Peri Bunga

Disclaimer : Masashi Kishimoto.

Story By : Yana Kim

Rate : T +

WARNING!

Abal, crackpair, EYD parah dan segala kekurangan lainnya.

Uchiha Sasuke x Yamanaka Ino

SUM:

Saat Uchiha Sasuke harus memilih antara kekasih seksinya dan juga gadis peri bunga bermata biru yang menarik perhatiannya.

.

.

.

Chap 1

.

.

.

Seorang pria berambut dark blue tengah berbaring dengan seorang wanita berambut coklat di tempat tidur super luas milik pria itu. Setelah kelelahan akibat kegiatan panas mereka, kedua insan itu tertidur sambil berpelukan. Uchiha Sasuke dan Sara Claire. Pasangan yang katanya paling sempurna se Jepang. Pengusaha muda yang sukses serta tampan dan seorang model papan atas yang cantik dan seksi. Siapa tidak kenal Uchiha Sasuke? Cassanova yang bisa memikat hati wanita hanya dengan senyum miring nan tipis miliknya. Sukses dengan melanjutkan perusahaan ayahnya setelah sang ayah meninggal. Dan juga siapa yang tidak kenal Sara Claire? Wanita cantik nan seksi campuran Jepang dan Inggris yang tengah dalam puncak kepopularitasnya di dunia model.

Pasangan yang sudah menjalin hubungan lebih dari setahun itu di gadang-gadang menjadi pasangan paling sempurna. Sama-sama berparas rupawan dan sama-sama sukses. Sasuke melepas lengan Sara yang melingkari pinggangnya saat mendengar dering ponselnya di nakas yang ada tepat disampingnya.

"Ya, Ibu?"

"Ibu meneleponku tengah malam hanya untuk mengingatkanku? Ibu aku tidak setua itu untuk melupakan pesananmu."

"Baik, Ibu. Hn. Aku mencintaimu."

Sasuke kembali meletakkan ponselnya di tempat semula dan kembali membaringkan tubuhnya. Sara, sang kekasih sudah bangun dan menatap Sasuke penuh tanya.

"Ibumu bilang apa?" tanya Sara sambil kembali melingkarkan lengannya di pinggang Sasuke serta menyandarkan kepalanya pada dada bidang sang kekasih.

"Hanya mengingatkan untuk mengambil karangan bunga dari toko. Besok Karin wisuda."

Sasuke merasakan kekasihnya mengangguk.

"Jadi dia sudah jadi dokter?"

"Begitulah."

"Ibumu begitu baik padanya. Sementara padaku sinis sekali."

"Karin sudah seperti anak perempuan di keluarga kami. Ibu memang sangat menyayanginya. Ibu memang tidak pernah bersikap baik pada kekasihku, kecuali Karin tentu saja. Aku juga tidak tahu kenapa."

Sara hanya bergumam.

"Besok temani aku ke acara wisuda Karin," ujar Sasuke.

"Tidak bisa, Sasuke. Besok pagi aku harus berangkat ke Paris. Ada pemotretan dan juga fashion show disana. Dan ini mungkin akan sangat lama."

"Tapi kau baru pulang dari Jerman pagi tadi."

"Mau bagaimana lagi? Ini pekerjaanku."

"Hn."

Sasuke menatap Sara yang sudah memejamkan matanya. Ia mengenal Sara saat wanita itu menjadi ambassador untuk produk wisata perusahaannya. Mereka mulai dekat, dan entah sejak kapan mereka menjadi sangat intim. Yang pasti mereka memiliki ketertarikan fisik yang kuat dan kemudian mereka memutuskan untuk berkencan. Menghela nafas cukup panjang, Sasuke kembali ke alam mimpi.

.

.

.

Uchiha Sasuke terlihat terburu-buru keluar dari gedung Uchiha Company. Terimakasih pada sekertarisnya alias Kakashi alias kekasih Karin yang izin untuk menemani Karin. Sasuke tidak menyangka kejadian setahun lalu saat ia dan Karin putus membawa dampak yang baik buat pasangan itu. Karin terlihat bahagia, bahkan lebih bahagia dibandingkan saat ia bersama Sasuke.

Ia ada rapat pagi-pagi sekali dengan para direksi. Setelah rapat selesai tepat pada pukul sembilan, Sasuke langsung bergegas menuju toko bunga untuk mengambil pesanan ibunya. Masih ada waktu sejam lagi sebelum acara wisuda Karin yang dimulai pada pukul sepuluh. Sasuke menatap toko bunga yang cukup besar yang ada di seberang jalan. Ia kemudian mencocokkan plangkat toko itu dengan alamat yang diberikan ibunya lewat pesan singkat di ponselnya. Setelah yakin, Sasuke menjalankan mobilnya menuju toko dengan berbagai jenis bunga di depannya dan Sasuke yakin kalau di dalam lebih banyak lagi. Turun dari mobil, wangi bunga langsung menyambut Sasuke saat pria itu memasuki toko. Ia melihat seorang gadis berambut pirang sedang menunduk menatap sekumpulan mawar ungu. Sasuke yakin orang itu adalah pemilik atau paling tidak pegawai yang bisa membantunya. Pria dua puluh tujuh tahun itu berdeham.

Si gadis langsung bangkit dan menatap Sasuke. Sejenak Sasuke lupa cara bernafas, ia terperangkap pada mata sewarna langit yang kini tengah menatapnya.

"Maaf. Em, selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?" tanya gadis itu. Oh, suara termerdu kedua yang pernah Sasuke dengar. Yang pertama, tentu saja ibunya.

"Ya. Aku ingin mengambil pesanan bunga atas nama Uchiha Mikoto." Sasuke kembali bersikap seperti biasa.

"Oh, ya. Sebentar akan saya ambilkan." Sasuke memperhatikan wanita berambut pirang yang sempat mempesonanya itu. Keberadaan gadis itu ditengah ratusan jenis bunga di toko ini membuatnya seperti seorang peri. Entah Sasuke yang salah lihat atau tidak, ia melihat gadis itu bersinar diantara warna-warni bunga yang ada disana. Tak lama kemudian gadis cantik itu menghampiri Sasuke dengan rangkaian bunga nan indah. Sasuke menerimanya, kemudian mengambil dompet dari saku celananya.

"Tidak perlu, tuan. Nyonya Mikoto sudah membayarnya saat memesan kemarin."

"Benarkah?"tanya Sasuke. Gadis itu mengangguk.

"Baiklah."

"Selamat datang kembali," ujar wanita itu disertai senyum secerah mentari. Membuat Sasuke terpesona untuk kedua kalinya.

Sasuke berbalik dan berjalan meninggalkan wanita itu. Namun ia kembali setelah dua langkah lagi sampai ke mobilnya. Si peri bunga— begitu Sasuke menyebutnya dalam hati, menyambutnya dengan tatapan heran. Sasuke sendiri heran mendapati dirinya kembali menemui gadis itu.

"Apa ada butuh sesuatu lagi?" tanya gadis itu.

"Err. Adik perempuanku wisuda hari ini. Aku butuh bunga untuk kuberikan padanya."

Gadis itu memiringkan kepalanya. "Bukannya bunga itu?" ia menunjuk bunga yang Sasuke pegang.

"Aa. Ini dari ibuku."

"Oh. Maksud anda, bunga dari anda? Untuk adik anda?" Sasuke mengangguk. Si gadis tersenyum lagi.

"Aku akan merangkainya. Tunggu sebentar ya..." Bukannya menunggu, Sasuke malah mengikuti gadis itu yang tengah memilih beberapa bunga kemudian membawanya ke sebuah meja cukup besar di ruangan itu. Gadis itu mengambil plastik pembungkus dan pita kemudian mulai merangkai bunga itu menjadi buket yang cantik. Sama cantiknya dengan buket pertama milik ibunya. Gadis itu memberikan bunga itu pada Sasuke, kini pria itu memegang dua buket bunga yang cukup besar. Sasuke meletakkan kedua bunga itu di meja, kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang dan menyerahkannya pada gadis itu.

"Tuan, ini terlalu banyak." Gadis itu mencoba mengembalikan uang Sasuke.

"Pegang saja. Mungkin besok aku akan kembali membeli bunga kemari." Sasuke menunjukkan senyum bengkoknya.

"Tapi..."

"Aku pergi." Sasuke mengambil bunganya dan keluar dari toko besar itu.

.

.

.

Sasuke memasuki aula tempat para mahasiswa kedokteran akan di wisuda. Sahabatnya, Naruto yang merupakan kakak Karin menyambutnya dengan pelukan begitu juga dengan orangtua Karin. Mereka pasti sengaja pulang untuk menghadiri wisuda putri mereka. Sasuke menyerahkan bunga pesanan kepada ibunya dan memegang bunganya sendiri.

Acara wisuda berlangsung cukup lama. Sasuke cukup bosan dengan acara yang di penuhi oleh pidato dan kata sambutan itu. Namun ia tersenyum saat Karin— mungkin Sasuke bisa menyebutnya dokter Karin dipanggil sebagai mahasiswa terbaik seangkatannya. Kakashi terlihat mendampingi Karin saat naik ke podium.

Setelah selesai, semua mahasiswa yang sudah lulus itu keluar untuk berfoto, begitu juga dengan Karin. Sasuke menyerahkan bunganya dan memeluk gadis itu.

"Selamat."

"Terimakasih, Sasuke. Aku tidak menyangka kau akan memberikanku bunga."

"Aku hanya berpikir Kakashi akan lupa memberimu bunga."

"Dia tidak lupa. Bunga darinya lebih bagus dari milikmu," cibir Karin.

"Bungaku lebih cantik. Ini di rangkai oleh seorang peri bunga yang—" Sasuke langsung menghentikan ucapannya. Ia hampir saja menceritakan tentang gadis cantik perangkai bunga itu. Peri bunganya.

Sasuke tersentak. Apa ia baru saja mengklaim gadis itu sebagai miliknya?

"Peri bunga? Kau sudah gila ya?"

"Hn."

Mereka pun mulai mengabadikan momen bahagia itu. Karin terlihat bahagia saat itu. Tentu saja! Dihari spesialnya, orang tua serta kakaknya datang dari luar negeri. Ibu keduanya, Uchiha Mikoto datang dengan sebuket bunga indah. Kekasih tercintanya juga datang dan mendampinginya. Oh jangan lupakan mantan kekasih menyebalkannya, Uchiha Sasuke.

.

.

.

Yamanaka Ino sedang menyemprotkan air pada bunga-bunga di toko orang tuanya saat mendengar bunyi klakson mobil yang cukup mengejutkannya. Ia berbalik dan mendapati lelaki tampan yang semalam membeli bunga darinya datang ke tokonya. Ini baru jam delapan pagi dan ia baru saja buka. Pria tampan yang sempat membuat matanya tak bisa berpaling itu mendatanginya. Penampilan yang sama memukaunya dengan kemarin membuat Ino hampir tak bisa memalingkan wajahnya. Saat pria itu mendekat, Ino malah salah tingkah. Pria itu tampil keren dengan setelan kantor yang membuatnya merasa seperti pemulung jalanan.

Demi Tuhan ia masih mengenakan sepasang piyama! Terimakasih pada jaket ungunya yang menutupi bagian atas bajunya. Piyama dengan gambar hello kitty yang dikenakannya bukanlah pemandangan yang bagus untuk pria kelas atas yang ada didepannya ini. Ia memang berencana berganti menjaga dengan ibunya dan mandi setelah ia selesai membuka toko dan mengeluarkan bunga-bunganya. Tapi pria ini malah datang disaat yang tidak tepat.

"S-selamat datang. Anda sedang mencari bunga?" tanyanya gugup.

"Ya. Klienku akan datang dari London. Dia seorang perempuan. Bisa kau rangkaikan bunga yang cantik untuk kuberikan padanya?" pinta Sasuke.

"Tentu saja. Akan segera saya buat. Anda menunggu di sini atau di dalam?" Sasuke tidak menjawab namun berjalan mendahului Ino memasuki toko. Ia kembali melihat pemandangan yang sama seperti kemarin. Peri bunganya terlihat sedang memilih beberapa bunga kemudian membawanya ke meja tempatnya biasa merangkai bunga. Sasuke sangat tertarik melihat gadis pirang cantik yang sedang sibuk menyusun bunga-bunga berbagai warna itu. Penampilan polos dengan piyama imut serta rambut yang digulung asal menambah nilai polos khas peri untuk Sasuke. Selalu berhadapan dengan wanita glamour dan penampilan mencolok membuat Sasuke merasa gadis yang sedang serius dengan pekerjaannya itu terlihat berbeda.

Tak lama kemudian Ino membawakan pesanan Sasuke. Buket bunga yang sangat cantik. Secantik orangnya kalau Sasuke boleh menambahi. Sebelum menerimanya, Sasuke mengambil dompetnya.

"Lebih uang anda kemarin masih cukup untuk membayar bunga ini, Tuan." Gadis itu mencegah Sasuke mengeluarkan uangnya.

"Mana bisa begitu. Ambil ini." Sasuke mengambil bunga di tangan Ino dan menggantinya dengan lembaran uangnya.

"Kau tahu, aku orang yang tidak suka menerima penolakan."

"Tapi ini terlalu banyak, tuan. Aku tidak bisa menerimanya."

"Anggap saja sebagai tip. Oh ya, aku mungkin akan sering memesan bunga darimu. Agar lebih mudah, bisa kau berikan nomor ponsel mu?" Sasuke sudah mengambil ponsel di saku jasnya.

"Benarkah?" Gadis itu tampak senang. Satu lagi ekspresi gadis itu terekam di memori Sasuke. Pria itu tersenyum miring, sebentar lagi ia akan mendapatkan nomor ponsel gadis cantik ini. Kemudian Sasuke mengangguk menjawab pertanyaan gadis itu.

"Kalau begitu anda bisa melihatnya di plangkat yang ada di depan. Nomor telepon Yamanaka Flowers ada di sana."

Dan Sasuke hampir terpeleset. Gadis ini benar-benar. Apa dia tidak tahu maksud Sasuke?

"Err ya. Siapa namamu?" tanya Sasuke dengan menahan malu.

"Saya Yamanaka Ino, tuan."

"Uchiha Sasuke." Sasuke kemudian keluar dari toko itu dengan rasa malu yang di tahan karena gagal mendapatkan nomor ponsel peri bunganya. Menaiki mobilnya, Sasuke melihat plangkat toko bunga yang di maksud gadis itu. Dengan senyum, ia menyimpan nomor itu di ponselnya. Gadis yang sangat menarik.

Sasuke berjalan memasuki kantornya dengan buket bunga di tangannya. Ia di sambut oleh sekertarisnya, Kakashi yang baru saja sampai.

"Selamat pagi, Sasuke-sama." Mereka berjalan bersama menuju ruangan Sasuke.

"Kau masih formal padaku? Ini untukmu." Sasuke memberikan bunganya kepada Kakashi yang terheran.

"Ini..."

"Berikan pada siapa saja. Karin, mungkin." Sasuke menjawab keheranan Kakashi.

"Terimakasih kalau begitu. Bunga yang cantik. Dari mana anda membelinya?"

"Yamanaka Flowers."

"Ah!" Kakashi tiba-tiba tersentak. Mereka sudah sampai diruangan Sasuke dan pria itu mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya.

"Kau kenapa?" tanya Sasuke.

"Maaf, Sasuke-sama. Bisa saya berbicara secara pribadi kepada anda? Tanpa ada hubungan sekertaris dan atasannya?" Sasuke memandang heran pada Kakashi.

"Tentu saja. Sejak kau berpacaran dengan Karin kau sudah ku minta untuk bicara informal padakuk kan?"

Kakashi mengangguk. Namun dengan kecepatan seperti kilat, ia sudah berdiri di depan meja Sasuke dan menarik kerah sang bos hingga tubuh Sasuke condong ke depan. Tentu saja si Uchiha kaget.

"Apa yang—"

"Kau tidak mungkin membeli bunga sepagi ini hanya untuk memberikannya padaku ataupun Karin."

"Apa maksudmu?"

"Jangan macam-macam dengan Ino. Kau sudah punya Sara!" Kakashi menatap Sasuke dengan pandangan serius. Ini pertama kalinya Sasuke melihat ekspresi ini dari Kakashi.

Kemudian Kakashi melepaskan cengkeramannya dari kerah Sasuke.

"Apa hubunganmu dengan gadis itu?" tanya Sasuke kemudian.

"Kau tidak perlu tahu, Sasuke."

"Oh. Dia selingkuhanmu? Kau mendua dari Karin?"

"Aku tidak sejahat itu!"

"Lalu?" Sasuke sungguh sangat penasaran dengan gadis itu. Kenapa Kakashi sampai mengancamnya hanya karena gadis itu?

Kakashi menghela nafas panjang kemudian menjawab.

"Dia sepupuku."

"Apa?" Dunia sangat sempit kan?

"Maaf sudah merusak kemeja mahalmu. Tapi kumohon, jangan mendekatinya."

Sasuke malah menyeringai.

"Kau tahu? Kau membuatku semakin ingin memilikinya."

"Kau sudah punya Sara!" bentak Kakashi terdengar frustasi.

"Kita lihat saja nanti. Apa jadwalku hari ini?" Sasuke mengalihkan pembicaraan membuat Kakashi harus kembali pada pekerjaannya.

.

.

.

Perkataan Kakashi membuat Sasuke semakin penasaran dengan gadis bernama Yamanaka Ino itu. Sepulang kantor pada pukul lima sore. Sasuke kembali mendatangi toko bunga Yamanaka. Namun gadis itu tidak terlihat. Hanya seorang wanita paruh baya yang terlihat sedang mengangkat ember-ember plastik berisi bunga ke dalam toko. Sasuke mendatangi wanita itu.

"Selamat datang. Anda mencari bunga?" senyum ramah wanita itu menyambut Sasuke.

"Ya, saya pesan dua puluh empat tangkai mawar merah."

"Sebentar ya, akan saya ambilkan." Wanita itu masuk kedalam toko namun Sasuke menahannya.

"Apa bunga-bunga ini akan di masukkan kedalam?"

"Ya, aku sudah akan tutup sebenarnya."

"Aku akan membantu mengangkatnya. Dimana aku bisa meletakkannya?" tanya Sasuke.

"Terimakasih, tapi tidak usah anak muda. Sebentar lagi putriku akan pulang dari kampusnya. Dia akan membantuku." Ujar wanita itu dengan keramahannya.

"Sepertinya aku akan menyusunnya di sana." Sasuke mengangkat ember yang cukup berat karena berisi air itu dan menyusunnya di dalam toko, tempat ember lain sudah di susun.

"Sepertinya kau orang yang keras kepala. Terimakasih banyak, nak." Wanita itu kemudian masuk ke dalam dan mengambilkan pesanan Sasuke.

Sasuke hampir selesai dengan pekerjaannya karena hanya tersisa sebuah ember dengan bunga Iris di dalamnya.

"Uchiha-san! Apa yang anda lakukan?" sorak seorang gadis yang muncul di belakang Sasuke.

Sasuke menoleh.

"Kau sudah melihat apa yang sedang ku lakukan, Ino." Sasuke mengangkat ember terakhir dan meletakkannya ke tempatnya. Mengangkat delapan ember yang cukup berat dengan setelah jas lengkap membuat keringat mengucur di dahi Sasuke. Ino kemudian mengambil sapu tangan dari tasnya dan memberikannya pada Sasuke. Sasuke menerimanya dan mengusap wajahnya. 'Harum,' batin pria itu saat sapu tangan lembut itu mengenai penciumannya. Ia pun menyimpan benda itu ke saku jasnya.

"Maaf sudah merepotkanmu, Uchiha-san." Ino merasa bersalah.

Kemudian wanita paruh baya yang Sasuke tebak adalah ibu Ino muncul dengan bunga pesanan Sasuke dan memberikannya pada pria itu.

"Masuklah dulu, nak. Ino, ajak pemuda baik ini ke rumah. Aku akan menutup toko dulu."

"Mari, Uchiha-san." Ino membimbing Sasuke menuju samping toko yang merupakan rumah mereka.

"Silahkan duduk, Uchiha-san. Aku akan mengambil minuman." Ino beralih kedapur dan Sasuke pun mendudukkan dirinya ke sofa empuk milik keluarga itu dan meletakkan bunganya di meja. Mata Sasuke menjelajahi foto yang dipajang di dinding. Ada foto keluarga dan foto Ino sendiri. Ah! Ada foto Ino dan Kakashi juga. Sasuke menarik bibirnya melihat foto itu. Ino kemudian kembali dengan minuman dingin dan beberapa camilan.

"Silahkan diminum, Uchiha-san. Anda pasti sudah lelah."

"Jangan terlalu formal. Panggil Sasuke saja." Ino mengangguk. Sasuke meminum minumannya dalam diam.

"Kau sepupunya Kakashi?"

"Anda kenal dengan nii-sanku?"

"Aku rekan kerjanya. Aku melihat foto itu." Sasuke menunjuk salah satu foto di dinding.

"Ibuku adalah adik dari ayah Kakashi-nii." Sasuke mengangguk. Nyonya Yamanaka kembali dan ikut mendudukkan dirinya.

"Terimakasih banyak, nak. Siapa namamu?"

"Sama-sama, nyonya. Saya Uchiha Sasuke."

"Panggil basan saja, Sasuke."

"Kalau begitu aku pulang dulu, basan."

"Ah iya. Ino antar Sasuke ke mobilnya ya."

Sasuke berdiri dan mengambil bunganya. Ino mengikuti dari belakang menuju mobil Sasuke yang terparkir di dekat toko bunga mereka.

"Terimakasih sekali lagi, Sasuke-san. Anda sudah sangat membantu."

"Tidak masalah. Ah! Aku belum membayar bunga ini." Sasuke menatap bunganya kemudian mengambil dompetnya. Namun Ino menahan Sasuke.

"Tidak usah, Uchiha-san. Kembalian anda tadi pagi dan kemarin masih cukup. Anda juga sudah membantu ibuku."

"Kau yakin?" tanya Sasuke.

"Sangat."

"Sepertinya kau dan keluargamu sangat mencintai bunga. Aku suka semua rangkaian bunga dari toko kalian."

"Terimakasih. Kami memang sangat mencintai bunga. Ayahku yang seorang pria saja menyukai bunga. Bunga bisa di gunakan untuk mengutarakan perasaan, baik senang, sedih , persahabatan bahkan percintaan!" Ino terlihat sangat bersemangat menerangkan pada Sasuke.

"Apa kau tahu arti dua belas tangkai mawar merah?" tanya Sasuke.

"Tentu saja!" ujar Ino bangga.

"Apa?" tanya Sasuke.

"Jadilah milikku!" jawab gadis itu dengan senyuman yang kini menjadi kesukaan Sasuke.

"Ku pegang kata-katamu, nona."

"Eh? Ap—" Sasuke mengambil tangan Ino dan meletakkan bunganya ke tangan gadis itu.

"Dua puluh empat tangkai mawar merah. Aku milikmu!"

Cup!

Sasuke mengecup kilat pipi Ino dan masuk kedalam mobilnya dan meninggalkan Ino yang terpaku dengan wajah semerah tomat.

.

.

.

TBC

.

.

.

Kenapa saya malah bikin SasuIno lagi? Ga tahu nih! Malah dapat inspirasi buat bikin mereka.

Semoga suka. Ini ga bakal panjang kok. Paling tiga atau empat chapie.

Keep or delete?

^_^ Yana Kim