Ramping
By
FyRraiy
Disclaimer:
Semua karakter tokoh, kata-kata, dan perilaku tokoh di dalam FF tidak bermaksud menjelek-jelekkan tokoh dari segi manapun! FF ini murni dari pemikiran otak saya. Jadi, jika ada kesamaan mungkin hanya sebuah kebetulan saja!
Warning:
Gaje, Aneh, Typo(s), gk nyambung,
Don't Like! Don't Read!
Don't be a Basher!
Happy Reading~
Ramping.
Satu kata yang sedari tadi berputar di kepala Kwon Soonyoung.
Senyumnya masih melekat membuat pipi bulatnya terangkat. Dua lengannya hanya diam saja sebenarnya, bertengger apik di pinggang si kecil kesayangannya,
Lee Jihoon yang tengah sibuk dengan bukunya. Besok itu Senin dan kabar buruknya besok juga hari pertama ujian tengah semester di sekolahnya. Kepala kecilnya harus bekerja keras dengan hapalan materi pelajaran.
Tapi, memang Soonyoungnya yang usil. Dirinya kukuh tidak mau lepas, menempel terus dengan Jihoon sedari sore. Berujung Jihoon mengalah untuk belajar di kasur bersama tambahan pelukan hangat.
Rindu jadi alasan. Padahal hanya dua hari Jihoon menyambangi rumah neneknya yang tengah sakit.
Dagu runcingnya menempel di bahu dan Jihoon yang tetap membiarkan. Sudah dua jam dan Soonyoung masih belum bosan dengan posisinya. Memangku Jihoon dan menghirup aroma kesukaanya yang menguar dari Jihoon.
"Diam, Soon."
Lee Jihoon kembali mengeluh tiap Soonyoung memberikan banyak kecupan di tengkuknya. Sikunya bergerak membuat Soonyoung mengaduh pura-pura.
"Tidak bosan apa, Ji?" Soonyoung menguap lebar setelahnya. Heran, Jihoon yang belajar Soonyoung yang ngantuk.
Masih tidak dapat tanggapan. Jihoon yang serius memang sadis untuk Soonyoung. Dua lengan yang masih memeluk dari belakang digerakkan. Mengelus pinggang hingga perut rata Jihoon sekaligus menyampaikan afeksinya.
Tubuh favoritnya Soonyoung direngkuh makin erat. Tanpa cela, punggung Jihoon menempel sempurna di dada bidang Soonyoung.
"Saranghe." Sebuah bisikan pelan sebelum kecupan mendarat di telinga Jihoon dan pertahanan duduknya kini berakhir dengan keduanya yang berbaring menyamping.
Tak butu waktu lama untuk Jihoon dibalik posisinya, berubah menghadap Soonyong. Usapan halus pada pipi yang muda menyambut bersama tatapan teduh, "Temani aku tidur dulu. Belajarnya nanti lagi."
Wajah mungilnya mengerut tidak suka, sudah siap melontarkan protes yang hanya berujung kegagalan karena Soonyoung sudah menggelitiki pinggang Jihoon gemas.
Pekikan kecil bersama tawa keluar memenuhi kamar milik Soonyoung. Air mata sudah lolos dari dua mata sipit Jihoon malah, tapi nampaknya Soonyoung enggan berhenti dan berpindah dari posisinya di atas Jihoon.
"Berhenti, Soon! Geli!"
Malahan makin gemas. Soonyoung maki maju, mengusak wajahnya di perut datar Jihoon menghasilkan pekikkan keras dari yang mungil.
Kausnya diangkat sampai perut mulus putih itu nampak. Kecupan kupu-kupu tidak bosan Soonyoung berikan, perut Jihoon yang memang satu dari seluruh kesukaan Soonyoung pada tubuh Jihoon.
"Akh! Soonyoungie!"
Seruan hasil lidah Soonyoung mulai tidak terkontrol. Memberikan sensasi geli di perut Jihoon saat benda lunak itu menyapu sisi perut kirinya.
Jihoon sudah menyerah dengan rasa geli. Rambut yang lebih tua jadi sasaran pelampiasan. Kepala Soonyoung ditahan dengan sedikit dorongan supaya mau menjauh dari perutnya meski percuma.
Klek
"Omo, omo, omo..."
Itu nyonya Kwon yang tiba.
.
.
End
.
.
Epilogue
"Atatataa! Eommaa!"
Suara Soonyoung menggelegar. Rasanya bisa membangunkan tidur tetangganya di blok komplek sebelah.
Telinganya di jewer tanpa ampun oleh Ibunya karena berani melakukan tindakan asusila yang berlebihan pada Jihoon. Entah akan diceramahi berapa jam Soonyoung yang digeret pergi dari kamarnya.
Oh, sepertinya mereka melupakan sosok mungil dengan wajah merah sempurna yang bersembunyi di balik selimut hangat milik Soonyung.