Cast :

Cho(i) Kyuhyun, Choi Siwon and others

Genre :

Romance, Hurt/Comfort

Rate :

M

Warning :

Genderswitch and Typo(s)

Disclaimer :

Fanfic ini merupakan hasil remake novel dari Baby Zee dengan judul yang sama

.

.

.

.

Kyuhyun merasakan tubuhnya diayun-ayun. Dia membuka sedikit lalu menutupnya kembali saat cahaya yang menyilaukan menyambutnya. Dia seakan sedang terbang. Tubuhnya terasa sangat ringan. Kyuhyun merasakan sesuatu yang keras di bawah pipinya. Dia mendongak dan berusaha melihat wajah di antara sinar yang menyilaukan itu. Siwon. Mulutnya berusaha menyebut nama itu tapi tidak ada suara yang keluar. Kyuhyun berusaha mengangkat tangannya, tapi itu juga tidak dapat dia lakukan. Apa yang terjadi pada dirinya?

Siwon berbicara pada seseorang sambil menggendong dirinya. Kyuhyun tidak dapat mendengarnya dengan jelas. Suara mereka terdengar sangat jauh. Dia hanya bisa menangkap kata 'kamar' dan 'uang tunai'. Ke mana Siwon membawanya? Namun Kyuhyun tidak dapat berpikir lagi. Rasa kantuk hebat kembali menyerangnya dan kegelapan menyelimutinya lagi. Membawanya ke dalam lubang hitam tak berdasar

.

.

.

Kyuhyun membuka mata perlahan. Kali ini tidak ada cahaya yang menyilaukan. Yang ada hanya lampu remang-remang dan langit-langit yang rendah. Dia mengangkat tangan memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. Apa yang terjadi? Sesaat dia sedang duduk di bar lalu berikutnya yang dia tahu hanya kegelapan.

"Sudah bangun?"

Kyuhyun terperanjat saat mendengar suara yang di kenalnya itu. Namun kini tidak ada nada geli atau menggoda dalam suara itu. Hanya nada dingin yang membuat bulu romanya berdiri. Kyuhyun menoleh dan dia melihat Siwon sedang duduk di salah satu sofa reyot di kamar itu. Sebatang rokok terselip di antara bibirnya dan dia masih mengenakan kemeja putih dan celana hitam yang sama, tanpa celemek. Ekspresi sedingin suara yang didengar Kyuhyun tadi.

Kyuhyun berusaha duduk dan dia kembali merasakan denyutan di kepalanya. Dia meringis.

"Sakit kepala?" Tidak ada simpati dalam suara Siwon

"Dimana ini?" Kyuhyun mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Saat ini dia sedang berada di sebuah kamar yang kecil dan berbau apak. Perabotannya hanya sebuah lemari, meja, sofa reyot, dan ranjang tempatnya berbaring saat ini. Kyuhyun menyadari bahwa bau apak itu berasal dari ranjang yang ditidurinya. Cahaya matahari samar-smaar menembus tirai dari jendela kecil di sebelahnya.

"Siwon, ini dimana?" Tanya Kyuhyun cemas saat Siwon tidak juga menjawab. Pria itu hanya duduk dengan santai sambil terus menghisap rokoknya. Perpaduan asap rokok dan bau apak di kamar ini membuat denyutan di kepala Kyuhyun makin parah. Dia memijat pangkal hidungnya untuk mengurangi rasa sakit itu.

"Motel" jawab Siwon datar. Dia mematikan rokoknya dan menginjaknya hingga bara apinya padam.

"Kenapa kita ke sini?"

"Karena aku yang membawamu"

Dan tiba-tiba saja Kyuhyun merasa panik. Dia meraba-raba pakaiannnya lalu mendesah lega saat menyadari dia masih berpakaian lengkap. Hanya sepatunya yang lepas dan kini berada di kaki tempat tidur. Siwon tertawa keras

"Kau pikir apa telah kulakukan padamu?" Kini nada geli itu kembali terselip dalam suara Siwon dan Kyuhyun merasakan kelegaan menyelinap pada dirinya

"Maafkan aku. Kukira-"

"Terlalu cepat untuk meminta maaf. Aku memang tidak berselera pada gadis kecil sepertimu. Tapi mungkin aku tahu siapa yang berminat"

Kyuhyun merasa dirinya seakan disiram oleh air sedingin es. Siwon masih duduk dengan santai di kursinya. Namun Kyuhyun melihat kekejaman dalam raut wajah pria itu. Kyuhyun tidak bergerak dari tempatnya duduk. Dia tidak sanggup.

"Katakan padaku, apa kau masih perawan?"

Kyuhyun tidak menjawab dan hanya menatap siwon dengan mata membelakak lebar karena ketakutan.

"Kau ingin aku yang memeriksanya sendiri?" Siwon berdiri dan Kyuhyun langsung beringsut mundur sambil mencengkram selimut untuk melindungi dirinya.

Siwon duduk di tepi tempat tidur. Senyum yang menghiasi bibirnya adalah seringai paling kejam yang pernah Kyuhyun lihat. Awalnya pria itu tidak berbuat apa-apa. Lalu tiba-tiba saja dia menarik kaki Kyuhyun dan mulai menyingkap roknya. Gadis itu menjerit dengan sekuat tenaga dan menendang-nendang. Siwon tertawa lalu melepaskannya.

"Kurasa itu telah menjawab segalanya" dia kembali berdiri tapi tidak beranjak dari samping tempat tidur

"Kenapa?" Kyuhyun bertanya dengan suara tercekat. Air mata mulai mengumpul di pelupuk matanya

"Karena kau cukup bodoh untuk ditipu" jawab Siwon santai, "Gadis sepertimu adalah sasaran empuk untukku. Sedikit rayuan dan kau langsung masuk ke dalam perangkap"

"Itu yang kau kerjakan? Menipu dan…dan…" Kyuhyun tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena rasa panas yang mengumpul di tenggorokan dan mengancam air matanya yang akan keluar.

"Menjual. Ya, memang itu yang kulakukan" Siwon berkata dingin

Kyuhyun menangis keras dan membenamkan wajahnya ke lutut. Dia sungguh bodoh. Seharusnya dia mendengarkan kata-kata Jaejoong

"Oh…diamlah" Siwon kembali menyalakan rokoknya dan membuka jendela sedikit. Dia menghembuskan asapnya keluar ruangan melalui celah kecil tersebut. "Ngomong-ngomong, temanmu menelpon berkali-kali"

Kyuhyun mendongak dengan wajah bersimbah air mata. Jaejoong!

"Kau mau menghubunginya kembali?" Siwon kembali duduk di samping tempat tidur namun kali ini Kyuhyun tidak menjauh

"Kau akan membiarkanku melakukan itu?" tanya Kyuhyun penuh harap

"Tentu saja" Siwon tersenyum lebar. Kyuhyun pasti salah dengar. Kata-kata Siwon selanjutnya memupuskan aharapn apa pun yang dimilikinya. "Kau tahu apa yang harus dikatakan kan? Seperti bahwa kau baik-baik saja dan sudah di rumah dengan selamat"

Dia mengulurkan ponsel ke arah Kyuhyun tapi gadis itu tidak mengambilnya

"Kalau aku tidak mau melakukannya?" Kyuhyun bertanya dengan suara gemetar

"Jangan mengecewakanku. Aku rasa kau cukup pandai untuk memilih antara nyawa atau kehormatanmu"

Siwon mengeluarkan sebuah pisau lipat dari dalam saku celananya. Dia membukanya dan memainkan benda itu di depan wajah Kyuhyun. Logam itu terlihat berkilau di dalam kamar yang remang-remang.

"Jadi, mana yang kau pilih?" Kilatan berbahaya terlihat di matanya saat dia melontarkan pertanyaan itu.

"Mungkin….," Kyuhyun menelan ludah sambil memperhatikan pisau di depannya. Benda itu jaraknya kurang dari satu sentimeter dengan ujung hidungnya. "Mungkin aku lebih memilih untuk mati daripada membiarkanmu menjualku"

"Jawaban yang salah"

Siwon mengayunkan pisau di depannya dan Kyuhyun langsung menutup mata. Dia menunggu rasa sakit itu datang. Rasanya dia telah memejamkan mata dalam waktu yang sangat lama saat akhirnya dia membuka kembali. Pisau itu menancap di tempat tidur dan hampir mengenai tangannya yang dia letakkan di situ. Jantungnya berdebar keras karena rasa takut yang mencengkramnya. Tatapan Siwon sedingin es saat pria itu bicara padanya.

"Jangan mencoba keberuntunganmu karena tidak akan ada lain kali. Cepat telepon"

Kyuhyun menerima ponsel itu dengan tangan gemetar. Kini dia mulai merasakan nyeri yang muncul di tempat Siwon tadi hampir menancapkan pisau di tangannya. Cairan warna merah mengalir dari jari kelingkingnya. Pria itu tidak main-main

"Ambil nafas dalam-dalam dan buang melalui mulut"

Tapi Kyuhyun tidak dapat melakukan itu. Dia kembali terisak dan menggenggam posel di tangannya seakan benda itu adalah satu-satunya tali penyelamatnya. Siwon ikut menggenggam ponsel itu hingga tangan merek bertemu. Namun tidak ada kelembutan sama sekali.

"Lakukan yang kusuruh. Aku tidak akan mengatakannya dua kali" dia berkata tajam

Kyuhyun berusaha meredakan tangisnya. Dia menarik naafs dalam dan menghembuskannya hingga dia tidak lagi gemetar. Siwon melepaskan tangannya saat melihat Kyuhyun yang mulai tenang. Kyuhyun menekan nomor telepon Jaejoong. Sahabatnya itu mengangkat telepon pada dering pertama

"Ya tuhan! Darimana saja kau? Aku menelponmu ratusan kali"

Kyuhyun hampir saja menangis lagi saat mendengar suara keras Jaejoong. Namun tatapan penuh peringatan Siwon mencegahnya melakukan hal itu. Sebaliknya suara yang keluar dari mulutnya terdengar sangat tenang.

"Maafkan aku. Aku tertidur, Jae. Siwon…mengantarku pulang semalam. Aku langsung tidur begitu sampai"

Dia mengagumi suaranya sendiri yang tidak bergtar saat bicara. Namun Jaejoong tidak begitu saja percaya.

"Kau sudah dirumah? Aku akan kesana sekarang"

"Jangan!"

Kyuhyun dapat merasakan kecurigaan Jaejoong karena jawabannya yang terlalu cepat.

"Aku…aku sedang berkemas. Aku akan ke tempat Bibi Heechul"

Mengagumkan bagaimana kebohongan meluncur dengan lancar dari mulutmu pada keadaan genting.

"Sekarang?" Tanya Jessica heran

"Appa menyuruhku untuk menginap disana"

Kyuhyun dapat mendengar Jaejoong menghela nafas di seberang. "Kau baik-baik saja, Kyuhyun?"

Kyuhyun benar-benar ingin memberitahu Jaejoong. Mungkin ini satu-satunya kesempatan yang dia miliki. Mungkin Siwon akan panik dan meninggalkannya kalau dia mengatakan keadaannya pada Jaejoong. Namun Kyuhyun mengurungkan niatnya. Dia bahkan tidak tahu saat ini mereka berada di mana. Bagaimana dia bisa mengharapkan pertolongan akan datang? Lagipula, pisau di tangan Siwon akan lebih cepat mendarat di tenggorokannya sebelum dia bisa berkata 'Tolong'.

"Aku baik-baik saja" suaranya agak bergetar saat bicara lagi. Dia kembali melihat kilatan berbahaya itu di mata Siwon lalu buru-buru bicara, "Aku harus pergi sekarang. Sampai nanti"

"Kyu…"

Kyuhyun menutup teleponnya sebelum air matanya tak terbendung lagi. Siwon merenggut ponsel itu dari tangannya. Pria itu harus berusaha agak keras karena Kyuhyun tidak mau melepas cengkeramannya. Akhirnya setelah menyentak dengan kasar, ponsel itu terlepas dari tangan Kyuhyun. Siwon melempar benda itu ke lantai dan menginjaknya sampai hancur. Putus sudah tali penyelamatnya.

"Nah" Pria itu berdiri dan meregangkan badan seakan baru bangun tidur. "Kau ingin sarapan apa?" Tanyanya ceria.

"Ayahku akan mencariku kalau aku tidak pulang" Kyuhyun berkata dengan gemetar sambil menatap Siwon dengan menantang. Pria itu tertawa kecil seraya menggelengkan kepala.

"Ayahmu bahkan sedang tidak ada di negara ini"

Wajah terkejut Kyuhyun membuat senyum Siwon makin melebar. Bagaimana dia tahu kalau ayahnya sedang di Perancis?

"Aku selalu menyelidiki calon korbanku"

"Kau sudah mengincarku dari awal" Kyuhyun berkata ngeri. Seringai kejam menghiasi bibir Siwon saat pria itu bicara

"Kau tidak tahu sudah berapa lama aku menunggu saat ini tiba"

Kyuhyun merasakan bulu kuduknya meremang. Perutnya serasa bergejolak mendengar kata-kata Siwon. Pria itu telah merencanakan hal ini sejak lama. Tidak akan mudah untuk menemukan celah dalam rencananya. Kyuhyun sungguh berharap bahwa tadi dia membiarkan saja Siwon membunuhnya. Rasanya lebih baik daripada apa yang telah direncanakan pria itu untuknya.

Siwon berbalik membuka pintu dan membukanya. Dia menolehkan kepalanya sedikit lalu bicara dari balik bahunya

"Yakin tidak ingin sarapan?"

Sekilas melihat wajah Kyuhyun yang sangat pucat cukup memberitahu bahwa gadis itu tidak akan sanggup untuk memakan apapun saat ini.

"Yah…setidaknya aku sudah berusaha bersikap baik"

Lalu Siwon berjalan dengan santai dan menutup pintu itu. Dia menguncinya dari luar namun Kyuhyun masih dapat mendengar pria itu bersiul dengan riang saat pergi menjauh.

.

.

.

1990, 24 tahun yang lalu

Pria berambut pirang itu hanya dapat menatap wanita di depannya dengan penyesalan yang sangat dalam. Tidak ada yang dapat dia lakukan. Dia adalah pria besar yang berkuasa dan memiliki segalanya. Hampir segalanya. Kecuali wanita yang dicintainya. Yang kini tengah menatapnya balik dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya terasa hancur. Dia tidak pernah melihat wanita itu menangis. Tidak hingga saat ini.

"Maafkan aku" pria itu telah mengatakannya puluhan kali malam ini, meski dia tahu tidak ada kata-kata yang dapat mengubah keadaan saat ini

"Bagaimana…bagaimana bisa kau lakukan ini padaku?" Wanita itu terisak meski masih berdiri dengan tegak di hadapannya, "Aku sedang mengandung anakmu!"

"Aku akan merawat anak itu. Tapi kita tidak dapat bersama. Aku mencintaimu tapi…"

"Jangan coba-coba! Kau tidak pernah mencintaiku"

"Kau tahu itu tidak benar" pria itu berkata penuh kepahitan

"Kau hanya memanfaatkanku!" Wanita itu tidak ingin mendengar apapun darinya. Wajahnya bersimbah air mata namun ekspresinya keras dan oenuh kebencian, "Tapi mulai saat ini, kau tidak akan mernah mendapatkan apa-apa lagi dariku"

"Apa maksudmu?" Tiba-tiba rasa takut merayapi diri pria itu. Dia mencintai wanita dihadapannya. Namun dia juga telah mengenalnya dengan baik. Wanita itu tidak pernah jatuh tanpa perlawanan.

"Anak ini milikku" wanita itu menghapus air mata di wajahnya dengan kasar, "Kau tidak berhak atas dirinya/ kami tidak akan meminta apapun darimu. Dan ini, adalah terakhir kalinya kau melihat kami"

"Tapi…"

"Pergi!"

"Kau tidak bisa melakukan ini!"

"Pergi! Pergi sekarang juga! Kalau kau berani muncul di hadapanku, yang akan kau lihat selanjutnya adalah mayat kami berdua. Aku dan anak ini"

Pria itu membeku di tempatnya berdiri. Dia kalah. Dan telah kehilangan segalanya dalam semalam. Namun tidak ada jalan untuk kembali.

To Be Continued

Hai I'm back with new Chapter. How about this one? Please give some a review for this fanfic. Dan dimohon jangan membenci kelakuan Siwon terhadap Kyu ya. Karena mulai chapter ini sampai depan bakalan ada konflik terus. Ada yang bisa menebak siapa dua orang di part akhir?