Author : Fafasoo202
Title : Life with Babbo Kim
Genre : Romance, Frindship, Humor, YAOI
Rated : T+ (?)
Lenght : Twoshoot/Threeshoot/?
Pairing : My Lovely Kaisoo
Support Cast : Park Chanyeol, Byun Baekhyun, etc..
Disclaimer: Cerita murni dari pemikiran saya, tidak plagiat atau sejenisnya. Para pemeran milik kedua orang tuanya juga Tuhan YME. Kalau bisa, sayang ingin memiliki satu diantara mereka :3

Note : Huruf 'italic' menunjukkan kata hati, dan flashback. Jadi, perhatikan tiap kata dan kondisi dalam cerita. Bagi yang tidak menyukai YAOI, tolong segera menutup halaman. Terima kasih^^

.

.

.

Copyright © 2016 Fafasoo202 Present

.- Life with Babbo Kim -.

.

.

.

.

.

Chapter 8

Pipinya kemudian terasa begitu panas luar biasa.

Kyungsoo menekuk jemari kaki di balik sepatu putihnya. Ia berdiri tiba-tiba, dan memandang Kai dengan penuh rasa bingung di kepalanya. Beberapa detik mereka hanya saling menatap. Lelaki yang lebih kecil terkekeh dan mulai beranjak pergi. Tapi Kai lebih cepat dari dugaannya.

Tangannya tercekal, lalu di tarik menuju kumpulan rak-rak buku dan punggungnya di hempas begitu saja.

Itu menyakitkan.

"Ku tanya sekali lagi, apa kau masih menyukaiku?"

Dewi batinnya mendesak untuk mengatakan 'IYA'. Tapi Kyungsoo berusaha keras untuk berkata yang sebaliknya.

"A... aku... tidak!" Kyungsoo menggigit bibir bawah dan mengalihkan pandangannya kemana saja.

Tak!

"Aw!" Kyungsoo mendengus dan menatap kesal pada Kai sembari mengelus dahinya yang mungkin saja akan memar.

"Ku katakan padamu, agar kau tahu. Kau tidak pandai berbohong. Bodoh!" Kai berujar dengan senyum miring tersemat disudut bibirnya.

"Tidak! Kau salah! Aku sungguh tidak lagi menyukaimu, Kim Jongin!" Desisnya masih dengan tatapan nyalang.

"Begitu?"

Tiba-tiba Kai mempersempit jarak mereka, memajukan wajahnya hingga nyaris membuat kedua bibir itu bersentuhan. Kyungsoo buru-buru memejamkan matanya. Oh, ya ampun. Dia tau apa yang akan terjadi.

1 detik

2 detik

3 detik

4

5

6

"Kalau kau tidak menyukaiku, lagi, kenapa kau menutup matamu?, kenapa pipimu memerah? Apa yang kau nantikan, Do Kyungsoo?"

Detik itu juga, setelah Kai berkata demikian, Kyungsoo membuka matanya lebar-lebar. Ia melepaskan nafasnya dengan tawa yang sumbang. Ahh itu lah kebodohannya. Kyungsoo selalu nampak seperti orang idiot ketika berhadapan dengan Kai.

Dewi batinnya merenung sambil sesekali menggigit kuku jari tangannya.

Ohh ya ampun, hatinya semakin kesal pada lelaki tan ini. Kyungsoo berusaha mendorong Kai sekuat tenaga, bahkan rasanya ia sudah menggunakan tenaga dalam. Namun nihil, Kai tidak bergerak seinci pun dari tempatnya.

"Bisa kau menjauh dari ku?" tanya Kyungsoo berusaha sesantai mungkin.

Lelaki tinggi dengan setelan kaos putih polos dan ripped jeans itu menggeleng pelan, "Tidak mau," tuturnya tanpa melepas pandangan dari Kyungsoo.

Oke,, ia mulai jengah.

Di tatapnya Kai dengan mata memicing. "Aku masih ada kelas, Kim!"

"Persetan dengan itu, Do!"

Kyungsoo menggeram. Ia marah pada dirinya, pada hatinya, pada perasaannya, pada Kai, dan pada situasi saat ini. Segala hal yang menyangkut Kai membuatnya marah. Hatinya terasa sakit entah kenapa.

"Ada apa denganmu? Aku sudah mengingatkanmu untuk jangan berlaku seperti ini lagi padaku 'kan? Aku takut harapan itu tumbuh semakin bes—"

Cup~

Matanya membelalak kaget. Jantungnya berhenti berdetak untuk beberapa detik sebelum berubah menjadi detakan yang luar biasa cepat. Badannya mati rasa dan lagi-lagi wajahnya memanas di ruangan ber-AC ini. Iris mata Kyungsoo berangsur tertutup.

Lumatan kecil yang sialan memabukkan.

Kyungsoo terengah setelah Kai memberi jarak untuk wajah mereka namun dengan kening yang masih saling menyatu. "Kau bisa menumbuhkannya sebesar yang kau mau Kyungsoo. Dan ku pastikan itu tidak akan pernah hancur. Jadi,, tolong,, jangan berhenti menyukaiku"

Selepasnya, Kai beranjak pergi meninggalkannya yang masih terpaku bingung di antara rak-rak buku.

Kalimat yang terlalu ambigu.

Tapi,,,

Hell! Jongin menyadari perasaanku?


"Kyungsooooo!"

Lelaki owl itu terlonjak kaget dan segera menutup telinganya, ya ampun teriakan Baekhyun benar-benaar tidak ada tandingannya. Kyungsoo menatap garang ke arah sahabatnya itu. "Kenapa berteriak? Kau pikir aku tuli?"

"Ya Tuhan! Kalau kau tidak tuli lalu kenapa sejak tadi tidak merespon panggilanku?! Aku memanggilmu hampir beratus-ratus kali, jika kau ingin tahu" sinis Baekhyun lalu beralih menyeruput coffee ice nya.

"Berlebihan" gumam Kyungsoo.

"Lagi pula apa yang sedang kau pikirkan, eoh? Kau melamun Kyungsoo~~"

Ia ragu harus menceritakannya pada Baekhyun atau tidak. Tapi pada akhirnya, ia selalu kalah dengan Baekhyun yang cerewet luar biasa.

Ceritanya berakhir bertepatan dengan jam kuliah mereka yang kedua.

"Heol! Daebak!"

"Apanya?" tanya Kyungsoo sambil bersiap menuju kelas.

"Ku pikir, Kai sudah terang-terangan mengakui perasaannya padamu" ujar Baekhyun penuh semangat.

"Tapi dia tidak bilang kalau dia menyukai ku, kau bilang itu terang-terangan?"

Baekhyun menepuk jidatnya, bola matanya turut berputar jengah. "Ah ya aku lupa, kau kan payah dalam hal ini. Sudah lah lupakan saja, kau tetap tidak akan mengerti walau aku menjelaskan selama satu hari penuh padamu".

Kyungsoo tercenung, "Apa aku benar-benar sebodoh itu?". Setelah beberapa detik larut dalam pikirannya, ia mulai tersadar bahwa Baekhyun sudah beranjak cukup jauh dari posisinya.

"Sialan! Byun, tunggu aku!"

.

.

Ketika kelas itu berakhir.

Kyungsoo buru-buru meninggalkan Baekhyun di dalam sana. Demi Tuhan! Kepalanya hampir pecah dan telinganya nyaris berdengung setiap saat ketika Baekhyun merecoki dirinya mengenai Kai.

"Baiklah, baiklah! Aku akan berhenti membicarakannya. Heyy Kyungsoo! Ayo mampir ke kedai bibi Jung untuk membeli beberapa Odeng dan Kue ikan!" Baekhyun berteriak karena dia cukup tertinggal jauh dari Kyungsoo.

Lelaki dengan setelan hitamnya itu berbalik dan kemudian menyeringai pada Baekhyun. "Setujuuu!"

Setelah menghabiskan beberapa tusuk Odeng sambil sesekali membuat lelucon bersama Baekhyun, tiba-tiba kehadiran seseorang mengejutkan mereka.

Kyungsoo menatap ngeri pada seseorang yang berdiri tiba-tiba tepat di sisi kanannya.

"K-kau? Bagaimana bisa—"

Orang itu menatap datar pada Kyungsoo, dan melirik Baekhyun sejenak, sebelum kembali menggulirkan matanya pada Kyungsoo. "Aku mengikutimu. Apa itu enak?" lirihnya di akhir sambil menatap lekat pada sate ikan yang tengah digenggam pria kecil dihadapannya.

Baekhyun tersedak disana. Matanya nyaris jatuh karena terkejut.

"Kau tidak pernah mencobanya?" tanya Baekhyun heran.

"Tidak..."

"Ya ampun, kasihan sekali. Kalau begitu kau harus mencobanya!" Baekhyun menyodorkan setusuk sate ikan pada orang itu. Tapi anehnya orang itu menggeleng, dan memusatkan perhatiannya pada Kyungsoo.

"Hey, Do!"

Kyungsoo menoleh seraya mendekatkan satu tusuk Odeng ke mulutnya. Dan...

Kyungsoo nyaris tidak dapat menelan makanannya, ketika Kai –orang itu- mendekatkan wajahnya dan menggigit sisi lain Odeng yang berada di mulutnya.

Dewi batinnya menahan napas sampai telinganya berubah menjadi merah.

"Heum,,, enak"

Kyungsoo mengerjab beberapa kali, dengan begitu ia terbatuk keras sebab tersedak makanannya sendiri. "A-apa yang kau,,, lakukan?" lirihnya masih dengan mata yang membola.

Kai memiringkan kepalanya, memandang bingung pada Kyungsoo. "Hanya mencicipi..."


Kyungsoo termenung di tempatnya, tatapannya terpaku pada Kai yang begitu menikmati makanan di tangannya. Sampai sebuah goncangan membuyarkan pikirannya. Kyungsoo berpaling pada Baekhyun dengan pandangan kosong.

"Kyung,, sebaiknya aku pulang sekarang yaa.."bisik Baekhyun sambil sesekali melirik Kai.

Lelaki mungil dengan mata bulat itu tersentak kaget. "Tidak! Kau harus pulang bersamaku! Aku tidak ingin terjebak sendirian bersama pria bodoh ini!" sarkasnya.

Mata Baekhyun berputar jengah, "Kau tidak akan mati hanya gara-gara itu. Lagipula, aku sudah menghubungi Chanyeol. Dia akan tiba 10 menit lagi. Dan aku akan tetap meninggalkanmu disini bersamanya. Persetan dengan itu"

"Tega sekali!"

Dan Baekhyun hanya mengangkat bahunya acuh.

Kyungsoo benar-benar lupa, jikalau Baekhyun bukan hanya cerewet dan menyebalkan, tapi juga jahat terhadap sahabatnya sendiri.

Lalu beberapa saat kemudian Chanyeol benar-benar mengambil Baekhyun darinya. Tapi sebelum itu sebuah bisikan membuatnya ingin mengeluarkan sumpah serapah dengan keras.

"Nikmati waktumu bersamanya, Kyungsoo-ssi"

F**k you Byun Baekhyun.

Waktu berjalan, dan sekarang hari sudah menunjukkan pukul 10 malam ketika Kyungsoo dan Kai memutuskan untuk kembali kerumah, ya tentu saja karna Kyungsoo memaksa pemuda Tan itu untuk berhenti makan dan mengajaknya pulang.

Selama dalam perjalanan tidak ada yang membuka suara barang sedikitpun. Namun Kyungsoo teringat akan sesuatu, "Hey, Jongin. Aku tidak melihat motormu".

Kai menoleh dan menghela nafasnya, "Ban motorku bocor di tengah jalan, benar-benar hari yang sial. Jadi aku membawanya ke bengkel yang tidak jauh dari kedai tadi. Dan akhirnya aku melihatmu."

Hening...

"Entah kenapa aku merasa kau berubah..." gumam Kyungsoo dalam perjalanan mereka.

"Bukan kah itu bagus?" balas Kai tanpa menatap lawan bicaranya. Kyungsoo menggeleng dan mengernyit sesaat, "Tampak menyeramkan bagiku".

Dan Kai tertawa. Hell! Benar-benar tertawa. Tulus. Dan Kyungsoo merasa, itu sangat indah ketika irisnya menangkap mata Kai yang menyipit hilang, sudut bibirnya yang tertarik ke arah berlawanan, dan suara gelak tawa yang berat itu, di tengah temaram lampu jalanan. Untuk pertama kalinya Kyungsoo menyaksikan Kai tertawa lepas, dan pria itu sedang bersamanya.

"Sshh akh!"

Perhatian Kyungsoo buyar ketika perih di kakinya terasa menyengat. Kyungsoo buru-buru membuka sepatu dan menatap miris pada kaos kaki putih yang kini terdapatbercak merah di bagian tumit.

Kai terlonjak dan segera membawa pandangannya pada Kyungsoo.

"Kenapa memakai sepatu yang kecil seperti ini?" Suara Kai naik satu oktaf.

Pipi Kyungsoo merona, "Itu satu-satunya sepatu yang kumiliki" cicitnya teramat pelan.

"Hah, serius?"

Kyungsoo mengangguk sekilas, dan merebut sepatunya dari tangan Kai, lalu memasang paksa pada kakinya.

"Buang benda itu!"

Kyungsoo membelalak, "Kau pikir aku membeli ini pakai apa, huh?"

"Baiklah terserah padamu"

Kyungsoo mengerucutkan bibirnya kesal. Setelah itu hal tak terduga benar-benar terjadi. Tubuhnya melayang dan tiba-tiba pandangannya terbalik 180 derajat. Kai menggedongnya seperti karung beras.

"Ya ampuuuuunnn Kim Jongin, turunkan akuuu!"

"Diamlah!"

"Shireo! Turun, aku mau turun. Yak!"

Plak!

Kyungsoo tersentak. Dewi batinnya terlonjak dari kursi merahnya dengan semburat merah yang benar-benar merah diseluruh wajahnya.

Oh tidak, Kyungsoo merasa dirinya dilecehkan karena Kai baru saja menepuk bokongnya.

Kim Jongin dan segala kutukannya.


== Life with Babbo Kim ==


Hari beranjak,

Kyungsoo semakin menggulung tubuhnya dengan selimut ketika matahari mulai bergerak ke peraduannya seraya mengintip melalui celah-celah ventilasi udara.

Tapi sebelum Kyungsoo berbalik demi mencari posisi untuk menghidari bias matahari, matanya yang mengantuk menangkap bayangan samar seseorang tengah memandanginya dari sudut ranjang.

"Jongin?" ujarnya serak.

"Oh bagus, akhirnya kau bangun."

Mata Kyungsoo benar-benar terbuka lebar saat ini, ia langsung mendudukkan diri, dan berhasil membuat pening di kepalanya hadir disebabkan rasa kaget yang luar biasa.

Tentu saja. Luar biasa terkejut.

Kai? Kim Jongin? Berada di kamarku? Apa yang dia lakukan?!

"Sedang apa kau disini?!" Kyungsoo hampir memekik kalau saja ia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

"Menunggumu bangun."

"S-sudah... berapa lama?"

Lelaki tan itu melirik arloji hitamnya, "1 jam, kurasa."

"Dan kau,,, hanya duduk seperti itu? Selama 1 jam? Kau yakin kau tidak berbuat sesuatu yang buruk, terutama padaku? eoh?"

"Ani. Kalau aku lelah duduk, aku akan berbaring disampingmu, menghimpitmu sesekali. Memperhatikan wajahmu, mencium bibirmu ketika aku mau, dan meraba—"

"Uwahhhhhhhhh! KIM JONGIN BODOOOOHHHHH!"

Kai hampir terkena serangan jantung karena teriakan Kyungsoo. Namun dengan cepat mengembalikan kesadarannya ketika pintu kamar ditutup dengan beringas oleh pemiliknya.

"Pfftt..."

Tawanya hampir meledak saat mengingat bagaimana ekspresi Kyungsoo tadi. Mata bulat yang semakin membulat, warna kemerahan yang menyebar di kedua pipi dan telinganya dan lehernya, jemari kecilnya yang memeluk dirinya sendiri seolah ia benar-benar telah ditelanjangi, dan bibir memerahnya yang bergetar menahan tangis.

Kai menjatuhkan tubuhnya dengan tawa yang pada akhirnya pecah kemana-mana. Sebelah lengannya menutup mata, dan kepalanya menggeleng pelan.

Really, how cute you are Do Kyungsoo!. Bisiknya di sela tawa.

.

.

"Ayo,,,"

Kyungsoo di kejutkan dengan Kai yang berdiri di depan pintu kamarnya. Kyungsoo membawa pandangannya menelisik penampilan Kai.

Selalu saja, tampan.

Beanie coklat, dengan celana bahan yang senada, dan sweater hitam. Simple but awesome.

Kyungsoo menghela nafas, ketika memandang dirinya. Dan Kyungsoo berbikir mungkin ia harus membeli beberapa pakaian dengan warna yang sedikit lebih cerah, tidak melulu hitam.

Tersentak ketika tangannya digenggam, Kyungsoo melayangkan protesnya. "Yahh,, kau akan membawaku kemana?"

"Ikut saja..."

"Bilang dulu mau kemana?"

"Diam atau ku cium kau sekarang juga!"

Kyungsoo tersentak dan jantungnya berdetak abnormal, sekali lagi karena Kai. Oke, Kyungsoo tidak menemukan jalan keluar sama sekali kecuali mengikuti Kim Jongin bodoh yang satu ini.

.

.

Tuk tuk!

"Hey ding-dong, ayo turun!"

Kesadaran Kyungsoo kembali saat seseorang mengetuk helm yang ia pakai. Kyungsoo mengernyit dan menatap sinis pada orang itu.

"Yak! Lain kali kau harus lebih mengontrol laju motor sport-mu kalau kau tidak ingin aku mati!"

Kai mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Kyungsoo dengan menelengkan kepala. "Aku tidak peduli jika kau mati"

Kyungsoo membelalak. Oh ya ampun, ia syok luar biasa.

"K-kau..."

Dan Kai tertawa. Seperti malam tadi. Sangat lepas.

"Tidak tidak. Aku bercanda, sungguh" Kai mengakhirinya dengan sebuah senyuman tipis.

"Bercandamu sungguh payah, Tuan Muda Kim!" Kyungsoo merasa tubuhnya melayang setelah ia selesai berucap kemudian dengan cepat mendarat di tanah dengan kedua kakinya.

"Wuah~" lagi-lagi jantungnya hampir melonjak keluar.

"Ayo, masih banyak yang harus kita lakukan setelah ini ding-dong!" Kai berjalan mendahuluinya memasuki sebuah departement store.

"Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?" Kyungsoo sungguh tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya.

"Ada yang harus kubeli terlebih dahulu"

Setelah itu Kyungsoo hanya mengikuti Kai kemana pun lelaki itu berjalan.

Tangannya kemudian tertarik menuju salah satu toko pakaian laki-laki. "Serius, kau ingin membeli pakaian? Baju-bajumu masih terlihat sangat amat layak untuk di pakai"

"Aigoo, aku tidak pernah berpikir kalau kau benar-benar banyak bicara."

Kyungsoo hanya mendengus.

"Duduk,"

Kyungsoo memandangi Kai sebelum melakukan apa yang pria tinggi itu perintahkan. Lalu pria itu meninggalkannya menuju sisi lain, dan kembali beberapa menit kemudian dengan 2 pasang sepatu di tangannya.

Dan kini 2 pasang sepatu itu berada tepat di depannya.

"Lepaskan itu," Kai melirik sepatu yang ia kenakan, "dan pakai yang ini" matanya berpindah pada 2 sepatu yang dia ambil.

Kyungsoo menggeleng, "Kenapa aku harus menurutimu?"

"Sepatu itu terlalu kecil untukmu, dan sudah saatnya untuk mengganti barang jelek itu menjadi lebih baru."

Ya baiklah, Kyungsoo tersinggung. Hey, barang jelak yang Kai maksud itu adalah barang pertama yang ia beli dari hasil kompetisi menyanyi yang ia ikuti. Kyungsoo tiba-tiba berdiri, memandang Kai penuh amarah. "Aku tidak mau!" desisnya. Sebelum dirinya sempat melangkah, Kai menarik bahunya dan menghempasnya kembali duduk di sofa.

"Kau mau aku menciummu sekarang?"

Ya Tuhan, kenapa ancaman Kai selalu sama.

Lelaki tan berusaha menahan senyumnya dengan keterdiaman Kyungsoo. Lalu kemudian, tangannya meraih kaki Kyungsoo dan melepaskan sepatu putih yang kusam itu dengan perlahan.

Kai tersenyum puas melihat sepatu berwarna biru dongker itu membalut kaki Kyungsoo. "Lihat, lebih nyaman kan?", Kyungsoo merona, malu mengakui bahwa sepatu yang Kai pilihkan memang terasa begitu nyaman dibandingkan sepatu lawas miliknya.

.

.

.

Saat ini Kyungsoo dan Kai tengah menikmati film komedi dengan se-cup popcorn di antara mereka. Mata Kyungsoo sampai berair, dan Kai tidak henti-hentinya memukul pinggiran kursi ketika tertawa.

1 jam berlalu. Film berakhir dan semua orang mulai meninggalkan ruang teater.

Kyungsoo masih menyeka air mata di sudut matanya, sementara Kai menepuk-nepuk pipinya berulang kali.

"Ahh,, aku lapar"

Kai melirik pada Kyungsoo yang bersuara dengan lirih. Dan dengan segera menarik lelaki mungil itu menuju food court yang tak jauh dari bioskop. Kai memesan banyak sekali makanan sampai-sampai Kyungsoo mengomelinya di tengah banyak orang. Tapi pada akhirnya mereka bisa menghabiskan itu semua.

Hari beranjak sore, bias orange mulai menembus celah-celah bangunan.

Kai berkendara dengan kecepatan sedang kali ini.

"Ku pikir ini berlawanan dengan arah menuju rumah"

"Em-heum.."

"Kau akan membawaku kemana?" Kyungsoo mulai heboh lagi. Kai tersenyum di balik kaca helmnya, "Tenang ding-dong, aku tidak akan berbuat jahat padamu". Ya, dan Kyungsoo percaya itu.

30 menit kemudian, mereka tiba di jalanan pinggir pantai. Dan Kyungsoo mendadak takjub dengan pemandangan di depannya. Deburan ombak yang mengenai pembatas, kicauan burung, dan laut yang berkilau orange mentari.

"Yang aku tau, disini adalah tempat terbaik untuk menikmati sunset" Kata Jongin ketika mereka berhenti di tepi jalan. Kyungsoo membenarkan dalam hati.

Benar-benar indah.

Ia mendesah ringan ketika matahari mulai tenggelam di ujung sana.

"Hey! Mari melakukan hal seperti hari ini lagi di akhir pekan berikutnya."

Mata Kyungsoo bergulir memandangi Kai di sampingnya. Lelaki tinggi itu tak menatapnya sama sekali, matanya berbinar karena pantulan air laut. Dan kulit eksotisnya tampak lebih mengkilap dari sebelumnya.

"Kim Jongin..."

"Eum~"

"Kau sedang... mencoba mengajakku untuk berkencan?"

Sekarang Kai menatapnya penuh. Sudut bibir lelaki tinggi itu terangkat berlawanan. Dia terlihat menimang sesuatu, kamudian mengangguk beberapa kali, "Kau bisa menganggapnya seperti itu." ujarnya.

Rona merah tak tertahankan lagi. Rasa gembira memenuhi hatinya. Kali ini debaran jantungnya terasa lebih menyenangkan dari sebelum-sebelumnya.

"Wuahhh..." Kai tertawa, lalu kemudian menangkup kedua pipinya. "Ku anggap ini sebagai pertanda yang baik".

Kai beralih menggenggam tangannya, dan membawanya kembali ke motor spotnya yang terparkir sejauh 1 meter, "Ayo pulang..." titah Kai. Kyungsoo bersumpah bahwa ia mendengar nada ringan dengan senyuman di kalimat itu, walaupun dirinya tidak melihat wajah Kai saat ini.

Dan dengan suka rela, senyuman itu tertular di bibirnya.

Ketika mereka bersiap untuk pulang, Kai lagi-lagi meraih tangan Kyungsoo, lalu mengaitkan kedua tangan putih itu ke perutnya.

"Berpegangan yang erat. Ini akan menjadi perjalanan yang sangat singkat, Kyungsoo."

Suara berat itu membuat lututnya seperti agar-agar.

.

.

.

.

.

To Be Continued :*


Yoshhh!

Yeorobun~~ Sorichillooooooooooooooooooooooooooooooo *WWWWWWOOOOOWWWW* *clap clap cap clap clap*

Wkwkwk :'v Ahh fafa lega entah kenapa, setelah sempet stuck, akhirnya kelar juga ini chapter. Maaf ya kalo alurnya berantakan dan terlalu cepat. Fafa cuma pengen ff LwBK cepat rampung, karna ini udah berlangsung selama 2 tahun guys :") Fafa yakin sebagian besar dari kalian mungkin bosan.

Maaf karena selalu ngaret, dan maaf lagi.. karna untuk beberapa bulan kedepan fafa gk bisa update dulu, cause UN menunggu hehe...

Siapa yang kangen sama acuuu? *Angkat tangan tinggi2*

Fafa rindu kalian semua readernim, terimakasih untuk pembaca setia ff semrawut ini.. Love u all...

*Sayuur kool~~~

*winkeu*

Mind to Review?