Back in Time

KAISOO as main pair, EXO member and OC

T - M, GS.

Author by rerudo95

Author notes :

Annyeonghaseyo chingudeul. Aku penulis baru disini. Mohon bantuannya.

Entah apa aku cocok disebut author karena sebenernya aku masih banyak kurangnya. I'm Kaisoo Hardshiper. Jadi mayoritas FF yang aku buat adalah Kaisoo as main pair. Dan untuk saat ini masih nulis khusus GS. Jadi harap yang benci GS gak usah baca daripada ntar nambah dosa karena bash saya.

Gomawo chingudeul.

N.B : cerita ini terinspirasi dari drakor " Time Sleep dr. Jin ", tapi hanya pada part awal. Alur cerita murni pemikiran sendiri. Rated berubah M seiring berjalannya waktu, dan gak jamin juga kalo bakal bagus. Karena aku masih baru, kalau ada typo, ceritanya kurang bagus atau susah dimengerti mohon dimaklumi. Oh ya, jika cerita ini memiliki unsur kesamaan dengan cerita lain juga mohon dimaklumi, saya tahu cerita seperti ini cukup pasaran :D. Sekian cuapcuapnya, don't forget to review. Thanks a lot. J

Yang gak suka GS harap segera tutup cerita ini.

Prolog

Jumat, 21 Mei 2016

.

.

Dalam sebuah ruangan berukura terlihat seorang pria memakai jas putih tengah berkonsentrasi penuh dengan buku di tangannya. Wajahnya yang rupawan sesekali mengerut ketika ia membaca istilah asing atau pembahasan yang sulit. Pria bernama Kim Jongin itu membubuhkan semacam catatan kecil sebagai pelengkap di sela-sela kosong buku tersebut.

Profesinya sebagai seorang dokter bedah membuatnya harus benar-benar pintar dan cekatan. Pekerjaannya berhubungan dengan nyawa sehingga ia tak boleh main-main. Ia tak boleh berhenti belajar meskipun ia telah menjadi dokter senior.

Ketenangan yang terjadi selama dua jam ini terusik ketika seseorang memasuki ruangannya dengan tergesa. Jongin mendongak dan menemukan Do Kyungsoo, rekan kerja juga tunangannya, tengah berdiri tegap di depan mejanya. Wajahnya terlihat datar, sangat berbeda dengan biasanya. Kini mata elangnya tertuju pada amplop coklat yang di peluk erat wanita itu.

" Ada apa? ", tanya nya ketika Kyungsoo sama sekali tak bersuara. Malahan ia menatap Jongin dengan berbagai emosi yang sama sekali tak bisa Jongin pahami. Wajah itu memerah dan nafas terenggal. Matanya tampak berkaca-kaca dan bengkak. Jelas terlihat jika wanita itu telah menangis sebelumnya.

' bugh ', suara dentuman terdengar cukup keras ketika Kyungsoo melemparkan amplop yang tadi dibawanya ke atas meja Jongin. Tanpa bertanya pria itu membuka dan melihat isinya. Ada puluhan foto yang di ambil secara diam-diam. Ia tahu persis siapa, kapan dan dimana foto itu di ambil. Karena pria yang ada dalam foto itu adalah dirinya.

" Apa kau ingin menjelaskan sesuatu? ", suara Kyungsoo terdengar bergetar. Membuat rasa bersalah semakin menusuk relung hati Jongin yang paling dalam.

" Itu memang aku. ", jawabnya singkat. Menyadari sepenuhnya jika ia telah menorehkan luka yang sangat dalam pada hati wanita itu.

" Kau masih mencintainya. ", Jongin tak perlu menjawab karena itu bukanlah pertanyaan. Melainkan pernyataan yang sama sekali tak bisa ia bantah. Karena memang begitu kenyataannya. Keduanya hanya saling menatap, membuat kesunyian itu semakin menyayat hati sang wanita.

" Aku ingin bertanya satu hal. Pernahkah kau mencintaiku? Walau hanya sedikit? ", Kyungsoo meremas tangannya sendiri. Menatap manik mata yang menjeratnya dengan perasaan was-was. Satu menit, pria itu masih terdiam. Hanya menunjukkan ekspresi dingin yang sejujurnya lebih dari cukup untuk bisa Kyungsoo mengerti.

" Jangan dijawab. Aku tak mau mendengar apapun yang kau katakan. ", ujar Kyungsoo sambil berbalik. Ia hendak keluar dari ruangan itu namun suara berat Jongin kembali menghentikan langkahnya. Sekaligus mematikan detak jantungnya. Sedikit hiperbolis, ia bahkan bisa mendengar suara hatinya yang pecah.

" Kau yang datang padaku. Aku tak pernah memintamu datang Kyungsoo. "

" Aku tahu. Maaf karena memaksamu melangkah sejauh ini Jongin-ssi. Maaf karena melibatkanmu dalam cinta sepihak ini. Aku permisi. ", ucapan Kyungsoo mengakhiri semuanya. Jongin terpaku di tempat duduknya. Bukankah ini yang seharusnya terjadi sejak dulu?

Ia meremas foto dirinya yang tengah berciuman dengan seorang wanita. Seharusnya ia merasa lega. Ia tak lagi harus berada dalam hubungan sepihak. Tak lagi harus membohongi Kyungsoo yang terlihat begitu tulus. Seseorang yang sudah datang dan mengobati luka hatinya. Seharusnya ia senang karena tak ada lagi penghalang baginya untuk kembali pada seseorang yang masih sangat ia cintai.

Tapi mengapa seolah ada sesuatu yang diambil paksa darinya saat Kyungsoo mengucapkan hal itu? Mengapa rasanya begitu kosong? Nafasnya terengah untuk beberapa saat. Terasa berat seolah ada beban yang ditaruh tepat di atas dadanya.

Dengan kasar Jongin melonggarkan dasinya. Bersandar pada kursi kerjanya hingga terdorong kebelakang. Meyakinkan dirinya untuk tidak memedulikan Kyungsoo lagi. Ia hanya berfokus pada hubungannya dengan wanita yang kini sudah kembali padanya.

Jongin menggeram merasa dirinya sudah terlalu jahat pada Kyungsoo.

Telpon diruang kerjanya berbunyi. Membuat Jongin berhenti melamun. Ia segera mengangkat panggilan itu. Takut jika ada sesuatu yang penting.

" Kim seongsaengnim. Ada pasien kecelakaan yang perlu operasi darurat. ", ucap kepala perawat yang juga bertugas dengannya hari ini. Jongin mengangguk dan segera meninggalkan apapun masalahnya barusan. Ia berjalan cepat menemui suster Ahn.

" Bagaimana kondisinya? "

" Ada dua korban. Pengendara truk hanya mengalami luka ringan dan shock. Tetapi korban lainnya keadaanya cukup parah. Kepala sebelah kanannya mengalami pendarahan dan tangan kirinya lumpuh. Jadi kemungkinan. "

" Pendarahan selaput otak akut. Apakah dokter Do masih ada disini? Tolong minta dia menjadi asistenku untuk operasi ini. Dia ahlinya. "

" Itu. ", Jongin menatap suster Ahn dengan bingung. Namun melihat raut wajah itu ia berubah menjadi kuatir. Ia merasa cemas tanpa bisa di cegah. Kata tidak ia gemakan berulang kali didalam kepalanya.

" Korban yang tadi saya maksud adalah Do seongsaengnim. ", bagai mendengar bumi runtuh, Jongin segera berlari menuju ruang gawat darurat. Tangannya gemetar melihat tubuh mungil itu berbaring tak berdaya di atas bangsal. Kemeja baby blue nya penuh dengan darah, nafasnya tersenggal sehingga ia harus di topang dengan masker oksigen.

" Kyungsoo. ", mendengar namanya dipanggil, Kyungsoo membuka matanya. Rasa nyeri menghantam kepalanya saat cahaya masuk menerobos retina matanya. Ia ingin sekali bicara namun rasanya terlalu sulit.

" Kyungsoo. Kau bisa dengar aku? Kyungsoo!"

" Kim seongsae. Kita harus segera membawanya ke ruang operasi. Tekanan darahnya tetus menurun. Bisa berbahaya. ", teriak suster Ahn saat kembali memeriksa alat vital Kyungsoo. Jongin memperhatikan bagaimana mata itu ingin kembali tertutup.

" Kyungsoo bertahanlah. Aku akan menyelamatkanmu. ", teriaknya panik sebelum membiarkan suster perawat membawa Kyungsoo pergi. Ketika ia berbalik ia melihat tuan Do yang berdiri cukup jauh dari pintu. Jongin berlari kecil menghampiri pria paruh baya itu.

" Bagaimana keadaan Kyungsoo? ", suara tuan Do begitu tenang. Sangat berbeda dengan matanya yang terlihat sangat kuatir.

" Saya akan menyelamatkannya Hwajangnim."

" Geurae. Aku percayakan dia padamu. "

Jongin berlari menyusul yang lain. Ikut mendorong sambil menggenggam tangan Kyungsoo.

" Jo..jo..jongin-ssi. ", Jongin mengangkat tangannya. Meminta yang lain untuk berhenti sejenak. Ia merendahkan tubuhnya untuk bisa mendengar suara lirih Kyungsoo. Nampaknya ia ingin mengatakan sesuatu.

" Jika terjadi sesuatu... tolong katakan pada ayahku... aku sangat menyesal. "

" Apa yang kau katakan? "

" Aku... ada kunci cadangan didalam tasku. Ada sebuah kotak di bawah ranjang. Berikan itu pada ayahku. "

" Jangan bicara lagi. Ayo kita segera ke ruang operasi. "

" Ku mohon. "

" Aku akan menyelamatkanmu! ", bentak Jongin. Marah karena kepesimisan wanita itu. Tak ada yang bisa di lakukan seorang dokter sehebat apapun jika pasiennya pun tak ingin bertahan hidup.

" Kau ingin meninggalkan ayahmu sendirian? Hanya kau yang ia punya sekarang. ", Kyungsoo meremas tangannya lemah. Tangan itu begitu dingin sehingga ia meremasnya balik. Mencoba menyalurkan semua kehangatan yang ia punya.

" Sekarang hanya percayalah kau akan baik-baik saja. ", ucapnya terakhir kali sebelum masuk keruang operasi.

...

Dari ratusan operasi yang pernah ia lakukan. Operasi kali inilah yang begitu menguras tenaga nya. Ia sempat panik ketika jantung Kyungsoo berhenti berdetak saat operasi tengah berlangsung. Untunglah ia berhasil membawa detak jantung itu kembali. Dan kini operasi sudah berakhir. Kyungsoo sudah di pindahkan ke ruangan biasa dan sejak saat itu Jongin tak pernah melepas genggaman tangannya pada Kyungsoo. Keadaan Kyungsoo stabil. Namun satu hal masih harus di lewati. Kyungsoo harus berhasil melewati masa kritisnya hingga operasinya bisa di nyatakan sukses.

Tadi ia bertanya bagaimana kronologi kecelakaan Kyungsoo. Ternyata kecelakaan itu terjadi di depan rumah sakit. Saat Kyungsoo hendak menyebrang, tiba-tiba sebuah truk hilang kendali dan menabrak mobil Kyungsoo. Setelah di selidiki ternyata rem nya putus karena sudah aus.

Jongin duduk dengan resah melihat waktu yang terus bergerak maju. Dua belas jam adalah masa kritis yang harus Kyungsoo lewati. Jika sampai saat itu Kyungsoo belum juga sadar, maka secara medis ia dinyatakan koma. Situasi dimana hidup setara dengan kematian.

Jongin merasa ada sesuatu yang menggerogoti hatinya setiap pemikiran-pemikiran buruk melintasi pikirannya. Hantaman besar saat ia mengingat kembali percakapan terakhirnya dengan Kyungsoo.

' Pernahkah kau mencintaiku? Walau hanya sedikit? ', pertanyaan itu menghantuinya hingga sekarang. Bagaimana perasaannya sebenarnya untuk Kyungsoo?

Jika saja ia tahu jawabannya sejak awal, akankah ia bisa menghentikan kecelakaan itu? Jika saja ia menahan Kyungsoo barang lima menit lebih lama, akankah orang lain yang mengalami kecelakaan itu? Masih banyak kata jika yang ia sadari tak akan bisa merubah kenyataan.

Saat ini yang bisa ia lakukan hanya menunggu dan berdoa Kyungsoo segera sadar. Memastikan wanita itu baik-baik saja. Jika memang nantinya mereka akan tetap berakhir, maka biarlah cerita mereka berakhir. Namun jika ada sesuatu yang buruk terjadi pada Kyungsoo. Ia akan menghukum dirinya sendiri karena hal ini.

Jongin menghela nafas panjang. Tangannya memainkan jemari lentik Kyungsoo. Ia menyandarkan kepalanya sejajar dengan kepala Kyungsoo hingga ia bisa melihat goresan pecahan kaca di pipi bulat gadis itu. Hatinya terluka lagi, wajah ayu Kyungsoo nampak begitu pucat seolah tak bernyawa. Dan ini semua karena salahnya. Ini semua karena dirinya.

...

Jongin terbangun dengan tubuh kaku yang sangat menyiksa. Diluar tampak begitu terang sehingga ia harus menyipitkan matanya. Sesuatu yang kosong menarik perhatiannya. Matanya terbuka sempurna dan kantuknya menghilang saat melihat ranjang di hadapannya kosong. Rapi seolah tak pernah terpakai.

Langsung saja ia berdiri. Sedikit mengumpat karena ototnya yang kaku. Tapi ia tak peduli, ia harus mencari dimana Kyungsoo dipindahkan. Baru saja ia akan memegang kenop, namun pintu bercat putih itu terlebih dahulu terbuka.

" Kim seongsaengnim. Kau sudah bangun? ", Jongin tak bisa menyembunyikan kekagetannya melihat Kyungsoo yang tersenyum padanya. Ia berjalan tersendat menghampiri seseorang yang berdiri di dekat pintu. Ia meloloskan nafas dengan keras saat tangannya mendarat sempurna di atas bahu wanita yang menunjukkan ekspresi blank khasnya.

Kelegaan memenuhi rongga dadanya membuat nafasnya terasa lebih ringan. Jongin memeluk Kyungsoo dengan perasaan bahagia yang tak pernah ia bayangkan akan kembali ia rasakan. Sedangkan yang dipeluk tampak bingung meski kini wajahnya berubah menjadi merah padam.

" Jongin ssi, ada apa? ", tanya nya bingung. Namun Jongin hanya mengeratkan pelukannya.

" Jongin ssi. Hwajangnim memanggil kita. ", ucap Kyungsoo sambil melepaskan pelukannya.

" Hwajangnim? ", tanya Jongin memastikan. Kyungsoo mengangguk.

" Sepertinya karena operasi kemarin. Ada dua kemungkinan, hwajangnim akan memarahi kita atau mengajak kita makan siang. "

" Operasi? "

" Ya. Untunglah tuan Lee sudah sadar jadi kita tidak terkena masalah. "

" Tuan Lee siapa? ", Kyungsoo mengernyit bingung. Merasa aneh dengan kelinglungan Jongin.

" Yang putra menteri keuangan itu. Apa kau baik-baik saja? ", tanya Kyungsoo kuatir.

Jongin merasa dejavu. Kilasan kejadian yang sama membuatnya yakin jika ia telah melalui hal yang sama. Bahkan rasanya mustahil menganggap kejadian tadi malam hanya sebatas mimpi. Jongin menatap sekelilingnya, mencoba memastikan dirinya berada dimana. Bahkan ia harus menggigit bibir dalamnya hingga berdarah untuk memastikan mana yang mimpi dan mana yang nyata. Tapi hasilnya, semua nyata. Bukan ilusi atau mimpi.

" Aku baik. ", jawabnya ragu.

" Kalau begitu ayo. "

" Kau duluan saja. Aku akan ke kamar mandi dulu. ", kilah Jongin. Ia masih bingung. Untuk memastikan ia memeriksa arlojinya. Matanya membelalak melihat tanggal yang tertera disana. Masih belum puas ia mengambil ponsel di saku celananya. Tanggal, hari dan waktunya sama.

Rabu, 11 Mei 2016, pukul 08.47

Sebagai penentu terakhir, Jongin mencoba memeriksa log panggilan ataupun pesan masuk dan keluar. Terakhir ia melakukan panggilan benar hari Selasa, 10 Mei 2016 pukul 21.05, tepat sebelum ia melakukan operasi dadakan itu.

Jongin butuh beberapa menit untuk menenangkan diri.

' Apa yang sebenarnya terjadi? '

Next or Stop?