaan" itachi mengepalkan kepalan tangannya.
"Terus pantau apa yang akan direncanakannya" Suruh Itachi pada pesuruhnya.
"Baik Itachi-sama" Pesuruh yang bernama Juugo itu membungkuk kearah Itachi setelah itu pergi meninggalkan Itachi yang menahan emosi.
"Kau yang harus membayar segalnya atas kematian ibuku brengsek"
Flashback On
Itachi berlarian menuju rumahnya, seragam sekolah dasarnya masih melekat di badannya, hari ini ia begitu bahagia karena sebentar lagi ia akan bertemu dengan kakeknya yang baru saja datang dari New York Amerika Serikat.
Itachi membuka pintu rumahnya dengan tidak sabaran ia segera memasuki rumahnya dan ia melihat kakeknya yang tengah duduk bersama seorang anak yang lebih muda darinya.
"Itachi-kun apa kau sudah datang?" Madara yang melihat Itachi langsung menyambut kedatangan cucu tersayangnya.
"Hm kakek apa kau membawa oleh-oleh untukku" Itachi memeluk Madara, dan Madara mengangguk menjawab pertanyaan Itachi.
"Kau suka robot-robotan kan kakek membelikannya untukmu dan kakek sudah menyimpannya di kamarmu"
"Asyikkk terima kasih kakek" Itachi tersenyum. Akan tetapi onyx menangkap anak laki-laki yang sedari tadi diam.
"Kakek anak kecil itu siapa?" Tanya Itachi yang begitu penasaran.
"Pernalkan Itachi dia Uchiha Sasuke dia adik mu, dan Sasuke dia Uchiha Itachi kakak mu!" Ucap Madara sambil berjalan merangkul Sasuke yang terdiam.
"yeayyy aku menjadi kakak" Seru Itachi tiba-tiba dan berjalan untuk merangkul Sasuke penuh kesaudaraan.
Dua Tahun berlalu hingga kini Itachi bersekolah di Junior High School perilakunya pada Sasuke berubah semenjak kematian ibunya, apa yang sebenarnya terjadi.
"Kau bukan adikku, kau adalah pembunuh ibuku" Teriak Itachi sambil mendorong-dorong Sasuke kedinding.
"Tidak aku tidak membunuh ibu" Sasuke terisak dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gara-gara kedatangan kau ibu meninggalkanku" Itachi terus menyudutkan Sasuke. Hingga Madara datang dan melerai amarah Itachi.
"Dia tidak salah Itachi" Ucap Madara sambil memangku Sasuke yang terisak.
"Kakek dan dia sama saja" Itachi berlari, ia membenci Sasuke dan Madar karena selama ini kakeknya membohonginya dan lebih menyayangi Sasuke daripada dirinya pikir Itachi.
Kabar mengejutkan kematian ibunya yang bunuh diri akibat mendengar ayahnya Uchiha Fugaku telah berselingkuh dan memiliki anak dari wanita lain alasan kuat kenapa itachi membenci Sasuke.
Flashback Off
.
.
.
Hinata terus menggigit kuku jarinya, hari ini ia harus bolos sekolah karena kejadian tentang ibunya yang mencoba bunuh diri dengan memotong urat nadi dipergelangan tangannya.
"Tenanglah Hinata yang sedang memeriksa ibumu adalah temanku" Ucap Sasuke menenangkan, pemuda itu terus mendampingi Hinata, sedangkan Naruto ijin pulang duluan, ada rapart penting yang harus ia hadiri.
"Sasuke-kun" Suara perempuan mengejutkan Sasuke dan Hinata, dan perempuan yang baru saja memanggil Sasuke itu hanya menampilkan senyuman menawannya.
"Sakura bagaimana kondisi ibunya Hinata?" Tanya Sasuke begitu langsung melihat temannya itu keluar dari ruang pemeriksaan ibu Hinata.
"Bagaimana dokter apa ibuku baik-baik saja?" Tanya Hinata mengulang pertanyaan Sasuke, gadis itu begitu tidak sabaran untuk mengetahui kondisi ibunya sekarang.
"Pasien Hitomi Hyuuga baik-baik saja, dan untung saja kalian cepat memberikan tindakan untuk menghentikan darah yang keluar" Jawab Sakura, dan membuat Hinata bernafas lega.
"Syukurlah terima kasih dokter!" Ucap Hinata sambil membungkukan badan, Sakura hanya tersenyum.
"Sepertinya kau penjual susu yang tadi pagi?" Sakura memperhatikan intens Hinata yang kini menatapnya.
"Ah benar kau gadis yang tadi pagi apa kau masih mengingatku!" Ucap Sakura kembali setelah memastikan bahwa gadis penjual susu adalah sosok Hinata.
"Ah ya aku mengingatnya" Hinata tersenyum kikuk, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Oh iya Sakura dia Hinata Hyuuga tetangga disebelah rumahku!" Sasuke kina memperkenalkan Hinata kepada sahabatnya itu.
"Begitukah? Hm Hinata-chan kita akan sering bertemu dirumah sakit sampai ibumu sembuh, kalau ada apa-apa bisa menghubungiku, ah ya aku tidak bisa berlama-lama aku harus segera melakukan operasi" Ucap Sakura, perempuan itu langsung meninggalkan Sasuke dan Hinata.
"Ah ya kau Sasuke harus meneraktirku nanti" teriak Sakura sebelum benar-benar pergi.
"Hn" jawab Sasuke, setelah itu Sasuke melirik kearah Hinata yang sedang menatapnya.
"Sasuke-san terimakasih telah membantuku!" Hinata membungkuk, dan Sasuke langsung memegang pundak Hinata.
"Aku akan selalu membantumu anggap saja aku ini seorang kakak bagimu!" Sasuke tersenyum, setelah itu ia mengacak rambut Hinata.
Hinata memandang lekat sosok pemuda dihadapannya yang tengah tersenyum ada rasa hangat dihatinya itu ketika melihat senyuman menawan Sasuke.
"Jangan menyerah Hinata, aku ingin melihat kau menjadi orang yang sukses!" Sasuke yang sudah tahu mengenai lika-liku kehidupan Hinata ia akan selalu mendukung gadis itu sampai kapanpun. Hinata hanya mengangguk dengan penuh semangat.
Tiga hari berlalu, kondisi Hotomi mulai membaik Hinata tidak pernah absen untuk menemani ibunya, sesekali Sakura datang menemuinya guna memeriksa kesehatan ibunya.
"Maafkan ibu Hinata-chan karena tidak bisa membahagiakanmu!" Hitomi membelai surai rambut Hinata yang tengah tertidur di sampingnya. Hitomi menangis sambil mengusap pelan rambut Hinata.
Hingga pagi menjelang Hinata terbangun dari tidurnya ia tersenyum kearah ibunya yang masih tertidur. Hari ini ia akan pulang kerumah untuk membersihkan rumah yang ia tinggalkan selama tiga hari.
Ia membetulkan selimut ibunya sebelum pergi kekamar mandi untuk membasuh mukanya agar terlihat freesh, setelah itu ia akan pulang kerumahnya.
Beberapa menit kemudia Hinata sampai di kompleks perumahannya, ia menggunakan bus untuk sampai kesana dan harus turun di pemberhentian bus yang cukup jauh ke kompleks perumahannya, namun Hinata memilih jalan kaki ketimbang naik taksi.
Hinata terus berjalan sambil melamun, hingga ia merasakan tepukan di pundaknya, dan membuatnya sedikit tersentak dan kakinya yang oleng karena menginjak tali sepatu yang terlepas hampir saja ia akan tersungkur jika saja Sasuke tidak merangkul pinggangnya Hianta melirik kekiri dimana wajah Sasuke begitu dekat dengan wajahnya Hinata dan Sasuke saling berpandangan beberapa detik hingga mereka tersadar dan langsung melepaskan rangkulan dipinggang Hinata secara perlahan.
"Apa kau baik-baik saja?" Sasuke yang sedikit gugup langsung mengalihkannya dengan pertanyaan.
"Hn, aku hanya sedikit kurang tidur tapi aku baik-baik saja!" Hinata membenarkan rambutnya yang menghalangi matanya dan Sasuke yang melihatnya langsung refleks membenarkan rambut Hinata yang menghalangi matanya dan membuat Hianta seketika terdiam kembali. Sasuke yang meyadari apa yang ia lakukan langsung membuat gugupnya semakin bertambah.
"Hahaha kenapa jadi canggung begini" Sasuke tertawa tak jelas dan membuat Hinata tersenyum atas aksi konyol Sasuke. Pemuda itu meninggalkan Hinata sambil terus tertawa aneh. Hinata berlari menyamai langkah Sasuke.
"Sasuke-san aku ingin menjadi seorang Designer" Ucap Hinata, dan Sasuke yang mendengarnya langsung terhenti dan melirik kesamping dimana Hinata tengah menatapnya. Senyuman manis Hinata ia dapatkan gadis itu benar-benar manis dengan pipinya yang sedikit merona.
"Auhhh ternyata kau sudah dewasa!" Sasuke mengacak rambut Hinata dan sukses membuat Hinata kesal, apalagi saat ini Sasuke malah berlari meninggalkan Hinata, tak mau kalah Hinata mengikuti Sasuke berlari.
"Yaa Sasuke-san tunggu" Teriak Hinata yang tidak berhasil mengejar Sasuke, namun Sasuke hanya melirik sekilas sambil menjulurkan lidah, benar-benar menyebalkan pikir Hinata.
Akhirnya mereka sampai depan rumah Sasuke, Hinata terengah-engah nafasnya berderu karena lelah berlari.
"Segitu saja kau sudah lelah" Goda Sasuke, namun Hinata hanya menatapnya jengkel dan berlalu menuju rumahnya tanpa berpamitan.
"Aih dasar gadis itu!" Racau Sasuke sambil melihat punggung Hinata yang menjauh.
Hinata sampai didepan pintu rumahnya, ia berniat masuk namun ia melihat sepatu ayahnya, buru-buru ia langsung membuka knop pintu untuk segera bertemu dengan ayahnya.
"Kau pulang!" Hinata memandang kearah ayahnya yang sedang sibuk mengobrak-abrik laci lemari yang berisikan kertas-kertas penting. Pria yang bernama Hiashi itu berhasil menemukan apa yang ia cari sebuah map coklat.
"Apa yang akan kau lakukan!" Hinata memegang tangan ayahnya namun Hinata ditepis kasar hingga tersungkur.
"Aku akan menjual rumah ini karena aku dan ibumu akan berpisah!" Teriak Hiashi sambil memasukan map coklat yang berisikan sertifikat rumah kedalam tasnya.
"Jangan lakukan itu ayah, kami akan tinggal dimana!" Hinata mencoba meraih kaki Hiashi agar tidak pergi.
"Bukan urusanku!" Hiashi mendepak Hinata dan langsung pergi meninggalkan Hinata yang tengah terisak.
.
.
.
"Kakek!" Sasuke membuka pintu kamar Madara pemuda itu memanggil Madara yang tengah sibuk membaca koran.
"Hn, kau datang Sasuke?" Kecemata melekat di mata Madara, onyxnya tidak teralihkan dengan bacaan yang berada didalam koran.
"Hn" Jawab Sasuke lalu ia duduk di kursi sofa yang berada didepan Madara.
"Apa kau sudah mendengar informasi yang Kakashi ceritakan?" Tanya Madara, pria tua itu menyimpan koran yang sudah selesai ia baca, teh hijau yang sedari tadi mengepul diatas meja Madara menyeruputnya.
"Untuk itu aku datang kesini!" Jawab Sasuke, dan Madara mengangguk mengerti.
"Ku mohon kau bisa melakukan ini?" Sasuke menghela nafas, dalam hati kecilnya ia tidak ingin berurusan dengan Itachi, tetapi jika yang memintanya adalah kakeknya ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Akan aku pikirkan!" Jawab Sasuke, setelah itu ia berdiri untuk segera pergi ke caffe tempat ia bekerja. Sebuah caffe yang ia buka dengan usahanya sendiri.
"Apa kau akan pulang sekarang?" Tanya Madara ketika melihat Sasuke berdiri.
"Hn, aku sangat sibuk sekali, dan ya kau harus segera cek up kesehatan mu janga terlalu memikirkan ini!" Seperti biasa Sasuke akan menceramahi kakeknya jika menyangkut kesehatannya.
"Kau masih saja cerewet, baiklah cepat sana pergi!" Madara yang terkenal dingin selalu bersikap hangat didepan cucunya.
"Baiklah, ingat itu kau harus segera cek up!" Sasuke lalu membungkuk memberi hormat dan setelah itu pergi meninggalkan Madara.
Dilain tempat Hinata berjalan lunglai keluar dari rumahnya untuk kembali menuju rumah sakit namun ponselnya tiba-tiba bergetar deretan nomor terpampanh diponselnya dan itu nomor rumah sakit dimana ibunya sedang dirawat.
"Ini dari rumah sakit Tokyo center medical , pasien Hyuuga Hitomi kritisi mohon wali pasien untuk segera kemari!" Hinata langsung panik seketika, ia langsung berlari mencari taksi.
Dua puluh menit ia sampai di rumah sakit, Hinata berlari lagi setelah membayar taksi, ia terus berlari menuju tempat ibunya dirawat.
"Suster apa yang terjadi" Tanya Hinata, dadanya kembang kempis akibat berlari.
"Pasien Hyuuga Hitomi mencoba bunuh diri lagi dengan melukai nadi dilehernya" Jawab suster yang sedang berjaga didepan ruang periksa.
"Saya akan masuk dulu" Suster tadi memasuki ruangan dimana ibu Hinata sedang diperiksa.
Tiga puluh menit berlalu pintu itu terbuka dan Sakura yang menjadi dokter ibunya Hinata keluar.
"Maafkan saya Hinata, kondisinya benar-benar kritis dan harus segera dioperasi karena sayatan dilehernya terlalu dalam" ucap Sakura dan sebelum Hinata menjawab akan tetapi tiba-tiba seorang suster kembali memanggil Sakura.
"Dokter detak jantung nya melemah, dan suhu tubuh nya semakin menurun"
Sakura langsung bergegas memasuki ruangan dan segera memeriksa keadaan Hitomi.
"Dokter detak jantungnya semakin melemah" Ucap suster yang memperhatikan monitor EKG sabuah alat pengukur jantung yang semakin menurun
"Siapkan defibrilator !" Sakura membuka kancing baju Hitomi , lalu ia mengambil paddle yang sudah terpasang.
"200 joule" Sakura siap menyentuhkan paddle pada tubuh bagian dada Hitomi
"Shock" tubuh Hitomi terangkat dan hasilnya masih sama detak jantung nya semakin menurun.
"300 joule" lagi-lagi Sakura akan mengejutkan listrik defibrilator.
"Shock" tidak ada perubahan, Sakura langsung melakukan CPR memompa detak jantung Hitomi.
Tutttttttttt
Garis yang berada di EKG bergaris lurus, sektika Sakura melemah, matanya memandang sendu kearah Hitomi, dan salah satu suster keluar untuk menemui Hinata.
Hinata langsung masuk dan memandang sendu ibunya yang kini terpujur kaku.
"Waktu kematian pasien Hyuuga Hitomi pada jam 14:25 , 17 november 2007" waktu kematian telah di umumkan oleh Sakura dan membuat Hinata berteriak histeris.
"Tidak, ibu aku mohon" Hinata menggoyang-goyangka tubuh Hitomi, Sakura yang melihatnya begitu iba pada Hinata ia mendekat dan menepuk pundak Hinata.
"Yang tabah Hinata" Hinata terkulai lemah, kakinya benar-benar lemas, kenapa hidupnya harus seperti itu, kenapa semua yang ia butuhkan meninggalkannya.
To be continued