IT STARTS FROM THE RAIN ch.7

VKook, TaeKook | AU! OOC | Seme!Taehyung Uke!Jungkook Warning!GS for Uke | Seluruh cast milik Tuhan, saya hanya punya ceritanya aja! Enjoy!

Story by: jiminized

This fanfiction is inspired by Zion.T's Eat. I recommend it!

Peluit telah berbunyi, yang berarti pertandingan saat ini telah selesai. Jungkook langsung berlari ke arah tempat duduk untuk pemain. Ia baru saja menyelesaikan pertandingan semi final basket. Tentunya, tim yang dipimpinnya itu menang. Jungkook mengusap dahinya yang penuh dengan keringat dengan handuk, kemudian membasahi kerongkongannya dengar air minumnya.

Terdengar suara coach Cho memanggil seluruh pemain basket untuk berkumpul di luar gelanggang olah raga. Jungkook melangkah lesu. Bukan. Bukan karena hasil permainan. Buktinya timnya menang ,kan? Belum lagi, Jungkook dinominasikan sebagai pemain terbaik untuk liga basket SMA se-Seoul ini. Ia melihat keadaan sekitar, yang terlihat malah teman-teman tim basketnya sedang tersenyum riang. Tidak seperti Jungkook yang murung dan susah.

Mungkin kalian berpikir bahwa Jungkook sedang kesal karena Taehyung, kan? Salah kalian salah besar. Jungkook tahu dan paham bahwa hari ini Taehyung tidak bisa datang karena sedang lomba lainnya mewakili sekolahnya. Bukan masalah untuk Jungkook.

Lalu, apa masalahnya?

Coach Cho memerintah semua pemain untuk duduk. Segera saja semua duduk dan mendengarkan wejangan dari Coach Cho. Tapi tetap saja, Jungkook asyik melamunkan kegalauannya saat ini.

"Hey, Jungkook!" terlihat Jungkook terperanjak kaget. Jelas semua orang yang berada disitu bahwa pikiran Jungkook sedang melayang kemana-mana tak tentu arah. Coach Cho hanya menggelengkan kepalanya heran,

"Kau bermain sangat bagus hari ini. Guardingmu sangat luar biasa, lawan langsung ciut ketika kau berlari menghalangi mereka yang hendak shoot. Under ring shoot mu juga mengagumkan. Semua bisa masuk ke dalam ring. Kau harus lebih sering-sering berlatih jump shoot, postur tinggimu sangat membantu melakukan hal itu." Nasihat Coach Cho hanya disambut anggukan pelan oleh Jungkook.

"Aku tahu, hari ini pacarmu tidak datang. Tapi jangan jadi tidak mendengarkan aku dan uring-uringan begini, dong." Perkataan Coach Cho yang langsung dibantah oleh Jungkook, tapi langsung dijawab juga oleh semua orang disitu dengan "Eheeeey".

Setelah memberi tambahan kepada beberapa pemain, segera saja dibubarkan. Jungkook berdiri bergegas meninggalkan komplek gelanggang olahraga tersebut.

Hingga tiba-tiba ia dicegat oleh dua manusia yang merupakan sepasang kekasih. Wajah berseri-seri sang gadis dan wajah konyol si laki-laki.

Kim Seokjin dan Kim Namjoon.

"Chukhahanda, Jeon Jungkook! Kau sangat keren hari ini! Hampir semua shootmu masuk ke dalam ring! Whooaa! Aku berharap bisa jadi sepertimu!" ujar Seokjin dengan wajah berseri-seri dan berkedip-kedip yang menurut Jungkook lumayan-tidak-jelas.

"Eheey, kalau kau jadi seperti Jungkook nanti Taehyung bisa suka. Lalu, akhirnya aku malah tidak punya pacar. Kan, aku tidak suka gadis macho seperti Jungkook. Ehehehe" perkataan Namjoon yang hanya disambut dengan memutar bola mata oleh dua gadis di depannya.

"Kalian hendak pulang?" tanya Jungkook.

"Tidak, sih. Kami masih mau ke tempat les. Sebentar lagi ujian akhir. Kau jangan lupa, belajar. Jangan basket dan Taehyung terus yang kau pikirkan." Jawab Seokjin disertai kekehan.

"Ya sudah, kami pergi dulu." Seokjin memeluk Jungkook erat.

Segera saja Seokjin dan Namjoon meninggalkan Jungkook. Jungkook membuang nafasnya kasar. Ia masih kesal dan galau. Ditambah dengan kebingungan yang belum berakhir.

Jungkook berjalan lesu menuju pintu pagar gedung olahraga. Tiba-tiba ada yang menepuknya dari belakang.

Park Jimin.

Punya urusan apa dia dengan Jungkook?

"Ini ada titipan." Jimin mengulurkan tas kertas yang entah isinya apa belum diketahui. Tiba-tiba saja Jimin sudah berlari menjauh dengan rambut merahnya yang bergoyang-goyang lucu.

Segera saja Jungkook membuka tas kertas tersebut kemudian melihat benda apakah yang berada didalamnya.

Coklat dan apel.

Oke, apa maksudnya? Tapi, ada amplop didalam tas tersebut. Segera saja Jungkook ambil kemudian ia baca. Terlihat di amplopnya tertulis,

BACALAH SURAT INI SAMBIL MENDENGARKAN LAGU YANG ADA DI IPOD

Oke, Jungkook lihat lagi ternyata ada seperangkat iPod beserta headset yang sudah terpasang. Jungkook memasang headset di telinganya dan memplay lagu yang ketika lockscreen dibuka sudah terbuka lagu tersebut. Eat, lagu dari Zion. T. Jungkook kemudian sambil membaca surat tersebut.

Hai
Ini tidak mudah karena kau selalu sibuk
Mengherankan kenapa kau harus berjalan sejauh ini
Banyak sekali yang mereka inginkan darimu
Kau ingin beristirahat
Mereka sangat berisik
Sangat menyebalkan, bukan?
Ingin pulang ke rumah, bukan?
Pasti kau ingin pulang ke rumah

Dengarkanlah lagu ini seperti kau sedang memakan coklat
Walaupun kau lelah, jangan lupa untuk sarapan dan makan siang
Maka aku akan memujimu nanti

Aku merindukanmu
Aku sangaaaaat menyukaimu
Aku ingin memelukmu lagi dan lagi
Mungkinkan ini cinta?
Memang aku sangat mencintaimu

Jika kau lapar,
Dengarkanlah lagu ini seperti kamu memakan apel di pagi hari
Walaupun kau lelah, jangan lupa sarapan dan makan siang
Maka kau akan tidur dengan nyenyak

Aku tahu, memang sangat berat
Karena itu, hal ini sangat indah
Pikirkan aku, Jeon Jungkook
Jangan hanya menatapku
Cintai aku, Jeon Jungkook
Jangan lupakan itu

Your sooner husband, Kim Taehyung.

Jungkook hanya tersenyum geli membaca isi surat dari Taehyung yang kurang sama dengan lirik lagu yang ia dengarkan. Ia kemudian mengambil Apel lalu memakannya sambil berjalan menuju halte. Walaupun di surat Taehyung meminta untuk makan coklat terlebih dahulu daripada apel, Jungkook lebih memilih untuk makan apel dulu. Karena ia tidak terlalu suka coklat. Setelah sampai halte ia duduk menunggu bus datang. Jungkook masih sibuk menghabiskan apel berwarna merah tersebut.

Jungkook masih sibuk menghabiskan apelnya. Ia tidak memerhatikan hal lainnya. Sebenarnya, masalah berat (menurutnya) yang sedang menimpanya adalah IA LAPAR.

Tadi pagi, ia hanya makan 2 gigitan roti isi milik Jungyoon dan setengah gelas susu. Bagaimana hal tersebut bisa membuat Jeon Jungkook, yang notabene tukang makan di keluarganya, kenyang? Belum lagi dengan bodohnya ia membawa dompetnya tapi lupa membawa uang sakunya yang ia taruh di meja makan karena saking terburu-burunya berangkat ke sekolah.

Sampai di halte ia duduk dan minum air yang ia bawa. Tentunya, masih mendengarkan lagu yang diputar di iPod milik Taehyung. Sekitar 15 menit menunggu bis yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang. Langsung Jungkook naik ke dalam bis tersebut. Banyak kursi yang kosong, ia memilih kursi nomor 2 dari belakang yang biasanya diduduki 2 orang.

Bis berjalan konstan, tidak ngebut tapi juga tidak pelan. Jungkook mengantuk. Kantuknya ditambah dengan lagu yang ia dengarkan, matanya semakin malas untuk membuka. Akhirnya ia menunduk dan mengistirahatkan diri sejenak. Tanpa memikirkan keadaan sekitar.

"Agasshi."

"Agasshi."

"Agasshi."

Jungkook terbangun mendengar panggilan tepat di telinganya. Ia terperanjat baru ingat bahwa ia naik bis menuju rumahnya. Ia langsung menoleh ke sebelah kanannya, ke arah luar jendela. Ah, rumahnya sudah terlewat karena ia tertidur! Ia menghembuskan nafasnya kasar, sial. Ia langsung melepas headset dan memasukkan iPod milik Taehyung ke dalam tasnya. Terdengar lagi ada seseorang yang berbicara di sebelahnya,

"Chogiyo, agasshi. Tadi anda tidur bersandar di pundak saya. Anda harus membayar jika tidur di pundak saya." Jungkook merasa laki-laki di sebelahnya sangat berisik dan bawel. Masa tidur bersandar saja membayar, walaupun ia tidak kurus setidaknya jangan menyinggung. Tapi, sebentar. Ia tampaknya kenal dengan suara laki-laki di sebelahnya. Ia menoleh ke kirinya.

"Aduh, bahuku jadi sakit gara-gara kau tidur. Aduh aduh." Ujar laki-laki itu sambil pura-pura mengurut lehernya.

"Ajusshi kalau tidak mau lehernya pegal pulang saja. Siapa suruh malah duduk disini." Jungkook melirik malas laki-laki di sebelahnya.

"Mwo? Ajusshi? Kau panggil aku ajhussi? Hey, agasshi. Kau sudah ditolong bukannya terima kasih. Malah menyuruh aku untuk pulang. Minta diapakan kau?" Ujar si "Ajusshi" tersebut.

"Aku mau tidur lagi saja. Nanti kalau sudah sampai di halte dekat rumah, Ajusshi tolong bagunkan aku ya. Terima kasih." Jungkook hendak memejamkan matanya sampai si "Ajusshi" tersebut menarik-narik rambutnya.

"Eh, enak saja tidur lagi. Sudah diberi apel dan coklat, tidak tahu terima kasih."

Sosok yang dipanggil "Ajusshi" tersebut adalah kekasih gadis itu sendiri.

Kim Taehyung.

Jungkook melangkah kasar turun dari bis. Akhirnya ia tidak turun di halte terdekat rumahnya. Ia malah turun di halte dekat sekolahnya. Taehyung mengajak Jungkook untuk makan dulu. Walaupun sekarang ia hendak makan, Jungkook sudah lelah sekali, ingin makan sup atau apapun buatan Eommanya di rumah saja kemudian tidur.

Tiba-tiba ada yang merangkulnya, "kenapa jalannya cepat sekali sih? Tunggu aku."

"Ish, aku sudah lapar sekali. Mau makan apa?" tanya Jungkook to the point.

"Disana ada restoran India. Ayo, aku ingin makan kari." Taehyung menarik tangan Jungkook untuk berjalan menuju restoran tersebut.

Mereka memasuki restoran India tersebut, aroma rempah-rempah memasuki indra penciuman mereka. Perut Jungkook dengan tidak sopan berbunyi begitu aroma sedap tersebut . Sialan, batin Jungkook.

"Sudah lapar sekali, ya? Hm?" Taehyung sembari merangkul gadis yang tingginya setelinganya tersebut. Padahal, Taehyung tingginya 180 cm lebih. Artinya, Jungkook sangat tinggi untuk ukuran seorang gadis.

Pertanyaan yang hanya dijawab anggukan oleh Jungkook. Taehyung tersenyum tipis mendengar jawab gadis kesayangannya setelah Eomma dan Noonanya tersebut. Ia memilih tempat duduk di dekat jendela samping restoran tersebut.

Laki-laki dengan wajah khas India datang menghampiri meja mereka.

"Selamat sore, ini menunya. Untuk pesan bisa langsung memanggil saya." Lelaki itu tersenyum sembari mengulurkan daftar menu restoran ini. Jungkook yang tak terlalu paham dengan jenis-jenis makanan India langsung mengulurkan daftar menu ke Taehyung yang berarti ia menyerahkan pilihannya pada Taehyung. Taehyung membolak-balik daftar menu. Akhirnya Taehyung memesan hot yellow curry disertai dengan aromatic yellow rice serta lauk pendamping lamb cubes with herbs untuknya sendiri dan hot red curry disertai dengan cilantro butter rice serta lauk pendamping tandoor chicken tikka untuk gadis di hadapannya. Tak lupa Taehyung juga memesan prata sebagai makanan pendamping yang sangat pas jika dimakan dengan kuah kari tersebut.

Selesai memesan makanan, Taehyung langsung menyerahkan buku menu ke pelayan dan kemudian menghadapkan wajah ke arah gadis yang 2 minggu belakangan ini sulit ditemui karena jadwal pertandingannya tersebut. Terlihat gadis itu meletakkan kepalanya di meja,

"Lelah?" Dijawab dengan anggukan dalam diam. Taehyung langsung berpindah ke bagian sofa yang masih kosong di sebelah Jungkook kemudian mengusap pelan rambut Jungkook.

"Sampai rumah mandi, lalu tidur. Tidak usah menelfonku, aku tahu kau sangat lelah. Besok Rabu final, kan? Tenang saja, aku pasti datang. Semalam Abeonim sudah menelfon, jika nanti kau menang kami menonton final bersama-sama." Lagi-lagi hanya dijawab dengan anggukan dalam diam.

Sebenarnya, Jungkook hanya gugup saja. Walau sudah beberapa bulan menjadi kekasih Kim Taehyung tetap saja ia merasa gugup jika sedang berdua saja. Secara, Taehyung terlalu tampan untuk menjadi kekasihnya (baginya).

"Bagaimana kau bisa tahu aku lapar dan bisa-bisanya kau menitipkan apel dan coklat kepada Jimin?" Jungkook menghadapkan kepalanya ke arah Taehyung. Langsung saja disambut tawa pelan oleh Taehyung. Semenjak jadi kekasih Jungkook, Taehyung sudah lumayan banyak tersenyum dan tertawa. Hanya kepada Jungkook, tentunya. Jangan lupa bahwa ia adalah handsome and cool guy.

"Biar aku jelaskan." Jungkook langsung duduk tegak ketika mendengar Taehyung akan menjelaskan sesuatu. Tapi tetap saja, setelah tersenyum kepada Jungkook seperti tadi Taehyung kembali memasang wajah datar dan dinginnya, tapi Jungkook sudah kebal akan hal itu.

"2 minggu ini kau selalu sibuk bahkan jika kita chat saja kau hanya membalas paling banyak 5 kali kemudian kau tidur karena kelelahan. Aku khawatir padamu, Nona Jeon. Aku tahu, kau adalah kapten dari tim basket sekolah. Tapi kau juga harus ingat bahwa kau ini Jeon Jungkook gadis biasa yang perlu istirahat. Kudengar dari Junghoon kau selalu mengeluh lututmu sakit. Ingat, baru 2 minggu yang lalu juga kau sembuh dari cideramu." Jungkook hanya terdiam mendengar penuturan Taehyung.

"Sampai-sampai tadi pagi tidak sarapan, kan? Padahal kau masih bisa membawa bekal dan makan di dalam bis." Jungkook malah baru sadar bahwa ia sebenarnya bisa melakukan hal itu.

"Kau tahu dari siapa?" Taehyung hanya mengangkat kedua alisnya. Seharusnya Jungkook tahu apa jawaban Taehyung. Siapa lagi kalau bukan Yoon Minhyuk yang bisa memantau Jungkook selama 24 jam.

"Tadi setelah aku bertanding, aku menshuffle playlistku, lalu lagu yang kau dengarkan tadi terputar begitu saja. Kudengar liriknya sepertinya pas dengan keaadaan kita. Lalu kutulis liriknya dan kuubah sedikit. Sengaja tadi kutitipkan Jimin, karena dia memang mau menonton pertandingan hari ini." Jungkook hanya mengangguk.

"Aku ingin kau mengingatku sebagai apel yang kau makan dipagi hari. Hanya dengan memakannya saja kau sudah merasa kenyang. Apalagi coklat, moodmu akan menjadi lebih baik ketika manisnya coklat meleleh di lidahmu. Aku ingin kau selalu bahagia jika disampingku, Kook-ah." Hanya anggukan. Tak ada jawaban dengan kata-kata lagi. Keheningan menyelimuti sampai pelayan datang membawa nampan yang berisi makanan.

Yellow curry untuk Taehyung dan red curry untuk Jungkook. Sebenarnya Jungkook sudah tak tahan untuk langsung menyerbu makanannya. Ia tidak memiliki rasa gengsi yang besar seperti Taehyung. Hanya saja, perutnya malah mual karena ia telat makan. Jungkook makan dengan pelan-pelan. Malah ia bisa benar-benar meresapi rasa kuah kental kari berwarna merah ini. Jungkook mengambil prata dan menaruh kuah kari diatasnya kemudian ia lahap. Ugh, kenapa ada makanan seenak ini? Ia memalingkan wajah ke arah Taehyung. Khas Kim Taehyung. Tenang, dingin, dan tampan.

"Hey, Kim Jungkook." Merasa tak dipanggil Jungkook tetap melanjutkan kegiatan makannya.

"Kim Jungkook." Jungkook diam dan menoleh

"Taehyung, jangan seenaknya mengubah nama belakangku. Memang sejak kapan aku menikah dengan lelaki bermarga Kim? Aku masih SMA dan belum mau menikah." Selesai Jungkook berbicara, Taehyung langsung mendekatkan wajahnya ke arah Jungkook. Kebetulan pelanggan hanya mereka berdua dan si pelayan sekarang sedang berada entah dimana. Jungkook bungkam tak tahu harus berbicara apa. Tangan kanan Taehyung menangkup pipi kanannya. Ia hanya diam menatap laki-laki di hadapannya, bingung apa yang harus ia lakukan. Jari Taehyung mengusap ujung bibir Jungkook,

"Ada kuah kari disana, Kook-ah." Jungkook langsung reflek mendorong Taehyung. Dikira Taehyung hendak berbuat apa, Jungkook terlalu banyak berharap.

"Kau kenapa?" Taehyung mengajukan pertanyaan sarkastis yang sebenarnya tak perlu Jungkook jawab. Kebetulan juga Jungkook juga tak menjawab.

Setelah sekitar 30 menit, Jungkook dan Taehyung sama-sama sudah selesai menyantap makanannya. Taehyung segera membayar makanan mereka lalu menggenggam tangan Jungkook dan keluar dari restoran tersebut.

Sampai di luar, ternyata hujan. Restoran tersebut ternyata kedap suara hingga tidak bisa mendengar suara dari luar.

"Bawa payung tidak?" Jungkook mengangguk kemudian mengeluarkan payung kecil yang sebenarnya hanya muat untuk 1 orang. Taehyung membuka payung dan langsung menarik Jungkook untuk berada di bawah payung.

"Tae, ini terlalu memaksa. Nanti kita sama-sama basah." Ujar Jungkook.

"Aku tak peduli, yang penting sampai halte dulu." Jungkook dan Taehyung berlari di bawah payung menuju halte. Begitu sampai halte, benar-benar tidak ada orang. Bus juga biasanya akan lama sampai jika hujan seperti ini.

"Tae, pasti lama." Keluh Jungkook

"Tidak apa-apa. Waktu 2 minggu kita bisa terbayarkan hanya dengan duduk di halte seperti ini, bagiku."

Keheningan menyelimuti mereka berdua hingga Taehyung membuka suara, "Tadi kau berpikir aku hendak melakukan apa?"

Jungkook yang pura-pura bodoh menyahut, "Memang kau melakukan apa?" Taehyung memutar bola matanya malas. Ternyata gadis ini pura-pura bodoh rupanya.

Segera saja Taehyung mendekat ke arah Jungkook. Ke wajah Jungkook lebih tepatnya. Ia menempelkan bibirnya dengan bibir Jungkook. Tanpa lumatan, tanpa nafsu, dan hanya dalam waktu kurang dari satu detik.

"Pasti kau berpikir kita melakukan ini, kan?" Ujar Taehyung sambil tersenyum miring.

"A-a-ani." Jungkook menggeleng cepat. Padahal tadi ia benar-benar berpikir Taehyung akan melakukan hal itu.

"Ehey, masih berbohong saja." Taehyung mendekatkan lagi wajahnya dan memberikan ciuman bertubi-tubi ke bibir Jungkook. Tentu hal itu membuat kupu-kupu di perut Jungkook berterbangan makin liar saja.

"Ya! Geumanhae. Bagaimana jika ada yang melihat?" Jungkook mendorong dada Taehyung, Taehyung langsung menoleh memperhatikan keadaan sekitar.

"Kau bisa lihat, tidak ada siapa-siapa. Lagipula, siapa yang akan keluar dan menembus hujan untuk menunggu bis selain kita?" Jungkook terdiam dan tidak bisa menjawab. Melihat kebungkaman Jungkook, Taehyung mendekatkan wajahnya ke Jungkook lagi. Taehyung mencium Jungkook lagi. Hanya saja sekarang Taehyung dengan pelan melumat bibir gadisnya itu, dengan pelan mengesap bibir atas lalu bawah. Taehyung mulai menarik tengkuk Jungkook untuk merasakan bibir gadisnya tersebut lebih dalam. Ia meminta izin untuk memasukkan lidahnya ke dalam mulut Jungkook dan Jungkook langsung membuka sedikit mulutnya. Dapat Taehyung rasakan kawat gigi Jungkook menyentuh lidahnya. Tentu, Jungkook melakukan hal yang 11:12 sama dengan yang Taehyung lakukan.

Sampai ketika…..

"Ya! Aduh, berciuman di halte. Tidak ada tempat yang lebih tertutup apa?!" Suara cempreng laki-laki mengusik pendengaran mereka. Jungkook langsung mendorong dada Taehyung dan memalingkan wajahnya. Wajahnya benar-benar merah sekarang ini karena malu ketahuan sedang berciuman, di tempat terbuka lagi.

"Apa masalahmu, Bro?" jawab Taehyung kepada laki-laki yang mengganggunya dengan Jungkook tadi.

"Jika kalian berciuman disini dan aku duduk sendiri aku akan terlihat sangat menyedihkan, kau tahu." Jungkook menoleh pelan. Ah, ternyata Jung Hoseok.

"Salahnya tidak punya pacar." Ucapan Taehyung langsung dibalas jitakan oleh Hoseok.

"Aku bukannya tidak punya, hanya belum ingin saja." Kata-kata Hoseok langsung dijawab decihan oleh Jungkook dan Taehyung.

Bis yang ditunggu Taehyung dan Jungkook datang. Mereka langsung naik ke dalam bis meninggalkan Jung Hoseok, si laki-laki yang katanya belum ingin pacaran.

Sampai di bis Taehyung langsung duduk di samping Jungkook yang memilih tempat duduk dibelakang sendiri dan dekat jendela. Ketika wajah Taehyung mendekat hendak mengatakan sesuatu, Jungkook langsung membungkan mulut Taehyung dengan tangannya,

"Geuman, Tae. Ini di bis. Mulutmu rasa kari, perlu kau ketahui." Taehyung menyeringai misterius. Jungkook mulai curiga apa yang akan dilakukan Taehyung.

"Coklat dariku masih tidak?" Jungkook mengangguk pelan, "Ya sini, aku minta satu potong. Biar mulutku tidak rasa kari bagimu. Biar kau juga bisa merasakan coklat dari mulutku."

Jungkook terhenyak dengan perkataan Taehyung. Ia heran, kenapa Taehyung mesum sekali hari ini.

.

.

END

.

a.n

Hai semuanya!

Terima kasih banyak Alli ucapkan untuk semua yang sudah membaca cerita ini dari awal hingga akhir. Sebenernya aku sendiri belum rela cerita ini kelar karena aku sendiri masih gemes sama ceritanya/? Tapi berhubung ini remake-an dan benar-benar aku buat apa adanya jadi beginilah adanya/?

Untuk anonimus yang ngomen terima kasih banyak aku akhirnya tau ketypoanku dimana sangat-sangat berterima kasih. Aku yang awalnya lagi tidur-tiduran langsung bangun benerin typo:"

Semoga kalian suka ff ini ya, terima kasih banyak! Sampai bertemu di karya Alli yang selanjutnya!

Regards,
Jiminized