Assassination Classroom (c) Matsui Yūsei

A/N: hanya ficklet sederhanu—sederhana dan anu—karena akhir2 ini lagi malnutrisi OTP; Asano Gakuhou x Isogai Yuuma
Anggaplah setting fic ini 7 tahun kemudian, jadi Isogai udah legal buat ena-ena. Om juga akhirnya lepas dari titel pedo (semoga) #yha


Playing Pretend

Warning: Newlyweds!AU. Boy x boy. PWP. Uniform fetish. Roleplaying.

.
by Ratu Obeng (id: 1658345)

.

.

[01/05]

Lokasi : workshop
Okupasi : bos dan sekretaris

20:14 PM


Sigh.

Desah lelah meluncur lagi kesekian kali dari mulut Isogai Yuuma—oh, atau sebut sekarang Asano Yuuma—semenjak akta pernikahan mengganti legal nama keluarganya dengan salah satu pengusaha ternama yang cukup disegani di prefektur Kunugigaoka.

Saat bulan sudah menggantung penuh di langit sewarna rambutnya, lagi-lagi Yuuma mendesah.

"Kalau sudah lelah, jangan dipaksa. Kau bisa istirahat sebentar."

Bukan sindiran atau paksaan, kalimat itu tulus. Mahkota legam menggeleng, semakin lama menunduk dengan wajah perlahan merona.

"...Aku hanya ingin ganti baju."

"Kau tidak nyaman?"

Tentu saja, kan?

Mana mungkin nyaman memakai celana pas kaki yang lebih kecil dua ukuran. Rasanya menyiksa sekali terutama di bagian ehem itu. Ditambah kemeja putih kebesaran (disangga suspender seperti trend fashion pra mileniun, bweh) dikombinasi dasi yang terpasang longgar. Yuuma tidak mengerti selera suaminya. Lebih tidak mengerti lagi kenapa dia harus memakai perpaduan kostum aneh selama bertemu muka dengan para klien yang untungnya sudah angkat kaki kira-kira setengah jam lalu.

"Aku tidak suka cara mereka tadi memandang bokongmu."

KAU YANG MENYURUHKU MEMAKAINYA!

"Jadi, pakaian ini sudah boleh dilepas?" suara sedikit memelas, "Soalnya aku masih harus menyiapkan makan malam dan kau tahu... ngg, celana ini... sempit sekali..."

Gakuhou memundurkan sedikit kursi kerjanya. Menaruh berkas di tangannya ke atas meja untuk memberikan tatapan lekat sembari menyeringai nakal. (Bolehkah Yuuma gagal jantung karena tidak biasa pria itu memakai kacamata dan jas lengkap saat bekerja di rumah?)

Tanpa disuruh, Yuuma membawa dirinya mendekat. Mencium kening sang workaholic yang tertawa geli, "Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan?"

"Kau."

PLIS.

"Ga. Ku. Hou." rasanya anak itu ingin mendaratkan pulpen dan buku notulen ditangannya pada pipi kiri dan kanan sang suami.

"Sejak dulu aku ingin punya sekretaris seksi seperti ini."

Pinggang direngkuh, menarik sang malaikat ke atas pangkuan. Yuuma meringis karena selangkangannya semakin terasa sesak dan menyiksa, tapi ciuman panas yang diberikan Gakuhou melenyapkan semuanya. Kegiatan beradu lidah mereka semakin dalam dan basah, saling menghanyutkan.

"Jadi itu yang kau pikirkan? Ingin punya sekretaris seksi?" Yuuma menarik diri terlebih dulu, memasang tampang cemberut yang makin terlihat menggemaskan.

"Kita sedang bekerja. Panggil aku dengan sir, Tuan Isogai."

Hah?

Yuuma merengut bingung. Sungguh rasanya aneh sekali mendengar nama keluarganya dipanggil lagi secara mendadak. Ditambah kelakuan aneh sang suami sedari siang, sampai membatalkan konferensi di tempat kerja dan malah mengundang rekan-rekan kerjanya untuk rapat akbar di rumah mereka.

"Dengar, Gakuhou... lebih baik cepat selesaikan pekerjaanmu lalu kita bisa mengisi perut dan istirahat. Kau belum istirahat sama seka—AKHHH!"

Terlalu kuat. Dalam sekian detik setelah tubuhnya diangkat paksa, punggung Yuuma sudah beradu dengan permukaan meja kerja. Lembaran dokumen hingga alat tulis bahkan sampai jatuh ke lantai akibat guncangan.

"Sekretaris tidak sepantasnya membantah perintah bos, kan? Lagipula kalau hanya mengisi perut, aku bisa membantumu."

Jari-jari terampil membuka cekatan beberapa kancing kemeja terbawah. Jepitan suspender beserta mata sabuk yang mengukung celana ikut dilepas cekatan. Menyingkap area perut yang mulus, sangat menggoda untuk digigit-gigit kecil hingga meninggalkan bekas di sana.

Yuuma mencoba berpikir cepat saat kedua kakinya diangkat dan pahanya direntangkan ke arah berlawanan. Memberontak sebisanya supaya Gakuhou tidak terburu-buru, mencoba bernegosiasi agar dia membuka sendiri propertinya karena perlakuan yang diterimanya malah membuat area privatnya semakin tersiksa.

"Aku tidak bisa membuka celana ini buru-buru! Ahhh, sakittt!"

Argumennya tidak membuahkan hasil, pria itu malah merogoh isi laci meja lalu mengeluarkan gunting. Yuuma terkesiap ngeri.

"Gakuhou. Jangan gilaaa!"

"Aku tidak akan berbaik hati pada sekretaris yang tidak punya tatakrama. Panggil aku sir."

Ujung tajam perlahan berhasil merobek vertikal area pantat Yuuma yang tidak memiliki pertahanan lagi. Memang sebelumnya Gakuhou sudah memintanya untuk tidak memakai dalaman supaya celana tersebut mudah dikenakan.

Bayangkan; sejak sore tadi Yuuma tidak memakai celana dalam dan harus bertatap muka dengan klien Gakuhou sambil melayani mereka, meskipun hanya sekedar mencatat di pojok atau menyediakan kopi selama area genitalnya tercetak jelas. Memangnya siapa dia? Ekshibisionis?

"Hentikan, jangan di sini. Pekerjaanmu—anda—bisa kotor..." Yuuma memalingkan muka ke samping, merasa malu luar biasa, "...sir."

Gakuhou menjilat bibirnya penuh kemenangan. Kaki Yuuma dibuka lebih lebar. Membuat robekan di tengah celana semakin menganga, memperlihatkan jelas lubang firdaus yang sedari pertama sudah diincar.

"Bagaimana perasaanmu ketika tua-tua bangka tadi memandangmu penuh nafsu, Tuan Isogai?"

Tidak diberi persiapan apa-apa. Lubang itu diterobos begitu saja oleh ereksi Gakuhou yang sudah sangat keras. Yuuma hanya bisa memekik kesakitan karena terlambat menyesuaikan diri.

"Pelan-pelan... tolong... l-lebih pela...n, Sir! Khh!"

Tak pelak cairan bening jatuh dari sudut mata. Antara bingung bercampur malu. Sakit bercampur nikmat. Kesal bercampur penasaran. Yuuma bersumpah dalam hati untuk mencabut jatah suaminya seminggu ke depan supaya jera.

"Ahh, lubangmu masih sempit saja... nhh,"

Yuuma selalu ingat perlakuan Gakuhou yang sangat lembut kepadanya dari sejak malam pertama mereka hampir sebulan lalu. Tidak seperti sekarang, kasar dan memaksa. Meskipun harus dia akui, pria berkacamata dan berseragam lengkap yang kini bergerak liar memenuhinya terlihat seksi sekali. Tanpa sadar precum membanjiri pangkal kejantanannya yang merah membengkak di balik pantalon yang retsletingnya masih tertutup rapat.

"Sir, Di situ. Lagi! Khh, nnhh! ...ahh!"

Ini pengalaman baru untuk mereka berdua. Rupanya keputusan Gakuhou untuk menjebak Yuuma diam-diam dalam kegiatan roleplaying berhasil meningkatkan libidonya lebih tinggi dari biasanya. Sudah hitungan jam pria itu menahan panas yang memberontak di area selatan tubuhnya semenjak rapat berlangsung. Ingin segera mengusir nasabah tidak tahu diri—yang memandang Yuuma-nya dengan birahi terang-terangan—kemudian menggagahi tubuh indah itu di sofa atau di lantai sekalian.

"Berani memerintah atasanmu, Tuan Isogai? Kau mau aku berhenti bergerak?"

Yuuma menggeleng keras. Jangan di tengah kenikmatan ini. Orgasme sudah menggerogoti area vitalnya, dia tidak mau berhenti.

Tangan Yuuma ikut sibuk membuka kancing dan mengeluarkan kejantanannya sendiri dari dalam celana yang hampir terkoyak. Hanya berhasil mengeluarkan bagian ujungnya saja, tapi itu sudah lebih dari cukup.

"Sir. Saya mohon. Lebih keras... Ahhn, le-lebih... cepat... nhh," lenguh erotis Yuuma saat memohon menjadi surga yang tidak bisa ditolak Gakuhou. Pria itu mendorong pinggulnya lebih keras, menekan titik yang membuat sang resesif kepayahan, "SIR, LEBIH DALAM LAGI, AAAAHNNNN—!"

Dua kali hentak kemudian, Yuuma berhasil membebaskan dirinya. Menyiprati bagian perut dan mungkin kertas-kertas kusut yang terhimpit di seputaran punggung. Yuuma keluar banyak sekali, membuatnya malu luar biasa karena tanpa sadar dia ikut terangsang dalam permainan binal sang suami.

Gakuhou belum berhenti. Diangkat satu kaki Yuuma untuk ditaruh di salah satu pundaknya sebelum memompa lagi berulang kali. Klimaks akhirnya menghampiri pria itu yang kemudian mengeluarkan semua esensinya di dalam. Yuuma mengejang hebat mendapati tubuhnya segera terisi penuh.

Keduanya sibuk menata pasok oksigen. Permainan kali ini mungkin menjadi yang tercepat namun ternikmat. Tidak ada dari mereka yang pernah berkeringat begitu banyak saat bercinta, masih menolak melepaskan diri satu sama lain karena ekstasinya masih jelas terasa.

Meskipun begitu, Gakuhou harus ingat kalau dia menikahi pribadi yang cukup keras kepala.

"Oh iya, ...Sir,"

Asano Yuuma masih di bawah sana—dengan napas memburu, liur yang masih jatuh dari sela-sela bibir ranum, kelopak mata sayu dan pipi kenyal memerah. Sensual. Gakuhou yakin dia siap untuk ronde berikutnya saat jemari manja Yuuma terulur, membuka kacamatanya diiringi tersenyum memikat.

Tapi auranya begitu gelap. GLEK. Firasat Gakuhou mulai tidak enak.

"Mulai besok saya minta cuti sebulan."


END