Lucky One

NCT Fanfiction

Jung Jaehyun x Kim Doyoung

Warning: Boys Love, AU, OOC, Typo(s)

By El Lavender

.

.

.

Malam semakin larut dan Doyoung baru saja pulang dari kerja Part Time yang dilakukannya disebuah kedai kopi.

Doyoung adalah tipe orang yang tidak ingin menyusahkan orang lain, terimakasih kepada orang tuanya yang masih mau membiayai kuliahnya dan juga kakaknya yang sering mengirimkan uang kepadanya, Doyoung tidak ingin merepotkan mereka lagi. Biaya hidup di Seoul tidaklah semurah di Guri, Gyeonggi-do tempat asal Doyoung.

Ia hanyalah anak rantau yang diterima disalah satu Universitas terkenal di Seoul maka dari itu Doyoung memutuskan untuk bekerja Part Time yang dilakukan setelah kuliah untuk menambah uang jajan selama hidup di Seoul. Tak jarang dia akan pulang larut seperti sekarang ini.

Doyoung lebih suka pulang dengan berjalan kaki dari pada naik bus, karena selain jarak tempat kerja dengan apartement yang ditempatinya tidak terlalu jauh jalan kaki menurut Doyoung lebih sehat dan bisa menghemat uang.

Terdengar suara seseorang yang sedang kesakitan di gang sempit yang hanya beberapa blok dari apartement Doyoung. Ia yang kebetulan melewati gang tersebut segera menghampiri suara itu.

"H-hei apakah kau baik-baik saja?"

Terlihat seorang pemuda dengan banyak luka memar di wajahnya. Doyoung mengira bahwa pemuda yang sedang menahan sakit di depannya ini pasti habis berkelahi dengan para preman yang biasa berkeliaran sekitar daerah itu.

Pemuda tersebut kesadarannya mulai menipis dan tidak merespon apa yang dikatakan oleh Doyoung. Doyoung yang memiliki jiwa sosial yang tinggi tentu tidak akan membiarkan pemuda tersebut tergeletak tak berdaya begitu saja.

Jika besok pagi pemuda ini mati dan polisi menyelidiki kasus tersebut pastilah Doyoung turut menjadi tersangka mengingat bahwa dia adalah orang terakhir yang berada di lokasi dan juga kamera yang berada di sudut jalan juga menguatkan bukti jika itu terjadi.

Doyoung yang tidak ingin hal itu terjadi segera menolong pemuda itu. Karena sang pemuda sudah tidak sadarkan diri tidak memungkinkan Doyoung untuk memapahnya dan ia lebih memilih menggendong pemuda itu di punggungnya.

Walaupun postur Doyoung lebih kecil ia tetap berusaha menggendong sampai ke apartementnya, untung saja jarak apartement Doyoung tinggal sedikit lagi.

.

.

"Doyoung-ah siapa yang kau bawa? Apakah dia temanmu?" Security yang berada di pintu masuk apartement menanyai Doyoung yang baru saja sampai gedung apartementnya.

"Iya, dia temanku dan dia habis berkelahi jadi aku membawanya kesini."

Tidak mungkin kan Doyoung mengatakan bahwa yang di punggungnya itu adalah orang asing yang ditemukan hampir sekarat di sebuah gang. Setelah memberi salam kepada security tersebut Doyoung segera menuju lift.

Doyoung memang memiliki kepribadian yang baik sehingga tidak heran bahwa banyak penghuni apartement yang mengenalnya bahkan Security dan Resepsionis juga mengenalnya.

Setelah sampai di depan pintu apartement Doyoung segera mengambil kunci yang berada di saku celananya. Doyoung segera membaringkan pemuda yang dibawanya ke sofa dan tanpa membuang waktu Doyoung segera mengambil Baskom dan Handuk serta obat untuk mengobati luka pemuda tersebut.

Doyoung meringis melihat luka lebam disekitar wajah pemuda itu dan darah yang masih mengalir disekitar bibirnya. Doyoung segera membersihkan darah dan segera mengobati luka di wajah pemuda itu.

"Pasti tidak nyaman jika dia tidur menggunakan pakaian setebal itu."

Doyoung segera melepaskan jaket yang digunakan oleh pemuda itu dan tidak sengaja dia melihat sebuah luka lebam diperut pemuda tersebut, Doyoung segera melepaskan baju yang digunakan oleh pemuda itu dan terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi padamu? Kenapa kau mendapatkan luka seperti ini? Seharusnya kau tidak usah keluar malam-malam seperti ini sehingga bertemu dengan preman-preman ganas di daerah sini, seharusnya kau tidak berpergian sendiri dan minta ditemani oleh seseorang jika ingin berpergian pada malam hari. Lihatlah luka-lukamu ini pasti sangat sakit." Doyoung bermonolog pada dirinya sendiri dan menatap sendu kepada pemuda di depannya ini.

Setelah mengobati luka pemuda itu, Doyoung segera memindahkannya ke kamar yang ada disebelah kamar Doyoung.

"Aku harap besok kau segera sadar." Doyoung lalu menuju kamarnya.

.

.

Hari sudah pagi dan Doyoung terlihat sibuk memasak di dapur. Doyoung memasak Nasi goreng Kimchi dan juga Omelette. Kebetulan sekarang hari minggu jadi dia tidak perlu tergesa-gesa untuk pergi kuliah seperti biasanya.

Sudah sejak pagi tadi ia bangun dan langsung menglihat keadaan pemuda yang ditolongnya semalam, ternyata pemuda itu masih menikmati tidurnya dan kondisinya semakin baik setelah itu Doyoung memutuskan untuk mandi lalu memasak.

"Apa kau yang menolongku semalam?"

Doyoung yang sedang asik memasak dikejutkan oleh suara asing yang bertanya kepadanya.

"O-oh kau sudah sadar? Duduklah dulu aku sedang menyiapkan sarapan untuk kita. Atau kau ingin mandi terlebih dahulu? Aku akan menyiapkan pakaian untukmu."

"Terimakasih karena sudah menolongku dan sebaiknya aku membersihkan diri terlebih dahulu."

Doyoung yang sudah selesai memasak segera mengambil pakaian di kamarnya yang sekiranya cukup dipakai oleh tamunya itu. Pemuda itu segera menuju kamar mandi setelah Doyoung memberi tahu dimana kamar mandi berada.

Sepuluh menit kemudian pemuda itu kembali bergabung dengan Doyoung di meja makan.

"Makanlah, hanya ini yang bisa aku masak aku belum mengisi kembali kulkasku jadi aku hanya memasak dengan bahan yang tersisa, aku harap kau menyukainya." ujar Doyoung kepada pemuda yang duduk dihadapannya.

"Selamat Makan." Mereka akhirnya mulai memakan sarapan mereka.

Pemuda itu memakan sarapannya dengan lahap, Doyoung bersyukur karena dia takut masakannya tidak enak dan pemuda itu tidak memakannya tetapi justru sebaliknya, Doyoung tersenyum karena pemuda itu menikmati masakannya.

"Semalam apa yang terjadi padamu?" Doyoung mulai mengajak pemuda itu untuk berbincang setelah mereka menyelesaikan sarapannya.

"Aku dari rumah temanku dan ketika melewati daerah itu datang beberapa orang pria yang mencegatku, aku berusaha melawan tetapi tenaga mereka lebih kuat dan jumlah mereka lebih banyak jadilah seperti ini." Sang Pemuda mulai menceritakan apa yang terjadi padanya.

"Mengapa kau tidak meminta temanmu itu untuk mengantarkanmu pulang? Sangat berbahaya jika seseorang berkeliaran sendirian di malam hari apalagi di Seoul. Aku Kim Doyoung, siapa namamu?" Doyoung menanyakan nama pemuda yang dari semalam tidak diketahui namanya.

"Yoonoh, namaku Jung Yoonoh. Bagaimana kemarin kau bisa menemukanku Doyoung-ssi?"

"Kemarin setelah pulang dari kerja Part Time aku melewati tempat kejadian tersebut yang kebetulan hanya beberapa blok saja dari sini. Aku mendengar suara seseorang yang berteriak kesakitan dan segera menghampirinya. Tidak mungkin aku membiarkanmu begitu saja, jika kau mati aku yang akan jadi Tersangka utamanya Yoonoh-ssi." Doyoung bergidik ngeri membayangkan jika dia menjadi tahanan polisi.

"Bodoh, Tentu saja aku tidak akan mati begitu saja karena luka seperti ini. Bukankah kau juga sendirian? Mengapa kau menasehatiku sedangkan kau juga berjalan sendirian di malam hari?"

"Aku ini kuat, mereka tidak berani padaku hahaha."

"Kau itu pemuda yang manis Doyoung-ssi, bagaimana jika mereka memperkosamu?" Doyoung tersipu karena Yoonoh tersebut menyebutnya manis. Ia tidak menyangka bahwa pemuda ini tidak sekaku yang ia kira.

"Ya! Ya! Tentu saja hal itu tidak akan pernah terjadi. Bagaimana dengan kondisimu Yoonoh-ssi? Apakah lukamu masih terasa sakit? Sebaiknya kau segera memeriksakannya ke dokter, aku takut terjadi sesuatu kepada organ dalammu." Doyoung masih mengkhawatirkan kondisi pemuda itu.

"Aku merasa kondisiku lebih baik dari semalam, terimakasih karena telah menolongku, merawatku, meminjamkanku pakaianmu dan juga memberikan sarapan kepadaku." Yoonoh berdiri dan membungkuk sebagai tanda terimakasih.

"Tidak perlu seperti itu Yoonoh-ssi, semua orang juga akan melakukan itu jika mereka berada di posisiku." Doyoung merasa tidak enak melihat Yoonoh yang membungkuk seperti itu kepadanya.

"Doyoung-ssi bolehkah aku meminta bantuanmu sekali lagi? Semalam mereka merebut dompet dan ponselku, aku ingin meminjam uangmu untuk naik taxi, kedua orang tuaku pasti sedang mengkhawatirkanku karena tidak pulang."

"Tentu saja boleh Yoonoh-ssi." Doyoung segera mengambil dompetnya dan memberikan sejumlah uang kepada Yoonoh.

"Terimakasih banyak Doyoung-ssi, aku akan membalas kebaikkanmu."

"Haha tidak usah seperti itu Yoonoh-ssi, aku ikhlas menolongmu." Doyoung merasa tidak enak jika pemuda itu terus berterimakasih kepadanya.

Setelah itu Yoonoh berpamitan pulang kepada Doyoung dan Doyoung mengantarkannya sampai depan gedung Apartementnya.

.

.

Keesokan harinya Doyoung kembali pada rutinitas sehari-harinya yaitu Kuliah. Ketika sampai di kampusnya Doyoung dikejutkan dengan banyaknya orang-orang yang berkumpul di depan papan pengumuman.

"Ten, apa yang sedang terjadi?"

Doyoung yang kebetulan berangkat bersama Ten yang merupakan Tetangga Apartement, Teman Sekelas dan Juga sahabatnya itu segera menghampiri kerumunan tersebut.

"Sepertinya kampus kita akan kedatangan tamu yang spesial Doyoungie." Ten yang memiliki postur yang kecil berhasil menyusup kedalam kerumunan dan membawa sebuah kertas selebaran.

"Tamu Special? Siapa?" Doyoung mengambil kertas yang dibawa oleh Ten.

"Lihat dan Bacalah, Apa kau tidak mengenalinya?" Doyoung segera melihat kertas ditangannya.

"Jung Jaehyun, dia siapa? Kenapa dia begitu spesial?"

"Ya Tuhan Kim Doyoung, apakah kau tidak penah nonton tv dan update berita di internet?" Doyoung hanya menggelengkan kepalanya.

"Dia Jung Jaehyun, Pria muda yang sangat digila-gilai oleh para wanita bahkan pria karena ketampanannya dan pada usianya saat ini dia sudah menjabat sebagai CEO Jung Corp. yang terkenal itu. Bahkan banyak yang mengantri untuk bisa menjadi istrinya, walaupun itu tidak mungkin." Ten menjelaskan apa yang diketahuinya tentang Jung Jaehyun kepada Doyoung.

"Wow hebat sekali dia. Tunggu sebentar, sepertinya aku tidak asing dengan wajah ini. Ten apa kau ingat ceritaku tentang orang yang kemarin aku tolong?" Doyoung memperhatikan foto Jung Jaehyun pada kertas yang dipegangnya.

"Iya aku ingat, memang kenapa dengan orang itu?"

"Tidak aku hanya merasa wajah mereka mirip, walaupun wajah pemuda yang aku tolong itu penuh dengan luka tidak mengurangi ketampananannya sedikitpun dan marga mereka sama-sama Jung." Doyoung mulai membandingkan wajah Jung Jaehyun dan Jung Yoonoh.

"Mungkin mereka hanya mirip Doyoungie, setiap orang mempunyai beberapa orang yang mirip dengannya di dunia ini. Tidak mungkin dia Jung Jaehyun, Seorang Jung Jaehyun pasti selalu ditemani oleh Bodyguard jika dia bepergian kemana-mana."

"Ah kau benar Ten, mungkin mereka hanya mirip. Ayo kita segera ke kelas, sebentar lagi mata kuliah jam pertama segera dimulai." Mereka bergegas meninggalkan kerumunan itu dan segera menuju ke kelas mereka.

.

.

Setelah selesai kuliah Doyoung bergegas menuju kedai kopi tempat ia bekerja. Terlihat seseorang yang menggunakan jas hitam menghampiri Doyoung.

"Apakah anda Tuan Kim Doyoung?" Pria tersebut langsung bertanya kepada Doyoung.

"Iya saya Kim Doyoung, maaf anda ada perlu apa tuan?" Doyoung bingung kenapa pria di depannya ini menghampirinya, seingatnya dia tidak terlilit hutang apapun.

"Ternyata benar anda orangnya, bisakah anda ikut dengan saya sekarang tuan? Masalah pekerjaan anda saya tadi sudah meminta ijin agar tuan hari ini tidak bekerja. Mari ikuti saya tuan."

Doyoung yang tidak tahu apa-apa hanya pasrah mengikuti pria di depannya dan tetap waspada.

Doyoung tidak menyangka bahwa dia akan dibawa ke salah satu Departement Store, pria yang membawanya tadi menyuruh beberapa orang untuk membawakan pakaian yang cocok untuk Doyoung dan setelah itu Doyoung juga dibawa ke Salon, mereka membuat Doyoung menjadi semakin manis. Doyoung hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya.

Setelah dari Departement Store Doyoung dibawa ke sebuah Mansion yang menurutnya itu sangat besar dan indah dan belum pernah ia lihat sebelumnya.

'Ya Tuhan apa salahku? Apakah keluargaku terlilit hutang sehingga aku akan di jual kepada orang kaya?' Doyoung hanya bisa berburuk sangka dan pasrah menerima apa yang akan terjadi pada dirinya.

Mobil yang ditumpang Doyoung memasuki halaman Mansion tersebut dan pria yang membawa Doyoung tadi segera membukakan pintu mobil untuknya. Doyoung mengikuti pria itu yang membawanya masuk ke dalam mansion tersebut.

"Tuan masuklah ke dalam, tuan muda sudah menunggu anda." Doyoung memasuki ruangan yang ditunjukkan oleh pria itu.

"Kau sudah datang. Ayah Ibu kenalkan dia adalah Calon Istriku."

.

.

TBC

.

.

Hai hai ketemu lagi~ Maaf kalau banyak typo & ide pasaran, ngetiknya sambil ngrerumpi jadi maklumin jika ada yg gak nyambung xD

Butuh JaeDo moment huhuhu, semenjak dipisah JaeDo moment berkurang :'D