"Pilihan Hidup ©Angels0410"

Naruto Disclaimer©Masashi Kishimoto

Pairing : SasuHina

Rate : T

Request nya Mira Kuswati

Perlahan namun pasti kamu akan menemukan orang yang tepat untuk mendampingimu. Namun apakah kamu mengetahui bahwa orang itu adalah tepat atau tidak?

(^-^) SELAMAT MEMBACA (^-^)

Di salah satu rumah sakit di Jepang memang selalu ramai dengan para pasien. Tidak ada waktu bersantai untuk para dokter, perawat dan bagian staf lain. Dan pagi ini semua dokter pun sudah mulai masuk untuk memeriksa para pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut.

"Pagi dok…"

"Hn."

"Pagi dok…"

"Hn."

Setiap orang yang dilewatinya pasti menyapa dengan senyum, hingga mereka melupakan pekerjaan yang mereka kerjakan hanya untuk menyapa orang tersebut. Tapi jawaban yang mereka terima hanya satu kata.

"Sasuke." Panggil seorang dengan jas dokter.

Orang yang dipanggil menghentikan langkahnya dan menoleh melihat orang yang berlari ke arahnya.

"Ada apa Sakura? Aku sedang sibuk." Tanya Sasuke.

"Selalu saja begitu, tapi sudahlah. Nanti sore kau harus datang ke Churaumi Aquarium jam tujuh malam." Jawab Sakura.

Sakura melihat dahi Sasuke yang berkerut, menandakan kalau ia tengah bingung.

"Hah..." Sakura menghela napas, "Kau sudah berjanji ikut kencan buta dengan orang yang kutentukan. Kau ingat?"

"Hn."

"Oke, ini tiket untuk kalian berdua. Semoga kali ini kau mendapatkan gadis yang tepat. Jangan coba-coba tidak datang." Ucap Sakura dengan nada mengancam, walau ia tahu bahwa Sasuke tidak akan terpengaruh.

"Hn."

'Maaf aku merahasiakannya. Kuharap kali ini semua akan baik saja.' Batin Sasuke.

(^-^)/Selamat Ulang Tahun Mira-chan (^-^)/

ala mini terlihat bulan yang sedikit demi sedikit mulai ditutupi oleh awan. Angin sedikit berhembus memberi rasa dingin pada setiap orang. Namun hal itu tak mengusik seorang gadis yang tengah duduk di depan pintu masuk yang bertuliskan Churaumi Aquarium. Hembusan angin bagai tidak puas membuat gadis itu merasakan dingin, ia pun mengusik rambut gadis itu. Hingga dengan susah payah sang pemilik rambut merapikan rambut yang menutupi arah pandangannya.

Ditempat lain Sasuke tengah berjalan menuju area yang dimaksud Sakura, setelah ia memarkirkan mobilnya. Bagi Sasuke hal ini sangat menyusahkan, namun mendengarkan ciri-ciri gadis yang dipilihkan Sakura. Ia merasa sedikit merasa tertarik.

Sasuke menghentikan langkahnya, ketika melihat gadis yang dimaksudkan oleh Sakura. Dengan langkah santai ia mendekati sang gadis.

"Hinata." Panggil Sasuke.

"Ya?" Ucap Hinata masih mencoba merapikan rambutnya.

Dengan sebuah senyum yang minimalis, Sasuke membantu Hinata merapikan rambutnya. Mata mereka bertemu, ketika rambut Hinata sudah tidak lagi menghalangi pandangannya. Namun sebelum Sasuke benar-benar merapikannya, Hinata dengan cepat menepis tangan Sasuke.

"Aku harus pergi." Ucap Hinata.

Namun sebelum Hinata melangkahkan kakinya, Sasuke telah terlebih dahulu menghentikan langkahnya.

"Lepaskan." Ucap Hinata.

"Maaf." Sebuah suara penuh penyesalan terdengar dari bibir Sasuke.

"Semua sudah berakhir Sasuke, berakhir sejak delapan tahun lalu." Ucap Hinata dengan menundukkan kepalanya.

"…"

"Berakhir sejak kau menjadi PEMBUNUH." Bentak Hinata dengan menatap Sasuke.

_FLASHBACK ON _

Hujan turun cukup deras, mendera sebuah sekolah menengah atas di Jepang. Beberapa siswa yang sudah menyiapkan payung, sudah terlebih dahulu pulang. Meninggalkan beberapa anak yang masih menunggu hujan reda.

"Hinata, kau yakin masih tetap menunggu hujan reda? Kenapa tidak pulang bersamaku dan Naruto saja?" Tanya Sakura.

"Terima kasih Sakura-chan, tapi aku akan menunggu hujan reda saja." Ucap Hinata.

Sakura nampak khawatir melihat Hinata, yang akan ditinggal sendiri menunggu hujan reda. "Kau yakin? Lagian dimana sih Sasuke?" Ucap Sakura dengan cerewet.

"Sa-Sasuke-kun pulang lebih awal." Hinata melihat Sakura yang akan memgomel, "Sakura-chan lebih baik pulang sekarang. Kasihan Naruto-san menunggu."

Sakura melihat Naruto yang menunggu di dalam mobil. "Baiklah. Tapi jika kau butuh sesuatu telpon aku saja."

"Ya Sakura-chan."

Hari semakin lama semakin gelap, namun hujan tidak menunjukkan reda juga. Dalam hati Hinata ingin melewati hujan begitu saja, tapi ia sadar tubuhnya tidak akan sanggup menahan dingin.

"Hinata-chan… Kenapa belum pulang?"

"A-Aku lupa membawa payung Kiba-kun." Jawab Hinata.

Kiba dengan wajah tidak suka berkata, "Dimana Sasuke, kenapa dia tidak mengantarmu?"

"Di-Dia sudah pulang lebih awal Kiba-kun. Kiba-kun jangan selalu berprasangka buruk."

Kiba kesal, "Sudahlah biar aku antar."

"Ta-Tapi…" Hinata berusaha menolak.

"Tidak ada tapi-tapi, ayo aku antar pulang dengan motor." Ucap Kiba sambil menarik tangan Hinata menuju parkiran.

"Hinata!"

Suara teriakan terdengar jelas di telinga Hinata dan Kiba. Dengan cepat Hinata turun dari motor Kiba. "Sa-Sasuke-kun…"

Kiba juga turun dari motornya, "Cih."

"Hinata kemari, SEKARANG." Ucap Sasuke dengan penuh penekanan. Sasuke yang merasa Hinata berjalan lama, segera menghampiri Kiba dan Hinata.

"Baru datang sekarang?" Ucap Kiba dengan nada mengejek.

Bug Bug Bug

Dengan penuh amarah Sasuke memukuli Kiba, tidak memperdulikan teriakan Hinata yang mencoba menghentikannya. Semua berhenti ketika Kiba tidak dapat bergerak lagi. Hinata dengan langkah cepat segera mendekati Kiba, berusaha membantu Kiba.

Sasuke tidak menyukai Hinata yang terlalu dekat dengan orang lain, sudah pasti sangat marah. Dengan kasarnya ia menarik Hinata, namun Hinata yang memberontak membuatnya amarahnya semakin memuncak.

Plak, sebuah tamparan diterima oleh Hinata. "PULANG SEKARANG!"

"Hiks,,, Sasuke-kun… Ba-Bagaimana dengan Ki-Kiba-kun?" Dengan air mata mengalir, Hinata berusaha meminta Sasuke untuk melepaskannya.

Plak, tamparan kembali diterima Hinata, membuat pipinya memerah. "Dengarkan aku, atau kau ingin ia kembali merasakan sakit Hinataku sayang?"

Sasuke menyentuh pipi Hinata dengan jari telunjuknya, menggerakkan jari-jari itu dari pipi menuju bibir Hinata. "Kau tidak boleh dengan siapapun. Kau milikku sayang…" Dengan berlahan Sasuke menyentuh tengkuk Hinata, mengusapnya dan menarik semakin dekat dengan dirinya.

Sebuah seringai yang tidak terlihat oleh Hinata terpampang di wajah Sasuke, "Apa kau lupa, aku bisa berbuat apapun padamu tunanganku…" Sasuke menjilat telinga Hinata, "Jika kau macam-macam maka keluargamu akan merasakan akibatnya sayang…"

Hinata hanya bisa terdiam menerima perlakuan dan kata-kata Sasuke. Semua yang dimilikinya sekarang ini adalah milik Sasuke, termasuk jiwanya. Semua telah menjadi label Sasuke, bukan Hinata. Itu terjadi setelah ia ditunangkan dengan Sasuke, tidak ada yang dapat dilakukan.

"Hiks… Hiks…" Hinata mengerti dan ia hanya bisa diam dan mengikuti Sasuke memasuki mobil.

(^-^)/ Selamat Ulang Tahun Mira-chan (^-^)/

Sejak kejadian itu Hinata tidak lagi berhubungan dengan siapapun. Ia akan menghindari segala hubungan dari orang-orang luar, baik dia wanita atau lelaki. Hari-hari Hinata yang dipenuhi senyuman lambat laun berubah menjadi kelam membuatnya menjadi wanita pendiam. Sasuke yang berstatus menjadi tunangannya pun bertingkah sewenang-wenang padanya.

Dalam kesendiriannya sebuah panggilan masuk mengganggunya. Dengan tidak bersemangat ia mengangkat telpon tanpa melihat siapa yang menelpon.

"…"

"Hinata…" Ucap sang penelpon.

"Nii-Nii-chan… hiks…" Ucap Hinata pelan dengan sebuah isakan.

"Hinata ada apa denganmu?"

Hinata yang sadar dengan tingkahnya yang salah, segera menghapus air matanya dan menarik napas, "Ti-tidak apa-apa, Hinata hanya merindukan Neji-nii. A-ada apa Nii-chan menelpon?"

"Nii-chan akan kembali ke Jepang, kita akan bertemu kembali Hinata. Aku sangat merindukanmu, adik kecilku yang manis."

Kata-kata sang penelpon membuat Hinata semakin tidak kuasa menahan tangisnya. Selama ini semua orang tidak tahu dengan penderitaannya bersama Sasuke. Tapi beda halnya dengan neji yang pasti akan langsung mengetahui penderitaan Hinata.

"Hinata…" Panggil sang penelpon.

"I-Iya Neji-nii..."

"Kau menangis?" Terdengar kekhawatiran.

Hinata menggelengkan kepala, walau ia tahu bahwa Neji tidak akan melihatnya. "…"

"Aku tahu kau sudah memiliki tunangan. Aku berharap bukan dia yang membuatmu menangis." Ucap Neji.

Deg, jantung Hinata berdetang kencang.

"Tidak ada yang boleh membuat adikku menangis. Cukup sudah aku melihatmu menangis saat kepergian kaa-san. Aku tidak segan-segan membunuh siapapun yang menyakitimu Hinata." Kata-kata yang dikeluar Neji penuh dengan keseriusan.

Apa yang akan terjadi jika mereka bertemu. "…"

"Hmmm… Tapi aku ingin segera bertemu denganmu Hinata. Aku merindukanmu. Aku akan mendatangimu."

"A-Aku juga merindukanmu, aku i-" Ucap Hinata.

Tak jauh dari tempat Hinata bertelpon ternyata Sasuke ada di sana mendengar Hinata. Sangat terlihat kemarahan di wajah Sasuke, malah kali ini amarah itu terlihat lebih dibandingkan saat melihat Hinata dengan Kiba.

Dengan langkah cepat Sasuke menghampiri Hinata yang berada di belakang sekolah dan melempar ponsel Hinata setelah merebutnya. Terlihat ponsel Hinata yang sudah rusak tergeletak tak berdaya. Hinata segera berdiri karena terkejut.

"Berani-beraninya kau menelpon laki-laki lain." Plak, Sasuke menampar Hinata dan kemudian mendorong Hinata hingga terjatuh ke tanah.

Hinata sungguh ketakutan melihat Sasuke yang ada dihadapannya. Dengan berlahan ia berusaha berdiri, namun Sasuke dengan cepat menginjak kaki Hinata hingga Hinata menjerit kesakita. Tidak seorang pun yang mendengar teriakan Hinata karena memang ini sudah lewat dari jam sekolah.

"Sa-Sasuke sa-sakit…" Hinata berusaha melepas injakan di kakinya namun gagal.

Sasuke sama sekali tidak membedulikan wajah kesakitan Hinata. Malah ia semakin menikmati kesakitan yang terlukis di wajah Hinata. Dengan berlahan ia berjongkok tanpa melepas injakan kakinya.

"Cantik." Ucap Sasuke sambil mengusap air mata Hinata, namun tanparan kembali dilayangkan. "Murahan." Sesudah kata itu Hinata menarik rambut Hinata hingga Hinata benar-benar mendongak keatas.

"Hahaha… Bagi mereka yang berani meninggalkanku harus merasakan sakit." Sasuke kemudian memegang kedua pipi Hinata menggunakan tangan yang bebas. "Tidak hanya aku yang harus merasakan kesakitan, kalian yang meninggalkanku pun harus merasakannya."

(^-^)/ Selamat Ulang Tahun Mira-chan (^-^)/

Betapa bahagianya Neji dapat menelpon Hinata. Kini ia tengah berada di kamar Hinata, kamar adik kecilnya. Nuansa kamar itu masih sama seperti dulu, terlihat sangat lembut dengan warna ungu muda dan hiasan dinding berupa stiker bunga lavender di sudut ruangan. Tidak lupa foto-foto yang mengingatkannya pada masa-masa bahagianya dengan Hinata.

Sebelumnya ia tidak memberitahukan bahwa ia akan kembali ke Tokyo setelah lama tinggal di Amsterdam. Ini semua demi memberikan kejutan pada Hinata. Bahkan ia telah membawa kado untuk hadiah pertunangan Hinata dan Sasuke. Neji sudah tau nama dari tunangan Hinata, namun ia sama sekali tidak tahu yang lainnya.

"Neji, apa kau tidak istirahat dulu? Biar besok saja kita datang ke kediaman Sasuke. Hinata dan Sasuke sudah tinggal bersama."

"Tidak Tou-san, lebih baik aku menemui Hinata sekarang." Neji membawa kadonya keluar dari kamar Hinata, tapi langkahnya terhenti. "Tou-san, maaf Neji belum bisa membahagiakan tou-san. Hingga kita semua sampai berhutang pada keluarga Uchiha."

"Selama Hinata dan dirimu bahagia, tou-san akan bahagia." Ayah Neji menepuk pundak Neji, "Sudah temui Hinata saja, dia masih ada di sekolah sekarang."

"Baiklah tou-san."

Dalam mobil Neji menelpon Hinata, rasanya ia sangat rindu pada adik kecilnya itu. Gadis yang selalu di jaga dengan sepenuh jiwa dan raga, kini tengah menjadi gadis yang cantik dan sudah memiliki tunangan yang tampan. Neji sempat melihat wajah Sasuke di kamar Hinata.

"Hinata…" Ucap Neji saat Hinata mengangkat telponnya.

"Nii-Nii-chan… hiks…"

Neji sangat tidak menyukai nada Hinata, itu membuatnya sangat khawatir. "Hinata ada apa denganmu?"

"Ti-tidak apa-apa, Hinata hanya merindukan Neji-nii. A-ada apa Nii-chan menelpon?"

Walaupun Hinata menyatakan tidak apa-apa, tapi Neji sangat merasakan ada hal yang tengah membuat adiknya sedih. Tapi akan lebih baik, jika ia menanyakannya secara langsung.

"Nii-chan akan kembali ke Jepang, kita akan bertemu kembali Hinata. Aku sangat merindukanmu, adik kecilku yang manis."

Bagi Neji, Hinatakan akan selalu menjadi adik kecilnya manis. Hinatanya yang pemalu, lemah lembut dan selalu baik terhadap semua orang.

"Hinata.."

"I-Iya Neji-nii..."

"Kau menangis?" Tapi entah kenapa kali ini Neji tidak bisa menutupi kekhawatirannya pada Neji.

"…" Tidak ada jawaban dari HInata.

"Aku tahu kau sudah memiliki tunangan. Aku berharap bukan dia yang membuatmu menangis." Ucap Neji.

"…"

"Tidak ada yang boleh membuat adikku menangis. Cukup sudah aku melihatmu menangis saat kepergian kaa-san. Aku tidak segan-segan membunuh siapapun yang menyakitimu Hinata." Neji penuh dengan keseriusan.

"…"

"Hmmm… Tapi aku ingin segera bertemu denganmu Hinata. Aku merindukanmu. Aku akan mendatangimu."

"A-Aku juga merindukanmu, aku i-" Ucap Hinata.

Tut… tut…

"Hinata. Hinata." Tidak ada jawaban, "Apa ada yang terjadi?"

Neji yang dari tadi bertelpon sambil mengemudi, semakin mempercepat laju mobilnya menuju ke sekolah Hinata. Ia memasuki sekolah dengan terburu-buru. Ada beberapa siswa yang masih berada di sekolah, namun ia sama sekali tidak melihat Hinata. Dengan berlari membawa kado buat adiknya, ia berlari menyelusuri seluruh pekarangan sekolah.

Saat tiba di satu tempat yang sama sekali jauh dari aktivitas para siswa yang tersisa terdengar isakan. Dengan cepat ia berlari menuju sumber suara. 'Hinata.'

(^-^)/ Selamat Ulang Tahun Mira_chan (^-^)/

Sasuke benar-benar tidak dapat berpikir lagi. Ia terus saja menyiksa Hinata.

"Kau adalah satu-satunya milikku. Kenapa kau ingin meninggalkanku bersama lelaki lain?" Sasuke menangis, namun sedetik kemudian ia tertawa. "Hahahaha… Kau tidak akan meninggalkanku, kau akan tetap bersamaku. Bagaimana pun yang terjadi."

Hinata tidak bisa berpikir, bagaimana ia dapat lepas dari siksaan Sasuke. Mungkin saja Sasuke bisa membunuhnya sekarang juga.

"Hiks… Kau tidak boleh meninggalkanku Hinata, Aku akan sendiri… Hiks."

Hinata tidak tahu mana perasaan Sasuke yang sebenarnya. Menangis dan tertawa, adalah hal yang sangat bertolak belakang. Mana yang menunjukkan perasaan Sasuke yang sekarang.

"Sa-Sasuke-kun… Aku tidak me-meninggalkanmu." Ucap Hinata berusaha meyakinkan. Melupakan sakit dan pedih di tubuhnya.

"Bohong!"

"Sa-Sasuke sa-sakit."

"Agar kau tidak bisa pergi aku akan membuat tidak seorang pun mau bersamamu." Sasuke menyeringai. Diambilnya sebuah gunting yang tidak jauh darinya, gunting taman.

Hinata mundur menjauhi Sasuke yang tengah memegang gunting taman. "Hiks… Sa-Sasuke.."

Saat Hinata sudah tidak dapat mundur lagi, Sasuke semakin mendekat. Hanya butuh lima langkah untuk tepat berada di depan Hinata.

Satu langkah.

"Semua keluargaku meninggakkanku tanpa mempedulikanku."

Dua langkah

"Ketika semua menjauhiku hanya kau yang berani menyapaku."

Tiga langkah

"Akulah yang membuat keluargamu dalam masalah, hingga kau harus bersamaku."

Empat langkah

"Aku menginginkanmu bersamaku, karena aku mencintaimu."

Lima langkah

"Tapi jika kau meninggalkanku juga, aku harus bagaimana?"

Hinata tidak bisa mengucapkan apapun, hanya bisa menatap dan memikirkan semua ucapan Sasuke. "Sa-Sasu.."

"Jika kau pergi juga, lebih baik kau mati dan aku akan ikut bersamamu." Sasuke mengangguk, setuju dengan perkataannya sendiri.

Dengan berlahan dia angkat gunting tadi dan mengarahkannya kepada Hinata.

"Akkhhh!"

(^-^)/ Selamat Ulang Tahun Mira-chan (^-^)/

Setelah kejadian di waktu itu, akhirnya Sakura dapat bertemu kembali dengan Hinata. Waktu sudah berjalan delapan tahun lamanya. Namun Hinata masih sangat dingin, apalagi setelah Sakura mendengar kabar kematian ayah Hinata. Untuk pertemuan kali ini pun terasa sangat mujizat, karena Hinatalah yang menemui Sakura.

Awalnya mereka hanya bercengkrama menginai kehidupan mereka setelah lama berpisah. Hingga pembicaraan kembali pada masa-masa itu dan nama Sasuke mulai disebut.

"Hinata jangan seperti ini terus, ayolah tersenyum." Ucap Sakura.

"Aku berharap dia dihukum seberat-beratnya." Ucap Hinata dengan pandangan menerawang tanpa seulas senyum. Hinata terlihat sangat terpukul. "Karena dia Neji-nii meninggalkanku."

"Hi-Hinata ingat apa yang dikatakan Neji-san. Kau harus memaafkan Sasuke." Ucap Sakura menyadarkan Hinata.

Hinata berdiri, menghapus air matanya. "Tutup mulutmu Sakura!"

Sakura terkejut melihat perubahan pada Hinata, "…"

"Apa kau ingin merasakan apa yang kurasakan?" Hinata tersenyum, "Tidak mudah untuk melupakannya Sakura. Sasuke telah membunuh Neji-nii."

"Hinata dia sudah dihukum dan dia sudah mendapat perawatan kejiwaan. Kuharap kau mau menemuinya." Ucap Sakura.

"Aku tidak peduli dengan itu. Kukira akan baik bicara denganmu setelah delapan tahun. Tapi pikiranku salah." Hinata berdiri.

Sakura mulai kesal melihat sifat Hinata, "Cih! Aku mulai tidak menyukai sifatmu ini."

"Aku tidak peduli kau suka atau tidak." Hinata menjawab santai.

"Pengecut. Apa segitu takutnya dirimu menemui Sasuke? Apa kau takut dengan kenyataan yang diucapkan Neji-san? Apa kau takut menerima perasaannyamu?"

"Tutup mulutmu Sakura."

Sakura tersenyum melihat benteng keangkuhan Hinata berlahan runtuh. "Hinata kau ingat apa yang dikatakan Neji-san sebelum ia meninggal."

"…"

"Hinata jangan pernah membenci orang lain yang terlalu menyukaimu. Mereka hanya tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya saja. Kuberharap kau tidak menjadi pendendam Hinata."

"…" Hinata hampir saja tidak bisa menahan tubuhnya.

"Jika kau mengingat itu, kuharap kau mau menemuinya. Aku sudah menulis alamatnya di sini." Sakura menyerahkan secaring kertas ditangan Hinata.

_FLASHBACK OFF_

"Maafkan aku Hinata-chan. A-Aku menyesal." Ucap Sasuke dengan penuh kesungguhan.

Hinata memandang wajah Sasuke, "Hiks… Hiks… KAu membuatku sendirian."

"A-aku tahu, maaf…"

"Hiks… Kenapa Nii-chan harus membelamu. Kenapa dia tidak membuatku dendam kepadamu?" Akhirnya semua kepedihan Hinata jatuh begitu saja. Tubuhnya pun tidak sanggup menahan semuanya. Hampir saja ia jatuh, jika saja Sasuke tidak memegang Hinata.

"Maafkan aku…"

"Apa yang harus kulakukan hiks.. jika nii-chan menyuruhku hiks.. tidak membencimu. Hiks.." Hinata menangis.

Sasuke pun memeluk Hinata, "Hiduplah bersamaku. Aku akan menemanimu. Aku akan menebus semua kesalahanku kepada nii-san, dengan cara membahagiakanmu."

Hinata tidak berontak, "Hiks… Aku tidak mau sendirian… hiks.. Aku tersiksa sendirian. Hiks…" Hinata memeluk Sasuke., bagai tidak akan melepas siapapun lagi. Sakura menemui Sakura karena dia merindukan saat ia bisa merasakan kehangatan orang lain. Hidup sendiri selama delapan tahun, sungguh mengubah segala perasaannya.

"Aku akan tetap bersamamu selamamu."

(^-^)/ Selamat Ulang Tahun Mira-chan (^-^)/

END

.

.

.

Ini bentuk ucapan selamatku buat Mira_chan.

Semoga kamu suka.

Aku gak mau buat yg sad, soalnya buat ini untuk ultahnya mira.

Maaf ya, kalau tidak sesuai harapan mira-chan.

.

.

Bagi request an lainnya akan menyusul

Terima kasih ya…

(^-^)/ Mohon review, favorite, ama follow ya (^-^)/