Chapter 8 (I Love you)

My Little Monster

.

.

.

.

Pair : NaruHina

Rate : T semi M

Author:Hyuga Nita-Chan

Genre : Romance

Disclaimer : Masashi Kishimoto

WARNING!: abal",gaje,typo bertebaran,banyak pengulangan kata,AU,OOC,bikin muntah Dan lain sebagainya, silahkan pencet tombol keluar sebelum terjebak dengan kisah ini.

.

.

.

Don't like huh!, Just close you'r eyes!

.

.

.

~Oo~My Little Monster~oO~

Naruto memandang jengkel kearah depannya. Dia memasang dasi asal lalu kembali menatap kearah depannya dengan wajah yang merengut.

'Kenapa Naruto? Kenapa? Kenapa kau membiarkan dia menginap diapartementmu?, dan sekarang lihat apa yang dilakukan Hinata? Dia lebih memilihnya dari pada aku. Kenaaaappaaaa?!' teriaknya dalam hati sambil menjabak surai blondnya frustasi sangat frustasi.

Ini semua berawal dari...

Flashback on

Hinata mengerenyitkan keningnya saat melihat sosok didepannya yang saat ini berdiri memunggunginya.

Orang itu berbalik dan tersenyum kearah Hinata. Lavender Hinata membulat sempurna saat melihat siapa orang itu.

"Surprise!"

Pria itu tersenyum dengan senangnya setelah datang tengah malam kerumah orang.

"Ke-kenapa bisa?". Tanya Hinata tidak percaya.

"Sekarang sudah malam,Bolehkah aku menginap disini?" Bukannya menjawab pria itu malah balik menanyakan.

Hinata melirik kearah Naruto untuk meminta persetujuan. Awalnya Naruto berencana untuk menolak,tapi karena diberitatapan memelas dari Hinata plus tatapan membunuh dari pria didepannya, akhirnya dia pun mengangguk setuju dan disambut senyuman manis plus senyuman penuh kemenangan.

"Keh, itu baru dan jangan lupa kamarku yang besar ok" 'heh kau pikir ini Hotel'.

"Yatta arigatou Naruto-kun."Ucap Hinata girang.

"Tunggu bagaimana kau tau aku tinggal disini?"Tanya Naruto heran, diakan tidak pernah memberikan alamatnya.

"Bukan hal yang sulit bagiku jika itu menyangkut pasien ku." Jawab pria itu santai.

"Ne, dari pada berdebat lebih baik kita Nonton filem horor bersama!, kau mau kan?" Tanya Hinata girang.

"Neji-nii" lanjutnya lagi memanggil nama pria itu.

"Baiklah!"

Flash back off

Dan begitulah ceritanya.

Sial! Siaal! Siaaaall! Dia benar-benar sial kali ini. Kenapa dia membolehkan Neji tinggal disini dan ini bukan kali pertamanya Neji membuat dia menekuk wajahnya kesal.

Tadi malam, mereka bertiga menonton filem horor bersama, awalnya Naruto duduk ditengah tapi dia terpaksa bertukar posisi dengan Neji dikarenakan Hantu yang tiba-tiba muncul di TV spontan membuat Hinata berteriak dan memeluk lengan Naruto erat, tentu saja Naruto tidak membuang kesempatan itu, dia langsung memeluk Hinata dan mengelus lembut rambut Hinata, tapi kesenangan itu tak berlangsung lama Neji yang melihat itu langsung berpindah ketengah membuat pelukan mereka terlepas, Hinata yang masih merasa takut segera memeluk Neji dan senyuman kemenangan pun nampak diwajah seramnya membuat Naruto cemberut dan menyumpahi Neji dalam hati.

Dan sekarang, disaat Naruto memasang dasi ala kadaarnya atau yang 'menurutnya' rapi padahal tidak sama sekali Hinata melihat dasi itu seperti dasi jadi-jadian. Dia pun membantu Naruto memasangnya yah mereka terlihat seperti pasangan suami-istri tapi lagi-lagi Neji datang mengacau dia menarik Hinata menjauh dari Naruto.

"Neji-nii apa yang kau lakukan, aku sedang memasangkan dasi Naruto-kun." "Kau pasang dasi ku saja, lagi pula dia bisa memasangnya sendiri.". Hinata pun beralih ke Neji membuat Naruto kesal melihatnya.

"Hey tidak bisa seperti itu, kenapa kau menyuruhnya memasangkan dasimu sedangkan aku saja belum selesai?" "Heh, memangnya kenapa? Dia 'ADIK'ku.". Dan lagi Neji menampakan senyum kemenanganya, Naruto hanya terdiam... Mukanya mulai cemberut, memang sih kalau soal hubungan dia bukan siapa-siapanya Hinata, saat ini hubungannya hanya sebatas Bos Besar dan kariawan kantor, tapi siapa yang tau Masa Depan? Bisa saja dia akan menjadi suami Hinata kan?, 'cih, tunggu saja Neji, lihat saja, who knows the future?'.

Drrtt...drrttt...drrttt

Handphone Neji berdering.

"Moshi..moshi"

"..."

"Ah baiklah aku akan segera kesana."

Tuuttt...tuuttt...tuutt

"Ada apa Neji-nii?"Tanya Hinata penasaran."Ada tabrakan kereta, banyak korban yang terluka parah, aku harus segera kesana." "Apa kau akan kembali kesini?" Tanya Hinata lagi."Sepertinya aku tidak akan kembali dalam waktu lama, jadi jaga dirimu baik-baik." Hinata mengangguk patuh."Dan kau Naruto, Awas kau berani macam-macam!" Lanjutnya lagi mengancam Naruto, Neji pun berlalu pergi, 1..2...3

'Yataaaaaa!, Neji pergi!' Innernya kegirangan.

.

Siang berganti malam...hari pun berganti. Tak terasa sudah sebulan lamanya mereka tinggal -hari mereka pun diisi dengan Canda dan tawa yang selalu akrab disertai rasa nyaman yang mereka rasakan, tak terasa cinta yang sudah dari awal tumbuh diantara mereka semakin besar, tapi sayang mereka tak menyadari hal itu.

"Naruto-kun!". Panggil Hinata tetapi hanya dibalas lirikan oleh Naruto lalu kembali sibuk dengan teleponnya.

"Naruto-kun, a-aku ingin pergi ke toilet sebentar saja!"Hinata menunggu jawaban dari Naruto, Namun NIHIL yang terdengar adalah Naruto yang sedang berbicara ditelpon mungkin tentang bisnis.

30 detik berlalu Naruto masih saja sibuk dengan telponnya. Sudah cukup! Hinata keburu kebelet jika menunggu Naruto selesai bicara.

Buru-buru gadis itu pergi dari ruangan CEO menuju toilet. Nah sekarang pertanyaannya kenapa Hinata bisa disana? Bukankah seharusnya dia dibagian administrasi? Yah awalnya juga Hinata berpikir seperti itu, ketika dia berangkat kerja dan ingin berbelok kearah ruangannya tiba-tiba Naruto menarik bajunya dan menyeretnya hingga ke dalam ruangan sang CEO.

Hinata bertanya. "Pak, kenapa anda menarik saya kesini?."Tanya nya formal mengingat ini adalah kantor. "Hi-na-ta jika kita berdua saja jangan menggunakan bahasa yang formal seperti itu." "Ha...sudalah, Naruto-kun kenapa kau membawaku kemari?" Ucapnya dengan nada lembut yang dipaksakan. "Ayolah Hinata, bukankah didalam perjanjian itu disebutkan bahwa ekhm..'Pihak kedua harus terus berada disamping pihak pertama selama 24 jam' apakah sudah jelas nona? " jelasnya sedikit mengubah suaranya.

"Bukannya maksudnya itu tinggal bersamakan?."

"Oh tentu tidak nona, maksud dari 24 jam itu adalah kau harus terus bersamaku, tinggal bersamaku,pergi bersamaku,pulang bersamaku dan duduk bersamaku walaupun saat berkerja." Hinata menganga mendengar ucapan Naruto.

"Ta-tapi aku kan kariawan administrasi disini?" "Ku harap kau tidak lupa tentang ini nona, 'Aku adalah CEO disini' tidak akan ada yang berani protes jika aku sudah memerintah!." Tegasnya penuh dengan penekanan. "Jadi sekarang aku memerintah kan Hyuga Hinata untuk berpindah ruangan dan berkerja di samping CEO tampan ini. Seharusnya kau bersyukur nona, tidak ada kariawan yang pernah berkerja disamping bos besarnya." So..Hinata hanya bisa menghela nafas akan prihal tersebut.

.

.

"Fiuuhh" Hinata keluar dari toilet dengan nafas lega.

HACIMM

BRUK

Hinata terkejut melihat seorang pria yang bersin. Dan setelah itu menabrak dinding dan terjatuh dengan kertas yang berserakan kemana-mana.

Tentu Hinata tidak akan diam melihat itu, jiwa malaikatnya pun muncul.

"Daijoubu?" Tanya Hinata khawatir. Pria itu mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang bertanya, matanya membulat seketika, 'Bidadari' mungkin itu yang ia pikirkan pertama kali saat melihat wanita itu.

"Da-daijoubu-desu." "Biar aku bantu." Hinata mulai memunguti satu persatu kertas putih yang entah berantah isinya apa, sedangkan pria itu menatap Hinata penuh kagum.

"Seharunya anda tidak perlu memaksakan diri jika sedang sakit." Ucap Hinata membuka pembicaraan. "Ti-tidak saya tidak sakit HACHIM"Pria itu menutup mulutnya lalu menunduk karena ketahuan berbohong, Hinata tersenyum kearah pria itu. "Lihat anda berbohong!" Hinata merapikan berkas-berkas yang sudah tekumpul ditangannya lalu memberi berkas itu kepada pria didepannya.

"Te-terimakasih nyonya." "Sama-sama, tapi sebaiknya hari ini kau harus pulang cepat,agar sakitmu tidak parah." Hinata kembali tersenyum. "Ba-baiklah." Pria itu menjawab dengan rona merah dipipinya.

Mereka pun terus mengobrol tanpa menyadari... Aura hitam yang entah darimana asalnya.

"Hinata!" Hiiiii... Bulu kuduk Hinata berdiri mendengar panggilan kematian (Maybe) untuknya. Dia berbalik dan mendapatkan Naruto dengan kobaran api menyelimuti tubuhnya, tuh kan pantas saja bulu kuduknya berdiri..

"Pa-pak." "Kau darimana saja, aku mencarimu kemana-mana?." Tanya Naruto dengan nada khawatir. "Aku habis da-"

HACHIM!

Naruto mendelik kearah pria didepannya, berani-beraninya dia mengganggu percakapannya dengan Hinata. Merasa diperhatikan pria itu menengok dan mendapati Naruto tengah menatapnya tajam, buru-buru ia menunduk ketakutan. Ada dua faktor yang membuat pria itu menunduk

1. Naruto adalah CEO/Bos Besar dikantor itu

2. Hah ini yang paling penting, Naruto terlihat sangat menyeramkan mungkin Hantu saja lari jika melihat wajah Naruto saat ini.

"Ah, tadi saya ketoilet." Ucap Hinata memcahkan keheningan, dan aura panas yang tercipta.

"Lalu, siapa dia?" Tanyanya penuh intimidasi.

"Ah, tadi dia terjatuh jadi saya membantunya."

Naruto maju selangkah mendekatkan diri ke pria itu, dia memajukan kepalanya dan menyipitkan matanya untuk melihat Name tag pria itu.

"Kiri Tsunaki" ucapnya membaca Namanya."Kembali lah berkerja!." Printahnya yang langsung dijawab 'Ha'I' dan ingin berlari tapi Naruto menahannya.

"Tunggu dulu! Apa kau ingin membuang sampah dikantorku?" Naruto melirik kelantai yang masih berserakan kertas putih.

"P-pak jangan terlalu keras, dia sedang sakit!" Naruto menatap Hinata yang kini menatapnya dengan puppy eyes. Kalau sudah begini mana mungkin Naruto membantah.

"Baiklah, setelah ini kau boleh pulang."

"Biarku bantu!" Teriak Hinata tapi tangannya ditarik oleh Naruto lalu dipeluknya pinggang ramping Hinata dan berbalik berjalan pergi meninggalkan pria itu sendirian.

"Na-naruto-kun apa yang kau lakukan Nanti dilihat orang, ka-kau kan bos disini." Katanya sambil berusaha melepaskan pelukan dipinggangnya,bukannya terlepas,pelukannya malah semakin erat.

"NONA! TUNGGU!". Mereka berdua berbalik.

Hinata berbalik dengan wajah polosnya, sedangkan...

Naruto #err susah untuk didekskripsikan tapi intinya 'SANGAT MENYERAMKAN'.

"Ano siapa Nama mu?" Oh tuhan, ada apa dengan pria ini dengan Lantangnya memancing singa jantan yang sudah menggeram siap menerkam, kalau begini namanya dia minta dibunuh.

Dengan polosnya Hinata tersenyum "Hyu-" Naruto menarik Hinata cepat dan memeluk pinggangnya semakin erat. "Naruto-kun kenapa. Kau menarikku, aku belum selesai berbicara! Tidak sopan tau!" Tidak ada respon dari Naruto, yang terlihat saat ini adalah nafas Naruto yang naik turun tidak karuan. Sepertinya akan ada orang yang diPHK.

"Kenapa kau bisa bersamanya?" Tanyanya dengan nada kutub utara.

"Kan aku sudah bilang tadi aku melihat dia terjatuh jadi aku membantunya! Apa lagi dia sedang sakit kan kasihan."

"Bagaimana jika kau tertular virusnya? Jangan pernah bertemu dengannya lagi!."

"Oh,ya ampun Kami-sama, kenapa kau melarangku mendekatinya?"Tanya Hinata mulai kesal."Itu karena kau bisa sakit jika dekat dengannya!."

"Huft, tenang saja aku ini kuat, tidak akan mudah tertular dengan hal kecil seperti itu!." Ucapnya yakin sekali.

.

"Hachim! Ah kepalaku sakit." Teriak Hinata.

"Ha kan, sudah kubilang, pria itu hanya bisa membuat mu sakit! Seharusnya kau jangan menolongnya."

"Mou Naruto-kun apa salahnya aku menolongnya, dan bukan maunya jika dia sakit."

"Cih,terus saja bela dia."

HACHIM

Hinata menggosok hidungnya."Sudalah dari pada berdebat lebih baik kita lanjut menonton TV."Ucap Hinata kembali fokus ke Tv yang berada di depannya.

Mereka terlihat menikmati, tidak yang terlihat menikmati hanya Naruto tidak dengan Hinata. Hinata terlihat terengah-engah, nafasnya mengeluarkan uap panas, kepalanya pun terasa sangat berat dan sakit, dia merasakan suhu tubuhnya yang semakin lama semakin panas, dengan sekuat tenaga dia menahan kesadaranya yang mulai mengabur. Dia terus memaksa matanya agar tidak tertutup, tapi sekeras apapun usahanya jika tenaganya sudah habis dia pasti akan terjatuh juga.

'Tidak..!jangan ping...saa..n'

PLUK

Naruto yang merasa ada sesuatu yang panas dan berat menyentuh bahunya segera menengok dan ternyata dugaanya benar Hinata terjatuh dengan suhu tubuh yang sangat panas.

"Hinata! Oi..Hinata ada apa oi." ucapnya sambil menepuk pelan pipi gembil Hinata yang terasa panas. Tapi tidak ada jawaban, yang terlihat saat ini adalah Hinata yang terlihat terengah-engah. Dia menempelkan punggung tangannya ke jidat Hinata dan Ouch!... Panas..panaass sekali, dia segera menggendong Hinata ala bridal style dan membawanya ke kamar Hinata, segera dia menaruh tubuh lemas Hinata diatas ranjang king size nya. Naruto beranjak pergi meninggalkan Hinata untuk mencari termometer dan memasukkannya kedalam mulut Hinata. Betapa terkejutnya dia mendapati angka termometer yang menujukkan 39 derajat celsius.

"Ya ampun Hinata, kenapa badanmu panas sekali?" Katanya dengan Nada yang terdengar lirih.

00:15

"Engh". Lenguh Hinata, membuat Naruto terbangun meskipun belum sepenuhnya sadar, ouch badannya terasa sakit ini pasti gara-gara posisi tidurnya yang tertidur sambil duduk dia menunggu Hinata sampai pada akhirnya dia tertidur. Pria itu merenggangkan badannya dengan mata yang masih tertutup.

"Na-ru-to-kun?" Matanya langsung terbuka menampilkan shapier yang tadi bersembunyi, segera shapier itu mencari manik lavender yang kini terlihat sayu.

"Hinata!, kau sudah bangun syukurlah."Naruto menghela nafas lega.

Naruto segera membantu Hinata duduk setelah melihat gadis itu kesulitan untuk bangun.

"Ah..iya, tadi aku membuatkanmu bubur akan ku panaskan dulu."Pria itu pergi kearah dapur dan memanaskan bubur yang ia buat. Jangan tanya bagaimana rasanya, memang dia tidak bisa memasak tapi soal bubur yah lumayan lah, dulu semasa kuliah tidak ada yang mengurusnya ketika sakit, jadilah dia mengurus diri sendiri.

CEKLEK

Pintu terbuka menampilkan Naruto yang membawa nampan yang diatasnya berisi semangkuk bubur, air hangat, dan termometer.

Dia menaruh air hangat terlebih dahulu diatas nakas, lalu duduk dikasur didepan Hinata.

"Baiklah! kita lihat apakah panas mu menurun." Pria itu memasukan termometer kedalam mulut Hinata. Belum cukup mengukur panas dengan termometer, dia menempelkan jidatnya dengan jidat Hinata untuk merasakan panas tubuhnya masih dengan memegang nampan yang berisi bubur ditangan kirinya.

"Ah, syukurlah panas mu sudah menurun. Yoshaa sekarang makan bubur mu!" Printahnya. Hinata mencoba meraih nampan yang berisi bubur itu tapi Naruto menarik jauh nampan itu.

"Eittss,aku menyuruhmu makan tapi...aku tidak akan membiarkanmu makan sendiri biar aku yang suapi". "Tapi aku bisa makan sendiri.". "Orang sakit dilarang bergerak."Ucapnya tegas."Ta-" Naruto menaruh telunjuknya dibibir Hinata. "Ssttt...tidak ada tapi-tapian!" Titahnya membuat Hinata hanya bisa terdiam.

Suapan demi suapan pun dilayangkan Naruto kedalam mulut Hinata sesekali diselingi oleh air hangat, Naruto terus memperhatikan cara gadis itu makan, menelan, meminum, semua itu ia perhatikan tanpa terlewat sedetikpun. Dia mengamati wajah mulus seputih susu Hinata, matanya terlihat sayu, rambutnya yang basah karena keringat, jujur insting laki-laki Naruto tidak akan tahan melihat ini, jika saja mengingat Hinata yang sakit, entah apa yang akan ia lakukan pada gadis itu.

Hinata saat ini benar-benar bisa menggoda iman para kaum Adam,Dia bersyukur hanya ia yang bisa melihat ini, jika saja ada pria lain (minus Neji) yang melihat ini dia pasti sudah meruncingkan kukunya dan mencolok kedua bola mata pria itu. Menyeramkan bukan?.

"Ok, ini suapan terakhir aaa~" ucapnya sambil menyodorkan sendok terakhir yang langsung di telan Hinata.

"Baiklah, tuan putri saatnya kembali beristirahat." Hinata menuruti Perintah Naruto. Naruto menaikan selimut Hinata hingga keleher jenjang Hinata.

Pria itu ingin pergi ke dapur untuk menaruh nampan yang berisi mangkuk dan gelas kotor, tapi gerakannya tertahan dikarenakan Hinata menarik kaos yang ia pakai.

"Jangan pergi!, jangan tiggalkan aku!, tetap lah disini!, Ku mohon." Ucapnya dengan nada memohon. Tidak mungkin Naruto mengabaikannya begitu saja, pria itu menaruh nampan itu diatas nakas. Dia berjalan memutar dan merebahkan dirinya disamping gadis itu. Pria itu menatap dan tersenyum hangat kearah gadis disampingnya. Dengan sekali tarikan gadis itu sudah bersandar didada bidangnya dia memeluk erat gadis itu dan membelai rambut indigo itu perlahan.

"Tenang saja, aku tidak akan pernah meninggalkan mu, tidak akan pernah terjadi!.". Ucapnya dengan mata terpejam menikmati kehangatan yang tercipta disana. Dia mencium kening sang gadis dengan hangat. Tak perlu menunggu lama, mereka pun terbuai kedalam alam mimpi.

3:28

"Hosh...Hosh..Hosh" Naruto terbangun ketika merasakan Hinata yang terlihat gelisah. Dia merasakan suhu tubuh gadis itu yang kembali memanas. Bahkan lebih panas dari sebelumnya.

Dia pun segera mengompres Hinata. Satu jam berlalu namun kondisi Hinata belum menujukkan perubahan meski berkali-kali dikompres.

'Apa yang harusku lakukan?, apa aku panggil dokter saja ya?' Naruto tampak berpikir. 'NEJI' itulah nama yang saat ini terlintas diotaknya. Dia segera mengambil handphone nya dan menelpon Neji, berharap dia masih terjaga dan mengangkat telponnya.

Tuuutt...tuuut...tuuut

Suara yang menandakan telponnya terhubung

PIP.

"Moshi..moshi, Neji apa kau bisa kemari secepatnya?" Tanya Naruto to the point

"Memangnya ada apa?" Terdengar suara disebrang sana.

"Hinata... Badannya sangat panas"

"Baiklah aku akan segera kesana!" Jawab Neji.

"Aku akan menyuruh orang untuk menjemputmu."

"Tidak,tidak perlu, itu akan memperlambat,aku akan datang kesana sendiri, baiklah aku akan tutup telponnya."

Tuut..tuut..tuut

Panggilan pun berakhir.

"Kaa-san...Kaa-san, aku ingin ke festival." Naruto melihat Hinata yang mengigau, 'kaa-san?'

Pikirnya sejenak.

.

.

.

"Dia hanya demam, dia perlu istirahat dan minum obat ini sebelum dan sesudah makan." Ucap Neji sambil memberikan beberapa obat yang harus diminum Hinata.

Wajah Naruto terlihat serius, dia ingin menanyakan sesuatu kepada Neji mengenai hal yang tadi disebutkan Hinata. "Neji, boleh aku menanyakan sesuatu?" Ucapnya dengan nada serius yang jarang sekali keluar ketika berada diluar kantor.

"Apa yang ingin kau tanyakan?" Balas Neji.

"Hinata, tadi dia mengigau memanggil 'kaa-san' dia juga menyebutkan ingin kefestival." Neji tampak terkejut sedetik kemudian dia menghela nafas. Dia tersenyum menatap adiknya yang kini terbaring lemah, diatas kasur.

"Hah, dia selalu mengajakku ke festival tapi aku tidak pernah sempat untuk menemaninya, setiap ada festival, pasti banyak kecelakaan terjadi membuatku tak pernah bisa menemaninya. Dulu sewaktu kecil, dia sering pergi kefestival bersama kaa-san, saat umurnya menginjak lima tahun Hinata dan kaa-san pergi ke festival tahun baru,tapi saat di festival, kaa-san melihat seorang bocah yang menangis ditengah jalan, bocah itu tak menyadari jika ada mobil melaju kencang kearahnya. Kaa-san berlari menyelamatkan bocah itu, pada akhirnya dia ditabrak mobil itu hingga tewas,kejadian itu terjadi tepat didepan mata Hinata kecil."

NGIINGG

Naruto merasakan kepalanya terasa sakit, tapi ini bukan sakit kepala biasa yang ia alami. Sekelebat bayangan samar seperti filem terasa muncul dikepalanya... Jalanan dan keramaian, itu lah yang dihasilkan dari bayangan tadi.

"Dia sangat trauma dan tidak pernah mau kefestival lagi.". Kembali Naruto memperhatikan Neji yang bercerita. Sakit kepalanya hilang,entah sakit itu hanya seperti angin yang lewat.

"Tapi saat umurnya 17 tahun dia mengajakku pergi kefestival, sayang aku tidak pernah mempunyai waktu luang untuk hal itu."

Drrttt...drttt...drrtt.

Neji melihat nama yang tertera dilayar ponselnya.

Dia mengisyaratkan kepada Naruto untuk keluar mengangkat telpon yang dibalas anggukan oleh Naruto.

"Ada apa?"

"..."

"Baiklah aku akan segera kesana!"

Neji kembali dan segera membereskan barang-barangnya dengan buru-buru.

"Sepertinya aku tidak bisa berlama-lama disini. Aku percayakan Hinata padamu dan Jangan berani macam-macam!" Ancamnya sebelum menghilang dibalik pintu kamar.

Tiba-tiba Neji berjalan mundur dan kembali berbicara dengan Naruto.

"Oh..yah bukan kah malam besok tahun baru?" Ucap Neji.

Naruto memiringkan kepalanya bingung,'tahun baru?, malam besok tahun baru yang berarti akan diadakan...' Shapier Naruto membulat.

"Neji-"

"Aku mengizinkan nya, buatlah dia senang dan jangan buat dia menangis."

"Tentu saja ttebayo!" Naruto menampakan cengiran lima jarinya sambil mengacungkan jempolnya. Neji yang melihat itu hanya membalas dengan tersenyum tenang lalu pergi meninggalkan kedua insan tersebut.

.

.

.

"Hiks..hiks..hiks"

TIIT..

"Naruto-kun kenapa kau mematikan TVnya, aku sedang menonton. Hiks..". Naruto tersenyum masam. "Kau ini, kemaren badanmu panas sekali sampai tidak sadar, sekarang kau malah menangis menonton filem, apa demam mu sudah turun?."

"Tenang saja aku sudah sembuh lihat!" Hinata menujukkan wajah polos anak kecil ketika tersenyum.

"Cih" Naruto berdecih sambil tersenyum. "Yah sepertinya kau terlihat baikan." "Bukan baikan tapi sudah sehat." Ucap Hinata mengoreksi.

"Baiklah, karena kau sudah sehat sebagai refreshing aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." Kata pria itu misterius. Mendengar itu pearl Hinata berbinar.

"Kemana!?" Serunya penasaran. "Ra-Ha-Sia!". Naruto menjentikan jari telunjuknya di jidat Hinata. Jawabannya yang misterius membuat Hinata cemberut dan melipat kedua tangannya didepan dada. Naruto tersenyum melihat itu.

"Baiklah...baiklah aku akan memberimu petunjuk. Makanan dan kembang api." Ucapnya berbisik ditelinga Hinata. Petunjuknya itu justru membuat Hinata tambah bingung.

"Ah, aku menyerah, aku tidak tau dimana itu." Hinata melirik kearah Naruto. "Karena aku sudah menyerah, maukah kau memberitahuku dimana kita akan pergi." Gadis itu memasang wajah memelas. Naruto menyipitkan matanya sedetik kemudian dia tersenyum mengangguk membuat Hinata melompat kegirangan."Tempat itu di..."Ayunnya sengaja, Hinata terus menunggu ucapan Naruto dengan wajah serius. "Kau akan tau nanti.". Hinata terdiam mematung, Naruto tertawa sambil pergi meninggalkan Hinata.

"NA-RU-TO-KUN" teriaknya sambil mengeja nama pria maskulin tersebut.

.

"Naruto-kun kita ada dimana, bagaimana aku bisa tau jika kau menutup mataku?." Ucapnya sambil meraba-raba udara dikarena kan pandangannya yang tertutupi oleh tangan tan Naruto.

"Tunggu sebentar, sedikit lagi kita sampai...dan sempurna." Naruto melepas perlahan tangannya dari mata Hinata membiarkan gadis itu melihat kedaan disekitarnya.

Gadis itu mengusap matanya yang sedikit kabur, dan betapa terkejutnya dia melihat tempat yang sudah lama tak pernah ia kunjungi lagi.

"Naruto-kun ini..ini festival." Dia memandang kesekitarnya dengan senyum bahagia membuat Naruto ikut tersenyum.

"Yah, inilah tempat kejutan itu." Gadis itu berbalik menatap Naruto, tapi tiba-tiba pandangannya berubah kesal saat melihat pria didepanya terlihat berbeda dari sebelumnya.

"Naruto-kun sejak kapan kau mengganti bajumu dengan hakama?." Naruto mengangkat bahu sambil menggelengkan kepalanya. "Mou, kau curang aku juga ingin memakai yukata, sudah lama aku tidak memakainya" Naruto tersenyum lalu mencubit pipi gembil Hinata gemas.

"Emm, kau ini, kau pikir aku tidak akan menyiapkan itu?, tidak mungkin, aku sudah menyiapkan semunya bahkan lebih lengkap dari yang bisa kau bayangkan. Mungkin sebentar lagi akan sampai." Hinata hanya memiringkan kepalanya bingung, tak lama datang sebuah bus yang berhenti tepat didepan mereka, lalu muncul kepala seorang laki-laki separuh perempuan atau lebih sepesifiknya lagi 'BANCI' di jendela.

Naruto tersenyum kecut."Kau terlambat!" "Oh, ayolah eke harus menunggu berjam-jam karena macet, syukur-syukur eke mau keseni karena you." Hinata memandang jijik manusia bergander aneh di dalam bus itu. Darimana Naruto bisa mendapatkan teman seperti itu? Pikir Hinata saat ini.

"Jadi siapa yang mau eke make up, you." Ucapnya menujuk Hinata. Naruto mengangguk sambil mendorong tubuh mungil Hinata. Hinata menggeleng ketakutan dan meminta bantuan kearah Naruto saat banci itu mulai turun dan menyuruh asisten-asistenya untuk menyeret Hinata kedalam. Naruto hanya mengangkat bahu tak peduli.

'TIDAAAKKKK' teriak Hinata dalam hati sebelum akhirnya ditelan masuk ke dalam bus. Pintu tertutup dan begitu juga dengan jendela-jendela yang ditutupi oleh korden-korden membuat Hinata terdiam tak berkutik, tapi bukan itu yang membuatnya diam, dia diam karena terpukau dengan isi didalam busnya. Dia mengira bus itu seperti bus lainnya yang didalamnya terdapat tempat duduk penumpang. Tapi bus ini beda, tidak ada kursi penumpang didalamnya terdapat berbagai baju yukata, dan macam-macam perhiasan rambut dan aksesoris lainnya yang terlihat mahal. Disana juga terdapat meja rias dengan berbagai macam make up. Wow Hinata benar-benar takjub melihat semua ini.

25 menit kemudian...

"Hei maho kenapa dia lama sekali, kau tidak memasang yang aneh-anehkan didalam bus itu?." Naruto memicingkan matanya. "Enak aja you nuduh-nuduh eke, nih yah eke kasih tau perempuan itu kalau soal make up memang lama, emang you nggak pernah yah ngajak perempuan jalan-jalan?"

Obrolan mereka terputus karena tiba-tiba pintu bus terbuka. Mereka menengok secara bersamaan. Hinata turun secara perlahan pakaiannya sudah berganti dengan yukatayang terlihat cantik dikenakannya.

Naruto terpaku melihat Hinata, mulutnya tanpa sadar terbuka lebar. Naruto merasa hanya ada dia dan Hinata saat ini tak dipedulikannya orang-orang yang berlalu lalang disekitarnya pandangannya lurus menatap Hinata.

Hinata berjalan mendekat kearah Naruto yang dari tadi terus memperhatikan dirinya tanpa berkedip sedikitpun, dia merasa khawatir dengan Naruto,mungkin saja dia kerusakan salah satu saraf diwajahnya yang membuatnya terus menatap dirinya tanpa berkedip. "Naruto-kun daijoubu?"

"Daijoubu?" Naruto mendengar dua suara yang berbeda.

NGING

"Akhh!" Teriaknya kesakitan. "Na-naruto-kun?."

Kembali kepalanya terasa sakit, bukan sakit kepala biasanya yang membuat dia berubah menjadi Menma. Sakit kepala ini beda, sakit ini mirip saat Neji menceritakan tentang ibunya yang meninggal karena kecelakaan. Sekelebat bayangan seperti filem muncul lagi tapi kali ini dia melihat seorang wanita yang wajahnya tidak terlalu jelas dilihatnya, dia melihat wanita itu tengah berbicara kepadanya dengan tubuh yang bersimbah darah, "daijoubu?". Ucap wanita itu sambil mengusap air mata Naruto. "Daijoubu, Naruto-kun?, Naruto-kun!" Teriakan itu membuat Naruto tersadar kembali. Bayangan wanita itu silih berganti dengan wajah Hinata,entahlah Naruto merasa ada kemiripan disana.

"Naruto-kun daijoubu?".

"Daijoubu!." Ucapnya sambil tersenyum dan menyeka keringat yang berada di keningnya.

"Hontouni?" Tanya Hinata masih merasa khawatir. "Iyaaa Hime... Aku baik-baik saja!" Ucap pria itu meyakinkan.

"Ekhem, apa dramanya sudah selesai?, eke masih banyak jadwal nih!." Ah yah bagaimana mereka bisa lupa kalau masih ada banci itu disini.

"Baiklah kau boleh pergi, terima kasih mau membantuku." Naruto menampakan cengiran lima jarinya.

"Yah, terima kasih telah merubah penampilanku."Hinata tersenyum manis. Banci itu tersenyum lalu pergi dengan bus yang ia bawa tadi, Naruto dan Hinata pun melambaikan tanganya sebagai bentuk perpisahan.

Setelah bus itu menjauh Naruto menurunkan tangannya dan menggenggam tangan mungil Hinata.

"Karena bus itu sudah pergi, Yoshh mari bersenang-senang!."

.

.

"Hahaha, Naruto-kun tadi itu benar-benar menyenangkan!" Hinata tertawa lepas sambil memandang keramaian dibawahnya.

"Yah sangat menyenangkan."

Hari ini mereka benar-benar merasa senang. Mereka banyak bermain sehingga memenangkan banyak hadiah, mereka juga sudah mencoba hampir semua makanan termasuk permen apel, dan permen kapas, gadis itu merasa sangat bahagia meskipun tadi ada sedikit kendala yang membuat dia agak kesal dengan dirinya dan pria disampinya saat ini, Dia mengetahui satu fakta penting yang membuatnya kepikiran sampai sekarang.

Tadi Saat mereka sudah merasa lelah mereka ingin mencari tempat strategis untuk istirahat sekaligus melihat kembang api. Tapi sayang semua tempat dipenuhi orang-orang membuat mereka berkeliling lagi.

Dalam perjalanan Hinata dibuat sebal dengan tatapan kagum para wanita dengan pria disampingnya, meskipun pria itu terkesan dingin dan menatap dengan tajam tapi itu semua tidak mampu menyingkirkan fans dadakannya.

Entahlah Hinata merasa kesal saat para wanita itu menatap Naruto dengan menggoda, sebenarnya didalam hati ia bertanya, dia tidak punya hak untuk merasa kesal pada Naruto kenapa rasanya ia kesal saat ini? Apa ini yang namanya cemburu?.

Rasa kesal Hinata semakin menjadi saat seorang wanita menjatuhkan dirinya dengan sengaja dihadapan Naruto, dan Naruto yang refleks langsung memegang tangan wanita itu agar tidak terjatuh, 'tunggu bukankah Naruto-kun pernah bilang jika dia menyentuh wanita dia akan berubah?' Pikir Hinata saat melihat wajah pucat Naruto.

"Naruto-kun?" Tanya Hinata. Pria itu menatap gadis disampingnya dengan pandangan bertanya manik blue shapiernya melirik kearah gengaman tangannya ke Hinata dan beralih ke genggaman tangan fans wanitanya, tak lama ekspresinya menujukkan bahwa dia mendapatkan jawaban atas semua kebingungannya.

"Apa kau tidak apa-apa?"Tanya Naruto kepada wanita itu.

"Aku baik-baik saja. Terima kasih" ucap gadis itu tersipu malu, Hinata memutar bola mata bosan. Dia menarik tangan Naruto untuk menjauh.

"Hinata! Ada apa? Kenapa kau menarikku?". Tanyanya bingung.

"..." Diam. itulah jawaban Hinata.

"Kau tau aku menemukan satu fakta penting lagi." Hinata berhenti berjalan dan menatap Naruto penasaran. Naruto tersenyum mendapati ekspresi wajah Hinata."Kau bisa membuatku tidak berubah hanya dengan memegang tanganmu."

"Benarkah?" Tanya Hinata. "Tentu saja, kau tidak lihat tadi aku memegang tangan gadis itu tapi aku tidak berubah dan saat itu aku memegang tanganmu." 'Syukurlah dia tidak berubah,jika dia berubah aku harus menciumnya lagi.' Pikir Hinata dengan wajah memerah.

"Ah, kau bukan hanya bisa membuatku kembali dengan menyentuhku, tapi kau juga bisa membuatku tidak berubah, kau hebat Hinata." 'Tu-tunggu bukankah dia bilang hanya menyentuh?' "Me-menyentuh?" Tanya Hinata. "Iya, kau bisa merubahku hanya dengan menyentuhku.". Hinata terdiam. 'Bukan dengan sebuah ciuman?' Tanyanya dalam hati.

Dan dari situlah dia tau sebuah fakta yang sangat penting.

Kini mereka tengah berada di atap suatu gedung, disana tidak ada orang sama sekali, tempat yang sangat strategis untuk melihat kembang api dan istirahat. Hinata memandang keramaian orang dibawahnya, lalu pandangannya beralih pada langit malam yang dihiasi beribu-ribu bintang.

Wajahnya terlihat sangat bahagia terlihat dari tatapan matanya yang berbinar seolah ada bintang disana.

Berbeda dengan Hinata yang menatap langit malam, Naruto pria itu lebih memilih menatap wajah cantik gadis disampingnya. Dia memperhatikan pahatan indah tuhan yang menciptakan gadis itu. Dia sempat kesal tadi karena banyak pria yang menatap Hinata dengan pandangan menggoda, dari situlah dia terus menerus memasang ekspresi dingin, dan tatapan tajam.

"Naruto-kun Hitungan mundur sudah dimulai" ucap gadis itu menoleh sebentar lalu kembali menatap langit yang sebentar lagi akan meluncurkan kembang api tanda pergantian hari dan tahun.

10..

9..

8..

"Hinata" gadis itu menoleh dengan memamerkan senyuman termanisnya,dia sangat bahagia sekarang. "Ada apa Naruto-kun?".

7..

6..

5..

"Aku..". Ucap pria itu gantung.

4..

3..

2..

"Mencintaimu."

1..

JDUAR

Kembang api ditembakan tepat saat pernyataan itu selesai, haripun berganti, begitupun tahun. Langit malam yang ditaburi bintang dan kembang api menjadi saksi bisu pernyataan itu. Langit indah itu menambah kesan romantis diantara mereka.

Hinata menutup mulutnya yang membulat tak percaya.

"Na-naruto-kun"

"Aku"

.

.

.

.

TBC

Minna huee sorry telat up, aq bru nyadar klu aq sdh ngabain nih fic sampai lumutan. Semoga chap ini ngga ngecewa in yahh :'(.

Ada yg sdh nonton Naruto shippuden episod 482 nggak? Wah disitu ada moment Naru yang ngelindungi Hina loh kyaa Naru mah Top dah!.

Balas reaview!

Sella Ameilia

Jawabannya ada dichap atas, tpi yang datang ngeselin yah orngnya.

keyko keinarra minami

Apa yah hubunganya, bakal terjawab kok :). Iya Hina berani bngt cium Naru. Serius? Makasih yah bilangin fic aq feel nya terasa, bagaimana feel chapter ini?.

LuluK-chan473

Ini udah lanjut...

ana

Serius?. Nggak papa sudah baca ceritaku aja aku udah terima kasih banyak kok :D.

Thank You for taking you'r time to read this story! Jaa mata mina!