Jika bisa, Isogai ingin ada sebuah lubang hitam tiba-tiba muncul di bawah kakinya dan menghisap eksistensinya entah kemana tanpa sisa.

Tapi selama apapun ia berharap, tidak akan ada yang muncul di bawah karpet kulit di pijakannya.

Agak sulit baginya untuk bernafas, terlebih Isogai lebih sadar posisi dirinya sebagai Omega di hadapan seorang Alpha sekarang. Memiliki mindset sebagai Beta membuatnya mengabaikan insting Omeganya terlalu lama. Mengingat tidak ada yang benar-benar tahu bahwa ia Omega selain Nagisa dan Koro-sensei, Isogai yakin ia menjalankan perannya sebagai Beta dengan sangat baik.

Tapi Asano adalah pengecualian, Isogai tahu tidak ada gunanya berpura-pura di depan sang Alpha. Otak jeniusnya cepat atau lambat pasti akan menyadari sesuatu.

"Tidak perlu tegang seperti itu, aku hanya akan mengantarmu pulang."

Isogai mengangkat kepalanya, memandang Asano yang fokus memandang keluar jendela mobil, ada jarak kentara di antara mereka. Asano sengaja memberi ruang lebih untuknya. Gestur kecil itu membuat Isogai merasa lega dan anehnya senang.

"Seperti yang diharapkan dari anggota kelas E."

"Eh?" manik tembaga mengerjap.

"Tidak bisa berpikir, bekerja paruh waktu sampai malam dengan harga diri sebagai taruhannya. Tanpa peduli kalau dirinya bisa menjadi sasaran objek kriminal yang pada akhirnya dapat mencelakainya ... "

Isogai mengalihkan perhatian ke tas di pangkuannya, pipinya panas.

"Aku butuh perkerjaan ini, Asano."

"Dan kau butuh untuk memikirkan keselamatanmu," Asano agak ketus kali ini, "Bagaimana ceritanya kalau kau tidak bertemu 'orang itu'?"

'Orang itu'? Isogai menelengkan sedikit kepalanya. "Karma maksudmu?"

"Siapa lagi?"

Diam.

Lalu Isogai tertawa.

Asano berbalik, menatap Isogai seakan-akan ketua kelas E tersebut sudah kehilangan kewarasan.

"Maaf," Isogai tersenyum, menghentikan tawanya. "Aku hanya tidak menyangka kalau kalian ada hubungan darah, meski ya ... kalian memang agak mirip, harusnya aku sadar dari dulu."

Asano mendengus, "Kami tumbuh bersama sebenarnya,"

"Dan kutebak kalian tidak begitu akrab?"

"... Begitulah."

"Tidak apa, aku juga pernah bertengkar dengan adik-adikku, meski pada akhirnya kami selalu berbaikan. Ah, seringnya aku yang minta maaf duluan."

"Aku tidak pernah berbaikan dengan Karma."

"Kenapa begitu? Setahuku kalian sama-sama anak tunggal? Kalian tidak pernah bermain bersama?"

"Aku dan Karma sama-sama Alpha, tidak mungkin di antara kami akan ada yang mengalah."

"Mmmh ... aku bisa membayangkannya," Isogai menangguk, tersenyum.

Beberapa menit kemudian mereka tidak lagi berbicara, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Asano menyandar ke jendela, bosan.

Pekerjaan sampingan Isogai adalah rahasia umum bagi murid-murid Kunnugiaoka. Selama ini, Asano tidak begitu dekat dengannya, tapi ia punya firasat bahwa Isogai belum pernah menjumpai masalah seperti diserang orang sepulang kerja sebelumnya.

Alpha mengincar Beta bukanlah hal tidak biasa, kebanyakan dilakukan oleh Alpha yang tidak bisa mengendalikan diri saat rut. Mengincar Omega agak sulit, karena Omega biasanya tidak pernah pergi sendirian kemanapun, terutama pada malam hari.

Tapi tetap saja, Asano tidak habis pikir, dari sekian banyak Beta yang ada, kenapa Isogai? Secara fisik, Isogai cukup kuat, ia tentu saja bukan mangsa yang mudah. Alpha manapun pasti akan berpikir dua kali, mereka seharusnya memilih Beta yang lebih kecil dan lemah.

Apakah ada suatu hal yang Asano lewati? Mungkin Isogai memiliki karakteristik fisik yang tampak menarik bagi Alpha.

Mata Isogai polos dan jernih, mungkin itulah yang membuatnya menarik. Atau mungkin lehern- (1)

Asano memutus pandangannya dari sang pemuda berambut jelaga. Ia mengutuk diri sendiri, malu, merasa tidak ada bedanya dengan Alpha yang menyerang Isogai.

Pikiran Asano masih berputar-putar ketika mobil yang mereka tumpangi tiba-tiba membelok tajam, membuat Isogai terlempar menubruk bahu Asano.

Asano mengerang, ia tahu dari awal bahwa supir barunya ini tidak kompeten, setelah mengantar Isogai pulang, supirnya bisa angkat kaki dari rumahnya setelah menerima gaji terakhir.

Isogai membetulkan posisinya duduk kembali sambil mengucapkan maaf bertubi-tubi dengan wajah merah. Asano juga akan meluruskan punggungnya , tapi baik tubuh dan pikirannya membeku ketika ia mencium aroma manis.

Seingatnya baik Isogai ataupun dirinya tidak memakai parfum khusus apapun, kalaupun pakai, Asano pasti sudah tahu, dan mobilnya memakai pewangi lavender.

Asano bukanlah penggemar makanan manis, ia malah cenderung tidak suka. Tapi aroma yang ia cium tadi sangat mengundang dan membuat semua inderanya terjaga.

"Asano?"

Panggilan Isogai membuatnya tersadar.

"Kau ... tadi melamun ... " Isogai mencoba mendekat.

"Tuan muda, kita sudah sampai." Asano mendengar supirnya berkata.

"Ah! Sudah sampai ternyata, terima kasih banyak Asano." seakan-akan tidak ada hal yang terjadi, Isogai pamit dan membuka pintu mobil. Tepat sebelum pintu ditutup kembali, Asano menahan ganggang pintu dan juga ikut keluar dari mobil, tidak mengiraukan panggilan supirnya.

"Tunggu, Isogai!" Asano tanpa sadar menghentikan sang ketua kelas E masuk ke pekarangan rumahnya dan menggenggam pergelangan tangan kirinya.

Isogai terlonjak kaget, bahkan Asano sempat tidak percaya dengan tindakanya. Ia menatap pada tangan Isogai yang tampak agak bertulang di genggamannya.

Asano bisa merasakan jantungnya berdegup kencang karena adrenalin, ia mencoba mengatur nafas dan pikirannya kembali.

Aroma manis itu tidak ada lagi.

Apa yang aku pikirkan? Asano mungkin sudah gila, mungkin belum.

Asano menatap Isogai.

Manik tembaga balas menatap.

"A-Asano?"

"Maaf." Asano melepaskan tangan Isogai, ia bisa melihat bagian yang ia genggam agak memutih karena sel darah merahnya terhambat sesaat. Tapi Isogai tampak tidak peduli.

"Aku ... akan pulang sekarang." suara Asano terdengar bingung, "Lain kali kau harus hati-hati." Ia berkata sebelum masuk kembali ke mobil.

"Ba-baiklah ..." Isogai mengangguk. "Kau tampak lelah, istirahatlah begitu sampai rumah."

Asano berusaha mengabaikan perasaan bersalah yang tumbuh di hatinya. Ia tidak bisa dibilang begitu ramah pada Isogai, tapi sang ketua kelas E tetap mencemaskannya.

Ia hanya mengangguk sedikit dan pamit sebelum menutup pintu mobil.

Isogai mengawasi sampai mobilnya tidak terlihat lagi.


Omega?

Bisa jadi.

Mungkin itulah alasannya kenapa Isogai diserang Alpha yang sedang rut.

Dan mungkin itulah penyebab dari bau manisnya.

Tidak.

Asano beringsut tidak nyaman dari tempat duduknya, pikirannya kacau sudah.

Menatap telapak tangan kanannya, Asano teringat ketika mata Isogai bertatapan dengan manik ungunya saat ia mengenggam tangannya.

Tidak ada rasa takut atau inferioritas dalam dirinya. Seorang Omega tidak akan berani untuk menatap Alpha sekuat Asano secara langsung.

Tidak, Isogai bukan Omega.

Asano mencoba mengabaikan denyut aneh di dadanya ketika ia kembali bersandar pada pintu mobil memperhatikan bangunan demi bangunan lewat.


(1) Ini sebenarnya salah satu insting Alpha. Leher Omega adalah bagian intim dan sensitif, pasangan mereka biasanya meninggalkan aroma disini agar orang lain tahu bahwa Omega tersebut sudah 'taken'.


Q & A:

Q: Bagaimana wujud biologis dari Alpha perempuan?

A: Sudah saya jawab sebelumnya, jawabannya ada di: /wiki/wAlpha/Beta/wOmega (hilangkan huruf w)

Q: Apakah ada M-preg disini?

A: Saya tegaskan lagi, tidak. Disini kita fokus dengan characters dan relationship development.


Author's Note:

Saya minta maaf sebesar-besarnya atas keabsenan selama beberapa bulan ini. Banyak hal terjadi, tapi saya belum menyerah akan fanfiksi ini. Saya juga akan berusaha memperjuangkannya sampai akhir.

Chapter ini sebetulnya sudah selesai beberapa minggu lalu, tapi belum sempat saya cek ulang. Pada awalnya Maehara dan keluarga Isogai muncul, tapi setelah dipikir-pikir mungkin ada baiknya sekarang fokus dulu pada Asano dan Isogai, jadi ada beberapa bagian yang saya cut.

Chapter ini juga belum di-Beta, saya minta maaf jika kalau ada kesalahan, setelah di-Beta rencananya akan saya edit.

Ah, ada kesalahan juga di chapter sebelumnya, dimana saya bertanya siapa sepupu Omega Nagisa, saya bilang itu di mention di chapter satu, yang benar di chapter dua. Mohon maaf ^^; Jawaban dari kuis itu sendiri akan ditunjukkan di chapter ke depannya. :)

Jika ada yang ingin ditanyakan jangan malu-malu :D

Terima kasih sudah membaca, sampai jumpa di chapter berikutnya. ^^/