Airplane Scandal

Hanya sebuah siang yang 'panas' disalah satu bagian belakang pesawat terbang antara pilot dan pramugarinya. CHANBAEK. BAEKYEOL. Chanyeol. Baekhyun. Mature. M. EXO. GS. Genderswitch. Park Chanyeol. Byun Baekhyun.

.

Don't like don't read!

Plaase comment below!

Don't copy!

Repost with CR!

This story belongs to lolipopsehun!

.

ENJOY~

.

Baekhyun melangkahkan kakinya menelusuri koridor pesawat saat ia mendengar suara Capt -nya yang mengatakan pesawat akan segera landing. Ia berjalan anggun dengan senyuman dibibir mungilnya, mengingatkan kepada para penumpang untuk menggunakan sabuk keselamatan dengan baik.

Ia sedikit membantu beberapa penumpang yang kesulitan memakai sabuk keselamatan.

Masih dengan senyum mengembang dibibirnya, Baekhyun berjalan menuju bagian belakang pesawat. Begitu ia membuka tirai penghalang, senyum manisnya lenyap. Ia menghempaskan tubuhnya dengan kasar di tempat duduk khusus pramugari seperti dirinya, duduk di samping Kyungsoo yang sedang memasang sabuk keselamatannya.

Begitu pula Baekhyun, ia memasangkan sabuk keselamatannya dengan cepat. Kemudian duduk tenang saat pesawat sedikit berguncang.

Ia menghembuskan napas kesal, membuat Kyungsoo di sebelahnya terkekeh ringan, dan memejamkan matanya yang lelah.

"Kau baik-baik saja? Bibirmu tampak agak pucat," ucap Kyungsoo masih sambil terkekeh.

Baekhyun mengeluarkan cermin dari sakunya dan dengan cepat memeriksa penampilannya. "Apa lipstikku berantakan?" dengusnya, menyentuh bibirnya perlahan, sedikit menekan-nekan untuk meratakan warna lipstiknya.

Kyungsoo tertawa lagi dengan suara riang. "Tidak. Hanya saja kau tampak lelah, yah meskipun kau masih cantik seperti biasanya,"

Baekhyun mendengus, ia memasukkan cerminnya kembali dengan kasar ke sakunya. "Berhentilah menyukai sesama jenis, Kyung. Aku tidak tertarik padamu," Kyungsoo mencibir pelan, mengumpat sedikit. "Aku lelah sekali," Baekhyun menyandarkan kepalanya dan memejamkan mata.

"Kau jadi menggantikan tugas Luhan semalam?" sambung Kyungsoo lagi.

Baekhyun mengangguk ringan. "Bagaimana bisa aku tega membiarkannya terbang semalaman. Dia itu hamil muda dan ijin cutinya masih diproses. Lagipula kita harus layover di Hongkong,"

"Berapa lama?" tanyanya penasaran.

Baekhyun mengingat-ingat. "Kurasa tujuh jam atau lebih,"

Kyungsoo hanya tertawa ringan. "Kau bisa tidur siang sebentar nanti, kudengar dari Capt kita akan berhenti sekitar satu jam. Aku akan menggantikan tugasmu,"

Baekhyun mendengus lagi. "Terima kasih, Kyung,"

Saat guncangan pesawat sedikit berkurang, Baekhyun melepaskan sabuk keselamatannya dan berdiri dengan cepat, begitu pula dengan Kyungsoo. Ia melirik teman-temannya yang lain, sudah bersiap untuk kembali ke koridor penumpang dengan senyum mengembang mereka.

Ingatkan Baekhyun, semua senyum itu palsu semata.

Baekhyun melangkahkan kakinya di belakang Kyungsoo, menunggu pesawat benar-benar berhenti dan berharap pintu pesawat cepat terbuka agar ia bisa segera istirahat. Dari jauh ia melihat Jongdae –rekan satu krunya- berjalan ke arahnya dengan cepat.

"Capt bilang ia ingin bicara denganmu," ucap Jongdae. "Aku akan menggantikanmu,"

Baekhyun menghela napas berat. "Apa Capt ingin membahas laporanku yang kurang lengkap?"

Jongday mengangakat bahu. "Apa kau bahkan melaporkannya?" ucapnya acuh.

Baekhyun mendengus kesal. "Apa menolong teman yang sedang hamil muda merupakan tindakan kriminal?"

Jongdae tertawa ringan, sementara pintu pesawat perlahan terbuka. "Harusnya kau ijin dulu padanya. Kau tau sendiri Capt orang yang taat aturan,"

Dari jauh ia melihat Capt-nya berjalan dari depan menuju bagian belakang burung besi itu. Senyum Capt-nya merekah saat melewati bangku penumpang, ia melirik Baekhyun sekilas dengan tatapan tajam, dan Baekhyun menunduk sedikit.

Sial, batinnya.

Baekhyun mendengus kesal. "Kau bisa gantikan aku kan disini?" tanyanya pada Jongdae.

Jongdae mengangguk yakin, meremas bahu Baekhyun sedikit. "Tentu saja,"

Baekhyun berjalan gontai mengikuti Capt-nya, ia mendesah ringan. Padahal ia pikir bisa tidur siang sebentar sambil menunggu penerbangan selanjutnya, tapi impiannya itu harus luntur. Sepertinya siang ini, Baekhyun harus mempersiapkan telinganya mendengar celotehan Capt-nya yang perfeksionis itu.

Baekhyun berhenti di sebuah pintu yang tertutup, dibalik sana, ia yakin Capt-nya ada di dalam. Itu ruangan tempatnya biasa beristirahat. Sebuah ruangan sempit berisi matras empuk yang biasa ia gunakan untuk tidur siang sebentar.

Ia mengetuk pintunya beberapa kali, tanpa menunggu suara dari dalam, ia membuka pintu itu perlahan. Ruangan itu kedap suara, tidak mungkin ia mendengar suara Capt-nya dari dalam. Baekhyun menghembuskan napasnya perlahan, mencari sosok Capt-nya.

Baekhyun menemukan Capt-nya duduk di atas matras dengan ponsel di tangan. Ia melirik topi Capt-nya yang tertengger rapi di rak dekat situ dan sepatu pria itu sudah terlepas. Capt-nya menoleh ke arah Baekhyun masih tanpa tersenyum, ia melemparkan ponselnya asal.

"Kau memanggilku, Capt?" tanya Baekhyun pelan, tersenyum canggung.

Capt-nya mengangguk ringan, melambaikan tangan pada Baekhyun sedikit untuk menyuruhnya mendekat, dan mengendurkan dasinya perlahan. Baekhyun membuka stiletto-nya dengan asal, berdiri tepat di depan Capt-nya yang sedang berusaha membuka ikatan dasinya.

"Ada ingin kubicarakan," ucap Capt-nya, melipat dasinya dengan rapi, dan meletakkan di samping topinya. Sekarang tangannya berusaha memlepaskan name tag dengan tulisan Park Chanyeol yang bertengger manis di dada kanannya.

"Aku mendengarkan," ucap Baekhyun lembut.

Chanyeol memajukan tubuhnya mendekati Baekhyun, tangannya melewati tubuh Baekhyun, meraih kenop pintu di belakangnya dan memutarnya ke arah kanan.

Pintu terkunci.

Chanyeol mendorong tubuh Baekhyun hingga punggung gadis itu membentur pintu besi dengan keras, ia meringis merasakan punggungnya yang sedikit ngilu. Chanyeol mendekatkan wajahnya dengan wajah Baekhyun hingga nyaris tak berjarak, kemudian perlahan memajukan bibirnya hendak menyentuh bibir Baekhyun.

Baekhyun menghindari bibir Chanyeol dengan menoleh ke arah kanan, dan pria itu hanya terkekeh ringan.

"Apa kau tidak mau mendengarkan perintah Capt-mu ini?" tanyanya angkuh.

Baekhyun tersenyum ringan. "Aku mendengarkan dengan telingaku Capt, bukan dengan bibirku,"

Chanyeol tertawa ringan, melirik jam tangannya sekilas, kemudian melepaskan jam tangannya, lagi-lagi meletakkannya di samping topi.

"Aku hanya membutuhkanmu, Baekhyun. Tidak akan lama," bisik Chanyeol mendekatkan bibirnya lagi, Baekhyun lagi-lagi memalingkan wajahnya.

"Hanya setengah jam sebelum penerbangan, Capt," balas Baekhyun ringan.

Chanyeol mendengus, ia kembali mendekatkan diri kepada Baekhyun, memaksa bibir Baekhyun bertemu dengan bibirnya. Chanyeol menyentuh dagu gadis itu untuk menghadap ke arahnya, menciumnya dengan paksa.

Sedangkan Baekhyun mengerang kesal, mendorong dada Chanyeol perlahan karena Chanyeol mulai menjilat dan menggigiti bibir mungilnya. Chanyeol melepaskan gadis itu dengan kekehan ringan keluar dari bibirnya.

"Jangan merusak lipstikku, aku tidak membawa lipstick lagi," dengus Baekhyun.

Sedangkan Chanyeol tertawa keras-keras melihat perlakuan Baekhyun yang menurutnya lucu. Perlahan ia membuka kancing kemejanya dengan hati-hati, melepasnya perlahan, dan menggantungnya dengan rapi.

Sedangkan Baekhyun takjub melihat tubuh Chanyeol yang bertelanjang dada.

"Mengapa kau membuka bajumu? Bukannya kita hanya akan bicara, Capt?" tanya Baekhyun masih memandangi bentuk tubuh Chanyeol yang tercetak sempurna itu.

Chanyeol terkekeh. "Aku tidak ingin kau membuat kemejaku kusut karena kau meremasnya,"

Baekhyun mendengus kesal. "Aku tidak akan meremas apapun," bisiknya.

Chanyeol mendekatkan diri lagi pada Baekhyun, kedua tangannya meremas pantat Baekhyun dengan gemas, membuat Baekhyun nyaris memekik karena kaget. "Aku yang akan melakukannya kalau begitu," bisik Chanyeol lagi.

Dengan perlahan Chanyeol melepaskan scarf yang melilit leher Baekhyun. Tangannya naik menuju rambut Baekhyun untuk menarik penjepit yang mengungkung rambut indahnya. Rambut Baekhyun tergerai melewati punggungnya. Kemudian jemari Chanyeol melewati leher Baekhyun, perlahan melepaskan tautan kancing seragam gadis itu dengan hati-hati, berusaha membuat seragam gadis itu tidak kusut.

Sedangkan Baekhyun berusaha menahan tangan Chanyeol.

Baekhyun mendengus kesal. "Apa yang akan kau lakukan, Capt?"

"Menikmatimu," bisik Chanyeol berat di samping telinga Baekhyun, lidah nakalnya sedikit bermain disana. Membuat Baekhyun meloloskan satu leguhan berat.

Chanyeol menggantungkan seragam Baekhyun di samping seragamnya, kemudian tangannya merambat ke belakang tubuh Baekhyun untuk melepaskan tautan rok ketat Baekhyun yang memiliki belahan nyaris mencapai pahanya, padahal rok itu hanya sepanjang lututnya.

Ia meloloskan rok Baekhyun melewati kaki jenjangnya, kemudian tangannya menyusup kebalik kepala Baekhyun untuk menariknya maju dan menciumnya. Baekhyun mengerang lagi saat Chanyeol melemparkan tubuh Baekhyun di atas matras –tubuh tanpa pakaian Baekhyun. Bibirnya masih bekerja di bibir Baekhyun dengan cepat dan panas.

Begitu menuntut dan tergesa-gesa.

Baekhyun meleguh, berusaha melepaskan ciuman Chanyeol dan mencari udara.

Ia terengah-engah.

"Jangan bibirku, please," pinta Baekhyun lemah.

Chanyeol tertawa ringan. "Apa yang harus kusentuh kalau begitu?" bibir Chanyeol beralih menciumi leher Baekhyun, terus turun perlahan menuju dadanya yang hanya terbungkus selembar bra tipis.

Baekhyun mendesah ringan, mengaungkan nama Chanyeol dengan lembut dan merdu sekali.

"Aku lelah, brengsek! Biarkan aku beristirahat sebentar. Sial," erang Baekhyun tertahan karena Chanyeol menghisap kulit lehernya dengan keras. "Park Chanyeol, sialan!"

Chanyeol terkekeh, bibirnya bergerak menelusuri dada Baekhyun yang terbuka, mengecup dan menjilat. Tangannya mengangkat tubuh Baekhyun sedikit untuk melepaskan kaitan branya. Baekhyun meleguh lagi saat Chanyeol mengecup puncak dadanya. Memainkan bibir dan lidahnya di atas sana.

Baekhyun kehilangan akal, ia mengerang dengan keras saat gigi Chanyeol menyentuh puncak dadanya.

"Tapi aku membutuhkanmu," ucap Chanyeol dengan suara berat, tepat di depan bibir Baekhyun, lalu mengecupnya sekilas.

Baekhyun mendesah ringan, memanggil nama Chanyeol dengan suara lemah nyaris habis. "Kita akan menjadi pengangguran jika ketahuan melakukan ini," bisik Baekhyun, kemudian memekik keras-keras saat gigi Chanyeol kembali bermain di puncak dadanya.

"Ini kedap suara," balas Chanyeol, lidahnya bergerak menelusuri perut rata Baekhyun, membuat jalan setapak basah menuju bawah sana.

Pusat kebahagiaan Chanyeol.

Dengan giginya yang tajam, Chanyeol menarik celana dalam Baekhyun hingga terlepas dari kaki gadis itu. Bibir dan lidahnya bermain di sekitar paha Baekhyun bagian dalam, perlahan naik, terus naik hingga mencapai bibir pusat tubuh gadis itu.

Baekhyun menahan napas berat, berusaha mengendalikan diri untuk tidak menjerit atau memekik.

Ia masih menyayangi pekerjaannya.

Chanyeol memainkan lidahnya di pusat tubuh Baekhyun yang basah dan panas. Sedangkan Baekhyun menggeliat menahan jeritan yang sudah sampai di ujung lidahnya. Ia tidak boleh menjerit sekarang.

Tidak sekarang.

Chanyeol tertawa saat Baekhyun berusaha menahan napas dan menggigit bibir bawahnya. "Tidak ada jeritan kali ini?"

Baekhyun mengerang kesal saat Chanyeol menjauhkan bibirnya dari sana. Tubuhnya begitu panas dan siap, tapi Chanyeol menghentikan kegiatannya begitu saja. Pria itu malah terkekeh ringan. "Brengsek, keparat," umpat Baekhyun.

Chanyeol tertawa keras-keras, kembali memainkan lidah dan bibirnya di bagian tubuh selatan Baekhyun itu. Baekhyun mengerang, merasakan puncak gairahnya yang semakin membesar, mendekat dengan cepat, dan dengan satu tarikan napas, ia kalah.

Gairahnya menguap, melebur dengan mulut basah Chanyeol di bawah sana.

Baekhyun hanya bisa mendesah lemah di bawah sentuhan mulut Chanyeol dengan mulut terbuka lebar dan terengah-engah.

Chanyeol mengangkat wajahnya melihat ekspresi Baekhyun yang nyaris gila, kemudian ia melirik jam dinding sekilas dan tersenyum. "Dua puluh menit lagi, kita selesaikan dengan cepat," Chanyeol menawarkan diri.

Baekhyun mengangguk lemah, ia tak bisa memilih apapun sekarang. Sudah terlanjur untuk menolak Capt-nya itu. Jadi ia menyerah pada Capt-nya dengan kaki terbuka lebar.

Chanyeol membuka celananya dengan gerakan yang terlewat indah bagi Baekhyun, membuat Baekhyun sedikit memerah saat melihat pusat kebahagiaannya itu menggantung sempurna disana.

Ini bukan yang pertama, tapi selalu menjadi seperti yang pertama.

Baekhyun mengerang kasar saat Chanyeol hendak menyatukan mereka, terasa panas, basah, dan penuh bagi Baekhyun. Menggoda Baekhyun di pintu masuknya, perlahan Chanyeol mendorong maju sedikit, membuat Baekhyun terkesiap dan mengerangkan nama Chanyeol dengan lembut saat penyatuan mereka sempurna.

Mendesahkan nama pria itu dengan nada yang lebih rendah dan tubuhnya sedikit bergetar.

Sial, masih saja aku seperti seorang amatiran –batin Baekhyun.

Chanyeol menggeram dengan suara rendah, masih tetap pada posisinya, sedangkan Baekhyun memejamkan mata. Berusaha menikmati tubuh Chanyeol dengan menyeluruh di dalam tubuhnya, ia senang saat seperti ini. Layaknya Baekhyun bisa mengenal lebih jauh tentang kebahagiaannya itu.

Dan Baekhyun mendesahkan nama Chanyeol lagi perlahan saat ia merasakan bagian tubuh pria itu bergerak. Sangat pelan hingga membuat Baekhyun nyaris kehilangan akal sehatnya.

Lalu dengan seringaian khasnya, Chanyeol mulai menghujam Baekhyun dengan tempo cepat, nyaris tidak terkontrol. Begitu statis dan kuat, membuat tubuh Baekhyun terhentak-hentak di atas matras empuk itu.

Mulut Baekhyun tidak berhenti meracau, mengerangkan nama Chanyeol, dan menjerit tertahan. Sedangkan Chanyeol masih bergerak-gerak cepat di atas tubuh Baekhyun dengan suara geraman rendah yang mengerikan.

Tapi menyenangkan untuk Baekhyun dengar.

Masih dengan tubuh menyatu sempurna dan badan yang terhentak-hentak liar, Baekhyun merasakan bibir Chanyeol menyentuh lehernya, menghisapnya dengan kuat, ia mengerang kasar, menarik rambut Chanyeol dengan gemas, melampiaskan kenikmatannya pada ada ada. Baekhyun nyaris gila, ia tidak peduli ini berada dimana.

Yang ia tahu, hanya ada Chanyeol di atas tubuhnya.

Dan secara teknis juga di dalam tubuhnya.

Lalu yang lainnya tak penting lagi.

Baekhyun mengerang saat puncak gairahnya terlepas, meredam jeritannya pada leher Chanyeol. Ia terengah-engah merasakan panas menjalar dari pusat tubuhnya menuju keseluruh tubuh, membakarnya habis tanpa sisa. Aliran panas itu mengaliri seluruh saraf tubuhnya, menghilangkan kekuatan pada tubuh Baekhyun, ia nyaris terkuras habis.

Baekhyun kalah.

Chanyeol berhenti sebentar untuk membiarkan Baekhyun mengambil napas, detik selanjutnya ia kembali bergerak, cepat dan statis. Nyaris tak terkendali, membuat Baekhyun kembali terhentak-hentak dan mengerang kasar.

Ia nyaris memohon, meminta lebih dengan suara lemah memanggil nama Chanyeol.

Ia merasakan Chanyeol semakin penuh, semakin keras, dan semakin cepat. Jadi Baekhyun menunggunya, membuka kakinya semakin lebar, membiarkan Chanyeol menikmatinya lebih dalam. Ia bisa merasakan pertahanan diri Chanyeol yang nyaris runtuh –begitu pula dengannya.

Sekali lagi.

Semuanya terlalu indah, terlalu nikmat untuk hanya diceritakan.

Kemudian, setelah beberapa kali hentakan kasar, ia dapat merasakan sensasi panas menyenangkan kembali menyapa pusat tubuhnya. Kali ini lebih panas, karena Chanyeol juga merasakan hal yang sama. Tubuh mungilnya bergetar pelan, dadanya turun naik, dan napasnya putus-putus.

Menikmati sisa-sisa pelepasannya yang dahsyat.

Ia dapat mendengar desah napas Chanyeol yang berat dan tersengal di telinganya.

Chanyeol menarik wajahnya dari leher Baekhyun, kemudian mengecup bibir Baekhyun sekilas. ia terkekeh ringan, menopang tubuhnya dengan kedua tangan di samping lengan Baekhyun, dan menatap gadis itu intens.

"Sayang sekali aku tidak bisa merasakan ini," Chanyeol menyentuh bibir Baekhyun dengan jari telunjuknya. "Lipstik sialan itu," desahnya pasrah.

Baekhyun tertawa ringan. Ia melirik jam dinding di atasnya. "Lima menit lagi sebelum boarding, Capt. Kurasa kau harus bersiap-siap," ucap Baekhyun.

Chanyeol mencibir. "Sekarang kau memanggilku Capt, tadi kau memanggilku bajingan keparat. Sopan sekali, Baek," Baekhyun hanya tertawa ringan. "Akan kuberikan kau waktu istirahat. Gunakan dengan baik," ucapnya.

"Kau memang suami yang baik," bisik Baekhyun lemah, memejamkan matanya perlahan.

"Dan kau istri yang luar biasa menakjubkan," ucapnya sembari tertawa dan mulai memakai pakaiannya lagi.

.

.

END/TBC(?)

.

.

Hallo~ Author kembali dengan cerita baru. Aduh, akhir-akhir ini Author kebanyakan ide baru jadi posting cerita-cerita baru, tapi buat cerita lama, ide Author lagi buntu nih. Jadi ini karena lagi ada ide, ditulis dulu, kan sayang kalo idenya mendadak ilang.

Ini sebenernya terinspirasi pas Author lagi magang di bandara, eh gataunya muncul ff ini. Semoga aja readers suka ya. Ini gatau juga mau dilanjut atau nggak, bergantung review dari readers sekalian. Jadi silahkan review ya semuaaanyaaa~

Nanti deh Author lanjutin cerita yang lain. Ini anggap aja iklan lewat.

Jangan lupa review, terima kasih sudah membaca, dan maaf jika ada kesalahan.

With love,

lolipopsehun