Back in Time

KAISOO, EXO member, OC

T - M, GS

Author by rerudo95

.

.

.

.

" Beautiful in White "

Sequel of Back in Time.

.

.

.

Pagi yang cerah namun tak secerah hati Do Kyungsoo. Dengan wajah yang kesal, rambut di cepol asal, dan celemek melekat ditubuh mungilnya, ia menatap seseorang yang masih bergelung dengan selimutnya padahal matahari sudah bersinar cerah di luar sana.

Sambil mengendap-endap, Kyungsoo membungkuk menatap wajah seseorang yang tidur dengan mulut sedikit terbuka. Wajahnya yang polos sedikit mengurangi kekesalan Kyungsoo pagi ini. Pada akhirnya ia malah duduk dilantai, bersandar pada ujung ranjang dan menikmati pahatan sempurna Tuhan dalam wajah Jongin.

Rasanya masih seperti mimpi bisa memiliki Jongin. Mencintainya tanpa bersembunyi. Kadang ia masih bertanya pada Jongin apakah ini bukan mimpi. Dan pria itu hanya akan tertawa karena pertanyaan anehnya.

Mungkin sekarang sudah saatnya ia mulai mempercayai hal ini. Mengingat sudah satu tahun mereka menjalin hubungan baru.

" Melamunkan apa? ", Kyungsoo mendelik tajam saat Jongin mencuri kecupan dibibirnya.

" Tidak ada. "

Kyungsoo memekik saat Jongin yang masih polos tanpa busana keluar dari gulungan selimutnya. Ia langsung berdiri dan membalikkan badan. Menutup matanya rapat-rapat sambil menyumpahi Jongin. Sedang pria itu merasa heran dengan sikap Kyungsoo. Bukankah seharusnya wanita itu sudah biasa melihatnya telanjang. Mengingat mereka bahkan melakukan hal yang lebih dari sekedar memandang hampir setiap hari.

Jongin menyunggingkan senyum jahilnya. Jujur ia senang jika Kyungsoo sedang mengomel. Ia segera memakai celananya. Mendekati Kyungsoo yang masih sibuk menggumam sendiri.

" Hey kenapa? ", tanya Jongin. Ia menahan tawanya saat merasakan tubuh Kyungsoo yang menegang di pelukannya.

" Sana mandi. ", ketus Kyungsoo. Masih tak mau membuka matanya. Jongin malah semakin ingin menggoda Kyungsoo. Ia membalik tubuh wanita itu. Memegang sisi wajahnya yang memerah. Ia suka pipi gembil Kyungsoo. Terasa lembut ditelapak tangannya.

" Chubbyku kenapa eoh? ", mendengar kata chubby, Kyungsoo langsung membuka matanya. Ia menatap Jongin sebal.

" Apa kau baru saja mengataiku gendut? ", Kyungsoo melipat tangannya di depan dada. Memincingkan matanya tajam pada Jongin. Siapa wanita yang tidak kesal jika dikatai gendut.

" Tidak. Aku hanya bilang kau chubby. "

" Sama saja. Sudah sana mandi. ", Jongin yang tahu jika wanitanya marah akhirnya mengalah. Entahlah, akhir-akhir ini Kyungsoo jadi sangat sensitif. Tapi ia pikir mungkin karena Kyungsoo terlalu stress dengan tugas-tugasnya sebagai dosen. Sudah enam bulan ini Kyungsoo menjadi dosen sementara di kampus milik keluarga Minseok.

" Hey hey, sebentar lagi kau akan meninggalkanku dan masih marah-marah padaku? ", pertanyaan Jongin membuat wajah Kyungsoo kembali melembut. Ia menatap Jongin dengan perasaan bersalah.

" Aku hanya akan pergi selama satu minggu. Jangan berlebihan. "

" Tetap saja. Aku tidak bisa bertemu denganmu selama satu minggu. Tidak bisa memelukmu saat tidur. Mungkin juga kau akan melupakanku saat disana. ", Kyungsoo mengusak rambut Jongin. Satu lagi perubahan Jongin yang mengejutkan Kyungsoo. Jongin sangat manja dan tak betah berada jauh-jauh darinya.

" Aku akan menghubungimu saat senggang. "

" See? Saat senggang. ", Kyungsoo tersenyum. Semenit yang lalu pria dihadapannya ini yang menggodanya, sekarang malah memberengut padanya.

" Aigo, bayi besar. ", Kyungsoo menarik kepala Jongin. Memberi kecupan manis pada bibirnya. Tapi jangan panggil dia Jongin jika tidak mengambil kesempatan langka ini. Ia mengambil satu langkah kedepan. Mempersempit jarak antara dirinya dan Kyungsoo. Jongin menekan tengkuk Kyungsoo hingga membuat ciuman itu semakin dalam.

Jongin terus menyesap madu manisnya. Mengingat rasa Kyungsoo dengan mulut dan lidahnya. Satu minggu bukanlah waktu yang sebentar buat Jongin. Ia pasti sangat sangat merindukan Kyungsoo.

Tepukan pelan pada punggungnya sebagai pertanda ia harus berhenti. Kyungsoo menghirup nafas rakus saat ciuman itu terlepas. Bibir dan pipinya memerah dan itu semakin membuat Kyungsoo terlihat cantik.

" Aku sangat sangat sangat mencintaimu. ", ucap Jongin kembali membuat senyum Kyungsoo merekah.

" Nado. Sekarang mandi karena aku harus berangkat satu jam lagi. "

Jongin mengerang frustasi sekarang.

...

Jongin tak melepaskan rangkulannya pada bahu Kyungsoo padahal wanita itu sedang menggendong Daeul, putra pertama Jongdae. Seolah tak merelakannya pergi. Jongdae yang ikut mengantar istrinya hanya memutar bola matanya malas. Sungguh, ia senang dengan perubahan positif Jongin. Tidak lagi dingin dan tertutup. Tapi Jongdae kurang suka dengan sifat manjanya. Itu terlihat sedikit menakutkan.

" Yak! Kyungsoo harus ke bagian imigrasi. Jadi lepaskan tanganmu. ", seru Jongdae yang mulai jengah dengan kelakuan Jongin. Ia menarik tangan Jongin yang terus menusuk-nusuk pipi Kyungsoo. Ia harus menjewer telinga Jongin agar pria itu mau lepas dari Kyungsoo.

" Hyung. Ini sakit. ", keluh Jongin. Minseok dan Kyungsoo hanya bisa tertawa melihat pertengkaran kecil dua kakak beradik ini. Mereka tidak berniat memisah, karena percuma saja. Jongdae sangat suka menggoda Jongin.

" Kau ini berlebihan sekali. Aku yang sering ditinggal Minseok saja biasa saja. "

" Berarti itu tanda nya kau tidak benar-benar mencintai Minseok noona. ", satu jitakan keras mengenai kening Jongin. Siapa lagi pelakunya jika bukan Jongdae. Minseok sudah tertawa cekikikan. Sedangkan Kyungsoo sibuk menenangkan Daeul yang kaget karena pekikan Jongin barusan.

" Sudahlah kalian ini. Tidak malu dilihat banyak orang? ", Minseok mengambil Daeul dari gendongan Kyungsoo dan menyerahkannya pada Jongdae. Kyungsoo tersenyum melihat keluarga kecil itu. Meskipun Minseok lebih tua dari Jongdae, rupanya mereka bisa saling mengimbangi. Terlebih putra kecil mereka yang seratus persen mirip dengan Jongdae. Kebahagiaan mereka sempurna.

" Kau ingin punya anak juga? ", bisik Jongin ditelinga Kyungsoo. Wanita itu hanya tersenyum dan kembali memperhatikan keluarga kecil didepannya.

" Bukankah mereka terlihat sangat harmonis. Hah, bureopda. ", Jongin belum sempat menanggapi karena panggilan sialan itu menginterupsinya.

" Aku akan merindukanmu. ", Kyungsoo berjinjit untuk memeluk Jongin. Sekali lagi menghirup aroma tubuh masing-masing dan merekamnya baik-baik.

" Aku juga akan merindukanmu. "

Jongin dan Jongdae melambaikan tangan mengantar kepergian dua wanita yang sangat mereka cintai. Bahkan setelah mereka menghilang dibalik pintu, rasanya Jongin dan Jongdae enggan meninggalkan tempat mereka berdiri sekarang.

" Jadi bagaimana? Kau sudah satu tahun tinggal satu atap dengannya. Kau tidak ingin menikahinya juga? ", Jongdae bergidik melihat smirk milik Jongin. Ia tahu adiknya ini pasti punya rencana.

" It's time to work. ", ujarnya lalu meninggalkan Jongdae yang masih menganga tak percaya.

Apakah Jongin bodoh? Ditanyai masalah menikah malah menjawab akan bekerja?

Eh, atau Jongdae yang gagal paham?

...

Kyungsoo merebahkan tubuhnya yang lelah. Ini adalah hari keduanya di China. Ia baru saja pulang dari acara seminar dimana ia dan Minseok menjadi narasumbernya. Masih ada sisa empat hari lagi lalu ia bisa pulang.

Jujur, Kyungsoo merindukan Jongin. Ia sudah terbiasa mengawali dan mengakhiri hari bersama Jongin. Mengingat pria itu, Kyungsoo mengambil ponselnya. Siapa tahu Jongin sudah membalas pesannya. Tapi nihil, tak ada satu notifikasi apapun pada ponselnya.

" Mwoya, dia yang ribut minta di kabari malah dia sendiri yang menghilang. ", Kyungsoo melemparkan ponselnya lagi. Lebih baik ia mandi dan tidur. Nanti juga Jongin pasti akan membalasnya sendiri.

Setengah jam kemudian Kyungsoo keluar dari kamar mandi. Lengkap dengan piamanya. Ia hanya perlu mengeringkan rambutnya sebentar kemudian tidur. Namun ia tertarik dengan apa yang sedang Minseok lakukan sekarang.

" Ada apa eonni? ", tanya Kyungsoo. Ia mencondongkan tubuhnya. Ikut mengintip kearah layar ponsel Minseok. Rupanya wanita yang lebih tua tiga tahun darinya itu tengah memandangi foto Daeul yang tengah berenang.

" Aigo lucunya. "

" Aku sudah merindukan mereka. ", keluh Minseok. Kyungsoo hanya tersenyum maklum. Jelas Minseok lebih tersiksa. Ia sudah menjadi ibu dan harus berpisah dengan anaknya jelas tantangan yang berat. Terlebih lagi saat ini Daeul sedang lucu-lucunya.

" Kau tidak ingin menikah? ", Kyungsoo mengedipkan matanya cepat. Terkejut dengan pertanyaan Minseok.

" Tentu saja aku ingin. "

" Kalian belum pernah membicarakannya? ", Kyungsoo menggeleng. Ia tersenyum kecut.

" Aku tidak berani memintanya. "

" Wae? "

" Terlalu memalukan. Aku ikuti alurnya saja eonni. "

" Kau ini, kadang pria itu perlu di pancing. Mereka lebih sering tidak peka. ", Kyungsoo tertawa. Menyetujui perkataan Minseok. Dan akhirnya rencana Kyungsoo untuk segera tidur batal. Ia menghabiskan waktu hingga lewat tengah malam untuk mengobrol dengan Minseok.

...

Kyungsoo terpaksa beristirahat sebentar. Tubuhnya tiba-tiba terasa tidak enak. Ia memaksa bertahan namun gagal di pertengahan acara. Minseok segera menariknya turun dari podium setelah break siang diumumkan.

Kyungsoo bahkan memuntahkan apapun yang dimakannya. Padahal ia tidak punya riwayat sakit maag.

" Lebih baik kau kerumah sakit. Kau terlihat sangat pucat. "

" Aku tidak apa eonni. Hanya perlu istirahat sebentar. "

" Kau tahu aku bisa saja menelpon Jongin sekarang. Dan sudah pasti dia akan langsung datang kesini dan menjemputmu pulang. "

" Jangan eonni. Baiklah aku akan pergi. "

" Good girl. Bawa kabar baik untukku ya. ", Kyungsoo mengernyit. Tak paham maksud Minseok. Tapi ia tak mau ambil pusing. Kondisinya sekarang tidak mendukung otaknya untuk berpikir. Kyungsoo kembali menoleh kebelakang, Minseok masih berdiri disana sambil melambaikan tangannya. Senyum lebarnya membuat Kyungsoo bergidik.

Ini benar-benar aneh.

...

Bukannya kembali ke hotel dan tidur, Kyungsoo kini malah berada di toko kue. Sepertinya rumah sakit membuat mood Kyungsoo naik. Ia mengambil kue-kue manis dengan senyum cerahnya. Nampannya sudah penuh, tapi ia masih menginginkan kue yang lain. Terlebih melihat tiramisu kesukaan Minseok. Ia juga ingin membelinya.

Baru saja ia ingin meminta tolong pelayan, ada seseorang yang menawarkan pertolongan padanya.

" Perlu bantuan? ", raut wajah Kyungsoo berubah ketika melihat senyum itu. Sudah lama sekali ia tak pernah mendengar kabar Luhan. Dan kini ia bertemu dengannya. Sangat tidak terduga.

Luhan masih tetap cantik. Namun ada yang berbeda pada sorot mata dan senyumannya.

" Kau terkejut bukan? Aku juga tak mengira bisa bertemu denganmu disini. ", Kyungsoo membiarkan Luhan mengambil nampan yang dibawanya. Ia tersenyum kecil.

" Aku tidak tahu kau kembali ke China. ", ucap Kyungsoo. Ia kembali ke tujuan awalnya. Mengambil tiramisu ukuran sedang.

" Aku langsung pulang setelah kejadian itu. "

" Luhan aku benar-benar minta maaf soal itu. ", Luhan tertawa mendengar kalimat Kyungsoo. Jika memang ada malaikat didunia ini, Luhan kira Kyungsoo lah orangnya. Ia memiliki hati yang tulus. Tak memandang siapa orangnya.

" Aku yang seharusnya minta maaf padamu. Jadi apakah kau memaafkanku? "

" Tentu saja. Bukankah kita berteman? "

Setelah selesai dengan urusan kuenya. Kyungsoo dan Luhan mampir kesalah satu cafee yang masih dekat dengan toko kue tadi. Mereka mengenang masa-masa lalu saat mereka belum dibutakan karena cinta. Ternyata masih banyak kenangan yang baik untuk diingat.

" Jadi apa kau sudah punya kekasih? ", goda Kyungsoo. Luhan adalah siswi yang populer dimasanya. Dan ia kira masih seperti itu. Jadi tak sulit menemukan seseorang yang mencintai Luhan.

" Tentu saja. Dia akan kesini, aku akan mengenalkannya padamu. Oh, itu dia. ", Kyungsoo menoleh kearah pintu masuk. Dan ia benar-benar terkejut.

" Oh Sehun? ", tanya Kyungsoo pada Luhan yang tersipu. Terlebih saat Sehun datang ke arahnya dan mengecup keningnya.

" Aw, manis sekali. ", ucap Kyungsoo. Sehun masih tetap sama. Dingin dan tak banyak bicara. Tapi sepertinya ia memiliki sedikit senyum di wajahnya.

" Hai Kyung. Lama tak jumpa. "

" Aku terkejut. Ternyata dunia tidak seluas yang aku kira. "

" Well. Sebenarnya kami menjadi sepasang kekasih karena dirimu. ", Kyungsoo menaikkan alisnya. Tertarik dengan ucapan Sehun barusan. Ia beralih menatap Luhan yang mengangguk mengiyakan.

" Kami belajar banyak darimu. Bahwa cinta tak harus memiliki. Setelah kejadian itu kami sadar dan mulai melepas kalian. Kami mencoba membuka hati kami untuk orang lain. Tapi akhirnya kami terjebak dalam cinta lokasi. ", bagaimanapun Kyungsoo ikut bahagia mendengar cerita Luhan.

Cinta kadang terasa rumit. Butuh banyak pengorbanan dan proses yang panjang. Tentu saja tak hanya manis yang didapat. Kadang juga akan terasa asam hingga pahit.

" Kami akan segera menikah. ", Kyungsoo terkejut mendengar penuturan Sehun. Ia tak menyangka akan kalah dengan pasangan Sehun dan Luhan. Padahal menurut cerita Luhan tadi mereka baru resmi menjadi sepasang kekasih empat bulan lalu.

" Wow. Selamat. "

" Lalu kau kapan? ", dan Kyungsoo hanya mengendikkan bahu sebagai jawaban.

...

Kyungsoo mencoba menghubungi Jongin lagi. Pria itu sudah berjanji menjemputnya di bandara. Namun meski Kyungsoo sudah menunggu setengah jam, Jongin belum juga muncul. Ia bisa saja naik taksi. Namun ia kuatir perjalanan Jongin kesini akan jadi sia-sia karena dia sudah pergi.

" Nona Do Kyungsoo? ", tanya seorang pria padanya. Pria itu memakai seragam hitam-hitam dan Kyungsoo langsung teringat pada film mafia yang pernah ditontonnya. Ia memegang kopernya erat-erat. Berjaga-jaga jika orang ini berbuat jahat, maka ia akan melemparkan kopernya.

" Ya. Anda siapa? "

" Saya Lee Jongsuk. Saya diminta oleh tuan Kim Jongin untuk menjemput Anda. "

" Kim Jongin? "

" Ye. Mari, saya bantu membawa kopernya. ", Kyungsoo yang heran hanya langsung menyerahkan kopernya. Toh didalam sana hanya ada pakaian dan peralatan mandi. Dompet dan ponselnya ada didalam tas jinjing yang dibawanya. Jadi jika sewaktu-waktu ia harus kabur, ia tak akan kebingungan.

Kyungsoo menganga melihat mobil dihadapannya. Sebuah Limousine putih yang mewah.

" Tunggu, apa ini tidak salah? ", tanya Kyungsoo.

" Tidak nona. Silakan masuk. ", Kyungsoo menatap curiga Lee Jongsuk.

" Kau tidak akan menculikku kan? ", Kyungsoo bisa melihat jika pria muda tadi menahan tawanya. Namun sikapnya sangat profesional sehingga bisa langsung mengendalikan diri.

" Tidak nona. Anda bisa langsung menelpon kantor polisi jika saya melakukan hal yang Anda takutkan tadi. "

Akhirnya Kyungsoo menurut. Serasa belum cukup dibuat kagum kini Kyungsoo disuguhi ruang luas dengan interior mewah. Bahkan ada coffee table lengkap dengan berbagai kue, buah bahkan anggur. Di dekat sofa, jika bisa dibilang begitu, Kyungsoo menemukan mini kulkas. Menghadap depan ia bisa menemukan televisi kecil.

Kyungsoo menatap keluar jendela. Sejauh ini jalur yang ia lewati masih pada jalur yang seharusnya. Jadi ia bisa merasa tenang.

Kyungsoo menyandarkan punggungnya yang pegal. Mengambil remote dan menyalakan televisi itu. Ia terkejut saat melihat wajah Jongin disana. Ia menekan tombol play dan ia melihat senyum Jongin yang sangat di rindukannya.

" Hai sayang. Maaf tidak bisa menjemputmu. Padahal aku sangat merindukanmu. ", Kyungsoo tersenyum melihat wajah frustasi Jongin.

" Aku sudah siapkan semua makanan kesukaanmu. Makanlah dan istirahat. Ku harap tempatnya nyaman. Sampai ketemu nanti. Saranghae. ", Kyungsoo ikut melambaikan tangannya. Setelah sadar itu percuma ia menertawakan dirinya sendiri.

Kyungsoo menghela nafas, semua kecemasannya langsung hilang. Ia mengambil buah anggur dan menikmatinya. Player secara otomatis memutar lagu-lagu kesukaannya. Sepertinya tidur sebentar tidak masalah.

...

Kyungsoo tidak banyak protes meskipun ia bingung. Saat ini ia berada disebuah salon. Para petugas wanita langsung menghampirinya. Membawanya keruang spa. Mandi susu dan mawar. Masker wajah. Manicure and Pedicure. Dan terakhir membawanya keruang rias.

Jantungnya berdegup kencang saat matanya menatap sebuah gaun di sudut ruangan. Kyungsoo tak bisa menamai gaun itu selain gaun pernikahan. Berwarna putih gading dengan hiasan mutiara yang cantik.

Ia menatap seorang petugas yang baru saja masuk. Ia ingin bertanya namun tak ada kalimat yang keluar. Ia terus membuka dan menutup mulutnya. Petugas tadi tersenyum dan mengangguk.

Apa sebentar lagi ia akan menikah?

...

Jongin bergerak resah diruang tunggu miliknya. Ia duduk, berdiri, jalan mondar-mandir. Jongdae dan Chanyeol sampai pusing melihatnya.

" Tenanglah. Kau membuat kami pusing. ", komentar Jongdae yang sudah tidak tahan dengan kelakuan adiknya. Meskipun ia juga mengerti mengapa Jongin bisa sampai seperti ini.

" Aku sangat gugup. ", jawab Jongin. Kini ia mengetuk-ketukan sepatunya. Membuat suara berisik yang sangat mengganggu. Ketiganya serempak menoleh saat pintu terbuka. Rupanya Minseok dan Daeul.

" Kyungsoo sudah datang. ", Minseok mendelik saat Jongin lompat dari kursinya. Ia tahu adik iparnya ini ingin berlari dan menemui Kyungsoo diseberang ruangan.

" Aku tidak boleh kesana ya? ", tanya Jongin polos. Jongdae hanya menggelengkan kepala. Chanyeol yang sedari tadi terdiam rupanya juga gugup seperti Jongin. Ia membayangkan situasi seperti ini terjadi padanya kelak.

" Bersabarlah sebentar. Acaranya mulai lima belas menit lagi. Lebih baik kau siapkan dirimu. "

...

Jongin sudah ada di depan altar. Menunggu mempelai wanitanya dengan berdebar. Tangannya berkeringat semakin banyak saat musik pengiring pengantin dimainkan. Matanya terpaku pada pintu masuk. Lebih tepatnya pada tuan Do yang menggandeng putri cantiknya. Do Kyungsoo.

Jongin tak sanggup berkedip. Kyungsoo teramat sangat cantik di matanya. Gaun yang eommanya pilih tidak salah, sangat pas di tubuh mungil Kyungsoo. Meskipun tetap saja itu terlalu terbuka bagi Jongin.

Mungkin karena mereka tak bertemu selama seminggu. Wajah Kyungsoo tampak lebih bersinar dari biasanya. Auranya sangat berbeda dari ingatannya terakhir kali.

" Kuserahkan anakku padamu. ", Jongin mengangguk mantap menanggapi tuan Do. Ia menerima uluran tangan Kyungsoo dan menggenggamnya erat. Kyungsoo tersenyum manis dan rasanya Jongin hampir meleleh.

Kini keduanya menatap pendeta yang tersenyum. Mereka siap mengikrarkan sumpah.

Cinta sehidup semati.

...

Semua rangkaian acara sudah mereka lewati. Kini Kyungsoo tengah berada dikamarnya. Satu kejutan lagi, Jongin sudah menyiapkan sebuah rumah sebagai hadiah pernikahan. Ia bertanya-tanya bagaimana cara Jongin mempersiapkan semua ini dalam waktu singkat.

Kyungsoo menoleh, menatap Jongin yang baru saja selesai mandi. Pria itu memakai celana piama yang senada dengannya, sedang atasannya Jongin memilih memakai kaos biasa. Kyungsoo berjalan mendekati Jongin yang sudah duduk ditepi ranjang. Mengambil alih handuk di kepala Jongin.

Jongin tersenyum menikmati usapan tangan Kyungsoo. Mendesah lega karena akhirnya kini ia hanya berdua dengan istrinya. Selalu ada desiran aneh ketika memanggil Kyungsoo dengan sebutan itu.

Kyungsoo meletakkan handuk itu keranjang. Merapikan rambut Jongin dengan tangannya. Mereka saling melemparkan senyum. Sorotan bahagia yang terpancar dari kedua mata mereka tak bisa disembunyikan. Jongin menarik Kyungsoo untuk duduk dipangkuannya.

" Gomawo untuk kejutannya. ", ucap Kyungsoo. Jongin meraih tangan kiri Kyungsoo. Mencium jari manis, dimana cincin mereka terpasang. Jongin menautkan jari-jari mereka. Tangan Kyungsoo yang mungil terasa pas di genggamannya.

" Terimakasih bersedia menjadi istriku. ", timpal Jongin.

" Bagaimana kau menyiapkan semua ini? "

" Ceritanya sangat panjang. "

" Aku ingin mendengarnya. "

" Bisakan besok-besok saja? Bukankah ini saatnya malam pertama kita sebagai suami istri. ", suara Jongin berubah seduktif. Kyungsoo tertawa dan memberikan kecupan pada bibir Jongin.

" Kau tidak lelah? "

" Tidak. ", Kyungsoo memejamkan matanya. Merasakan ciuman Jongin. Melepaskan semua rasa rindu yang mereka pendam selama seminggu penuh.

Rasanya belum puas jika hanya saling mengecup. Jongin mulai memainkan bibir Kyungsoo. Lidahnya menerobos mulut hangat Kyungsoo. Menggelitik langit-langit mulutnya. Kyungsoo melenguh saat Jongin mulai menghisap lidahnya. Ia bisa merasakan tangan Jongin yang berada di pahanya mulai merambat naik. Meraba perut datarnya. Sentuhan itu mengingatkan Kyungsoo pada satu hal. Ia mendorong tubuh Jongin, melepaskan ciuman mereka.

Dengan tatapan bingung, Jongin mengamati Kyungsoo yang menjauh darinya. Istrinya itu mengambil sesuatu dari dalam tas. Kerutan didahi Jongin semakin dalam saat melihat ekspresi Kyungsoo sekarang. Ia mengambil kertas yang Kyungsoo berikan padanya, sedangkan tangannya yang lain menarik Kyungsoo untuk kembali duduk dipangkuannya.

Rupanya itu kertas foto. Jongin membaliknya dan mengamati lekat-lekat gambar hitam putih didalamnya. Bukankah ini...

" Usianya lima minggu. Dia sehat dan kuat. Ku pikir dia laki-laki. ", Jongin mendongak menatap Kyungsoo yang masih berekspresi cemas. Wanita itu menggigit bibirnya menanti reaksi Jongin. Sedangkan Jongin sendiri kehilangan kata-kata. Hatinya membuncah dengan perasaan asing yang tak bisa ia jelaskan. Bahagia, terharu, bangga, tak percaya. Semua bercampur aduk.

" Jadi kau hamil? "

" Ya. Kau tidak suka? "

" Oh, Kyungsoo ku. ", Jongin menghujani wajah Kyungsoo dengan ciuman. Ia tak bisa mengatakan hal lain selain terimakasih pada Kyungsoo. Kyungsoo sendiri merasa lega, rupanya Jongin menerima bayinya. Ia sempat takut jika Jongin akan menolak kehadiran bayi mereka.

" Kapan kau mengetahuinya? "

" Tiga hari yang lalu. "

" Saat kau bilang kau tidak enak badan? ", Kyungsoo mengangguk. Memeluk Jongin lagi.

" Jadi apa kita perlu menundanya malam ini? ", Kyungsoo tertawa. Rupanya Jongin mengkuatirkan itu.

" Kata dokter tidak apa. Seks masih bisa dilakukan selama itu aman. "

" Jadi bagaimana aman yang dimaksud? "

" Selama kau tidak memakai cambuk? Ku rasa tak masalah. Lagipula seks bisa memperlancar persalinan. ", semua kekuatiran di wajah Jongin menguap. Ia mengangkat Kyungsoo, membaringkan wanita itu dengan lembut dan hati-hati.

" Jadi apa aku bisa menambah jumlah janin? Aku ingin anak kembar. ", ujar Jongin. Ia menarik selimut menutupi tubuh mereka. Suara protes Kyungsoo teredam, berganti dengan kecipak ciuman basah.

Dan mari kita tinggalkan pasangan yang tengah berbahagia itu. Menikmati malam bersama calon bayi mereka.

.

.

.

END