Prolog

365

Cast:

Lu Han, Se Hun

Baekhyun, Kyungsoo

EXO Members

Romance, a little bit Humor and Drama

This is Genderswitch.

.

.

"Satu anak lagi ya?"

Tangan laki-laki itu memeluk pinggang Yuri agar lebih dekat dengannya. Ia membisikkan lagi penawarannya kepada wanita yang telah memberikannya seorang putra yang sedang duduk manis di tengah ruangan bersama mainannya. Sesekali ia memberikan ciuman di pipi Yuri seraya memanggil putra tunggal mereka dan tersenyum padanya.

"Satu saja aku sudah kewalahan. Apalagi dua." Yuri membalas pelukan Hyunjeong di pinggangnya. Ia memang menyukai anak kecil, namun profesi sebagai model juga menuntutnya untuk memiliki tubuh yang selalu proposional. Tidak banyak agensi yang mau menerima alasan kehamilan dan kelahiran ketika para modelnya harus izin memperbaiki tubuh mereka seperti sedia kala.

Dunia terus berputar begitu juga dengan waktu. Kesempatan datang sekali dan akan hilang jika tidak segera diambil, setidaknya itulah yang menjadi pemikiran Yuri. Kalau ia mengambil kesempatan untuk hamil lagi, setidaknya butuh satu tahun agar bentuk tubuhnya bisa kembali sempurna. Namun dalam kurun waktu satu tahun, pasti akan banyak model-model lain yang mengambil posisinya. Begitu ia angkat kaki, kursinya akan hilang.

"Tapi, Dongwoon akan kesepian. Jadi ayo kita berikan dia adik untuk teman bermain." Rayu Hyunjeong lagi. Berbeda dengan Yuri, Hyunjeong sangat ingin agar punya setidaknya satu jagoan lagi atau kalau bisa satu putri cantik untuk melengkapi keluarganya. Meski berprofesi sebagai model juga, menikah dan punya anak tidak mempengaruhi popularitasnya. Itulah pria, semakin matang maka akan semakin menggairahkan.

Yuri membalik badannya memeluk laki-laki yang sudah menjadi suaminya selama empat tahun belakangan ini. Pria berwajah dingin namun berhati lembut itu telah memberikannya kebahagiaan dan kasih sayang. Setidaknya dengan adanya Dongwoon putra mereka menjadi bukti betapa Yuri mencintai pria itu. Ia akan memberikan apapun untuk pria itu, apapun asalkan bukan keturunan.

"Aku mau dirimu hari ini Jeongie, tapi jangan membawa hasil apapun. Ok?"

"Satu lagi saja."

"Tidak sayang. Tidak membawa hasil apapun atau tidak melakukan sama sekali?"

Hyunjeong itu pria normal yang selalu tergoda dengan wanita seperti Yuri dengan atau tanpa pakaian. Jadi tinggal satu rumah, tidur bersama bahkan terkadang saling menggosok di bathub tapi tidak memakan wanita itu sama saja dengan mengkebiri diri sendiri.

"OK. Kau menang. Jalang diluar sana tidak ada yang bisa memuaskanku sebaik istriku."

Yuri tersenyum penuh kemenangan, "Aku akan menidurkan Dongwoon dulu ok." Ia kemudian memberikan ciuman singkat pada Hyunjeong.

Kehidupan model di belahan dunia manapun tidak ada yang bersih dari saling menikmati satu sama lain. Yuri dan Hyungjeong mengakui hal itu sebelum pada akhirnya mereka memutuskan untuk saling mencintai dan berkomitmen hidup bersama. Maka saat wanita itu tahu jika dua garis pada alat tes kehamilan itu muncul, ia percaya pria brengsek mana yang harus bertanggung jawab.

Siapa lagi kalau bukan suaminya yang sedang asik tertawa bersama Dongwoon, anak mereka.

Yuri memandang pantulan tubuhnya pada cermin kamar mandi mereka. Ia masih terlihat cantik, sangat cantik malah. Perlahan ia menyentuh wajahnya, leher dan berakhir pada perutnya yang masih rata. Di dalam sana terdapat satu nyawa lagi yang tengah Tuhan titipkan padanya. Entah ia harus bahagia atau sedih mendapati kenyataan itu. Disatu sisi egoisnya ia ingin melenyapkan nyawa itu namun sisi keibuannya mengatakan untuk memberikan kesempata agar nyawa itu bisa menikmati dunia.

Setidaknya, anak ini hasil percampuran dua model kelas dunia. Ia pasti akan menawan nantinya.

Tidak!

Ia akan kehabisan waktu untuk mengembalikan tubuhnya jika ia harus melahirkan lagi. Sudah ada Dongwoon, itu lebih dari cukup.

Wanita itu melihat ke arah sudut ruangan dimana terdapat rak tempat ia menaruh perlengkapan mandinya dan Hyungjeong. Pandangannya terarah pada sebotol cair sabun mandi. Kalau ia menumpahkan sabun cair ini ke lantai dan berjalan diatasnya besar kemungkinan ia akan terpeleset dan berita baiknya ia bisa kehilangan janinnya. Ia tidak akan disalahkan atas kematian cabang bayi tersebut, setidaknya Hyungjeong tahu bahwa ia tidak sengaja dan kurang hati-hati di kamar mandi sehingga terpeleset dan kehilangan calon anak mereka. Terpeleset tidak akan membuatnya cacat juga apalagi sampai lumpuh. Paling tidak hanya luka sedikit.

Yuri tersenyum memikirkan rencananya yang sudah tersusun dengan baik, maka ia berjalan mendekati sudut ruangan tersebut. Tangan kanannya terulur mengambil botol sabun cair tersebut.

Sekali lagi Yuri meyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apapun selain kehilangan janin jika ia menjalankan rencananya. Seisi dunia yang menyaksikan beritanya nanti juga akan simpati padanya, yang harus ia lakukan hanya berakting seolah-olah ia sangat berduka atas hilangnya si calon bayi.

Wanita itu berjalan ke tengah kamar mandi dengan sebotol sabun cair yang siap ia tumpahkan. Hanya dua atau paling tidak tiga tetes yang banyak cukup membuatnya terpeleset dan pendarahan.

Tes.

Yuri menekan tutup botol sabun tersebut hingga mengeluarkan satu tetes cairan kental sabun mandi beraoma teh hijau tersebut. Tinggal dua tetes lagi, berjalan, jatuh, pendarahan.

Misi berhasil.

Tes.

Yuri menekan untuk yang kedua kalinya lebih lama dari yang pertama sehingga menghasilkan cairan yang lebih banyak lagi. Kamar mandi itu semakin mengeluarkan aroma teh hijau yang menyengat namun menyenangkan bagi Yuri.

Aroma teh hijau.

Aroma kesukaan Hyungjeong. Aroma yang ia pilihkan ketika pertama kali mereka berkencan. Ia mengatakan jika ia begitu menyukai greentea dalam bentuk olahan makanan, minuman bahkan parfum sekalipun. Itu sebabnya ia membelikan pria itu sabun beraroma teh hijau tersebut agar membuat Hyungjeong selalu mengingat Yuri setiap saat.

Yuri tidak tahu jika ia adalah wanita yang emosional. Air mata itu tahu-tahu sudah mengalir begitu saja ketika aroma teh hijau itu memasuki rongga hidungnya. Di matanya tidak lagi sebotol sabun cair namun pancaran kekecewaan dari Hyungjeong ketika pria itu mengetahui jika calon jagoannya telah tiadanya nantinya. Bagaimana raut penyesalan Hyungjeong karena tahu ia tidak bisa menjaga Yuri dengan baik sehingga membuat wanita itu jatuh dikamar mandi.

Wajah Hyungjeong kemudian berganti menjadi wajah Dongwoon. Putranya yang sangat mirip dengannya. Mata, hidung, bahkan mulutnya mirip sekali dengan dirinya. Yuri versi laki-laki. Ia membayangkan bagaimana perasaan putranya kelak jika tahu ia telah kehilangan calon adiknya. Meski Dongwoon masih kecil namun ia tahu perasaan bahagia terlihat dari wajah jagoannya itu ketika Hyungjeong mengatakan jika ia akan memberikan Dongwoon seorang adik. Sejak saat itu Dongwoon terus memeluk perut Yuri dan mengatakan harapannya agar adik kecil itu cepat hadir dan menemaninya bermain.

Jadi, jika semua prianya mengharapkan kehadiran si kecil mengapa ia tidak?

Kesempatan tidak akan dua kali, saat wanita lain berjuang untuk hamil mengapa ia yang sudah dengan mudah dikaruniai malah berniat menghancurkannya? Bagaimana jika nanti setelah ia keguguran malah berefek buruk pada rahimnya kelak?

Apa ia sudah siap kehilangan keistimewaan tersebut?

Yuri jatuh terduduk sambil memeluk perutnya. Hati kecilnya seakan berteriak untuk meminta belas kasihnya terhadap si kecil. Ia memeluk perutnya erat dan membayangkan bagaimana takutnya si kecil itu ketika tahu si ibu akan menghilangkannya beberapa saat lalu. Ia membayangkan bagaimana si kecil menangis memohon ampunnya jika memang kehadirannya tidak diharapkan tapi setidaknya biarkan ia hidup.

"Maafkan aku, hiks.. maafkan aku..hikss.. Ibu tidak akan membiarkan siapapun menghancurkanmu, tidak akan.. Maafkan aku.. HyungJeong! Hyungjeong! Hikss..hikss.."

Pintu Kamar mandi terbuka keras menampilkan Hyungjeong yang terengah-engah disana. Dibelakanganya ada Dongwoon yang mengikuti ayahnya yang langsung berlari ketika mendengar teriakan dari sang ibu.

"Yuri! Astaga ada apa denganmu?" Hyungjeong berjalan dengan hati-hati mendekati Yuri setelah menyuruh putranya untuk tetap diam di dekat pintu.

Yuri tidak langsung menjawab pertanyaan suaminya dan langsung memeluk pria itu.

"Aku hikss..Aku nyaris membunuh anak kita hiks..hiks.. Aku ibu yang buruk Hyungjeong hiks..hiks.."

Hyungjeong yang tidak mengerti dengan ucapan Yuri hanya memeluk wanitanya sambil berusaha menenangkan istrinya tersebut. Ia menyingkirkan botol sabun yang ada di tangan kanan Yuri dan membawa Yuri ke dalam pangkuannya.

"Tenangkan dirimu sayangku. Setelah itu baru katakan padaku ok." Hyungjeong menghapus jejak air mata dari wajah Yuri dan mengusap keringat yang membasahi dahi istrinya. Ia memberikan ciuman halus di dahi Yuri untuk menenangkan wanita itu.

"Aku hamil Hyungjeong. Aku hamil. Sesaat tadi.. hikss," Yuri memejamkan matanya tak kuat membayangkan apa yang baru saja akan ia lakukan. "Sesaat tadi, aku hampir membunuhnya Hyungjeong hiks..." Tangis Yuri terdengar lagi setelah ia mengatakan pada Hyungjeong apa yang baru saja terjadi padanya.

Hyungjeong tidak menyangka dengan apa yang baru saja ia dengar. Wanita yang sangat menyukai anak kecil seperti istrinya tersebut malah nyaris menghilangkan nyawa anak mereka sendiri. Begitu tidak inginkah Yuri untuk memiliki anak lagi?

"Hyungjeong, maafkan aku. Maafkan aku. Aku ibu yang buruk." Yuri meremas kaos Hyungjeong tepat dibagian dada pria itu membuat pria itu membawa Yuri ke dalam pelukannya. Ia mengusap punggung wanitanya dan menenagkannya.

"Kau yang terbaik sayang. Maafkan aku memaksamu untuk mempunyai anak lagi. Maafkan aku." Hyungjeong merasakan Yuri menggeleng, "Tidak, aku ibu yang buruk Hyungjeong." Ucapan wanita itu membuat Hyungjeong memeluk Yuri erat lagi.

"Eomma, apa kau baik-baik saja?" Baik Yuri ataupun Hyungjeong tidak menyadari kehadiran Dongwoon yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar mandi dan menghampiri mereka. Yuri melepas pelukan Hyungjeong padanya dan langsung mengambil Dongwoon. Ia menciumi anak itu dan mengatakan ia baik-baik saja.

"Kau akan punya adik sayangku."

Setidaknya, Yuri ingin Dongwoon tidak tahu jika ia sempat ingin membunuh adiknya.

Enam tahun setelah kejadian itu, pasangan model dunia itu kini hidup dengan dua jagoan mereka. Dongwoon dan adiknya Sehun. Jika Dongwoon benar-benar Yuri maka Sehun benar-benar Hyungjeong. Bahkan kulit anak itu juga benar-benar seperti Hyungjeong.

Dari luar kehidupan mereka memang terlihat sempurna. Kedua putra mereka tumbuh dengan baik dan menjadi kebanggaan dimana pun. Dongwoon dengan bakat olahraganya dan Sehun dengan bakat seninya. Sayangnya kesempurnaan harus lenyap saat Yuri tahu ada yang salah dengan putra keduanya.

Dari awal sejak Sehun berumur satu tahun ia sudah merasa heran dengan anak itu. Sehun akan tetap tenang bahkan jika Dongwoon menangis sekeras mungkin di dekatnya. Anak itu hanya tetap tertawa dan bermain dengan mainannya. Ia sempat membawa Sehun ke dokter karena khawatir dengan pendengaran Sehun. Dengan perawatan intensif selama dua tahun, pendengaran Sehun berangsur-angsur membaik namun Yuri lupa dengan efek sampingnya.

Selama dua tahun Sehun belajar berbicara dengan bahasa isyarat membuatnya sulit berbicara. Sehun lebih sering menggunakan gambar atau tulisan bahkan isyarat tangannya untuk berbicara dengan Yuri, Hyungjeong atau Dongwoon. Dan kebiasaan itu membuat Sehun jarang menggunakan mulutnya untuk berbicara bahkan mengeluarkan suara.

Saat Sehun berumur tiga tahun Yuri dan Hyungjeong membawa Sehun ke dokter lagi untuk mengatasi kebiasaan putranya. Sehun harus dilatih berbicara dengan mulutnya secara perlahan agar anak itu berani mengeluarkan suaranya. Sehun tidak bisu hanya ia tidak terbiasa menggunakan mulutnya untuk berbicara.

Dan sampai Sehun masuk usianya yang ke lima tahun, anaknya sama sekali belum mau mengeluarkan suaranya kecuali ketika memanggil eomma, appa dan Dongwoon hyung. Selain itu, ia sama sekali tidak mengeluarkan kata-kata apapun lagi.

Hyungjeong dan Yuri menarik kesimpulan untuk mengajak Sehun lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan luar sehingga ia bisa lebih banyak berlatih berbicara. Maka sore itu Yuri membawa Sehun dan Dongwoon untuk bermain di taman sekitar tempat tinggal mereka. Namun yang di dapat Yuri adalah si bungsu yang duduk di dalam kotak pasir dengan sebuah sekop mainan sambil menangis.

"Ada apa sayang?" tanya Yuri sambil mengendong si bungsu membawanya keluar dari kotak pasir. Yuri hanya merasakan Sehun memeluknya dan menengelamkan kepalanya di ceruk leher ibunya itu. Yuri mengelus punggung Sehun untuk menenangkan si bungsu sambil mengajaknya berbicara sebelum ia melihat si sulung yang tengah beradu fisik dengan seorang anak laki-laki.

"Dongwoon!"

"Eomma! Anak itu mengatakan Sehunie bisu!" Dongwoon menunjuk anak laki-laki yang terjatuh di hadapannya setelah mendapat sebuah pukulan darinya.

"Hei! Anak itu memang bisu!"

"Adikmu memang bisu!" tambah anak lainnya sambil menunjuk Sehun yang ada di dalam gendongan Yuri.

"Adikku tidak bisu! Hentikan ucapanmu!" Dongwoon nyari melayangkan satu pukulan lagi jika saja Yuri tidak menahan tangan putra sulungnya. Ia kemudian menarik Dongwoon lalu membawa kedua jagoannya pulang setelah meminta maaf pada ibu dari si korban pemukulan Dongwoon.

"Eomma! Dia membuat Sehun menangis eomma! Aku akan memukulnya lagi!" Teriak Dongwoon begitu mereka sampai di rumah. Yuri duduk di hadapan si sulung dengan si bungsu yang masih menyembunyikan wajahnya dalam pelukan sang ibu. Yuri nyaris akan memarahi Dongwoon jika saja telinganya tidak menangkap sesuatu dari bibir si bungsu.

"Eomma, araghae." (eomma, saranghae)

Yuri tahu, setelah kejadian itu maka semua orang akan memandang lain pada putra keduanya, Sehun.

"Amau Oh Seheoun." (Namaku Oh Sehun)

.

.

Hore! And this is the official prolog hahaha~ Akhirnya setelah membuat banyak jenis prolog, sempet kesal juga karena gangguan wifi dirumah, part inilah yang aku pilih sebagai prolog dari cerita kali ini hehe~

Prolognya panjang sekali TT)/

Aku pernah baca sebuah novel yang mempunyai prolog hampir 12 halaman, menggambar asal dari tokoh utama prianya. Itu sebabnya aku pakai cara penulisnya itu untuk menuliskan prolog dicerita kali ini hehe.

Ide cerita itu muncul ketika aku memperhatikan foto sehun dibeberapa konser EXOPlanet #2 kemarin, dia sempurna yak hahaha, terus kepikiran gimana kalau Sehun itu misalnya tuli atau bisu apa semua masih suka sama dia (dalam konteks dia orang biasa gitu).

Buat yang berpikir ini bakalan sedih mengiris-ngiris tenang saja aku akan membawa cerita ini menjadi cerita yang ringan dengan konflik yang sederhana. Orang yang punya kekurangan bukan berarti harus hidup dengan kisah yang menyedihkan bukan? Hehe.

Bantuan kalian dalam memperbaiki tulisanku sangat berguna yeaah! Jadi, jangan sungkan untuk memberikan komentar kalian atau pendapat kalian semuanya ya^^

Selamat membaca~