Summary : Aku tak tau mengapa tatapan matanya membuatku semakin tersiksa. Semakin hari, semakin menyiksa bathinku. Tak ada yang bisa menjawab, ada apa dengan tatapan matanya itu. Dan hal itu membuatku semakin penasaran dengan sosoknya yang misterius dan sedikit orang yang mengetahui tentang hidupnya.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : NaruSaku

Warning : OOC, Typos, Many Mistakes, Just Story From Me

Genre : Romance? Humor? Mystery? I don't know; Kata reviewer sih rumit -,-

DON'T LIKE, DON'T READ

.

.

.

Chapter Sebelumnya…

"Bertahanlah Sakura, aku akan menyelamatkanmu"

Heh! Masa dalam keadaan pingsan aku mulai déjà vu lagi. Sial! Aku tak tau mana yang asli mana yang déjà vu.

".. kau pasti selamat, aku tak akan membiarkanmu terluka lagi"

"Aku tak apa-apa, Naruto! Sebaiknya kita harus pergi dari sini, argh!"

Suaraku, itu suaraku! Aku yakin it-tu.

.

.

.

Ah, dimana ini? Kepalaku sakit sekali.

"Ah, Sakura! Akhirnya kau sadar, sebenarnya apa yang terjadi?"

Ibu? Kenapa mereka semua ada disini?

Sring!

"Kalian siapa?"

Lagi? Kenapa aku merasa hal ini pernah terjadi? Dan ak-aku tak mengingat mereka? Ah, iya benar! Aku dulu kan memang sempat amnesia. Bodohnya aku, apa setelah amnesia aku jadi Alzheimer ya? Ah sudahlah, sebaiknya aku bersikap seperti biasa saja.

"Hahah, maafkan aku. Sepertinya kepalaku sakit pada waktu yang tidak tepat"

Eh, bentar. Aku ngomong apa sih? Kok aku bicara seperti ini. Bukannya ini malah membuat mereka khawatir.

Sring!

"Kau datang pada waktu yang tepat. Apa kau ingin menjadi korbanku berikutnya?"

.

.

Ko-korban berikutnya?

A-apa aku pernah menjadi korban kejahatan? Apa a-aku kemarin amnesia karena menjadi korban kejahatan?

"I-ibu, aku takut. Ingatanku sangat menakutkan akhir-akhir ini"

Aku tak lagi memikirkan apakah orangtuaku akan khawatir atau bagaimana. Aku sungguh sangat ketakutan, mengingat tatapan mata pelaku yang membuatku seperti ini saja membuatku trauma. Tatapannya sangat menyeramkan. Karena samar-samar, aku tak dapat melihat dengan pasti matanya seperti apa.

Aku hanya memeluk Ibu dengan sangat erat. Lalu menangis dengan pelan. Ayah hanya mengelus rambutku.

Maafkan aku, Ibu, Ayah. Aku membuatkan kalian susah, aku sama sekali tak bisa menyusun pecahan ingatanku yang masih misteri bagiku.

.

.

.

Author POV

Hari ini memang cerah, tapi wajah Sakura seperti cuaca mendung. Wajahnya sangat kusut, pandangan matanya lurus dan kosong. Bahkan tak ada satu pun senyum yang ia suguhkan dari pagi hari. Ia seperti baru keluar dari neraka, raut wajahnya penuh ketakutan. Tapi masih ada sedikit kebingungan yang masih menyelimuti dirinya.

"Sebenarnya apa hubungan si Pelaku, Naruto, aku, dan Itachi-sensei?"

Yang Sakura ingat hanyalah beberapa bagian tragedi di-

"Ah, benar juga! Gedung itu pasti tempat kejadiannya. Pantas saja Naruto melarangku"

Senyuman menakutkan Itachi-sensei, kenangannya dengan Naruto, dan gedung tua itu.

Ini masih membingungkan, Sakura hanya akan berfikir negatif tentang Naruto dan Itachi-sensei jika ingatannya separuh-separuh begini. Jika meminta tolong Ino, ia tak akan membantu Sakura begitu banyak. Ah, ini benar-benar menyusahkan, pikir Sakura.

"Saku-"

Brak!

"Sakura! Hei, ada yang mencarimu tuh"

Sakura tersentak kaget saat Tenten memukul mejanya dengan keras. Untung Sakura tak mengidap penyakit jantungan, bisa-bisa cerita ini habis sampai disini.

"Ah, maaf Tenten. Aku sedang melamun tadi. Ada apa?" Tanya Sakura mulai mengatur nafasnya yang sedikit terasa sesak.

Tenten mengalihkan pandangan nya, lalu menunjuk seseorang yang tampak berdiri dibalik pintu. "Siapa?" Karena penasaran, Sakura mengabaikan Tenten dan berjalan menghampiri orang yang mencarinya.

"Hai? Apa kabar?"

.

.

.

.

.

Remind

.

.

.

.

.

"Kenapa Sakura?" Tanya Tenten langsung mengajukan pertanyaan.

Sakura hanya menggeleng kepalanya. Gadis bermahkota merah muda itu menengadahkan kepalanya ke atas. Sepertinya ia mengingat sesuatu saat bertemu dengan orang yang ia temui itu. Tapi, Tenten tampak enggak bertanya. Sebab orangtuanya Sakura mengatakan agar jangan bertanya sesuatu hal saat Sakura mulai terdiam dan merenung, ada kemungkinan ia sedang menyusun ingatannya.

Ingatan Sakura sangat dibutuhkan untuk menangkap pelaku kejahatan. Ini dikarenakan sang pelaku dianggap sebagai buronan polisi yang telah membunuh siswi-siswi yang ada di kota. Mungkin seharusnya polisi selalu ada mengawasi Sakura, namun untuk masalah tekanan jiwa jadi polisi diminta untuk menjaga jarak. Agar Sakura mudah mengingat sesuatu tanpa tertekan dengan adanya polisi di sekitarnya.

"Tenten"

Mendengar namanya disebut, gadis berkepang ala gadis cina itu langsung memandangi Sakura yang masih menatap langit-langit kelas.

"Ya, kenapa Sakura?"

Sakura menghela nafasnya dan melempar pandangan lurus keluar jendela.

"Apa kau mengenal orang yang mencariku tadi?"

Tenten tampak terkejut dan mengerutkan keningnya. "Tentu saja" Gadis itu menempatkan dirinya berada dihadapan Sakura. Mungkin mencoba melihat apa yang sedang dipandangi temannya itu. "Dia kan Sasuke Uchiha, adiknya Itachi-sensei"

"Adik? Ah, pantas saja"

Tenten sama sekali tak mengerti dengan Sakura sekarang. Tak ada hal yang ia pandangi, bahkan raut wajah Sakura tak berubah sama sekali. Apa yang sebenarnya difikirkan Sakura sekarang? Itulah yang difikirkan Tenten sekarang.

"Apa kau tak ingat? Sasuke hampir menjadi pacarmu?"

Tenten menatap lekat wajah Sakura, apakah ada perubahan dengan raut wajah temannya itu. "Ah, benarkah? Aku tau itu" Tapi, sayang sekali. Tampaknya Sakura sudah mengetahui hal itu. Lihat saja, raut wajahnya masih datar.

"Dan Sasuke dulunya adalah teman dekatnya Naruto, setauku"

Dan kini Tenten berhasil merubah raut wajah datar Sakura menjadi tampak terkejut sekali.

"Hah? Teman dekat? Jadi dugaanku memang benar, mereka saling berkaitan satu sama lain"

Tiba-tiba saja Sakura memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Sontak Tenten khawatir melihat tingkah Sakura barusan.

"Ada apa, Sakura?"

Sakura hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ia merapikan rambutnya lalu berdiri dan mulai melangkahkan kakinya.

"A-aku ke UKS sebentar, kepalaku sedikit pusing"

"Baiklah, perlu kutemani?" tawar Tenten ikut berdiri menghampiri Sakura.

Sakura meletakkan tangan kanannya di pundak Tenten sambil tersenyum manis.

"Tak usah, aku pergi sendiri saja. Nanti tolong bilang pada sensei aku tak enak badan ya, Tenten"

Tenten hanya mengangguk dan melepaskan Sakura pergi sendiri ke UKS. Entah mengapa, Tenten merasa ada yang berbeda dengan senyuman Sakura tadi. Dan sifat maupun sikapnya sedikit berbeda dengan biasanya. Seperti ada orang lain yang memasuki tubuhnya.

.

.

.

"Sakura?"

Ini bukan kata sapaan melainkan sebuah ungkapan terkejut. Dan tentu saja kata-kata ini dilontarkan oleh Shizune-sensei selaku guru yang bertugas di UKS hari ini. Sakura hanya memasang wajah ramahnya seperti biasanya. Dia mengabaikan panggilan sensei-nya tersebut, ia lebih memilih membaringkan tubuhnya di kasur yang ada di ruangan tersebut.

"Ada apa? Kau sakit lagi? Apa kau merasa pus-"

Grab!

Sakura sigap memegang tangan Shizune-sensei yang ingin memegang kepalanya. Entah mengapa tatapan Sakura tampak tak bersahabat, sinis sekali. Membuat sensei-nya tersebut membeku seketika.

"Ada apa dengan anak ini? Tatapannya menakutkan sekali"

Perlahan-lahan Sakura mengeluarkan senyuman ramahnya kembali. Ini semakin membuat Shizune-sensei tampak kebingungan. Tiba-tiba sinis, tiba-tiba manis begini. Ada apa dengan anak ini?

"Eh, sensei ya? Maaf, aku tadi- ehm, itu"

Sakura tampak salah tingkah. Shizune-sensei hanya tersenyum dan memaklumi keadaan Sakura. Mungkin saja tadi ia mengingat sesuatu hal saat sebelum ia menghampiri Sakura. Memang sedikit mengejutkan perubahan sikap Sakura tadi. Namun itu mungkin akibat keinginan Sakura untuk mengembalikan seluruh ingatannya. Terutama ingatan saat kejadian yang menimpanya beberapa waktu yang lalu.

"Iya, sensei tau. Jangan terlalu memaksakan diri, istirahatlah Sakura" sahut Shizune mengelus kepala Sakura lalu meninggalkan Sakura sendirian untuk mengistirahatkan badan dan fikirannya.

Sedangkan Sakura menepuk jidatnya. Ia seharusnya tak bersikap seperti itu pada sensei-nya, tapi bagaimanapun ingatannya tadi itu benar-benar sama persis dengan gerak-gerik Shizune-sensei. Seharusnya Sakura berterimakasih dengan Shizune-sensei, sebab sudah membuatnya mengingat sesuatu.

Ah, benar ingatan tadi.

"Ada apa? Apa kau sakit, Sakura?"

Hanya itu yang diingat oleh Sakura. Gadis beremerald itu hanya berasumsi bahwa yang mengatakan itu adalah Naruto. Sebab yang ia ketahui hanyalah Naruto yang dekat dengannya –sesuai ingatan yang ia dapat.

"Ah, menyebalkan!" seru Sakura mencoba meredam suaranya dengan bantal.

.

.

.

Dilain tempat, seperti biasanya Naruto menyendiri di halaman belakang sekolah. Yang berbeda dari biasanya, Naruto tampak sedikit frustasi. Entah apa penyebabnya, wajahnya tampak lebih suram dari biasanya. Terkadang ia mengumpat dalam diamnya. Entah apa yang sedang ia pikirkan.

"Hei, saudara!"

Sapaan ini sangat tak asing bagi Naruto, tapi tatapan matanya sangat menghardik sang penyapa.

"Mau apa kau sekarang, Sasuke?!"

Sepertinya kedatangan lelaki berambut raven itu tak disambut hangat oleh Naruto. Tapi, lelaki bernama Sasuke hanya tersenyum sinis menatap ke-frustasianNaruto. Sasuke melipat kedua tangannya di depan dadanya dan bersandar di pohon yang sedang dijadikan tempat menyendiri oleh Naruto.

"Bukannya aku sudah mengikuti apa katamu, tapi kenapa kau mendekatinya?"

Mendengar ucapan Naruto tadi, Sasuke malah tampak bahagia bahkan tertawa kemenangan dengan bebasnya. Tapi Naruto masih saja berwajah suram dan tak menanggapi tawa Sasuke tersebut.

"Mendekatinya katamu? Tentu saja, aku menyukainya seharusnya aku mendekatinya bukan?" jawab Sasuke dengan enteng dan mengabaikan umpatan Naruto.

"Kau mau membunuhnya, hah?! Kau tau Itachi itu psycho dan dia itu-" ucap Naruto sambil menarik kerah baju Sasuke namun terpotong saat ada orang datang menghampiri mereka.

"Aku ini kenapa, hm Naruto? Kau mau bilang apa tadi? Apa kau ingin Ino itu jadi korbanku berikutnya?"

Tentu saja Naruto mematung seketika, ketika nama adiknya disebut-sebut oleh Itachi. Itachi tersenyum kemenangan saat melihat tingkah saudara tirinya tersebut. Ia sangat senang menyiksa Naruto. Apalagi jika Naruto sampai memohon agar jangan menyentuh adik perempuan satu-satunya itu.

"Ah, kakak merusak suasana hatinya. Padahal aku baru ingin bersenang-senang dengannya" kata Sasuke memecahkan lamunan Naruto.

Sasuke berjalan menghampiri Itachi yang masih memasang topeng palsunya tersebut. Sedangkan Naruto hanya mengeram dalam hati. Ia bahkan tak bisa berbuat apa-apa.

"Ingat ya Naruto, janjimu dan tetap tutup mulutmu demi Ino-chan~" seru Itachi meninggalkan Naruto yang langsung terduduk lemas.

Sedangkan Sasuke berjalan mengikuti kakak lelakinya itu dari belakang. Badan Naruto serasa mati rasa, sangat lemas. Pikirannya sangat kacau, ia frustasi memikirkan keadaannya sekarang. Ia merasa dalam neraka, sangat tersiksa di dalam keluarga berdarah dingin itu.

Naruto tak pernah menyalahkan dirinya terlahir dari rahim Tsunade yang sudah pasti ibu kandungnya. Tapi yang ia sesalkan adalah lahir dari keluarga Uchiha yang hanya orang-orang tertentu yang tau bahwa keluarga itu adalah keluarga paling kejam, licik, dan berdarah dingin.

Oleh sebab itu, Naruto memakai nama keluarga Uchiha pada akhir namanya. Ia sangat membenci keluarga mereka. Mendengar nama keluarga itu saja membuatnya mual dan ingin muntah. Apalagi sampai memakainya sebagai marga? Membayangkannya saja Naruto tak ingin.

"Maafkan aku, Sakura. Aku sungguh-sungguh ingin membantumu"

.

.

.

Sakura POV

Ah, sial! Aku benar-benar tak bisa tidur, sia-sia saja aku bolos. Aku terlalu memikirkan ingatanku yang masih berantakan begitu. Sebenarnya aku takut ingin mengingatnya, sebab itu ingatan dimana aku hampir mati. Tapi aku penasaran, apalagi menyangkut masa laluku dengan Naruto dan Ino.

Pasti ada sesuatu hal yang membuat Naruto tertutup, tentu ini juga berkaitan dengan kejadian yang menimpaku. Aku benar-benar merasa bersalah dengan Naruto. Coba saja aku bisa mengingat sesuatu.

"Ah, Naruto. Apa kau ingin bolos kesini lagi?"

Aku mendengar sensei bicara dengan seseorang. Tapi aku tak terlalu mendengarkannya, aku masih asik memaksa otakku untuk mengingat sesuatu. Habisnya jika kesadaranku berada diambang-ambang, aku akan mudah mengingat sesuatu hal.

Srak!

Ah, gawat! Apa sensei tau aku tak tidur ya? Aku harus pura-pura tidur saja.

"Oh, ada orang disitu. Kau tidurlah ke ranjang sebelahnya"

Eh, bukan sensei ya? Aku tak bisa melihat, aku memejamkan mataku secara alami. Jadi, aku hanya bisa merasakan keberadaannya yang kini berada di samping ranjang yang kutempati. Tapi aku bisa mencium wangi badannya, aku merasa kenal dengan wangi ini. Seperti wangi-

"Sensei keluar sebentar, tolong jangan ganggu dia"

Deg!

Tiba-tiba saja tanganku digenggam olehnya, apa-apaan ini? Ini namanya pelecehan! Seenaknya memegang tanganku saat aku tidur. Kulaporkan kau nanti ya. Tapi saat aku ingin pura-pura terbangun, ia kembali mengelus rambutku dengan lembut dan ini membuatku enggan untuk membuka mata.

"Sakura"

Aku mendengar suaranya sedikit bergetar saat memanggil namaku. Ah dia kenal denganku? Apa dia fans ku yaa? Ah, tidak, tidak, tidak. Jangan memikirkan hal semacam itu sekarang Sakura.

"Maafkan aku, seharusnya aku membantumu.."

Sebentar, suara ini? Naruto! A-apa yang ia lakukan? Kenapa ia minta maaf? Oh, mungkin karena hal kemarin. Mungkin ia merasa bersalah padaku yang tiba-tiba menangis dan pingsan begitu saja.

".. dan kau jangan pura-pura tidur"

Stak!

Tiba-tiba saja jidatku dijitak olehnya. Argh! Sakit. Ini benar-benar sakit.

"Naruto! Sakit! Apa kau datang ke sini hanya menggangguku tidur?!"

Aku langsung bangun dan duduk sambil menghadap ke arahnya. Aku langsung menyiapkan kepalan tangan dan hendak memukulnya. Sedangkan ia mengambil ancang-ancang untuk menangkis pukulanku.

"Akting tidurmu masih buruk seperti biasanya" katanya sambil tersenyum dan menatapku dengan remeh.

Deg!

Tunggu! Aku merasa pernah melakukan hal ini, di tempat ini, dan bersama Naruto? Ah, tidak. Aku bahkan merasa ini sudah sering kulakukan. Dan rasanya ada yang kurang. Tapi apa ya? Hmm.

Tanpa pikir panjang aku langsung menarik kepala Naruto dan membuat jarak kami sangat dekat. Tuh, kan benar. Aku juga merasa pernah melakukan ini. Dan tatapan matanya seperti ini pun pernah kurasakan.

Plak!

Naruto menepiskan tanganku dari wajahnya, aku melihat wajahnya merah padam sambil mempelototiku. Sepertinya aku salah sikap tadi.

"A-apa yang kau lakukan?"

Dia tergagap mengatakan hal itu? Hahaha, yang benar saja? Ini lucu, eh bukan sikapnya sungguh lucu. Aku sungguh merindukan sikapnya yang seperti ini. Aku punya ide, aku kerjain sekalian aja.

"Aku? Yang kulakukan? Tentu saja ingin menciummu"

Wah, aku bicara seakan aku ini wanita yang agresif. Eh, eh, lihat wajahnya Naruto merah sekali sampai ke telinganya. Waa, dia benar-benar lucu. Aku semakin ingin mengerjainya.

"Me-menci-ciumku? A-apa kau gila? Kau amnesia, tapi kelakuanmu masih sama saja"

Kelakuanku masih sama? Maksudnya dulu aku sudah seperti ini sebelum amnesia? Jadi wanita yang agresif? Ah yang benar saja, masa aku jadi- aku jadi wanita agresif?!

"Sebentar, jadi kita memang pernah dekat, kan? Kenapa kau tak pernah cerita, Naruto?"

Aku langsung berteriak padanya saking kesalnya. Sebenarnya aku juga senang mengetahui bahwa aku memang dulunya sudah dekat dengan lelaki berambut jabrik ini. Entah mengapa, aku sangat bahagia mengetahui hal ini.

.

.

.

"Matilah, bagaimana ini?"

.

.

.

TBC


Edisi Jawab Reviewer

Ae Hatake : Hmm, tumben ya. Mungkin karena Yuu pengen suasana baru aja, makanya Ino jadi adiknya Naruto, kalau masalah tinggal di Panti sih enggak ^^

Aion Sun Rise : Ino? Bisu? Karena Sakura masih Amnesia, jadi mari kita cari tau bersama XD

Ikeda-chan, Yuisawada73, Yagami Eza Rizaldy, Ae Hatake: Hontou ne, Maafkeun diri Yuu. Yuu belum edit chap2, karena upload di Hp jadi kagak bisa edit, trus berantakan gitu. Tapi, tadi udah diedit dan minna udah bisa baca. Untuk perasaan diantara mereka, mari kita cari tau bersama ^^

A/n : Waaaaa! Help me! Yuu benar-benar bingung, mau lanjutin ceritanya gimana. Habismya sudah setahun ceritanya dibuat, eh baru sekarang mau di update. Kan jadi lupa inti ceritanya. X" AaAaAaAa.. sudahlah, jadi sekarang Yuu Cuma mau bilang…

Sekian. Dan..

Review?