I do not own the story!

copyright © 2015 Adagio by inkills (AFF)

translated by Xiao Wa (June 25, 2016)

Enjoy~

o

o

o

Ia tidak pernah menduga hal berikutnya yang akan ia dapat adalah sebuah ciuman tepat di sebelah bibirnya. Sebuah pelukan erat dan pernyataan yang lainnya. Sebenarnya beberapa pengakuan pada hari berikutnya. Sepanjang hari ia terus mendapatkan rona tipis di kedua pipinya, karena apa yang ia temukan di pagi hari di sebelah piano membuatnya merasakan semua jenis kebahagiaan. Sehun menuliskan sebuah surat gombalan dengan sebuah kartu yang tertempel pada buket bunga besar.

Lagu yang dia mainkan romantis, mempesona dan semua menikmatinya seperti Sehun. Saat awal malam ketika ia menghabiskan makan malamnya cepat, ia terburu-buru ke ruang piano di mana ia bisa menemukan pianis cantik yang masih memainkan sebuah lagu. Jari-jarinya menyusuri rambutnya, dan melihat sekilas senyumannya. Sehun mendekat lalu mengangkatnya agar duduk di pangkuannya, dan sekarang dia mengakhiri lagunya dengan indah kepalanya menunduk malu akan aksinya. Tangannya digenggam dengan erat dan jantungnya berdetak dengan cepat. "Apa kamu akhirnya akan memberikanku sebuah kesempatan?" Si pianis menganggukan kepalanya, perlahan tenggelam dalam pangkuan lainnya sebelum kepalanya ditolehkan ke samping. "Aku sangat senang, Luhan." Tuan muda berbisik, "Aku sangat senang akhirnya mempunyai kesempatan."

Ia bersumpah hari berikutnya ia meleleh seperti mentega di bawah matahari. Kapan pun ia menyelesaikan permainannya di malam hari ia akan mendapatkan sebuah ciuman di bibirnya, dan dagunya yang diangkat dengan lembut. Kapan pun ia datang di pagi hari ia akan disambut oleh senyuman Sehun, pelukannya yang menghujaninya dengan kehangatan. Sehun yang terus berusaha untuk membawanya ke restoran mewah untuk berkencan, memberinya makanan yang paling enak yang dapat dia pikirkan dan membawanya ke tempat-tempat di mana hanya mereka bisa saling memiliki satu sama lain. Tangannya dicium, seraya Sehun membawanya ke meja di samping jendela. Dia tersenyum malu-malu, dan memesan apa yang dia lihat lezat. Sebelum tangannya dicium untuk yang kedua kalinya. "Apa aku sukses membuatmu jatuh cinta dengan menggunakan uangku?" Luhan tertawa, menarik tangannya kembali dan menyesap anggur mereka yang seperti biasanya. "Ya." Ia membiarkan sebuah senyuman mengambil alih bibirnya, dan sebelum dia melewatkannya dia menangkup dagunya pelan. Mendekatkan dirinya untuk menjilat tetesan anggur yang akan Luhan jilat dari bibirnya, jilatan sederhana berubah menjadi ciuman pelan penuh gairah dan Luhan tidak menolaknya. Ia tenggelam dalam romantisme yang Sehun limpahkan padanya, dan tak pernah berpikir hidupnya akan menggambarkan dunia yang hanya bisa ditemukan dalam musik klasik.

Dia meletakan tangannya di atas tangan Sehun yang terulur padanya. Mengikutinya menuju lift, dimana senyum menjanjikan Sehun terbentuk untuknya. Ia membawanya ke sebuah ruangan, dan Luhan baru saja mengetahui bahwa restoran itu hanya bagian dari hotel bintang lima. Semuanya terlihat mewah, mahal dan ia takut jika ia menyentuh sesuatu itu akan terjatuh. Sehun tiba-tiba melingkarkan lengannya di sekitar pinggangnya, mengelilinginya dengan pelukan belakang yang hangat sebelum mendekat untuk berbisik. "Bolehkah aku bercinta denganmu?" lengannya mengunci Luhan di antara mereka, saat pianis itu hanya bisa membiarkan senyumannya meluas. Ia membalikan badannya, dan mengalungkan lengannya pada leher Sehun. Setiap kali ia melihat matanya jantungnya berdetak cepat, seluruh dirinya bergetar akan jumlah cinta yang tuan muda punya untuknya. "Boleh."

Yang lebih tinggi menyandar untuk mencium kening, hidung dan berakhir pada bibirnya di mana ia memasukan lidahnya. Bibir Luhan berkilat dengan air liur, dan ketika dia menarik menjauh ia membaringkannya pada kasur yang selembut sutra. Ia bernapas dengan berat, ia sangat gugup dan ini bukanlah kali pertamanya. Hanya saja ia akan membiarkan tangan-tangan penuh dosa itu menyentuh setiap inci dirinya, menelanjanginya seperti sekarang. Ia merengek ketika udara dingin menyentuh kulitnya, membantu pria satunya untuk melepas pakaiannya sampai dia telanjang di bawahnya. Sehun tersenyum, tangannya perlahan membelai setiap bagian, setiap inci dengan tatapan kagum pada setiap bagian tubuh dari pianis itu. "Jangan melihatku terlalu lama." Pianis itu berbisik malu, dan menarik sebuah bantal untuk menutupi wajahnya. "Kamu terlalu indah aku tidak bisa berhenti untuk melihatmu." Sehun terkekeh, dan mengambil bantalnya menjauh, ia menggerakan tangannya ke atas dan bawah, terus-menerus seraya Luhan merengek karena rasa merinding di punggungnya. Tangan Sehun menelanjangi dirinya sendiri dengan cepat, dan sekali lagi menindih kulit susu si pianis.

Napasnya menabrak dadanya, bibirnya menarik puting susu merah muda itu ke mulutnya. Berulang-ulang menjilati pucuknya dan membuatnya lebih merekah, sebelum memutuskan untuk meninggalkan beberapa gigitan di tulang selangkanya yang terlihat jelas. "Sehun," Dia memanggil namanya sekali, mengangkat pinggangnya agar Sehun dapat melihat hal yang sudah dia buat. Kejantanannya menempel pada perutnya dengan keras, dan Sehun tertawa pelan. Jari-jarinya melingkar pada batang kecil itu dan menggerakannya ke atas dan bawah berulang kali. Cairannya mulai keluar, dan Sehun tersenyum lebih banyak lagi. Ia melihat bagaimana kepala Luhan perlahan mengejang akan sentuhannya, serta jari kakinya yang menggulung. Ia menundukan kepalanya dan perlahan memasukan penis itu ke dalam mulutnya, menelan semuanya sampi penis itu mencapai tenggorokannya. Luhan tersentak, punggungnya melengkung dan tangannya meremat rambut Sehun kencang. "Ya tuhan," dia melemparkan kepalanya kembali ketika yang lain memulai untuk menggerakan kepalanya perlahan sebagai awal, tapi kemudian mempercepatnya sampai erangan keras Luhan bisa didengar. Yang lain menarik menjauh, ia tidak mau Luhan mencapai puncak nafsunya dengan cepat. Ia menaikan kepalanya untuk memberikan kecupan pada seluruh tubuh cantik laki-laki itu, dan terkahir menggapai bibirnya yang diciumnya dengan penuh cinta.

Semburat merah muda bisa dilihat di pipi Luhan ketika Sehun menyender mendekat, lalu mulai menggesekan kejantanannya pada milik Luhan yang terbungkus air liur. Ia memaksa mengangkat kepala Luhan dari dagunya, menatap matanya sebelum pria itu menutup keduanya, dan maju untuk menciumnya dengan lembut dan pelan tanpa malu. Sehun hampir memekik girang, tangannya menuju rambut Luhan, lalu mendorongnya meminta lebih.

Pria di bawahnya menjauhkan wajahnya setelah beberapa waktu dan tanpa sadar melengkungkan punggungnya, menginginkan lebih untuk penisnya kerasnya yang sudah basah oleh cairan. Tapi Sehun berhenti, perlahan ia melebarkan kakinya dan menjilati jari-jarinya yang lalu didorong masuk. Pertama satu lalu dua, ada tiga jari ketika laki-laki itu terus menggeliat, mengerang untuk lebih. Tuan muda menariknya keluar, tersenyum pada pianis yang mendesah kehilangan. Tapi ia menggantikannya dengan penisnya, seraya ia terus menghujani wajah Luhan dengan kecupan, ia baru memasukan setengahnya, memberikan beberapa tusukan di saat yang sama untuk mendorongnya masuk lebih dalam, lebih dalam sampai semuanya masuk. Tangannya memegang pinggang Luhan yang gelisah, menahannya seraya menusuknya perlahan diawal lalu mulai bergerak lebih cepat. Pianis itu memeluknya, kuku-kukunya menggambar garis-garis merah pada punggung tegapnya dan bibirnya terbuka untuk mengeluarkan lebih banyak erangan, lebih banyak teriakan ketika ia mengenai sesuatu di dalamnya. "Lagi." Dia mengeram, air matanya jatuh atas kenikmatan yang dulu dia larang untuk dirinya. "Lebih keras, lebih cepat." Tuan muda menurutinya, menahan pinggangnya lebih erat dan memberikannya tusukan tajam di dalam yang mana membuat Luhan berteriak. Sehun pikir akhirnya dia menemukan hal yang lebih indah dibanding nada-nada yang Luhan buat, dan itu adalah erangan Luhan sendiri.

Dia ingin lebih, dan ia memberikannya lebih banyak. Ketika dia bangun di pagi hari hal pertama yang dia lihat adalah senyuman lembut milik Sehun, dan tangannya yang terus membelai rambutnya penuh cinta. "Selamat pagi." Dia berbisik, Luhan tersenyum kembali, mendekat untuk sebuah kecupan ringan pada bibirnya sebelum berbisik. "Selamat pagi." Tiba-tiba, tangan Sehun bergerak naik ke kulitnya, memeluknya dengan lembut di bawahnya seraya ia naik ke atas. Sebuah senyuman lebar terbentuk di bibir Luhan setelah dia mendesah, tangan kecilnya terulur untuk menangkup wajah Sehun. Ia menatap untuk waktu yang lama, dan akhirnya berpikir bahwa ia suka melihat wajah Sehun setiap pagi, ia senang hati untuk menerima lebih banyak ciuman, lebih banyak pernyataannya yang tak pernah berhenti. Ia berbisik, suaranya mengumpulkan semua romantisme yang ia pelajari dalam klasikal. "Aku mencintaimu."

o

o

o

x.w: Ha ha ha, /elap keringet/ ada vanilla smutnya, manis banget /ketawa mesum/ Dan akhirnya Adagio tamat! REVIEWNYA SEMUANYA~~~~ /tebar kolor Sehun untuk yang kesekian kali/

Project selanjutnya saya mau buat remake hunhan dari sebuah novel, ini kisah horor, udah bocorannya gitu aja...