Aku hanya bisa berdiri tegak, terdiam dengan seribu bahasa, tidak ingin perasaan yang sudah kurasakan menghancurkan harga diriku yang bagiku adalah harga mati, berdiri disalah satu sudut ruangan yang paling dekat dengan pintu keluar. Sepasang permata sapphire milikku menyusuri tiap sudut dari gedung ini, pesta pernikahan, banyak pria dan wanita, bertuxedo dan bergaun yang datang membawa harapan dan do'a. Mereka memasang sebuah senyum kebahagiaan diwajah mereka seolah menseting wajah mereka untuk semakin, mengejekku dan menghancurkanku.
Cih, senyum kebahagiaan? Persetan dengan mereka! Akulah ditempat ini yang paling terluka dengan adanya acara ini. Apakah senyum kebahagiaan mereka adalah senyum diatas penderitaanku? Apa peduliku? Apa yang kudapat? Apa hakku? Apa kewajibanku? Apa ini akhir dari perasaan yang kumiliki?
Aku pernah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan menarik kata-kataku. Apa janji itu akan menyakiti seorang wanita yang telah bersamaku sejak aku menghirup udara didunia ini?
Lampu diruangan ini padam dan seketika hanya ada cahaya yang menyinari sebuah pintu besar lalu kualihakan pandanganku pada pintu yang kemudian terbuka.
Memperlihatkan sepasang pria dan wanita, wanita cantik bersurai merah dengan gaun putih yang menjulur kelantai berkarpet merah, seorang wanita yang telah bersamaku sejak aku menghirup udara didunia ini, seorang wanita yang sangat berarti dalam hidupku, seorang wanita yang telah melahirkanku –Ibuku. Entah kini ia adalah Namikaze Kushina atau Uzumaki Kushina atau Hyuga Kushina. Di sebelahnya terdapat seorang pria bertuxedo putih, bersurai cokelat panjang dengan raut wajah tegas serta senyum diwajahnya, dan iris mata amethyst yang sama dengan seseorang yang ada dihatiku, iris amethyst itu seolah menjadi sebuah belati yang menusuk –mengoyak-ngoyak jantungku. Seorang pria yang kini telah merangkap menjadi ayah tiriku –Hyuga Hiashi.
Di belakang mereka terdapat dua orang gadis bergaun putih dengan iris amethyst yang sama dengan seorang pria yang menjadi ayah tiriku. Terlihat jelas bahwa dua gadis itu berbeda usia, gadis berusia belasan dan gadis berusia kisaran 20 tahunan. Gadis bersurai cokelat pendek, gadis bernama Hyuga Hanabi. Kemudian disebelah gadis itu terdapat gadis yang terlihat lebih dewasa dari gadis bernama Hyuga Hanabi, gadis berusia 24 tahun yang sangat kukenal baik yang membuatku memegang teguh janjiku, gadis bersurai indigo yang sangat berarti dalam hidupku, gadis yang merupakan teman masa kecilku, gadis telah membawaku pada perasaan bahagia dan menyakitkan yang saat ini kurasakan...
Hyuga Hinata.
..
Disclaimer: Masashi Kishimoto
.
Story: Baka DimDim
Love and Lust
.
Genre: Drama, Romance
Rate: M
Warning: AU, OOC, No-EYD, Crack-pair-inside, bahasa-kasar, Typo(maybe), Lime-inside(maybe), many-more.
~Don't Like, Don't Read~
..
Pesta terus berlanjut. Seorang laki-laki bersurai pirang potongan pendek dengan mata beriris sapphire berjalan dengan tenang. Berjalan dengan dagu yang tidak mengarah lurus kebawah membuktikan rasa angkuh yang dimilikinya. Ia berhenti sejenak untuk merogoh saku dalam tuxedonya demi mengeluarkan sebuah ponsel pintar miliknya yang bergetar kemudian mengarahkannya kearah telinga kanannya.
"…"
"Mulut busuk. Aku kesana."
Ia kembali berjalan menuju sepasang orang yang menjadi pusat pesta. Berjalan dengan angkuh dan raut wajah bahagia yang bila diperhatikan dengan sangat teliti itu adalah kebohongan. Sesampainya ia berada dibelakang sepasang orang yang menjadi pusat pesta ia berhenti.
"Kaa-san, Hiashi-san. Maaf, aku ada urusan mendadak. Aku tidak bisa berada disini terlalu lama. Sai mengabari bahwa ada sedikit kesalahan dari grafik perusahaan." Ucap pria itu dengan tenang dengan senyum kebahagiaan palsu diwajahnya.
'Gomen na, Kaa-san. Tentunya aku tidak ingin menyakiti Kaa-san dengan perasaanku yang ingin segera pergi dari sini.' Lanjut batinnya.
"Naru, kenapa mendadak? Ini kan masih siang." Ucap seorang wanita cantik bersurai merah.
"Manusia hanya bisa memprediksi kejadian yang akan terjadi Kaa-san dan kesalahan grafik itu sudah diprediksi namun aku tidak tahu bahwa kesalahan itu akan terlihat hari ini. Aku pergi." Pria pirang itu membungkuk hormat lalu berbalik dan berjalan meninggalkan sepasang pria wanita yang menjadi pusat pesta.
"Tidak apa, Kushina. Seorang laki-laki tidak akan lari dari tanggung jawabnya dan dari pandanganku Naruto memiliki karakter seorang pemimpin yang sangat pekat, itu terlihat dari karisma yang dimilikinya dan keputusan-keputusan yang ia ambil sejak ia dipersiapkan menjadi seorang direktur 5 bulan lalu, meski ia baru berusia 21 tahun namun sikap kepemimpinannya sudah terlihat. Aku yakin setelah Namikaze Enterprise dipegang penuh olehnya perusahaan itu akan semakin berkembang pesat." Ucap laki-laki bersurai cokelat panjang disebelah wanita bernama Kushina menenangkan.
"Baiklah. Aku harap Naru tidak gila kerja sepertimu, Hiashi. Kita lanjutkan pestanya." Ucap Kushina sambil tersenyum pada laki-laki bersurai cokelat panjang bernama Hiashi. Melihat seorang wanita yang menjadi istrinya itu tersenyum membuatnya tidak memiliki alasan untuk tidak tersenyum kepada wanita itu.
"Ia tidak akan gila kerja setidaknya mungkin sampai ia memegang Namikaze Enterprise sepenuhnya." Jawab Hiashi sambil tersenyum tipis kearah Kushina.
..
Naruto's point of view
Aku berjalan dengan tenang menuju parkiran untuk segera pergi dari gedung ini. Berhenti sejenak aku melihat gadis bersurai indigo berbincang bersama gadis bersurai cokelat pendek.
Ia semakin cantik dari 9 tahun terakhir kami bertemu.
Apa kau ingat tentang janji itu… Hinata?
Aku kembali berjalan saat ia kurasa akan menolehkan pandangannya kearahku. Kembali berjalan dengan tenang dengan tujuan kantor sebagai tujuanku.
Tak terasa kini aku sudah berada di parkrian gedung ini. Aku merogoh saku celana untuk mengambil kunci mobil milikku dengan tangan kananku.
Aku kembali teringat dengan gadis bersurai indigo itu… Hinata.
Tak terasa aku meremas kunci mobilku sampai telapak tanganku mengeluarkan darah akibat sisi tajam dari kunci mobil. Aku mengangkat telapak tanganan kananku mendekat kearah wajahku memandang tetesan darah yang keluar turun menuju pergelangan tanganku dari luka akibat genggaman tanganku pada kunci mobilku.
Aku Namikaze Naruto. Darah ini… darah ini adalah darah seorang Namikaze, aku adalah seorang Namikaze dan tidak akan ada yang mengubah fakta itu sekalipun Kaa-san sudah menikah dengan seorang Hyuga.
Aku kembali berjalan menuju mobilku, membuka kunci lalu membuka pintu dan masuk kedalam mobil itu.
Menyalakan mesin mobil kemudian melajukan mobil ini dengan kecepatan tinggi keluar dari gedung ini.
Naruto's point of view. End
Sepasang mata berwarna amethyst memandang mobil hitam yang melaju cepat keluar parkiran.
"Naruto-kun…"
..
Flashback
Seorang gadis bersurai indigo panjang tengah berdiri bersama seorang gadis bersurai cokelat pendek yang mirip dengannya. Sepasang mata milik gadis bersurai indigo itu tertuju pada sosok laki-laki bersurai pirang pendek dengan tuxedo hitam. Ia mengenal laki-laki itu. Ia ingat apa yang pernah laki-laki itu ucapkan padanya saat mereka kecil.
"Hinata-nee-sama, ada apa?" Tanya seorang gadis bersurai cokelat pendek yang mirip dengan gadis bersurai indigo yang berada disebelahnya.
"Tidak apa, Hanabi."
Hinata's point of view
Aku melihat seorang laki-laki pirang yang tengah berjalan menjauh dari pesta pernikahan Tou-sama dan Kushina Kaa-san. Seorang laki-laki yang menjadi teman masa kecilku sebelum aku pergi keluar negeri saat ingin melanjutkan sekolah menengah atas dan pendidikan universitas diluar negeri 9 tahun lalu. Hari ini adalah pertemuan pertama kami sejak aku pergi meninggalkan negara ini dan kami hanya baru saling menyapa.
Ia seorang laki-laki berusia 3 tahun lebih muda dariku yang selalu menemaniku saat aku kesepian, seorang laki-laki pendek yang kini tingginya melebihiku, seorang laki-laki yang sifatnya entah masihkah hangat seperti dulu, seorang laki-laki yang kini menjadi… adik tiriku.
Kemana ia akan pergi?
Sebuah pertanyaan yang datang begitu saja dikepalaku. Sebuah keinginan terbesit dikepalaku. Aku ingin mengikutinya sekarang.
"Hanabi, Nee-sama ingin ke toilet sebentar." Ucapku yang hanya dibalas dengan anggukan oleh adikku.
Segera aku berjalan menuju kemana langkah laki-laki itu berjalan. Terus berjalan melewati beberapa tamu undangan yang menghalangi langkahku hingga kini aku berada dilorong yang menuju parkiran.
Aku melihat laki-laki itu berhenti kemudian aku bersembunyi dibalik dinding lalu melihat kearahnya yang sedang merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kunci. Pasti kunci mobilnya.
Laki-laki itu masih berdiri ditempat ia mengambil kunci mobilnya.
Kenapa ia hanya berdiri disitu? Itulah pertanyaan yang sekarang aku pikirkan. Terus melihat kearahnya hingga laki-laki itu kembali berjalan menuju sebuah mobil Honda S2000 LM Edition hitam yang pernah kulihat dari sebuah majalah. Membuka kunci mobil, membuka pintu kemudian masuk kedalam mobil itu.
Aku masih bersembunyi dibalik dinding melihat mobil hitam itu yang masih berada diposisinya.
Suara deru knalpot dari mobil itu terdengar rendah, kemudian terdengar suara bising dari knalpot dan disusul suara decitan ban yang sangat jelas terdengar bahwa mobil itu siap melaju dengan kecepatan tinggi diparkiran mobil.
Kemudian aku melihat mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi keluar dari area parkir. Aku pun berjalan menuju tempat laki-laki itu berdiri cukup lama untuk mengambil kunci mobil.
"Naruto-kun…"
Hinata's point of view. End
End of Flashback
..
Sebuah mobih hitam produkan negeri sakura masuk kedalam area parkir dari sebuah gedung perusahaan yang bertuliskan Namikaze Enterprise pada sisi gedung yang menjulang tinggi. Namikaze Enterprise. Sebuah perusahaan yang bergerak dalam sektor industri yang cukup berpengaruh pada tingkatan ekonomi Jepang karena perusahaan itu sudah memiliki banyak cabang dan karyawan yang merupakan mayoritas orang Jepang.
Laki-laki bersurai pirang pendek keluar dari mobil hitam yang baru saja masuk kedalam area parkir. Berjalan dengan tenang dan tatapan yang bisa bisa meluluhkan mental untuk orang yang beradu tatap dengannya, tatapan yang bisa menyimpulkan perasaan dari laki-laki itu. Ia terus berjalan menuju sebuah ruangan yang merupakan ruangannya tidak peduli pada sapaan yang diberikan oleh karyawan yang menyapanya.
Sesampainya disebuah ruangan yang cukup luas dengan satu sisi dipenuhi oleh kaca agar bisa melihat pemandangan kota. Ia melihat seorang laki-laki bersurai hitam klimis berkulit agak pucat yang tengah terbaring disofa ruangan. Laki-laki bersurai hitam klimis itu tersenyum melihatnya.
"Menikmati pesta? Bagaimana rasanya memiliki ayah baru?" Ucap laki-laki klimis itu masih dengan posisinya yang terbaring santai disofa dengan senyumnya.
"Kadang aku sering berpikir dua kali. Andai kau bukan temanku sudah kupastikan lidah tajam itu sudah tidak pada posisinya."
"Kau sensitif sekali."
Suara lain bernada datar terdengar dari arah belakang laki-laki bersurai pirang bernama Naruto. Naruto menoleh kearah suara itu. Ia melihat seorang laki-laki bersurai raven dengan mata beriris onyx yang menatapnya datar.
"Hisashiburi. Sepertinya kau masih tidak berubah kecuali kau yang kini menjadi seorang calon direktur."
Naruto tersenyum tipis melihat laki-laki yang sudah lama tak bertemu dengannya karena harus melanjutkan pendidikan jauh dari negaranya.
"Hisashiburi. Tatapanmu masih menjijikan, Sasuke."
"Jadi bagaimana kelanjutan antara dirimu dan dirinya? Kau sudah lama menunggu gadis itu kembali namun kenyataan berjalan jauh dari harapanmu dan kemana cengiran lebar bodohmu, Dobe?"
Mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Sasuke, Naruto hanya memberikan sebuah senyuman sebagai jawaban. Kemudian berucap. "Teme, mau jalan-jalan? Setidaknya kita bisa membuat reuni dadakan dengan memanggil beberapa teman atau kau ingin berkunjung ke sekolah kita?"
"Mau menenangkan hatimu yang terluka,heh? Oh. Betapa malangnya nasibmu, calon direktur." Laki-laki bersurai hitam klimis bercupa dengan wajah yang tersenyum tanpa dosa padanya.
Naruto tersenyum kearah Sai. Ia berjalan menuju meja lalu mengambil sebuah spidol merah yang terdapat didalam laci. Berjalan dengan senyum mengerikan terpatri diwajahnya membuat Sai langsung merubah dari posisi santainya menjadi berdiri.
Menelan ludah dengan kasar sambil tersenyum Sai langsung berucap. "Aku… aku ingin ke toilet."
"Heeh… kenapa terburu-buru?" Tanya Naruto masih dengan tersenyum kearah Sai. Terus berjalan kearah Sai masih dengan senyum yang bagi Sai itu adalah senyum terburuk yang pernah ia lihat dengan mata kepalanya.
Sai terlihat panik namun saat ia ingin pergi secara tiba-tiba Sasuke mengunci pergerakannya dengan menautkan kedua lengannya dengan lengan Sai dari belakang sedangkan Naruo semakin dekat.
"Hei. Sasuke apa kau masih dendam padaku?! Hei. Hei. Lepaskan, Sasuke. Kejadian aku mencoret wajahmu itu sudah sangat lama! Naruto… Naruto jangan Naruto! Kau tahu spidol permanent merk itu bisa sampai seminggu untuk menghilankannya hingga tak bernoda… Naruto jangan! NARUTOOOOOOOO!"
Teriakan nista penuh akan kepasrahan terdengar dari salah satu ruangan digedung bertuliskan Namikaze Enterprise membuat beberapa karyawan yang mendengarnya kehilangan fokus. Namun saat mereka mengetahui apa yang terjadi para karyawan justru tertawa melihat aksi dari calon direktur mereka yang sedang mendandani(mencoret-coret) wajah Sai dengan spidol permanen.
..
Sedangkan digedung yang masih mengadakan sebuah pesta dari pernikahan seorang wanita bersurai merah dengan seorang pria bersurai cokelat panjang masih terlihat ramai dan terlihat bahagia.
Terlihat seorang gadis tengah berbincang hangat bersama seorang wanita bersurai merah yang akan menjadi Ibu tirinya.
"Jadi Hinata mulai besok kau akan menjadi guru di Konoha Senior High School? Lalu Hanabi akan menjadi muridmu?" Tanya wanita bersurai merah masih dengan senyum bahagia terpatri diwajahnya pada seorang gadis bersurai indigo bernama Hinata yang sudah menjadi anaknya.
"Ya. Kushina Kaa-san. Kemarin aku sudah melakukan interview dengan kepala sekolah disana. Aku akan menjadi guru bahasa Inggris disana." Jawab Hinata dengan senyum menjawab pertanyaan Kushina. Terlihat akrab. Mereka terlihat akrab bagai seorang gadis bersama ibu kandungnya.
"Kau tahu. Konoha High School adalah sekolah Naru sejak sekolah menengah pertama dan atas. Ia juga menjadi guru olahraga pengganti juga pelatih basket untuk klub basket disana ditengah kesibukannya untuk kuliah dan belajar menjadi direktur diperusahaan mendiang ayahnya. Setidaknya kau tidak terlalu canggung karena ada seseorang yang sudah kau kenal disana." Kushina memberitahu Hinata bahwa Naruto adalah seorang pelatih basket disekolah tempat ia mengajar.
"Naruto-kun?"
Hinata terkejut lantaran Naruto juga mungkin akan sering berada disana. Setidaknya ia bisa kembali dekat dengan Naruto sejak 9 tahun lalu mereka berpisah. Sejujurnya selama Hinata melanjutkan pendidikannya diluar negeri ia merindukan bocah laki-laki yang selalu menemaninya, bocah laki-laki yang selalu memberikan semangat serta senyuman lebar padanya.
"Setidaknya Kaa-san tidak melarang sesuatu yang membuatnya bahagia, Naru bilang ia masih terus main basket meski ia tidak punya banyak waktu karena baginya basket merupakan olahraga kesukaannya dan tentang dirimu Kaa-san tidak terlalu khawatir padamu yang baru 3 hari kembali dari menuntut ilmu diluar negeri karena disana ada Naru dan Hanabi."
"Kushina Kaa-san sebenarnya aku dan Naruto-kun sudah saling mengenal namun karena saat itu aku harus keluar negeri untuk pendidikan kami jadi tidak saling berkomunikasi kembali, itu sekitar 9 tahun lalu." Hinata berucap pada Kushina yang langsung terkejut dengan senyum lebar diwajahnya.
"Benarkah? Kalau begitu Kaa-san tidak perlu repot untuk mendekatkan kalian karena kalian sudah saling mengenal sebelumnya." Ucap Kushina lalu tersenyum kembali pada Hinata.
..
Matahari telah terbenam sepnuhnya. Sebuah mobil hitam melaju cepat membelah jalanan dengan kecepatan tinggi. Si pengemudi adalah seorang laki-laki bersurai pirang dengan bata biru indah yang memandang jalanan dengan penuh konsentrasi pada laju cepat mobilnya. Hingga mobil itu berhenti pada sebuah rumah besar. Membunyikan talk sound mobil itu lalu pagar rumah yang cukup besar itu terbuka untuk mempersilahkan mobil hitam itu masuk kedalam area rumah besar itu.
Rumah dengan dua lantai namun terlihat megah dengan pekarangan yang cukup luas, dengan cat putih pada dinding rumah itu.
Laki-laki bersurai pirang dengan mata biru keluar dari mobil hitam itu setelah memasukan mobilnya kedalam garasi. Berjalan santai sambil melepas tuxedo hitam yang sudah dikenakannya lalu melampirkan tuxedo itu pada lengan kanannya.
Sesampainya didalam ia melihat orang-orang yang dikenalnya sedang berbincang diruang tamu. Ibunya, Hiashi, Hanabi dan… Hinata. Ia kembali ingat bahwa keluarga barunya akan tinggal bersama dengannya dirumah ini.
"Selamat datang Tuan muda." Sapa seorang maid perempuan bersurai merah pucat. Sapaan selamat datang yang dilakukan maid itu membuat mata orang-orang yang sedang berbincang diruang tamu menoleh kearahnya.
"Tayuya-san, cukup Naruto saja. Ini sudah 3 bulan kau berkerja disini, bukan? Jangan terlalu canggung seperti itu." Ucap Naruto sambil tersenyum tipis. Perasaannya tidak seburuk sebelum ia bertemu dengan teman-temannya setelah pergi dari pesta pernikahan.
Ia berjalan mendekat kearah orang-orang yang tengah duduk diruang tamu.
"Okaeri, Naru."
"Tadaima."
Sambil tersenyum Naruto membalas ucapan Ibunya dengan hangat dengan mengesampingkan perasaannya.
"Aku langsung kekamar, Kaa-san. Hiashi-san, Hanabi, Hinata... Nee-san." Setelah menyapa orang-orang yang telah menjadi keluarganya itu ia langsung beranjak menuju kamarnya namun seorang gadis bersurai indigo menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat dimengerti.
..
Setelah berbincang-bincang dengan seorang wanita yang telah menjadi ibunya, seorang gadis bersurai indigo itu berjalan menuju kamarnya, saat berada didepan sebuah kamar yang akan menjadi kamarnya ia mendengar dentingan piano dengan samar-samar. Gadis itu medekat kearah suara dentingan piano yang menarik perhatiannya. Ia berjalan menuju sebuah ruangan yang tertutup dengan pintu kaca.
.
Todokanai koi wo shiteite mo utsushidasu hi ga kuru kana
Boyaketa kotae ga mie hajimeru made wa
Ima mo kono koi wa ugokidasenai
.
Walau cintaku tak dapat meraihmu, aku ingin tahu apa hari itu akan terjadi
Sampai aku melihatmu memberikan jawaban yang jelas
Cinta ini tidak akan bergerak
.
Hinata…
Suara bariton mengalun lembut senada dengan dentingan piano yang menarik perhatian gadis bersurai indigo itu. Ia semakin mempercepat langkahnya menuju ruangan berpintu kaca yang menjadi sumber suara itu.
'Naruto-kun?!' Batin gadis bersurai indigo itu kala melihat Naruto yang tengah memainkan sebuah grand piano sambil bernyanyi dan menyebut namanya setelah menghentikan permainannya.
.
TBC
Song: Rena Uehara - Todokanai Koi (Ost. White Album 2)