Sebelumnya dalam NARUTO PHENEX: LAVA HOUND. . .

Issei tak terima dirinya di jadikan iblis, ia akan berusaha mencegah Rias untuk mereingkarnasikan manusia lagi.

Di sisi lain, Naruto yang mengetahui kebencian Issei terhadap iblis mempunyai rencana licik dengan memanfaatkan Issei.

'Khu. . . khu. . . khu, sepertinya ada yang benci karena di reingkarnasikan menjadi iblis. Menarik! Aku dapat memanfaatkannya untuk membunuh Heiress Gremory. Nah sekarang, scenario baru telah terbentuk.'


NARUTO PHENEX: LAVA HOUND

Chapter 4: Meet Tenshin


Pagi hari menjelang di kota yang di juluki kota seribu taman, Kuoh. Orang-orang mulai beraktivitas seperti biasa, ada yang berangkat kerja, sekolah, dan lain-lain.

Di antara jajaran apartemen yang mewah dan tenang, membuat siapa saja yang melihatnya terasa nyaman, terlihat sebuah kamar di lantai atas yang begitu tenang dan sunyi, membuat siapa saja berfikiran jika kamar itu kosong namun. . .

Kring! Kring! Kring!

BRAK!

"Jam weker sialan. . . aku masih ngantuk," gerutu seseorang, sambil menenggelamkan wajahnya pada bantal.

Dengan sadis orang itu memukul jam weker sampai hancur total, bisa di bayangkan seberapa besar kekuatan yang di milikinya. Orang itu lalu bangkit dari tidurnya karena tak bisa tidur kembali.

"Hoaaamm. . ."

Mata blue shappire orang itu redup, pertanda masing mengatuk. Rambut pirangnya terlihat sangat kusut, pertanda dirinya tak bisa diam saat tidur. Ia lalu berjalan menuju kamar mandi untuk melakukan pembersihan badan.

15 menit terlewati dengan sangat cepat, pemuda pirang itu kini tengah menghadap cermin, menampilkan wajah gantengnya.

"Sekarang. . . peristiwa apa yang akan terjadi?" gumamnya, menyeringai pada pantulan dirinya sendiri.

Ia lalu beranjak keluar dari kamarnya bukan. . . lebih tepatnya apartemennya,

Krieett!

Membuka pintu,

Cklek!

Dan menutupnya kembali, menampilkan sebuah tulisan di depan pintu 'Kamar 666, Naruto'.


-Heaven-

Surga, satu kata yang di dambakan hampir seluruh orang, sebuah tempat yang indah tiada tara, sulit di ungkapkan oleh kata-kata, dan sulit di bayangkan oleh akal logika.

Surga memiliki 7 tingkatan yang berbeda, dengan kualitas keindahan yang pastinya berbeda. Tingkat ke-7 merupakan tingkatan surga tertinggi dengan keindahan yang paling WARBIAZA. Di salah satu ruangan yang ada di tingkat ke-7, terdapat seseorang yang sedang duduk anggun di sebuah kursi kebesaran, ia memiliki ciri-ciri berambut pirang panjang dan wajah yang tampan dengan senyum menghiasi wajahnya tanpa henti.

"Michael-niisama!" panggil seseorang yang baru saja masuk.

"Oh kau rupanya, Gabriel." Kata Michael, sang Malaikat berpangkat Seraph.

Gabriel adalah adik dari Michael, ia di kenal sebagai Malaikat tercan- bukan, tapi makhluk tercantik di dunia. Tidak hanya itu, Gabriel juga merupakan salah satu dari empat Malaikat berpangkat Seraph.

"Ada apa Gabriel?" tanya Michael, masih dengan senyumannya.

"Ano. . ." Gabriel sedikit gugup, ini pertama kali baginya ia meminta sesuatu pada kakaknya. "Apa ada pekerjaan lagi untukku?" sebelum meminta, ia bertanya terlebih dahulu.

Michael berfikir, "Hmm, akhir-akhir ini tidak ada kasus berat yang terjadi di bumi, itu membuat kita bisa bersantai." Gumamnya. "Tidak ada." Jawab Michael.

Terulas senyuman di wajah Gabriel, "Kalau begitu, bolehkan aku mengambil cuti dari pekerjaanku?"

"Cuti? Boleh saja, untuk berapa lama?"

"Hmm, kira-kira sebulan. Aku ingin berlibur di bumi." Jawab Gabriel, inilah permintaannya.

"Di bumi? Apa tidak apa-apa?" tanya Michael, sedikit khawatir.

"Tentu saja tidak, aku ingin lebih dekat dengan manusia." Jawab Gabriel mantap.

"Baiklah. . ." kata Michael.

"Terima kasih onii-sama."

"Umm sama-sama."


Tap! Tap! Tap!

"Hmm, aura bocah iblis itu berada tidak jauh dari sini," gumam seseorang, lebih tepatnya Naruto yang sedang berjalan santai di trotoar. "Lebih baik aku terus mengawasinya, aku merasakan ada aura suci tidak jauh berada di sekitarnya, meskipun terasa kecil, mungkin dia orang gereja." Lanjutnya sedikit menyeringai.

Naruto berjalan pelan di antara hiruk-piruk orang-orang yang berjalan, tujuannya kini hanya untuk mengawasi bocah iblis yang menarik perhatiannya kemarin.

Dengan kemampuan yang Naruto miliki, ia dapat dengan mudah melacak aura seseorang. Dimana pun keberadaannya, jika masih dalam jangkauan akan Naruto temukan.

Naruto menyakukan kedua tangannya di saku celana jeans hitamnya. Kini ia sudah keluar dari zona keramaian, berjalan menuju ketenangan. Naruto berjalan kurang fokus, otaknya kini sedang memikirkan langkah-langkah untuk mencapai salah satu tujuannnya, membunuh salah satu keluarga iblis Phenex, lebih tepatnya adiknya sendiri!

Bruk!

Sudah di bilang, akibat Naruto berjalan kurang fokus ia menabrak seseorang sampai jatuh saat belok di persimpangan.

"Aduduh. . ." ringis seseorang yang di tabrak oleh Naruto, dari suaranya yang terkesan feminine maka Naruto dapat mengetahui bahwa seseorang yang di tabraknya adalah wanita, yang berambut pirang sama seperti dirinya.

"Maaf, kau tidak apa-apa?" tanya Naruto sopan dengan nada sedikit merasa bersalah sambil menjulurkan tangan kanannya.

Wanita itu menerima uluran tangan Naruto.

DEG!

'Perasaan tidak enak apa ini?' tanya Naruto dalam hati dengan jantung yang tiba-tiba berdetak kencang.

Saat wanita itu menerima uluran tangan Naruto entah kenapa seluruh tubuh Naruto di selimuti oleh hawa yang tidak enak.

Wanita itu mendongkak, menampilkan wajah cantiknya kehadapan Naruto.

DEG!

'Di-dia! Tidak salah lagi! Dia adalah salah satu Seraph, Gabriel!' kaget Naruto dalam hati.

Naruto langsung melepaskan tangannya saat wanita itu yang ternyata adalah Gabriel sudah berdiri dengan tegak. Kini, perasaan Naruto sudah mulai menenang. 'Ini aneh, seharusnya aku bisa merasakan hawa keberadaan Malaikat ini. tapi nyatanya? Tidak! ada apa ini? mungkinkah ia menekan hawa keberadaannya?! Bisa jadi, yang kuketahui Malaikat merupakan makhluk paling pandai dalam menekan hawa keberadaan, terutama seorang Seraph seperti dia. Aku harus waspada!' kata Naruto dalam hati sambil menatap intens Gabriel.

"Terima kasih, ano. . ."

"Panggil aku Naruto, dan jangan berterima kasih seperti itu, lagian ini salahku juga karena telah menubruk nona, hmm. . . ano. . ."

"Namaku Gabriel, salam kenal Naruto-san." Kata Gabriel sambil mengulurkan tangannya, bermaksud untuk bersalaman dengan Naruto.

'Ghh! Aku tak mau bersentuhan dengan dia!' ucap Naruto, sayangnya yang keluar dari mulutnya hanyalah deheman singkat dan menerima uluran tangan Gabriel.

Kembali, Naruto merasakan hawa tak enak yang menyelimuti tubuhnya. "Yah, salam kenal juga." Ucap Naruto senormal mungkin.

Mereka bedua mengakhiri berjabat tangan, Naruto tentu saja tak dapat langsung pergi meninggalkan Gabriel. Alasannya? kan Naruto yang salah karena telah menabrak makhluk tercantik di dunia, ia tidak enak dengannya dan juga bersikap senormal mungkin layaknya manusia yang merasa bersalah.

"Naruto-san, bolehkah aku meminta bantuanmu?" tanya Gabriel, sedikit gugup. Ia sedang berbicara dengan seorang manusia. Gabriel sudah tidak tahu lagi kapan terakhir ia bercengkrama dengan seorang manusia, karena itu ia sedikit gugup dan canggung.

'Aku berharap kau enyah saja dari sini!' ucap Naruto. Lagi-lagi sayangnya hanya deheman singkat pertanda setuju yang keluar dari mulutnya.

"Bisakah Naruto-san membantuku mencari penginapan? Itu juga kalau Naruto-san tidak sibuk,"

"Ah, tentu saja bisa Gabriel-san. Kebetulan ini hari minggu, jadi tidak ada kegiatan yang aku lakukan kecuali jalan santai." Jawab Naruto, sambil tersenyum.

"Terima kasih banyak Naruto-san." Ucap Gabriel sambil sedikit menunduk, wajahnya berseri.

"Sama-sama." Balas Naruto.

Keduanya lalu beranjak pergi mencari tempat penginapan, Naruto yang melihat Gabriel membawa satu koper berukuran sedang dengan 'murah hati' menawarkan dirinya agar ia yang membawa. Awalnya Gabriel menolak namun menghadapi sikap keras kepala Naruto akhirnya Gabriel menyerah saja.

Tak berselang lama mereka menemukan sebuah tempat penginapan, motel lebih tepatnya.

"Permisi, apa ada kamar yang kosong disini?"

"Maafkan kami Pak, kamar disini telah terisi penuh,"

"Begitu, sayang sekali."

Keluar dari motel, keduanya lalu beranjak pergi mencari hotel. Kebetulan ada hotel dekat dengan motel tadi, jadi mereka berdua hanya berjalan kaki untuk sampai disana.

"Permisi, apa ada kamar kosong disini?"

"Maaf Pak, semua kamar di hotel ini telah di boking."

"Begitu, terima kasih."

Keluar dari hotel itu, mereka berdua mencari hotel lainnya. Namun tak ada satu pun hotel yang menyediakan kamar kosong. Akhir-akhir ini banyak turis asing yang berkunjung ke Kuoh, itulah sebabnya tidak ada hotel yang masih menyediakan kamar kosong.

Semua hotel telah Naruto dan Gabriel singgahi, namun tak ada satu pun kamar yang kosong. Akhirnya mereka berdua mencari apartemen,

Sampai ke apartemen satu, keluar lagi, dengan alasan? Sudah penuh!

Masuk ke apartemen lainnya? keluar dengan Gabriel yang memasang wajah cemberut. Artinya? Sudah jelas kan?!

Menemukan apartemen yang lainnya? namun belum sampai masuk mereka sudah di suguhi tulisan yang bertuliskan 'Maaf, apartemen ini telah di boking selama sebulan lamanya.'

Pada akhirnya, mereka hanya berjalan-jalan di sepanjang trotoar.

"Haah," keluh Gabriel. "Apa tidak ada tempat penginapan yang menyediakan kamar kosong? Satu saja?" gerutu Gabriel.

'Lebih baik tidak ada dari pada ada, kau membuatku tidak tenang.' Batin Naruto sambil melirik Gabriel dengan ekor matanya. Sepertianya ia tak tertarik dengan kecantikan Gabriel. Namun beda halnya jika dia manusia biasa yang tak tahu menahu soal makhluk supranatural.

"Ngomong-ngomong, Naruto-san tinggal dimana?" tanya Gabriel tiba-tiba.

Naruto menoleh, "Aku tinggal di apartemen sendirian," jawab Naruto seadanya.

"Benarkah?" kaget Gabriel. "Apa di apartemen tempat Naruto-san tinggal masih ada kamar kosong?"

"Hmm, setahuku tidak ada. Aku juga kebetulan mendapatkan satu kamar kosong, akhir-akhir ini banyak pendatang yang singgah di kota Kuoh." Jawab Naruto.

"Hmm, begitu. Tapi apa salahnya menanyakan lagi? Siapa tahu ada kamar yang kosong?"

"Tapi itu tidak mungkin Gabriel-san, aku sudah mengecek semuanya. Apartemen yang aku tempati akan penuh untuk beberapa hari ke depan," sanggah Naruto.

"Mouu~ di coba dulu kan tidak apa-apa."

"Haah. . . terserahmu saja."

Dengan pasrah Naruto segera menuntun perjalanan menuju tempatnya tinggal, namun dalam hati ia menyeringai senang, pasalanya di apartemen tempatnya tinggal sudah penuh. Jadi mau tidak mau Gabriel harus meninggalkan kota Kuoh ini, tidak mungkin kan Gabriel meminta izin agar boleh menginap di tempat Naruto? Bisa-bisa dia 'jatuh' nanti karena akan ada iblis yang selalu mengganggu kehidupan, yaitu Naruto.

Tak sampai setengah jam, Naruto dan Gabriel sudah sampai di apartemen yang terlihat mewah dan tenang. Itu adalah bangunan tempat tinggal Naruto.

"Sugoi! Apartemen yang Naruto-san tempati sangat indah dan nyaman," kagum Gabriel. Meskipun dirinya selalu di suguhi pemandangan yang indah tiada tara di Surga, namun entah kenapa terdapat suatu kenikmatan saat melihat pemandangan hasil jerih payah manusia.

"Ayo kita masuk," ajak Naruto yang di beri anggukan mantap oleh Gabriel.

Keduanya masuk dan segera menghampiri resepsionis,

"Permisi, apa ada kamar yang kosong disini?" tanya Gabriel sopan.

'Tidak ada. Sudah pergi saja sanah!' jawab Naruto dalam hati, masih dengan tampang datarnya.

"Oh kebetulan, ada satu kamar yang kosong. Orang yang menempati sebelumnya telah pergi karena ada urusan yang mendadak." Jawab resepsionis itu dengan sopan.

'APA!?" kaget Naruto, dalam hati tentunya.

"Benarkah? Terima kasih Tuhan." Ucap Gabriel sambil mengucapkan syukur.

Hyuung!

Kepala Naruto tiba-tiba pusing.

"Kalau boleh tahu, untuk berapa lama?"

"Satu bulan," jawab Gabriel cepat.

'APA!?' lagi-lagi Naruto kaget. Satu bulan? Itu akan menjadi waktu-waktu yang merepotkan untuk dirinya. Sepertinya ia harus membuat rencana perpindahan.

"Baiklah, mohon tunggu sebentar." Kata resepsionis itu dengan sopan lalu mulai mendata. "Ini kuncinya," resepsionis itu memberikan kunci yang bernomer 667. "Selamat menikmati hari-hari anda."

"Umm, terima kasih."

Tanpa sengaja, Naruto melihat nomer yang tertera pada kunci kamar Gabriel. 'Haah, sepertinya satu bulan ke depan adalah hari tak tenangku.' Kelunya dalam hati lalu ikut menuju kamar Gabriel untuk membawa koper miliknya.

"Woaa, ternyata kita bersebelahan ya, Naruto-san." Kata Gabriel senang. Saat sedang mencari kamar miliknya ia tak sengaja membaca nama 'Naruto' di kamar nomer 666.

"Yah, ini kebetulan yang bagus." Ucap Naruto sambil tersenyum ramah, namun di hatinya memendam kekesalan.

Naruto, mulai besok kau akan selalu di ganggu oleh makhluk tercantik di dunia.

To Be Continued


Tidak ada adegan pertarungannya disini. Soal kemunculan Gabriel? Dia memiliki peran sendiri.

Dari review-review chapter sebelumnya, masih banyak yang menanyakan apakah anak dari Lord Phenex benar-benar akan di bunuh oleh Naruto? Tunggu saja adalah jawaban satu-satunya ;)

Dan yang ini, pertanyaan-pertanyaan apakah Naruto benar-benar dark? Apakah Naruto akan membelot menjadi orang baik? Jawabannya? Naruto akan menjadi dark sampai akhir.

Sampai bertemu kembali di lain waktu.


Zidane Lockhart