Seorang gadis dengan helaian indigo sepunggung terhenyak. Tangannya terangkat, menampakkan telapak tangan yang dipenuhi cairan kental pekat. Wangi anyir menguar, menusuk rongga hidung. Bola mata senada mutiara memantulkan sirat ketakutan. Kemudian, jeritan merobek dini hari di kota tersebut.

Naruto © Masashi Kishimoto

(I don't take any profit by publishing this fict)

AU/BLOODY!

SasuHina

Blood M

Dunia ini terkadang bersinggungan dengan hal di luar realita. Fiksi dan fakta menjadi buram, entah mana yang termasuk di antaranya. Seperti halnya kejadian di Tokyo. Entah sejak kapan, manusia menjadi haus darah. Mereka akan menyerang siapa pun demi mendapatkan darah. Histeria pecah, menangkup suasana mencekam.

Tunggu.

Bukan.

Bukan seperti itu. Fakta di kota ini tidak semengerikan itu. Ya, memang benar ada kejadian yang tidak biasa di sini. Entah sedari kapan semuanya dimulai, tapi perempuan yang sedang haid akan berubah menjadi vampire seketika. Mereka akan kehausan, menolak makanan dan minuman biasa yang disodorkan. Makanan berserakan, berjatuhan ke lantai. Mereka akan memburu darah. Namun, alih-alih mengerikan, kejadian tersebut justru menjadi hal biasa bagi penduduk setempat. Beberapa lelaki justru berharap ada gadis yang tengah haid di dekat mereka. Siapa yang tidak senang darahnya dihisap? Terlebih, jika lelaki tersebut memang seorang lelaki bujangan yang belum laku dan terancam tidak akan pernah laku? Mereka berharap gadis yang menghisap mereka adalah gadis jelita. Harapan konyol.


Sasuke menautkan alis ketika Hinata tiba di sekolah dengan wajah pasi. Gadis itu memegangi kepalanya sendiri, membuat pemuda raven cemas.

"Sasuke-kun, jangan dekati aku. Aku sedang haid." Hinata memperingatkan.

Uchiha muda lantas mengarahkan kelereng oniksnya ke tempat tidak seharusnya. Segitiga Bermuda milik Hinata. Wajah Hinata tak lama kembali menjadi objek yang dipandangnya. Sasuke tentu saja rela memberikan darahnya untuk Hinata. Namun, permasalahannya, Sasuke saja kurang darah. Pemuda itu kerapkali menghabiskan waktu di ruang kesehatan karena sering merasakan pusing dan bahkan jatuh pingsan. Di saat seperti inilah Sasuke menyesali keadaannya.

Mereka berdua adalah teman sejak kecil. Keduanya selalu masuk ke sekolah yang sama. Itulah alasan mereka cukup dekat meski keduanya sama-sama pendiam dan terlalu mirip. Selain itu, ini rahasia, mereka telah berpacaran cukup lama. Mereka hanya tidak ingin memunculkan gosip sehingga memilih untuk menjaga hubungan mereka sebagai privasi.

Namun, hubungan rahasia itu pula yang terkadang menjadi simalakama bagi keduanya, khususnya Sasuke. Contohnya, seperti hari ini.

Sosok pemuda berambut merah bata muncul di dekat mereka. Sasuke tidak perlu curiga bahwa sapaan untuknya hanya basa-basi karena itu benar. Di sisi lain, pemuda pemilik nama "Gaara" itu memberikan sapaan yang sangat tulus pada Hinata. Sasuke bisa mendengar suara berat sang pemuda menjadi begitu lembut.

"Hinata, ada apa? Kau terlihat pucat?"

Oh, inilah yang Uchiha muda tidak suka. Gaara tidak pernah ragu untuk menunjukkan perhatiannya. Semua orang tahu bahwa Hyuuga Hinata adalah gadis istimewa bagi seorang Gaara. Pemuda yang termasuk sebagai pemuda dingin selain Sasuke itu tidak segan menunjukkan perhatiannya secara gamblang di depan publik.

Kali ini, Gaara meletakkan punggung tangannya di dahi Hinata. Memanaskan emosi Sasuke.

"Aku sedang kedatangan tamu bulanan, Gaara-kun." Hinata merunduk, menyembunyikan wajah merah padamnya.

Gaara tahu perempuan yang sedang haid akan berubah seperti vampire. Mereka membutuhkan darah. Mereka tidak bisa mengkonsumsi apa pun selama haid, terkecuali darah.

Hyuuga sulung sendiri merasa fenomena ini sedikit menjengkelkan. Pasalnya, dia harus memberitahukan bahwa dia sedang haid pada siapa pun. Hal tersebut bertujuan agar lawan bicaranya waspada jika Hinata kehilangan kendali dan secara liar melancarkan serangan.

"Aku bisa berikan darahku jika kau mau."

Sasuke dan Hinata terbengong-bengong melihat Gaara menarik dasinya hingga terlepas. Pemuda berambut merah bata itu bahkan mengangkat dagunya, memperlihatkan rahang lengkap dengan leher jenjang yang terlihat sempurna.

Kibasan tangan dan telengan secepat mungkin Hinata berikan. Hyuuga sulung merasakan hawa panas dari Sasuke yang semakin menyengat. Tentu saja, Hinata sendiri pun tidak mau menghisap darah sembarangan orang.

"Ikut aku, Hinata. Kita ke ruang kesehatan dan minta kantong darah di sana!" Ajak Sasuke, membuat Hinata mengikuti sang pemuda raven dari belakang setelah menganggukkan kepalanya pada Gaara.

Pemuda bermata emerald menarik napas panjang dan kembali mengikatkan dasinya. Sorot matanya tak lepas dari dua sosok yang berlari kecil di koridor sana.

Tanpa kata, sang pemuda lekas beranjak menuju kelasnya sendiri.


Stok darah sedang kosong. Begitulah bunyi papan yang bergantung di pintu ruang kesehatan. Sasuke dan Hinata menelan ludah. Inikah alasan kenapa di sepanjang koridor Sasuke melihat pemandangan yang tidak menyenangkan, seperti gadis yang tergeletak di lantai, gadis yang mengejar-ngejar siswa, dan gadis yang tengah menghisap darah seorang siswa?

Punggung Sasuke tiba-tiba terasa berat ketika tubuh kekasihnya bersandar di sana. Sasuke tahu, Hinata membutuhkan darah. Darah lelaki. Perempuan tidak bisa meminum darah perempuan. Mereka hanya bisa meminum darah laki-laki. Darah laki-laki perjaka paling enak, itu yang diucapkan Haru, kekasih kakaknya. Andai saja dalam kondisi seperti ini Neji masih ada di sisi mereka. Neji baik-baik saja. Jangan khawatir. Pemuda berambut cokelat itu hanya pindah sekolah ke kota seberang untuk menemani sang ayah yang dipindahtugaskan. Biasanya, Neji-lah yang menjadi stok darah Hinata. Meski tetap cemburu, paling tidak, Sasuke masih mengizinkan Neji untuk memberikan darahnya. Mereka bersaudara, jadi bukan masalah.

Namun, sekarang bagaimana?

"Sasuke-kun, kau membawa obat penambah darahmu?"

Ah, benar. Sasuke baru sadar bahwa dia bisa menggunakan obat penambah darah untuk menekan rasa haus Hinata. Sang pemuda menyerahkan sebungkus obat untuk sang gadis.

"Ambil semuanya. Saat ini kau lebih membutuhkan obat itu dibandingkan aku."

Hinata meraih obat penambah darah dan menyunggingkan senyuman terima kasih pada sang kekasih.


Jemari Hinata mengetuk pintu kelas. Dia tengah menanti Sasuke yang mengerjakan tugas piket. Sang gadis memandang beberapa siswa dengan tatapan penuh hasrat. Nadi mereka bahkan terlihat kembang-kempis di mata Hinata dengan begitu jelas.

'Sudah kuduga, pil ini hanya menunda rasa hausku sementara waktu.' Gadis Hyuuga mencoba bertahan. Dia tidak boleh menyerang siswa di sana.

Lorong semakin hening. Lensa mutiara melongok ke dalam, menatap beberapa rekan sekelasnya yang masih membersihkan kelas, termasuk Sasuke. Napas Hinata kian menderu. Kepalanya mulai terasa nyeri. Taring yang selalu muncul kala haid terasa berkedut meminta daging empuk untuk ditusuk.

Ketika kesadaran Hinata di ambang batas, sosok pemuda berambut merah menyapanya.

"Belum pulang, Hinata?"

Hinata tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.


"Hinata?"

Kesadaran Hinata pulih ketika suara sapu yang jatuh terdengar. Sasuke berdiri menatapnya dengan mata terbelalak. Saat mengamati posisinya sendiri, Hinata panik luar biasa. Dia tengah menindih Gaara. Bekas taringnya terlihat jelas di leher sang pemuda. Bercak darah mewarnai seragam putih keduanya.


Hinata merasa tidak enak bukan main. Kencan mereka terasa hambar, bahkan dingin. Meski berkata bahwa dia tidak marah dan tindakan Hinata didasarkan pada urgensi, Sasuke diam seribu bahasa sejak tadi. Hyuuga sulung tidak bisa menampik kecanggungan di antara mereka, terlebih ketika pemuda berambut merah bata menyiramkan minyak di atas emosi Sasuke yang membara.

"Terima kasih, Hinata. Akhirnya, darah ini berguna untukmu. Jangan sungkan. Aku tidak memiliki darah rendah, jadi kau bisa menghisap darahku kapan pun ketika haid."

"Hinata, sepertinya aku ingin bergegas pulang."

Ucapan Sasuke membuat Hinata mematung. Sang pemuda tidak lagi menengok ke belakang dan terus berjalan pergi, meninggalkan Hinata di antara keramaian penduduk lokal.


"Kyaaa! Itu Sasuke-kun! Keren sekali!"

"Dia berubah, ya? Sebelumnya Sasuke-kun memang sudah keren, tapi selalu bolak-balik ruang kesehatan. Sekarang dia menjadi aktif bermain baseball. Rasanya jadi semakin keren!"

Hati Hinata mencelos ketika mendengar obrolan siswi kelas lain. Dia hanya bisa memandangi Sasuke dari kejauhan. Semenjak hari itu, Sasuke selalu menjauhinya. Biasanya mereka akan menyantap makan siang bersama. Namun, kini Sasuke akan menghilang setiap jam istirahat. Sepulang sekolah, pemuda yang tiba-tiba masuk ke dalam klub baseball sekolah ada kegiatan klub sehingga keduanya tidak bisa pulang bersama atau berkencan.

Hinata ingin memaki dirinya sendiri. Ini karena dia tidak bisa mengontrol dahaganya! Akhirnya, Sasuke menjauh pergi.

'Haruskah hubungan ini berakhir?' Tanya Hinata pada dirinya sendiri.


"HINATA, HISAPLAH DARAHKU!"

Bola mata sang gadis membulat. Sebulan telah berselang. Kini, gadis itu kembali haid. Namun, yang membuat Hinata tidak habis pikir adalah sosok Sasuke yang berdiri tegap di depan gerbang sekolah.

"Sasuke-kun, kenapa tiba-tiba? Bukankah kau marah padaku?"

Sasuke balas memberikan tatapan tercengang. "Marah? Tidak! Aku tidak marah padamu!"

"Lantas, kenapa Sasuke-kun seperti menjauhiku?"

Ada spasi besar sampai akhirnya Sasuke melanjutkan dengan, "Itu karena aku berusaha untuk menjadi kekasih yang bisa kauandalkan. Selama sebulan ini aku memakan apa pun yang bisa menambah darahku. Oleh sebab itu, aku memilih menyantap menu baruku sendiri. Aku juga mulai berolahraga untuk mengetes sejauh apa aku bisa bertahan. Kali ini, aku ingin membuktikannya padamu, Hinata! Aku menyukaimu!"

Hyuuga Hinata masih terpaku. Namun, kakinya menderap. Taringnya menyongsong leher sang pemuda yang dia kasihi. Ah, sejak dulu Hinata ingin merasakan desir darah sang pemuda, seperti apa rasanya. Hinata ketagihan. Darah pemuda yang dikasihinya benar-benar terasa lezat. Wajah Hinata memerah ketika pandangannya bertemu leher putih Sasuke yang terekspos begitu dekat dengan wajahnya. Hinata bisa melihat rambut halus di sekitar tengkuk Sasuke.

"Hinata."

Gadis Hyuuga itu sejujurnya telah menahan diri untuk tidak menghisap darah Sasuke karena darah rendah sang pemuda. Itulah kenapa Hinata tidak sadar bahwa dia sudah terlalu banyak meminum darah pemuda berambut kelam tersebut. Gadis itu meneguknya, merasakan cairan merah itu mengaliri kerongkongan.

Sampai akhirnya, tubuh Sasuke menjadi lunglai. Hinata yang tidak dapat menghentikan dirinya sendiri secara tidak sengaja terlalu banyak menghisap darah sang pemuda. Sesehat apa pun manusia, pasti akan lemas jika kehabisan banyak darah.

Suara tubuh yang ambruk dan teriakan mengisi area luar sekolah. Sasuke pun dibawa menuju rumah sakit.

Sang gadis menanti kekasihnya untuk siuman. Dokter bilang kondisi Sasuke cukup stabil selain dari kekurangan darah. Hinata menepuk pipi Sasuke dan mengecupnya gemas. Rasa lega membuat air mata gadis Hyuuga meleleh.

"Terima kasih, Sasuke-kun."


Sepasang bola mata milik seseorang terbelalak menatap telapak tangannya sendiri. Darah kental terlihat jelas di sana. Wangi anyir mengusik indera penciumannya. Sosok itu berusaha memastikan apa yang dilihatnya hanya ilusi atau mimpi. Namun, tidak. dia tidak sedang bermimpi. Darah itu muncul dari sana. Dia haid.

Tentu haid adalah hal yang normal dialami perempuan.

Namun, permasalahannya adalah … dia bukanlah perempuan.

Bagaimana bisa? Uchiha Sasuke adalah laki-laki dan kini, dia dihadapkan pada fenomena aneh lain yang terjadi di dunia ini.

Otak Sasuke yang encer sekalipun tidak bisa memecahkan pertanyaan perihal darah tersebut. Sang pemuda terkesiap.

Teriakan menggaung pun merobek keheningan dini hari.

Fin


Thanks!

(Grey Cho, 2016)