YOUR BODYGUARD

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Pairing: Naruto x Hinata slight Kiba x Hinata, Naruto x Sakura

Genre: Romance/Fluff

A/N: Typo(s), OOC, Bold (Flashback) dan semua kesalahan yang tidak disengaja lainnya.

DON'T LIKE DON'T READ!

Nia Present

.

.

Seorang pemuda dengan kulit sexy-nya membuka lemari kayu di depannya, sedikit berpikir akhirnya pilihannya jatuh pada kaos polos berwarna merah maroon dan kemeja putih bersalur hitam. Ok, hari ini dia akan mengenakan pakaian itu untuk mendampingi majikannya yang baru. Ah, ini juga hari pertama dia bertemu dengan majikan yang harus dijaganya itu. Pemuda berkulit tan itu melepas handuk yang meliliti pinggangnya dan mulai memakai pakaian pilihannya.

" Namikaze Naruto!"

"Ya, Pak!"

"Kau di'libur'kan dari tugas Negaramu, sebagai gantinya kau ditugaskan untuk menjalani misi lain," jelas seorang Kepala Komandan pada Kapten muda didepannya.

"Siap, Pak!" Jawab sang Kapten dengan sikap siapnya.

Namikaze Naruto usia 24 tahun, Kapten Angkatan Darat Divisi 01 kini sedang menikmati roti sandwich-nya. Hah.. akhirnya dia bisa sedikit bersantai setelah setengah tahun dia mendapat tugas gabungan di Palestina. Pemandangan yang dia lihat setiap harinya hanya debu, ledakan bom dan darah. Entah kapan negara itu akan aman.

"Naruto...!"

"Uhuk..uhuk..." Pemuda tampan itu dengan buru-buru meneguk susunya untuk meredakan batuknya yang diakibatkan tersedak gara-gara suara cempreng yang memanggilnya dari luar, dan menit berikutnya pemuda itu melirik ke arah pintu rumahnya, ah sial dia lupa tidak menghubungi pacarnya.

Seorang gadis berambut pink melangkah kesal mendekati meja makan, dan tanpa basa basi gadis itu duduk didepan sang pacar. "Kau ini ya, pulang tidak bilang-bilang, dan apa itu? Bajumu rapi sekali, mau pergi ke mana setelah meninggalkanku enam bulan ini!" Omel Sakura, yang merupakan pacar Naruto sejak sebulan sebelum Naruto berangkat tugas itu.

"Hehehe.. Maaf, Sakura," jawab Naruto enteng dengan cengiran khasnya.

.

.

Naruto memanaskan mesin motor gedenya, sementara sang pacar berdiri di dekat pintu rumahnya. "Berapa lama?" Tanya Sakura pada pacarnya itu, yang terlihat sedang mengecek mesin motornya.

"Entahlah," jawab Narurto singkat. Pemuda itu berdiri tegak, lalu memandang gadis berambut itu, "tugasku masih di kota ini, kita masih bisa bertemu kok," lanjut Naruto seraya nyengir.

"...ya" jawab Sakura lalu tersenyum, ya sedikit memaksakan. Sakura kesal, baru saja satu bulan mereka pacaran dan belum sempat kencan kesana kesini, Naruto harus meninggalkannya karena tugas ke Palestina. Sekarang? Naruto baru saja pulang kemarin, mereka harus dipisahkan lagi oleh tugas. Ah.. kapan dia akan mengenal lebih dekat pacarnya itu.

Naruto menghela nafas, pemuda itu menghampiri sang pacar. "Maaf," ucapnya lembut karena merasa bersalah. "Aku pergi dulu ya, jaga dirimu baik-baik," ucap Naruto seraya mengecup kening Sakura singkat, dan detik berikutnya Pemuda itu berbalik dan memakai helm.

"Kau juga, jaga dirimu..." Balas Sakura yang melihat si Pemuda menaiki Motornya, "dan juga jaga hatimu.." lanjut Sakura dalam hatinya.

.

.

Lampu merah menyala, itu artinya Naruto harus menghentikan motornya. Menaati peraturan itu harus, kadang dia selalu berpikir Peraturan Ada Untuk Dilanggar hehehe... Merasa bebannya sedikit bertambah, dan motor sedikit bergoyang serta ada sepasang tangan memegang bahunya, Pemuda berambut pirang itu menoleh ke arah belakangnya. Dia mengerutkan dahi dibalik helm-nya, ada seorang gadis dengan gaun pengantin duduk dibelakangnya, ah gadis itu sepertinya kesusahan menggulung gaun pengantinya yang begitu panjang.

"Cepat jalan!"

"Ha?"

"Lampu hijau sudah menyala, cepat jalan..!" Ujar gadis itu seraya menyingkirkan tirai (apa sih namanya) pengantin yang menutupi wajahnya.

Cantik...

"Hei! Cepat jalan!"

Kaget. Pemuda yang dibentak oleh gadis aneh yang menaiki motornya pun langsung melajukan motornya. Sempat melirik kaca spion motor, ada beberapa orang berlarian yang memaksakan diri untuk mengejar motornya, ah lebih tepatnya mengejar gadis yang duduk dibelakangnya. Sepertinya gadis itu melarikan diri dari pernikahannya, pasti dia tidak menyetujui pernikahannya itu. Aish... Kenapa Naruto memikirkan hal sampai sejauh itu.

.

.

Motor Gede berwarna Putih itu berhenti di sebuah Taman, gadis yang sedari tadi tanpa sadar memeluk pinggang Naruto kini pun turun, "ma-maaf," ucapnya malu karena selama Naruto membawa motor tangannya erat memeluk pemuda yang tak dikenalnya. Itu karena pemuda itu menjalankan motornya dengan cepat.

Naruto membuka kaca helm-nya, "tidak apa," jawabnya singkat. Mata birunya melihat sekeliling, tidak terlalu ramai di Taman itu, tapi tetap saja dia dan gadis yang sedang mengenakan gaun pengantin itu menjadi pusat perhatian. Ah, pasti ibu-ibu yang melihat mereka saat ini sedang bergosip. "Kau yakin mau turun di sini?" Tanya Naruto yang masih betah memakai helm-nya dan masih duduk di motornya.

Gadis bermata lavender itu mengangguk, "iya, aku mau ke rumah temanku, tidak jauh dari sini."

"Tidak pulang ke rumah?"

Gadis di depan Naruto menunduk dan memainkan jarinya, ugh lucu sekali. "Seharusnya kamu tahu, kenapa aku tidak pulang ke rumah dengan melihat pakaianku ini."

Naruto tersenyum dibalik helm-nya, benar juga, bisa-bisa gadis itu diseret ke Gereja lagi untuk dinikahkan. "Sebaiknya kau membeli pakaian ganti sebelum ke rumahmu, kau terlalu mencolok dengan pakaian seperti itu."

"I-itu yang jadi masalahnya, aku lari tanpa membawa dompet atau ponsel," jawab Gadis di depan Naruto dengan wajah merona. Gadis itu menatap pemuda di depannya, pemuda dengan postur badan yang bagus, ah kenapa pemuda itu masih betah dengan helm-nya. "Ng... boleh'kah aku...?"

Naruto terkekeh kecil, gadis itu benar-benar menggemaskan. "Tunggu sebentar," potong Naruto lalu mengambil dompet dari saku celananya. Naruto mengambil beberapa lembar uang, "ini untukmu," ucapnya kemudian.

"Hei! A-aku pinjam bukan minta, ingat pinjam!" Seru gadis cantik itu sambil menerima uang dari pemuda didepannya.

"Ya, kau pinjam dan satu lagi, kau harus..." kata Naruto membuat Gadis didepannya penasaran karena Naruto memotong kalimatnya, HP pemuda itu mengganggu mereka karena berbunyi terus. Naruto mengeluarkan HP-nya dan melihat siapa yang menelephone.

Kakashi Calling..

Ah, dia kan harus buru-buru. Komandannya menelephone pasti karena dia belum datang juga. Naruto menatap gadis yang terus berdiri di depannya, "kau harus membayar ongkos naik motorku jika kita bertemu lagi," lanjut Naruto dan melihat si Gadis menggerutu kesal. "Bye.." Ucap Naruto lalu kembali melajukan motornya, meninggalkan gadis cantik itu di Taman.

"Ah... bagaimana aku mengembalikan uangnya kalau nama dan alamatnya saja tidak tahu," ucap Gadis cantik itu sambil menghela nafas. "Dasar Baka-Hinata," lanjutnya sambil memukul kepalanya pelan.

.

.

Malam hari di sebuah Mansion Mewah, Naruto sedang duduk di ruang tengah mansion itu bersama sang Komandan. Naruto diberitahu tadi siang, kalau dia akan bertugas menjaga putri pertama keluarga pejabat di kota itu, dan malam ini mereka akan dipertemukan dengan putri tersebut yang tadi siang dikabarkan kabur.

Pintu dari sebelah kanan terbuka, seorang pemuda yang berumuran sama seperti Kakashi memasuki ruangan tengah tersebut, diikuti oleh 3 gadis. Naruto tersenyum sekilas ketika melihat gadis yang berada di sisi gadis yang dicepol dua. Ternyata putri yang kabur itu gadis yang tadi pagi menaiki motornya.

"Selamat malam, Komandan," sapa pemuda bernama Hyuuga Neji sambil memberi isyarat agar tamunya kembali duduk. "Saya Neji, ini istri saya, Tenten dan mereka berdua adik saya, Hinata dan juga Hanabi," ucap Neji. "Maaf, ayah kami tadi sore berangkat ke luar kota , jadi saya yang akan mewakili beliau," lanjut Neji sopan.

.

.

Naruto menjatuhkan dirinya pada ranjang yang dibaluti seprei warna orange, hari ini benar-benar penuh kejutan dan juga menyenangkan. Pemuda berkulit tan itu menolehkan wajahnya ke samping ranjang, jam 9 malam. Lalu, mata birunya melirik frame yang terpasang rapi didinding kamarnya. Photo dirinya sedang merangkul dua sahabatnya, Sasuke dan Shikamaru ah, diphoto itu juga ada Sakura yang sedang berjongkok didepan tiga pemuda keren itu. Mereka merupakan sahabat sejak kuliah.

"Sasuke! Aku Menyukaimu..." Teriak Sakura ketika dia baru berhasil menemukan sang pemuda di Bandara, nafasnya terengah-engah. "Aku...Aku Menyukaimu, Sasuke...!"

Pemuda yang diteriaki hanya bisa berbalik tanpa menghampiri, karena pesawatnya akan segera berangkat beberapa menit lagi. Pemuda itu hanya tersenyum, dan kembali memalingkan muka melangkah pergi meninggalkan 3 sahabatnya yang berada di Bandara.

Naruto menghelanafas, dia teringat bagaimana gengsinya dua sahabatnya itu untuk mengatakan perasaan masing-masing. Sakura sakit untuk beberapa minggu, Naruto di minta keluarga Sakura untuk selalu menjaga dan melindunginya. Naruto melakukan hal itu, karena dari dulu saat mereka kuliah, Sakura merupakan adik bagi Sasuke, Shikamaru dan juga dirinya. Baginya, menjadi pacar Sakura hanya untuk mengobati luka hati sang gadis yang masih belum bisa mendapat kabar dari pemuda yang disukainya. Sakura tidak lebih dari adik perempuan bagi Naruto. Entah kenapa, perasaannya tidak berubah walaupun status mereka kini menjadi kekasih. Yang lebih parah, Naruto malah lebih tertarik pada Gadis tadi siang yang ditemuinya. Hinata Hyuuga.

.

.

Sarapan pagi di Mansion Hyuuga. Hiashi melihat satu persatu anak-anaknya, Neji sudah menikah dengan Tenten dan Tenten sedang hamil muda, anak keduanya Hinata sudah pas untuk menikah, tetapi dia malah kabur dari pernikahan kemarin, Hanabi dia sedang dekat dengan cucu Walikota Tokyo, Konohamaru, tapi masih jauh untuk menikah mengingat Hanabi masih SMA.

"Hinata, kenapa kau malah kabur kemarin?"

"Sudah aku bilang, Hinata tidak menyukai Kiba. Otousama mengijinkan Neji-Nii menikah dengan pilihannya, lalu Hanabi diijinkan berpacaran dengan orang yang disukainya, jadi Otousama juga harus adil pada Hinata," jelas Hinata panjang lebar.

"Baiklah, terserahmu saja. Siapa pilihanmu?"

Hinata terdiam, ah sial sekali dia. Coba dia punya pacar, dia pasti akan langsung menjawab dan menyeret pacarnya itu ke Mansionnya ini.

"Kau belum punya pacar'kan?"

"Ah... Otousama, tapi jangan jodohkan Hinata," balas Hinata lagi merengek.

"Kiba padahal sudah mapan, wajahnya pun tidak terlalu jelek," ucap Neji.

"Tapi dia tidak cocok Oniichan kalau untuk Hinata-Nee, " balas Hanabi membela sang kakak tersayang. Hanabi nyengir, lalu melirik Hinata, "bodyguard Hinata-Nee yang baru ganteng tuh, bagaimana?"

"Sepertinya dia jutek, dan aku tidak mau punya pasangan dingin seperti itu."

"Itu karena kalian belum saling kenal," ucap Hiashi tiba-tiba.

"Otousama setuju kalau Neechan berjodoh dengan siapa namanya itu... Ah, Naruto-san?" Tanya Hanabi kaget, karena setahu dia ayahnya akan setuju dengan yang bergolongan sama dengan keluarganya. Ya, mengingat yang menjadi bodyguard itu biasa tidak semua dari golongan atas. Ah, jangan-jangan latar belakang bodyguard kakaknya itu keren.

"Setuju tidak setuju kita lihat saja nanti," jawab Hiashi.

"Ck, kalian ini PD sekali aku akan berpacaran dengan dia, jangan bicara kejauhan," kata Hinata sebal.

.

.

"Ini Tuan Muda, kunci mobil anda," ucap seorang laki-laki yang memiliki luka memanjang dibagian hidungnya memberikan sebuah kunci mobil sedan hitam pada sang Tuan Muda yang semenjak kuliah tinggal sendiri di sebuah rumah sederhana dikawasan Tokyo. "Kenapa anda ingin memakai mobil ini? Padahal mobil anda ada yang lebih bagus dari ini," lanjut Iruka penasaran.

Naruto nyengir, "mau saja, terima kasih ya Iruka-san, aku berangkat dulu," jawab Naruto lalu memasuki mobilnya dan mulai meninggalkan Iruka di halaman rumahnya.

.

.

Hinata melirik jam tangannya, sudah jam 8 lewat 10 menit, tapi orang yang berperan sebagai Bodyguard nya belum juga datang. Ayolah, dia hanya seorang Dokter yang tidak boleh telat.

"Harusnya aku pakai Bodyguard? Untuk menyetir sendiri aku juga bisa, toh masih ada supir di sini kalau aku tidak boleh menyetir sendiri," ucap Hinata menggerutu entah pada siapa.

Tin Tin

Hinata menghela nafas, akhirnya datang juga. Dia melihat Naruto keluar dari mobil, dan membukakan pintu untuknya. "Kau terlambat," ucap Hinata lalu duduk dikursi belakang.

Naruto tersenyum, dan kembali masuk ke mobilnya, "maaf Hinata-hime, mobil saya mogok tadi," ucap Naruto bohong.

Hinata melirik ke kaca spion dalam mobil, dia bisa melihat rambut pirang Naruto dan mata sang Bodyguard yang sedang serius menyetir. Mata birunya indah sekali, ucap hati Hinata tanpa sadar. Hinata buru-buru mengalihkan pandangannya ke tas yang ada dipangkuannya ketika mata Naruto melirik kaca spion mobilnya. Aduh, kenapa jadi deg-degan begini, kata hati Hinata sambil terus memperhatikan tas nya yang mendadak jadi menarik untuk diperhatikan.

"Boleh aku bertanya?"

"Itu juga sudah sebuah pertanyaan," jawab Hinata kembali melirik kaca mobilnya.

"Apa kau Dokter Spesialis?" Tanya Naruto melirik kaca mobilnya, dan dia beradu pandang dengan Hinata untuk beberapa detik, karena dia harus kembali fokusmemperhatikan jalan di depannya.

"Ya, aku Dokter Bedah, kenapa? Kau ingin aku bedah?" Tanya Hinata kini melirik sampingnya, kini mereka berhenti ternyata, karena lampu merah menyala. Ah, dia jadi ingat kejadian memalukan kemarin dimana dia harus terpaksa menaiki motor seseorang yang tidak dikenalnya tepat saat lampu merah menyala.

"Boleh," jawab Naruto singkat, lalu kembali menginjak pedal gas nya.

"Ah? Boleh apa?" Tanya Hinata karena tak mengerti.

"Tolong lihat lukaku nanti, kalau perlu dibedah, bedah saja," ucap Naruto menjelaskan.

.

.

Sakura membuka jendela kamarnya, matahari bersinar terang pagi ini. Gadis itu melirik HP-nya yang tergeletak di meja riasnya. Tak ada kabar dari sang pacar dari kemarin. Sakura menghela nafas, "hubungan macam apa ini?" Tanyanya entah pada siapa.

.

.

To Be Continue

Ok, RnR Minna-san... Saya kembali dengan fict baru. Maaf disini Hinata nya OOC..

Maaf juga fict Tuan Muda belum bisa Update. Fict ini terinspirasi dari K-Drama Descendant Of The Sun.. Hanya terinspirasi, tapi tidak sama'kan?

Ok, RnR..

Arigatou...