Dream

Author : KeiLee

Main Pair : SasuNaru (Uchiha Sasuke x Uzumaki Naruto)

Other Pair : ShikaKiba (Nara Shikamaru x Inuzuka Kiba), Other Couple nyusul..

Other Cast : Sakura Haruno, dan lainnya akan ditemukan seiring berjalannya cerita.

Genre : Romance, Drama (banget), Hurt/Comfort.

Rate : T-M. Gue mulai sedikit terkontaminasi. Tapi Cuma dikit doang. Totally, gue masih polos ko..

Warning : YAOI. BxB. Little STRAIGHT. Typo (s) bertebaran dan selalu masih ada meskipun udah diedit. DLDR. Lebih sinetron dari sinetron yang paling sinetron (?). Tidak menerima Kritik dengan bahasa yang kasar, paling menerima kripik singkong atau kripik kentang. Biasakan RnR. Judul menipu. Isi berantakan dan maksa banget. Jalan cerita membingungkan dan berantakan sesuai sama idup gue T-T. Menimbulkan resiko mual dan nafsu makan menurun, jadi bagi yang diet dianjurkan membaca #apadeh

Okelah, seperti biasa. Gue cool make banget jadi ngga banyak bacot.

So, Check It Out..

.

.

Start Story

.

.

Naruto PoV

Aku berjalan dengan langkah yang berat. Sesekali aku menghela nafas tak kalah beratnya. Kepalaku tertunduk. Bayangan tentang orang itu terus berlari-lari di kepalaku. Ingin sekali kuusir, tapi dia terus kembali dan kembali. Atau lebih tepatnya aku tidak benar-benar berniat mengusirnya. Aku terus memikirkannya bahkan tanpa kusadari. Aku tersenyum lelah. Menghembuskan nafas lagi dan mempercepat langkahku untuk sampai di apartement yang sudah beberapa tahun ini kutempati.

"Naruto!" Aku menoleh mendengar seseorang memanggilku. Aku tersenyum melihat teman dekatku, Kiba berlarian kearahku dengan Shikamaru yang berjalan tidak jauh dibelakangnya dengan tampang malas andalannya.

"Yo, Kiba, Shikamaru." Sapaku sambil melambaikan tangan riang.

Naruto PoV end

Author PoV

"Kau baru pulang? Bukankah shiftmu seharusnya berakhir dari dua jam yang lalu?" Tanya Kiba heran.

Naruto tersenyum, "Aku mampir ke taman tadi." Naruto memasang wajah menggodanya, "Ehem... apa kalian sedang kencan?" Naruto menaik turunkan alisnya.

Wajah Kiba memerah, sedangkan Shikamaru memasang wajah tidak peduli tetapi tidak berani menatap kearah Naruto.

"S-sudahlah. Aku dan Shika harus pergi. Kau hati-hati, Naruto. Bye.." Kiba menarik tangan Shikamaru menjauh diiringi tawa meledek Naruto. Perlahan, tawa di wajah tan itu menghilang seiring dengan Kiba dan Shikamaru yang makin menjauh dan hilang dari pandangan Naruto.

'Andaikan aku dan kau bisa seperti mereka.' Batin Naruto pedih. 'Tapi itu tidak mungkin.' Tambahnya lagi dengan senyun miris.

Naruto kembali melanjutkan langkahnya. Sedikit lagi, hanya dengan melewati beberapa blok lagi, maka pemuda manis berkulit tan itu akan sampai di apartementnya.

Mata sebiru langit itu terarah pada pedagang buah yang menjual buah kesukaan pemuda yang selama ini selalu dipikirkannya. Langkahnya berhenti tapi tidak ada niat sama sekali untuk menghampiri dan membeli buah bulat berwarna merah itu.

'Ah.. persediaan tomat di apartementku habis. Dulu kau sering marah jika tak menemukan buah dengan rasa abstrak itu di kulkas. Apa aku harus membelinya?' Naruto melangkahkan kakinya perlahan kearah pedagang buah itu. Tapi sejurus kemudian langkahnya terhenti.

'Ah.. aku lupa kalau kau tak akan datang ke apartementku lagi.' Batinnya miris.

Baru saja langkahnya berbalikk, suara seorang wanita menghentikannya.

"Naruto!" Naruto melihat seorang gadis cantik berambut pink tengah melambai riang kearahnya. "Kau baru pulang? Bukankah shiftmu sudah berakhir sejak beberapa jam lalu?" Gadis itu melemparkan pertanyaan yang sama dengan Kiba tadi. Naruto memutuskan akan menjawab sama dengan jawabannya pada pemuda pecinta anjing itu.

"Jangan-jangan Gaara memaksamu bekerja lebih lama dari biasanya, ya?" Tuduh gadis yang bernama Sakura itu sebelum Naruto sempat menjawab pertanyaanya.

"Tentu saja tidak. Dia bahkan selalu menyuruhku pulang awal." Naruto mengamati penampilan Sakura dari atas ke bawah. Mengernyit heran melihat teman baiknya itu terlihat lebih feminim. "Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya.

Sakura menunjukkan tomat di tangannya, "Persediaan tomat di apartemenku habis. Kau tau sendiri bagaimana maniaknya Sasuke pada buah ini, kan?" Naruto membeku mendengar nama pemuda yang selama ini berlarian di kepalanya disebut. Sebuah pemikiran yang membuat tubuhnya bergetar terlintas di otaknya.

"Kau sendirian? Kenapa kau bisa sampai kemari hanya untuk membeli tomat? Bukannya di dekat apartemenmu juga ada toko buah?"

"Sasuke. Aku bersama Sasuke. Dia yang meminta untuk membeli tomat disini. Dia bilang, dia terbiasa beli disini." Sakura menjawab sambil terus memilih tomat yang bagus.

Naruto kembali diam. Dia tidak ingin bertemu pemuda bermata onyx itu sekarang. Tidak sebelum dia bisa benar-benar menata hatinya. Dia harus segera pergi dari tempat itu apapun alasannya.

"Sakura, aku pulang dulu."

"Hei, kau bahkan belum membeli apapun."

"Aku memang tidak berniat membeli apapun. Sudah ya, bye." Naruto melainmbaikan tangannya riang. Dia berjalan atau mungkin bisa disebut berlari menuju apartementnya.

Dia memasuki lift apartementnya menuju lantai 5. Keluarnya dari lift, dia meneruskan kembali langkahnya sesekali menyapa atau hanya tersenyum pada penghuni apartement yang berpapasan dengannya.

Dia baru saja hendak berbelok kearah koridor apartementnya berada tapi diurungkannya niat itu ketika melihat seorang pemuda berambut hitam dengan model mirip pantat ayam berdiri diam di depan pintu apartementnya. Dia mengenal pemuda itu. Amat sangat mengenalnya. Tapi alih-alih langsung menemuinya, Naruto malah bersembunyi di balik temboj. Menenangkan jantungnya yang kini berdegup menyakitkan.

"Oi, teme! Apa yang kau lakukan di depan apartementku?" Naruto keluar dari tempat persembunyiannya dan melambai riang ke arah Sasuke. Bersikap seolah semuanya baik-baik saja.

Sasuke menoleh, menatap intens manik mata biru langit Naruto. "Hn." Gumamnya sebwlum melangkah pergi melewati Naruto tanpa sepatah katapun.

Naruto menunduk melihat sikap Sasuke yang dingin padanya, "Sasuke teme sialaann..!" Umpat Naruto yang tentu didengar oleh Sasuke yang langsung menghentikan langkahnya.

"Dobe." Balasnya singkat sebelum kembali melanjutkan langkahnya.

Naruto tersenyum. "Setidaknya kau mau bicara padaku." Gumamnya. Dia berdiri diam sebentar kemudian berbalik dan masuk ke dalam apartementnya.

...

Sakura melongokkan kepalanya kesana kemari mencari keberadaan Sasuke. Bibirnya melengkungkan senyum ketika melihat orang yang dicarinya muncul.

"Sasuke, kau darimana?" Tanyanya yang tidak mendapat tanggapan sama sekali dari orang yang ditanya.

"Pulang." Kata Sasuke singkat membuat Sakura mengernyitkan dahi bingung.

"Pulang? Bukankah kau menerima ajakanku untuk makan siang bersama?" Sakura menahan tangan Sasuke yang ditepis pelan oleh Sasuke.

"Aku berubah pikiran. Kau ikut aku pulang atau tinggal disini?" Sasuke terus berjalan tanpa menunggu jawaban Sakura. Gadis berambut pink itu tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti kemauan Sasuke. Tangannya menatap sekantung tomat ditangannya kemudian beralih ke jalan dimana Sasuke muncul tadi. Dia tersenyum sedih.

"Sasuke, apa kau baru saja dari apartement Naruto?" Tanyanya pelan.

"Bukan urusanmu." Jawab Sasuke sambil lalu.

"Tapi, Sasuke..."

"Tidak bisakah kau diam?" Sasuke menoleh kearah Sakura dengan tatapan tajamnya yang khas membuat Sakura diam.

'Gomen.' Batinnya.

...

Di dalam apartemen yang tadi didatangi Sasuke, seorang remaja berkulit tan baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang melingkari bagian privatenya. Berpakaian sembarangan dan melompat keatas ranjang berukuran sedang. Matanya memandang kosong kearah langit-langit yang dihiasi ornamen rubah-rubah kecil berwarna orange. Matanya kini beralih menatap sekeliling dinding kamarnya yang berwarna orange dihiasi lukisan jeruk-jeruk kecil.

"Bahkan setelah sekian lama, aku masih mengingatnya. Parahnya aku tidak pernah bosan mengingat itu semua." bisiknya. Pikirannya melayang mengingat kenangan ketika dia dan Sasuke mendekorasi kamarnya.

Flashback On

Sasuke terus menunjukkan wajah datar setengah kesalnya sejak sahabat pirangnya itu memaksanya datang hanya untu membantunya mendekor ulang kamarnya.

"Ayolah, Sasuke. Jangan menunjukkan wajah kesalmu yang aneh itu. Apa kau tidak mau membantuku? Sahabat macam apa kau ini?" Rutuk Naruto kesal. Dia hanya meminta Sasuke membantu mengecat ulang kamarnya, bukan untuk melompat dari lantai apartementnya.

"Dobe no baka! Kau meneleponku disaat aku sedang tidur siang dengan berteriak tidak jelas menyuruhku cepat datang. Aku panik dan segera berangkat kesini tanpa memperhatikan penampilanku. Dan apa yang kudapat disini? Kau menyambutku dengan cengiran bodohmu itu dan memintaku membantu mengecat your f*cking bedroom!" Ruruk Sasuke kesal dengan umpatan yang membuat Naruto menatap datar kearahnya.

"Jangan mengatai kamarku seperti itu! Itu tempat kesayanganku dimana aku bisa memimpikan segala sesuatu yang aku inginkan." Naruto merentangkan kedua tangannya kekanakan. "Dan sejak kapan kau banyak bicara? Sepertinya aku harus sering-sering membuatmu kesal. Lebih menyenangkan lagi jika itu di depan banyak orang." Goda Naruto.

Sasuke manatap Naruto dengan tatapan a la Uchihanya yang khas, "Kubunuh kau jika berani melakukan itu!" Sasuke berjalan meninggalkan Naruto yang tertawa terpingkal-pingkal di belakangnya sambik membawa kaleng cat ke kamar Naruto.

Flashback Off

Naruto tersenyum tipis.

"Bahkan kau masih mengumpat meskipun kau tetap membantuku." Gumam Naruto lagi.

Flashback On

"Sial. Kenapa seorang Uchiha sepertiku harus mengecat kamar yang bahkan lebih kecil dari rumah anjingku seperti ini?" Ejek Sasuke yang membuat perempatan muncul di kepala Naruto.

"Ya! Kenapa kau membandingkab kamarku dengan anjing bodohmu?" Bentak Naruto.

"Jangan mengatai anjingku bodoh. Setidaknya dia bisa lebih cepat paham dengan perkataan irang dibanding kau, Dobe!" Ejek Sasuke dengan wajah datarnya tanpa menatap Naruto yang siap meledak.

"Kau!" Sasuke menoleh ketika merasakan aura menyeramkan di sampingnya. Dia mengernyit melihat Naruto yang mengacungkan kuas cat kearahnya. Sasuke mundur selangkah mengikuti instingnya untuk menjauh dari benda yang bisa merusak ketampanannya itu.

"Nani? Jauhkan benda itu dari wajahku, dobe!" Sasuke mendorong tangan Naruto menjauh.

"Kau benar-benar keterlaluan! Hanya karena aku memintamu menbantu mengecat rumah, kau jadi membandingkan kamarku dan AKU dengan anjingmu!" Naruto kini beralih menunjuk wajah datar Sasuke dengan tutup cat.

"Sudahlah. Jangan dipikirkan. Fakra memang tidak bisa diganggu gugat, dobe. Terimalah kenyataan!" Ujar Sasuke memperpanas suasana.

"Kau! SASUKE NO TEMEEEE..!"

Dugh...

"Akh.." Sasuke meringis pelan karena lemparan tutup cat Naruto tepat mengenai dahi seksinya. "Kenapa melemparku?"

"Itu lebih baik daripada aku menumpahkan isi cat ini keatas kepala pantat ayam kebanggaanmu itu!" Tukas Naruto tidak kalah keras.

Sasuke menatap Naruto sengit yang dibalas tidak kalah tajam oleh Naruto. Mereka terus bertatapan seperti itu selama kira-kira 5 menit sampai Sasuke memutus kontak mata mereka.

"Hn." Gumamnya kemudian melanjutkan pekerjaannya mengecat kamar Naruto.

Naruto cengo sendiri melihat sikap Sasuke. Tadi dia kesal. Menggerutu, mengumpat dan saling balas bentakan dengannya, tapi tanpa angin tanpa hujan, pemuda Uchiha itu baru saja membalas dengan hanya menggumam dan kembali bekerja tanpa meluncurkan protes, bahkan bersuara pun tidak.

'Dia aneh.' Batin Naruto.

Flashback Off

Naruto kembali tersenyum.

"Kau aneh. Bahkan sampai sekarang pun, kau tetap aneh."

Naruto diam untuk beberapa saat. "Aku merindukanmu." Gumamnya, "Padahal beberapa jam yang lalu kita baru saja bertemu tapi aku sudah sangat merindukanmu."

Naruto memiringkan badannya kearah kanan dan memejamkan matanya.

"Sampai jumpa di dunia mimpi, Sasuke." Bisik Naruto sebelum benar-benar jatuh kedalam mimpi.

...

Naruto melangkahkan kakinya riang sepanjang koridor sekolah. Wajah dengan kumis kucingnya makin terlihat manis dengan senyuman yang terpatri di bibir pinkishnya.

Senyumnya makib lebar melihat keberadaan sahabat-sahabatnya di depan kelas. Langkahnya makin dipercepat menghampiri tiga pemuda yang tengah berbincang. Tapi, tiba-tiba..

Brugh...

Tubuhnya terdorong ke belakang sebelum akhirnya bokong seksinya menyentuh lantai dengan lumayan keras. Pemuda kelebihan semangat itu mendongak menatap kearah seorang pemuda minim ekspresi yang tak bergeming didepannya.

"Kau! Bisakah kau tidak mengusikku sehari saja?!" Bentak pemuda yang kini duduk di lantai sambil menuding wajah tampan di depannya.

Sasuke -pemuda yang menabrak atau ditabrak Naruto- hanya menatap datar pemuda di bawahnya sebelum melangkah menjauh tanpa meminta maaf. Melihat itu, Naruto berang dan segera berdiri dari duduknya.

"Ya! Kau mau kemana?! Kau bahkan belum minta maaf!" Teriak Naruto membuat Sasuke berbalik. Dia hanya mengernyitkan keningnya sekilas kearah Naruto. Mengerti dengan maksud kernyitan dahi Sasuke, tangan mungil Naruto kembali menunjuk wajah yang menjadi pujaan seluruh gadis di sekolah itu.

"Kau harus minta maaf! Kau menabrakku!" Teriak Naruto.

"Kau." Ujar Sasuke singkat membuat Naruto kebingungan mengartikan maksud Sasuke.

"Aku? Apa maksudmu?!" Naruto makin berang menunjuk Sasuke. Telunjuk mungilnya kini bahkan hanya berjarak sekitar 5 cm dari hidung mancung Sasuke.

Sasuke menepis kasar telunjuk Naruto. Tatapannya kian tajam membuat siswa-siswi yang berdatangan menonton menjadi bergidik. Tapi sepertinya tatapan itu tidak mempan pada namja kelebihan energi di depannya.

"Dobe." Gumamnya kemudian berbalik pergi. Pemuda tan itu berhasil membuat perempatan urat muncul di dahinya.

Naruto masih diam pada posisinya. Mulutnya terbuka. Otaknya yang berkemampuan menengah ke bawah masih memproses perkataan atau lebih tepatnya umpatan yang ditujukan padanya. Naruto mendengus keras kala berhasil memahami maksud Sasuke.

"Ya! Kau pantat ayam, TEME!" teriak Naruto yang diabaikan oleh Sasuke yang kini sudah berbelok ke kelasnya. XI-A, kelas unggulan yang berisi siswa berprestasi dan berharta banyak.

"Sudahlah, Naruto. Kau yang salah, bukan dia." Gaara yang daritadi hanya mengamati mulai menenangkan Naruto yang masih mendengus-dengus layaknya banteng.

"NANI?!" Teriak Naruto. "Kau membelanya? Gaara, kau membela teme pantat ayam itu? Aku sahabatmu, Gaara. Kalau kau lupa." Sinis Naruto.

"Bukan begitu, Naruto. Tapi tadi memang kau yang salah. Kau yang menabrak Sasuke, bukan sebaliknya. Tanyakan saja pada mereka berdua." Naruto mengalihkan atensinya dari pemuda bertato 'AI' di kepalanya pada dua sahabatnya yang lain. Kiba menganggu mengiyakan penjelasan Gaara sedangkan Shikamaru hanya menguap lebar.

"Aish.. tetap saja dia menyebalkan. Dia mengataiku Dobe! Kalian tahu? DOBE!" Pekik Naruto.

Shikamaru menatap malas kearah Naruto sedangkan Kiba hanya diam. Gaara menatap Naruto seolah mengatakan 'Yang dikatakan Sasuke itu benar.'

"Sudahlah. Terserah kau. Aku kembali dulu. Ayo, Gaara." Shikamaru berjalan menuju kelasnya diikuti Gaara.

"Cih, bagaimana mungkin Shika dan Gaara betah satu kelas dengan Teme pantat ayam itu." Sinis Naruto.

"Shika dan Gaara hanya berbagi kelas dengan yang kau sebut pantat ayam itu, Naruto. Bukan berbagi rumah. Jadi tidak butuh betah untuk berada di kelas membosankan itu." Ujar Kiba yang mendapat pelototan dari Naruto.

"Bagus. Sekarang kau juga membela pantat ayam itu. Terserah kau!" Naruto berlalu sambik menabrakkan bahunya ke bahu Kiba. Pemuda bertato segitiga terbalik di kedua pipinya yang ditinggalkan itu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah aneh sahabat pirangnya.

...

Naruto membuka matanya perlahan. Mata beriris birunya menyipit ketika cahaya matahari terasa menusuk. Digeliatkannya badannya untuk melemaskan ototnya yang kaku.

"Ahh... kali ini adalah peristiwa perseteruan kita yang pertama, Sasuke." Gumamnya pelan. "Apa kau masih mengingatnya?" Tanyanya entah pada siapa, "Atau bahkan kau pernah memimpikannya?"

Naruto diam. Dia tersenyum menyadari kebodohannya. Sebanyak apapun dia bertanya, sebesar apapun dia mengharapkan sebuah jawaban maka semakin besar kesadarannya bahwa harapannya takkan terkabul. Sahabat atau lebih tepatnya orang yang bisa menjawab pertanyaannya tidak akan lagi datang ke tempatnya. Bertengkar bersamanya, bermain bersama dengannya, dan yang paling penting, dan paling Naruto inginkan, senyum tulus dari sang Uchiha bungsu yang hanya akan ditunjukkan padanya setiap mereka selesai berdebat yang selalu berakhir dengan kekalahan telak di pihak Naruto.

.

.

.

.

TBC

Yo, gue balik bawa ff SasuNaru kedua.. ini terinspirasi dari mimpi gue tentang Cinta Monyet gue pas dulu lagi TK (dewasa sebelum waktunya). Ntah kalo inget hubungan gue ama itu cowo CiMon, gue jadi ingey SasuNaru. Jadi dengan gubahan disana-sini, penambahan beberapa adegan ngayal yang bikin mual, jadilah ff abal satu ini..

#tepokdada

Gue harap pada suka, seenggaknya satu orang suka. T_T.. jangan males review, hargain gue yang ngetik..

Okelah.. ada yang minat?

Arigatou.. #bofss