ANGEL'S

REMAKE NOVEL CHANBAEK VERSION

ANUGRAH BIDADARI by SHERLS ASTRELLA

BYUNNERATE

Main cast: Byun Baekhyun, Park Chanyeol

Genre: Romance

Rated: T

Warning: Genderswitch! Typos!

Summary: "Kami sering menyebut Ratu sebagai Bidadari Malam. Tiap malam Anda akan melihat Ratu membawa lilin kecil dan berkeliling Hall." "Bagi mereka, engkau adalah Ratu mereka dan terus akan menjadi Ratu mereka tapi bagiku, engkau adalah Ratu yang selalu bersinar di hatiku" "Aku memberikan seluruh cintaku padamu, Chanyeol, rajawaliku yang gagah perkasa."

NO BASH

DON'T READ IF YOU DON'T LIKE THIS

Enjoy and Review Juseyooooo

.

.

.

.

Sering Chanyeol mendengar pelayan-pelayan berkata, "Aku merasa Istana sangat sepi. Andai Paduka Ratu ada di sini…"

Chanyeol pun mengharapkan Baekhyun ada di sisinya.

Sekarang Chanyeol benar-benar menyesal. Ketika Baekhyun terbaring lemah di kamarnya, ia tidak pernah mengunjungi gadis itu. Ia bersikap acuh ketika gadis itu jatuh pingsan di Ruang Tahta dengan berlumuran darah. Ia diam saja ketika Baekhyun tampak sangat menderita karena panah yang menancap di dadanya.

Andai ia mau membuang kemurkaannya… keangkuhannya…

Terlambat sudah untuk menyadari. Chanyeol merasa benar-benar bodoh. Ia terlalu marah hingga buta akan segalanya. Ia marah karena telah jatuh cinta pada putri orang yang telah membunuh orang tuanya. Ia marah karena Baekhyun telah menipunya.

Melihat pencarian selama dua bulan tidak menghasilkan apa-apa, Kyungsoo meminta dikirim ke desa Marshwillow. Kyungsoo yakin Baekhyun kembali ke desa itu. Ia masih ingat kata-kata Baekhyun sebelum meninggalkan desa itu.

"Aku akan kembali ke tempat ini suatu saat nanti. Aku tidak akan meninggalkan Mama terlalu lama."

Kyungsoo percaya Baekhyun kembali ke desa Marshwillow untuk menemani Ratu Luhan yang dimakamkan di sana.

Chanyeol mengijinkan wanita itu pergi bersama beberapa pelayan. Ia berharap Kyungsoo menemukan Baekhyun di sana.

Sebulan setelah kepergiannya, Kyungsoo kembali dengan lesu.

Baekhyun tidak ada di desa Marshwillow. Penduduk desa berkata setelah mereka pergi dengan kereta emas tujuh bulan lalu, Baekhyun tidak pernah kembali. Bahkan, mereka bertanya bagaimana keadaan gadis itu.

Hilang sudah satu kemungkinan.

Chanyeol tidak tahu lagi di mana Baekhyun berada.

Andai ia berada di Castil Quarlt'arth untuk menemani rakyatnya, pelayan di sana pasti telah melaporkan. Andai ia tinggal di antara rakyat, pasti terdengar beritanya.

Baekhyun adalah gadis yang menarik dan selalu bersinar terang. Ia adalah bintang di antara lautan manusia. Di mana pun ia berada, ia pasti akan membawa anugerahnya yang mengejutkan.

Vandella sangat luas. Vandella mempunyai banyak kota dan desa. Banyak tempat yang harus didatangi untuk menemukan Baekhyun.

Berkat Baekhyun, Vandella mengalami banyak kemajuan. Pemerintahan Chanyeol terasa lebih tenang daripada pemerintahan Baekhyun. Perubahan-perubahan yang harus dilakukan, telah diselesaikan Baekhyun hanya dalam satu bulan pemerintahannya.

Sekarang Chanyeol tidak sesibuk Baekhyun. Setiap hari ia hanya duduk menanti laporan dari seluruh pejabat Vandella.

Baekhyun telah mengatur semuanya serapi mungkin hingga tidak ada yang harus diperbaiki Chanyeol.

"Ratu sangat pandai. Semua yang dilakukannya tidak ada yang salah. Sedikitpun tidak ada kesalahan. Tidak ada tindakannya yang perlu diperbaiki. Semuanya sempurna," kata Jongin padanya.

Chanyeol sependapat dengan Jongin.

Baekhyun meninggalkan berkas-berkas perubahan yang dilakukan selama sebulan. Chanyeol tidak perlu bertanya pada orang lain mengenai sebulan pemerintahan gadis itu. Baekhyun menuliskan semuanya dengan rapi dan jelas.

Tidak ada yang kurang pada semua tindakan Baekhyun. Semuanya rapi dan sempurna.

"Kepergiannya pun sempurna," gumam Chanyeol pada suatu saat.

Chanyeol merasa putus asa untuk menemukan Baekhyun. Semua daerah di kerajaan ini telah diperiksa tetapi Baekhyun tidak ada di antara mereka.

Chanyeol khawatir Baekhyun pergi ke luar negeri bersama pria lain. Chanyeol tidak dapat membayangkan kemungkinan terburuk yang ditakutinya itu. Kemungkinan terburuk lainnya yang pernah terlintas di pikiran Chanyeol adalah Baekhyun meninggal setelah meninggalkan Istana.

Dengan tubuh yang sangat lemah seperti itu dan dengan luka di paru-paru, bagaimana Baekhyun dapat bertahan di udara yang buruk ini.

Pergantian musim panas ke musim gugur di Vandella bukanlah cuaca yang bersahabat. Di saat terang, hujan bisa tiba-tiba turun dengan deras. Udara siang hari sangat menyengat dan udara malam dingin membekukan tulang.

Di manapun Baekhyun berada, Chanyeol yakin gadis itu tahu bagaimana kegalauan rakyat Vandella. Bagaimana rakyat Vandella merindukan bidadari mereka yang penuh cinta kasih.

"Akhirnya kita sampai juga," kata Sehun lega, "Enam bulan meninggalkan tempat ini, rasanya seperti meninggalkannya selama setahun."

Chanyeol tidak berkata apa-apa.

Tujuh bulan telah berlalu sejak kepergian Baekhyun yang mengejutkan. Belum pernah Chanyeol merasakan tujuh bulanberlaluselama ini. Satu hari terasa bagai neraka yang menyiksanya. Ia selalu merasakan Baekhyun berada di sekitarnya tetapi gadis itu tidak ada. Hanya wangi tubuhnya yang terus tercium di seluruh pelosok Istana Azzereath terutama di Kamar Tidur Utama.

"Selamat datang, Paduka," sambut rakyat Lasdorf.

"Anda pergi baru tujuh bulan tetapi terasa bertahun-tahun bagi kami," kata Jimin, "Kami turut senang akhirnya Anda berhasil mendapatkan apa yang Anda inginkan."

"Terima kasih," kata Chanyeol tetapi hatinya berteriak, "Aku belum mendapatkan apa yang kuinginkan. Aku kehilangan dia."

"Tempat ini telah banyak berubah dari yang kuingat," kata Sehun.

"Tentu saja," sahut Yixing, "Sejak engkau menemani Pangeran ke Istana Azzereath, engkau tidak pernah kembali walaupun untuk menengok kami. Sekarang engkau menjadi sombong. Karena tinggal di Istana yang mewah, engkau tidak mau kembali ke tempat yang terpencil ini."

"Aku juga ingin kembali sejak dulu tetapi aku harus menemani Pangeran," jawab Sehun, "Banyak yang harus diselesaikan sebelum kami bisa ke sini."

"Bukankah semua telah diselesaikan Yang Mulia Paduka Ratu Baekhyun?" tanya Yixing keheranan.

"Engkau benar, Yixing," jawab Chanyeol, "Tetapi aku masih mempunyai banyak tugas."

"Tugas seorang raja selalu menumpuk," Sehun menjelaskan.

"Bagaimana keadaan kalian? Aku melihat kehidupan kalian semakin membaik. Aku sudah melihat pondok-pondok kayu di sekitar rumahku."

"Kehidupan kami terus membaik sejak Hyunnie memberi kami mesin pintal dan sejak Yang Mulia Paduka Ratu Baekhyun memperbaiki kerajaan ini," jawab Jimin.

Chanyeol tersenyum.

Penduduk Lasdorf yang dulu paling membenci Raja Kris, masih mengingat putri serigala itu. Bahkan, mereka selalu menyebutnya dengan gelarnya yang lengkap, Yang Mulia Paduka Ratu. Pasti mereka akan semakin menyanjung Baekhyun bila mereka tahu Yang Mulia Paduka Ratu mereka adalah Hyunnie dan Hyunnie adalah Yang Mulia Paduka Ratu mereka.

"Sejak Anda meninggalkan kami, telah banyak perubahan yang terjadi di sini."

"Aku telah melihatnya, Taehyun. Aku senang kehidupan kalian menjadi lebih baik."

Pohon-pohon mulai menghijau. Dedaunan mulai terbangun dari tidurnya yang panjang selama musim dingin. Beberapa tetes salju yang belum mencair di awal musim semi, tampak bersinar tertimpa sinar matahari.

Udara yang sejuk mengelilingi tempat ini. Kabut putih tipis menyelimuti hutan tetapi tidak menghalangi tiap orang untuk melihat apa yang tersembunyi di balik kabut itu.

Chanyeol melihat tenda-tenda lapuk yang dulu mengelilingi rumah peninggalan orang tuanya telah berkurang. Sebagai gantinya, telah muncul pondok-pondok kayu kecil. Asap dari pondok itu terus membumbung tinggi ke angkasa.

Chanyeol merindukan saat-saat bersama Baekhyun di tempat ini. Walau mereka sering bertengkar, Chanyeol menyukai dan sangat menikmatinya.

Tiba-tiba Chanyeol bertanya, "Mengapa kalian tidak turun gunung? Dulu kalian tinggal di sini untuk menghindari kekejaman Raja Kris. Sekarang Vandella telah membaik. Mengapa kalian tetap mengucilkan diri di sini?"

"Banyak di antara kami yang tinggal di sini selama bertahun-tahun bersama orang tua Anda. Banyak di antara kami yang lahir dan dibesarkan di tempat ini. Bagi kami, tempat ini adalah tanah air kami. Di sini tersimpan kenangan kami."

Di sini tersimpan pula kenangan Chanyeol bersama Baekhyun.

"Apakah rumahku juga berubah?" tanya Chanyeol.

Chanyeol memasuki rumah yang telah lama ditinggalkannya.

"Sudah kukatakan hanya aku yang bisa melakukannya. Mengapa kalian tidak percaya?"

Chanyeol terpaku mendengar suara itu. Suara itu…

"Biar aku yang mengerjakannya."

Chanyeol berlari ke belakang rumahnya.

Seorang gadis duduk di kursi. Tubuhnya terbalut gaun nila yang tebal. Selimut yang tebal menutupi kakinya. Ujung-ujung selimut seperti berlomba dengan ujung gaunnya. Rambutnya yang keemasan menutupi wajahnya yang menunduk pada sulaman di tangannya.

Tangannya dengan terampil menyulam. Beberapa gadis duduk di sekelilingnya dan memperhatikannya dengan cermat.

Seperti menyadari sedang diperhatikan, gadis itu mengangkat kepalanya. Ia tidak tampak terkejut melihat Chanyeol dan rombongannya. Dengan senyum manis, ia berkata, "Selamat siang."

"YANG MULIA PADUKA RATU BAEKHYUN!" pekik Jongin terkejut.

.

.

.

.

Semua orang di tempat itu terkejut.

"Hyunnie adalah…," kata Yixing tak percaya.

"Hyunnie adalah Yang Mulia Paduka Ratu Baekhyun," Jimin meneruskan dengan takjub.

"Dia…dia…Yang Mulia Paduka Ratu Baekhyun?" tanya Krystal tak percaya.

Chanyeol terus menatap Baekhyun lekat-lekat.

Baekhyun tidak mempedulikan suasana sekelilingnya. "Bagaimana keadaan keluargamu, Jongin?"

"Mereka baik-baik saja, Paduka. Kami semua baik-baik saja."

"Sampaikan salamku pada mereka."

"Tentu, Paduka."

Yixing melihat pandangan Chanyeol terpaku pada Baekhyun. "Sebaiknya kita pergi," katanya tiba-tiba, "Hyunnie… eh… Yang Mulia Paduka Ratu Baekhyun harus beristirahat. Sekarang sudah waktunya dia tidur."

Sehun segera menangkap maksud Yixing. "Ayo pergi," usirnya, "Banyak yang harus kita tunjukkan pada para Menteri ini. Mereka tentu ingin tahu bagaimana kehidupan kita selama pemerintahan Raja Kris."

Para Menteri pun merasakan suasana di antara Chanyeol dan Baekhyun. Tanpa menunggu disuruh dua kali, mereka segera pergi.

Sehun tahu Krystal takkan mau meninggalkan Chanyeol berduaan dengan Baekhyun. Ia segera menarik pergi wanita itu.

Chanyeol mendekati Baekhyun. "Apa yang kaulakukan di sini?" ia bertanya dengan suara dinginnya.

"Mengikuti nasehat dokter," jawab Baekhyun tenang, "Bagaimana pemerintahanmu?"

"Semua lancar seperti yang kaukatakan. Para Menteri menuruti semua kata-kataku."

Chanyeol terus menatap Baekhyun lekat-lekat.

Jantung Baekhyun berdebar-debar melihat cara Chanyeol memandangnya. Matanya terlihat lega. Pria itu seperti telah kehilangan semua beban hidupnya.

Mereka membisu dan saling menatap.

Tiba-tiba Chanyeol memeluk Baekhyun kuat-kuat hingga gadis itu merasa dadanya sakit. "Engkau membuat dadaku sakit, Chanyeol."

"Engkau patut mendapatkannya setelah membuat seluruh Vandella khawatir terutama aku."

"Yixing akan marah bila lukaku terbuka kembali."

Teringat luka di dada gadis itu, Chanyeol melonggarkan pelukannya tetapi tidak melepaskan gadis itu. "Bagaimana lukamu?"

"Lukaku telah lama sembuh."

Chanyeol menatap Baekhyun penuh curiga.

"Engkau tidak percaya?" tanya Baekhyun, "Engkau ingin melihatnya?"

Tiba-tiba wajah Baekhyun memerah menyadari apa yang diucapkannya. Ia akan seperti gadis murahan bila membuka tubuhnya walau untuk menunjukkan lukanya yang telah sembuh.

"Engkau tidak boleh melihatnya," Baekhyun memperbaiki ucapannya, "Engkau harus mempercayaiku."

Chanyeol tertawa geli melihat wajah yang memerah itu. "Mengapa tidak?" godanya.

"Karena itu tidak sopan," Baekhyun menjawab tegas.

"Tak kusangka kau masih mengerti adat, setan cilik."

"Kau!?" suara Baekhyun meninggi. "Apakah kau datang untuk mencari pertengkaran baru?"

Chanyeol tersenyum nakal.

Baekhyun menghela nafas. "Sudahlah. Aku tidak ingin merusak masa-masa tenangku."

"Secara agama, aku adalah suamimu. Engkau ingat?"

Seketika Baekhyun murung.

Chanyeol mendekap Baekhyun semakin dekat dengan tubuhnya. "Engkau membuatku sangat cemas. Tidak pernah aku secemas ini dalam hidupku."

"Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak mengkhawatirkan aku."

"Engkau terluka ketika engkau pergi, Baekhyun," Chanyeol mengingatkan. "Bagaimana engkau bisa sampai ke sini?"

"Dengan kereta," jawab Baekhyun singkat.

Chanyeol melihat bayang-bayang sekelompok orang di samping rumah. Ia mengangkat Baekhyun.

"Apa yang kaulakukan?" tanya Baekhyun panik.

"Aku pernah mengatakan padamu tempat yang paling aman untuk berbicara adalah di kamarku," bisik Chanyeol di telinga gadis itu.

Baekhyun melingkarkan tangannya di leher Chanyeol tanpa berkata apa-apa.

Chanyeol membaringkan Baekhyun di tempat tidur lalu melihat sekeliling ruangan. "Engkau tidur di tempat ini?"

"Yixing yang menyuruhku. Katanya, aku bisa semakin gawat kalau tidur di luar sana. Ia juga berkata engkau tidak akan marah karena istrimu tidur di sini."

Chanyeol menutup matanya. "Di sini tercium wangimu."

"Wangi?"

Chanyeol membaringkan diri di sisi Baekhyun dan menarik tubuh gadis itu merapat.

"Chanyeol…," protes Baekhyun terhenti oleh ciuman lembut Chanyeol.

"Sudah sejak lama aku ingin seperti ini," Chanyeol tersenyum tanpa merasa bersalah, "Aku selalu ingin memelukmu sepanjang malam dan mencium wangi tubuhmu yang segar."

Baekhyun diam membisu.

"Di Kamar Tidur Utama selalu tercium wangimu. Tiap kali aku berbaring di ranjang, aku selalu teringat padamu. Aku selalu mencemaskanmu, Baekhyun."

"Aku telah mengatakan padamu untuk tidak mencemaskanmu," Baekhyun mengulangi.

"Siapa yang tidak cemas ketika engkau pergi tiba-tiba dengan keadaan seperti itu!? Engkau pergi tanpa memberitahu siapapun. Engkau menghilang bersama angin."

"Tidak," bantah Baekhyun.

Chanyeol menatap Baekhyun lekat-lekat. Matanya bersinar tidak percaya.

"Aku memberitahu Jongin kalau aku akan pergi untuk memulihkan kesehatanku."

"Pantas saja," gumam Chanyeol. "Mengapa aku tidak pernah menyadarinya?"

Baekhyun kebingungan.

"Semua orang bingung dan cemas ketika engkau pergi, tetapi Jongin tetap terlihat tenang. Ia sering menasehatiku untuk tidak mengkhawatirkan apa pun." Chanyeol menjelaskan.

"Ia sudah tahu tetapi ia diam saja," geram Chanyeol tiba-tiba. "Apakah ia tidak dapat melihat kecemasan rakyat? Kecemasanku!?"

"Ia tidak bersalah," bela Baekhyun, "Aku menyuruhnya untuk tutup mulut."

"Seharusnya aku tahu kalian bersekongkol untuk menipuku," Chanyeol menenggelamkan wajahnya di rambut Baekhyun, "Engkau membuatku hampir gila karena mencemaskan kesehatanmu."

Chanyeol membelai rambut Baekhyun. Dari gerakannya, suaranya terlihat ia merasa lega dan bahagia karena dapat memeluk Baekhyun kembali.

"Aku khawatir engkau tidak dapat bertahan dalam cuaca yang buruk ini. Kyungsoo mengatakan engkau pernah bersumpah akan kembali ke Marshwillow tak lama setelah engkau pergi ke Vandella. Ia mengira engkau kembali ke sana tetapi ia tidak menemukanmu. Penduduk mengatakan tidak pernah melihatmu sejak engkau meninggalkan tempat itu."

"Aku berencana untuk kembali ke Marshwillow."

"Kau gila!" pekik Chanyeol, "Apakah engkau tidak memikirkan kesehatanmu!? Saat itu engkau sekarat."

"Aku tahu kejamnya laut di musim gugur. Aku tahu aku tidak dapat bertahan bila memaksa kembali ke Marshwillow. Karena itu aku memutuskan pergi ke Lasdorf. Aku berencana memulihkan kesehatanku di sini. Setelah itu aku akan pergi ke Marshwillow."

"Apakah engkau tidak dapat berpikir lagi, gadis bodoh?" tanya Chanyeol heran, "Apakah engkau tidak tahu bagaimana kondisimu saat itu? Engkau tidak sanggup untuk berjalan selangkahpun. Aku melihatmu digendong Jongdae."

"Saat itu aku tidak sanggup, tetapi sekarang aku sanggup. Engkau ingin tahu?" Baekhyun beranjak bangkit.

"Tidak," Chanyeol menarik tubuh Baekhyun. "Saat ini aku ingin tahu bagaimana engkau bisa sampai ke sini dan tanpa seorangpun yang melihat kepergianmu. Engkau tidak tidur saat pelayan meninggalkanmu?"

"Tidak," kata Baekhyun, "Mereka memberiku obat tidur seperti pesan dokter. Obat tidur bisa membuatku tenang tetapi tidak selama yang diharapkan. Aku selalu terjaga di tengah malam. Malam itu aku segera berkemas dan meninggalkan Istana. Tidak seorangpun yang dapat melihatku karena aku pergi dengan mengenakan mantel hitam. Aku meninggalkan Istana melalui pintu belakang."

"Pintu belakang?"

"Azzereath mempunyai pintu belakang. Pintu itu selalu tertutup dan hanya digunakan pada keadaan darurat. Pintu itu tidak pernah dijaga oleh prajurit."

"Sekarang aku mengerti bagaimana engkau bisa pergi tanpa meninggalkan jejak."

Baekhyun melanjutkan ceritanya, "Setelah itu aku menuju Perenolde. Di sana aku menyewa kereta kuda."

"Engkau sungguh tidak bisa dimaafkan, Baekhyun. Engkau tahu tubuhmu lemah tetapi engkau memaksakan diri untuk berjalan ke Perenolde," gumam Chanyeol, "Aku bersyukur jarak Azzereath dan Perenolde tidak jauh."

"Engkau tidak perlu khawatir. Aku berjalan pelan-pelan sehingga aku tidak terlalu menyakiti dadaku."

Tiba-tiba Chanyeol teringat sesuatu. "Kereta kuda hanya bisa mengantarmu ke Thamasha. Bagaimana engkau ke tempat ini? Engkau…"

"Kau terlalu mengkhawatirkan aku," Baekhyunmenjelaskan dengan lembut, "Aku meminta kusir mengantarku hingga di tepi hutan. Di sana, pasukanmu melihatku. Mereka melihat keadaanku dan segera membawaku ke sini."

Baekhyun tidak akan lupa bagaimana pasukan Chanyeol cepat-cepat mendatanginya ketika ia turun dari kereta dengan dipapah kusir kereta. Mereka tampak sangat cemas melihat tubuhnya yang limbung dan hampir jatuh. Tanpa banyak bertanya, seorang dari mereka menggendongnya membawanya ke Lasdorf. Sedangkan yang lain segera kembali untuk menyiapkan tempat tidur.

Semua wanita segera menyambut kedatangannya. Semua orang mencemaskan keadaannya yang sangat lemah.

Nafasnya tersenggal-senggal. Wajahnya putih pucat dan tubuhnya demam.

"Cepat bawa dia ke kamar Pangeran!" seru Yixing.

Beberapa wanita segera melepaskan mantelnya dan menyelimutinya dengan selimut tebal yang hangat.

Beberapa wanita yang lain sibuk mengompres dahinya.

Baekhyun terlalu lemah untuk membuka matanya. Ia memandang wajah-wajah cemas itu melalui celah kedua matanya.

Tiba-tiba Baekhyun merasa tubuhnya diangkat dan suatu cairan yang pahit dimasukkan ke mulutnya. Baekhyun tidak melawan, ia meminumnya walau ia tidak menyukai rasanya yang sangat pahit.

Wanita itu membaringkannya kembali setelahnya. "Tidurlah. Besok engkau pasti merasa lebih baik."

Melalui celah matanya, Baekhyun memandang wajah Yixing lalu jatuh tertidur.

"Aku sangat berterima kasih pada Yixing," kata Baekhyun, "Aku tidak tahu ia pandai meramu obat. Berkat obat-obatannya, lukaku sembuh dan kesehatanku membaik."

"Sejak dulu Yixing memang pandai meramu obat. Ia menjadi tabib di sini," Chanyeol menjelaskan.

"Ia telah menyelamatkanku. Aku tidak akan bisa melupakan tindakannya."

"Bagaimanapun juga, aku tetap mencemaskanmu."

"Engkau mencemaskanku dari Krystal?" selidik Baekhyun. "Engkau tidak perlu mengkhawatirkan wanita itu. Sejak aku tiba di sini, Yixing memperlakukanku dengan istimewa. Ia selalu menjagaku dari terutama Krystal. Setiap kali Krystal mendekatiku, ia segera mengusir wanita itu. Setiap saat ia selalu berada di sisiku untuk mencegah aku melakukan hal-hal yang dapat membuat lukaku semakin parah."

Baekhyun tersenyum geli teringat sikap Yixing yang melebihi Kyungsoo. "Ia hanya mengijinkan aku menyulam. Sepanjang musim dingin, ia mengurungku di kamar. Ia menghidupkan perapian dan memberiku baju yang sangat tebal. Ia menyelimutiku dengan selimut yang tebal pula. Setiap saat orang banyak berkumpul di kamarku dan membuat aku merasa kepanasan."

"Ia berusaha membuatmu selalu merasa hangat."

"Aku tahu," kata Baekhyun, "Setelah musim dingin selesai, tiap pagi ia membawaku ke bawah. Ia mengatakan udara pagi yang segar baik untuk paru-paruku. Ia sangat menjagaku. Berkat dia, lukaku benar-benar sembuh. Paru-paruku telah sembuh. Sekarang aku dalam masa pemulihan."

"Siapa yang menggendongmu?"

Baekhyun tidak mengerti pertanyaan Chanyeol.

"Saat itu engkau tidak sanggup berjalan," Chanyeol mengingatkan.

"Tidak," bantah Baekhyun, "Aku sanggup berjalan tetapi aku tidak dapat berjalan jauh. Baru beberapa langkah, nafasku telah tersenggal-senggal."

"Siapa yang menggendongmu!?" Chanyeol mengulangi pertanyaannya dengan memaksa.

Chanyeol tidak mau Baekhyun dekat dengan pria lain. Ketika melihat Jongdae menggendong Baekhyun, ia tidak cemburu. Jongdae terlalu tua untuk Baekhyun, tetapi di sini?

"Taehyun yang menggendongku. Yixing menyuruhnya selalu membantuku untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain. Selain Taehyun, Yixing tidak mengijinkan pria lain mendekatiku. Bagi Yixing, aku adalah istrimu dan ia menjagaku dari pria lain yang berusaha merebutku darimu."

Chanyeol lega mendengarnya. Ia merasa beruntung telah memilih Yixing sebagai penggiring wanita Baekhyun.

"Yixing mengatakan sekarang waktunya engkau tidur," Chanyeol tiba-tiba bangkit.

"Setiap hari pada saat ini, Yixing memberiku obat dan menyuruhku tidur."

"Di mana obatnya?"

Baekhyun tidak mengerti permintaan pria itu, tetapi ia tetap menjawab pertanyaan itu. "Yixing meletakkannya di meja kerjamu."

Chanyeol menuju meja itu kemudian kembali ke sisi Baekhyun dengan obat di tangannya. Chanyeol membantu Baekhyun duduk lalu menyuapkan obat itu. Chanyeol membaringkan Baekhyun sebelum meletakkan gelas di meja kerja.

Baekhyun kebingungan melihat sikap Chanyeol.

Chanyeol berbaring di sisi Baekhyun dan memeluk gadis itu.

Baekhyun terkejut. "Chanyeol!"

Lagi-lagi Chanyeol menghentikan protes Baekhyun dengan ciuman lembutnya. "Tidurlah," katanya setengah berbisik.

Obat yang dibuat Yixing untuk Baekhyun, selalu membuat gadis itu mengantuk. Dalam waktu singkat ia telah jatuh tertidur.

Baekhyun bahagia. Tangan-tangan kekar Chanyeol terasa terus melingkari tubuhnya. Dada pria itu terasa hangat dan membuatnya terasa sangat tenang. Baekhyun yakin ia bisa tidur lama dalam pelukan pria itu.

Ketika Taehyun memberitahu Chanyeol akan datang, Baekhyun tahu pria itu akan terkejut melihatnya. Tetapi, ia tidak menduga Chanyeol akan memeluknya seperti ini.

Sejak meninggalkan Istana, Baekhyun tidak berharap dapat bertemu Chanyeol lagi. Ia yakin Chanyeol akan menemukan wanita lain yang akan dicintainya sepanjang hidupnya. Di Istana banyak berkeliaran wanita-wanita cantik. Tamu-tamu wanita yang cantik juga banyak.

Hidup Chanyeol di Azzereath dikelilingi oleh kemewahan dan wanita-wanita cantik. Pria itu akan cepat melupakannya dan pernikahan mereka yang aneh. Hingga kini Baekhyun sering bingung apakah ia sudah menjadi istri Chanyeol atau belum. Baekhyun tahu ia mencintai pria itu dan akan terus mencintai pria itu sepanjang hidupnya.

Setelah semua ini selesai, Baekhyun ingin kembali ke Marshwillow. Ia akan hidup di dekat ibunya dengan cintanya kepada Chanyeol dan rakyat Vandella. Dari jauh ia akan terus memperhatikan mereka.

Tiba-tiba Baekhyun merasa tubuhnya seperti diguncang-guncang. Ia membuka matanya.

Chanyeol menunduk. "Engkau sudah bangun?"

Baekhyun melihat ruangan sempit itu dengan kebingungan. Beberapa saat kemudian ia terpekik kaget. "CHANYEOL!"

Chanyeol tersenyum tak bersalah.

"Engkau akan membawaku ke mana?"

"Aku akan membawamu kembali ke Istana."

"Aku tidak ingin kembali," kata Baekhyun tegas.

"Aku tahu engkau ingin ke Marshwillow," kata Chanyeol dingin, "Setelah engkau menipuku, apakah aku akan membiarkanmu pergi lagi? Kaupikir aku tidak tahu engkau sengaja bersembunyi di Lasdorf selama beberapa bulan agar tidak seorangpun yakin engkau kembali ke Marshwillow. Setelah aku memeriksa tempat itu, engkau akan segera ke sana dan hidup dengan tenang."

"Aku tidak menipumu, Chanyeol. Aku melakukan apa yang harus kulakukan."

"Apa!?" tukas Chanyeol ketus.

"Menjauhimu."

"Mengapa?" suara Chanyeol berubah menjadi lembut.

"Karena aku tahu engkau membenciku. Engkau tidak dapat melihatku tanpa kebencian walau hanya sedetik. Engkau tidak tahan melihatku."

Chanyeol terus menatap Baekhyun.

"Matamu saat kita bertemu menunjukkan kebencianmu padaku. Saat melihatnya, aku tahu engkau tidak dapat memaafkanku. Engkau membenciku dari lubuk hatimu yang terdalam," kata Baekhyun dengan sedih. "Engkau adalah burung rajawali yang selalu terbang bebas. Aku tidak ingin mengikatmu dengan kebencianmu kepadaku. Aku tahu bila aku pergi, engkau lebih mudah melupakan aku."

"Mengapa engkau tega meninggalkan rakyat Vandella dalam kecemasan? Apakah engkau tidak melihat kecemasan kami?"

Sering Baekhyun mendengar pertanyaan itu. Setiap hari, setiap saat Taehyun memberinya pertanyaan yang sama. Baekhyun selalu memberi jawaban yang sama,

"Aku melihatnya. Aku mengetahuinya dan aku merasakan kecemasan kalian. Tetapi, aku tidak bisa kembali pada kalian. Tugasku membenahi semua pemerintahan ayahku telah selesai. Aku telah menemukan orang yang tepat untuk memerintah Vandella. Aku tidak dapat melupakan kalian tetapi aku tidak dapat berada di sisi kalian selamanya. Aku tidak mempunyai masa depan tetapi kalian mempunyai masa depan yang panjang yang harus terus kuperjuangkan."

"Orang yang tepat?"

"Ya, engkaulah orang yang tepat untuk memerintah Vandella. Aku telah mengujimu dan engkau telah melewatinya."

Chanyeol keheranan. "Aku tidak pernah merasa diuji."

"Engkau tidak menyadarinya. Aku terus menghinamu bukan tanpa alasan. Saat itu aku marah tetapi aku juga sedang mengujimu. Aku senang engkau mendengarkan semua kata-kataku dan merubah dirimu. Saat itu aku tahu engkau akan menjadi raja yang baik untuk Vandella."

"Engkau luar biasa," seru Chanyeol kagum, "Engkau adalah gadis yang selalu membuatku terpesona."

Baekhyun memejamkan matanya.

"Aku akan membawamu ke Azzereath sebagai istriku dan tidak akan ada pria yang merebutmu dariku, gadisku yang mempesona."

Tubuh Baekhyun membeku. "Apa tujuanmu kali ini?"

"Tujuan?" Chanyeol keheranan.

"Dulu engkau memaksaku menikah denganmu karena engkau ingin menggalang kekuatan. Saat itu aku setuju setelah kupikir pernikahanku denganmu akan membawa kedamaian bagi Vandella. Sekarang aku bukan Ratu Vandella lagi. Engkau juga telah menjadi Raja Vandella. Aku mencintaimu melebihi apapun di dunia ini tetapi engkau memanfaatkan aku."

Chanyeol menatap Baekhyun lekat-lekat. Ia tidak percaya akan apa yang didengarnya.

"Engkau membenciku. Jangan menikahiku atas dasar kebencian itu," mata Baekhyun berkaca-kaca, "Kembalikanlah aku ke Lasdorf dan biarkan aku hidup tenang."

"Aku lebih membenci diriku sendiri setelah engkau pergi," Chanyeol mencium mata yang basah itu dan membelai rambut Baekhyun dengan penuh kasih sayang, "Aku mencintaimu melebihi apapun di dunia ini."

"Kupikir engkau mencintai Krystal."

"Gadis bodoh," kata Chanyeol lembut, "Bagaimana aku bisa mencintai wanita lain bila seluruh cintaku telah tercurah untukmu."

"Engkau dan Krystal dibesarkan bersama-sama di tempat ini. Sejak kecil kalian adalah teman."

"Tetapi Krystal tidak semenarik dirimu. Tidak ada yang lebih menarik daripada engkau di dunia ini. Engkau adalah bintang yang selalu bersinar di hatiku. Lebih cantik dari siapa pun."

"Engkau adalah burung rajawali agungku yang gagah perkasa."

"Aku takkan terbang tanpamu. Aku ingin engkau selalu berada di sisiku. Aku telah menemukanmu dan aku tidak akan melepaskanmu lagi. Aku akan selalu memelukmu agar engkau tidak bisa meninggalkanku lagi. Semeter pun aku tidak akan membiarkan."

Tiba-tiba Baekhyun tertawa geli. "Jangan terlalu yakin, Chanyeol. Aku yakin engkau tidak akan membiarkan aku ikut denganmu bila engkau sedang rapat."

"Engkau benar. Aku tidak akan membiarkan engkau menyibukkan diri dengan urusan pemerintahan dan aku akan selalu mengawasimu agar tidak meninggalkan Azzereath tanpa aku."

"Aku akan sangat bosan."

"Aku akan memberimu pekerjaan yang akan membuatmu senang."

"Apa itu?" tanya Baekhyun tertarik.

Chanyeol mendekatkan bibirnya ke telinga Baekhyun dan membisikkan sesuatu.

Wajah Baekhyun memerah.

Chanyeol tertawa. "Aku telah berkata aku akan membawamu kembali ke Azzereath sebagai istriku. Aku akan mengadakan pesta besar dan mengundang setiap orang agar mereka tahu bidadari ini adalah milikku, rajawali yang gagah perkasa."

"Engkau keterlaluan!"

"Aku akan memberimu banyak tugas yang harus kaujaga dan kaurawat tiap hari."

"Aku pasti akan selalu memperhatikan mereka. Aku pasti akan melupakanmu," goda Baekhyun.

Chanyeol tiba-tiba bersikap serius. "Kalau engkau lebih memperhatikan anak kita lebih daripada aku, aku akan sangat cemburu," katanya tajam.

Baekhyun tersenyum nakal. "Aku takkan meninggalkan burung rajawaliku yang gagah perkasa. Aku akan menjadi bintangmu yang selalu bersinar di hatimu," katanya berjanji.

Beberapa meter di belakang kereta kuda Chanyeol dan Baekhyun, Jinwoo berkata,

"Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka? Beberapa saat lalu mereka seperti bertengkar sekarang mereka tertawa."

Merasa ditatap, Jongin berkata, "Aku tidak tahu. Selama Ratu berada di Azzereath, aku sering bersamanya tetapi ia tidak pernah mengatakan apapun tentang Raja Chanyeol hingga rapat itu."

"Apapun yang terjadi di antara mereka, aku merasa mereka cocok," sahut Niel.

"Dari dulu mereka memang cocok. Banyak yang mengharapkan Ratu menikah dengan Raja Chanyeol, tetapi Ratu memberikan tahta pada Raja dan ia pergi."

"Menurutmu, mengapa Raja memaksa membawa Ratu sebelum Ratu bangun?"

"Aku tidak punya ide tentang itu."

"Apakah menurutmu Raja mencintai Ratu?"

"Tidak mungkin."

"Mungkin saja, Jinwoo. Jangan lupa Ratu pernah tinggal di Lasdorf selama dua bulan. Ratu adalah gadis yang menarik, tak mungkin Raja tidak jatuh cinta padanya. Andai aku masih muda, aku juga akan jatuh cinta pada Ratu."

"Aku kagum pada Ratu. Menurutku, penduduk Lasdorf mengalami kemajuan seperti yang dikatakan Tuan Sehun, karena Ratu. Aku yakin Ratu yang mengatur semua pembangunan pondok-pondok itu."

"Aku juga berpikir seperti itu," Jongin setuju, "Tidak ada yang dapat membuat perubahan besar secepat itu selain Paduka Ratu Baekhyun."

"Semua orang pasti terkejut dengan kembalinya Ratu."

"Pasti, Jinwoo," kata Jongin dan Niel bersamaan.

.

.

.

"Jangan berisik!" desis Chanyeol.

Baekhyun merajuk. "Aku ingin duduk sendiri. Aku tidak ingin terus dipangku."

"Engkau tidak suka duduk di pangkuanku?" selidik Chanyeol.

"Aku tidak ingin membuat engkau lelah."

"Walaupun lelah, aku suka memangkumu terus. Kalau engkau tidak kupangku, aku khawatir engkau kabur."

"Hatiku telah bersamamu, bagaimana aku bisa pergi meninggalkanmu?"

Chanyeol tersenyum. "Kalau engkau, aku yakin bisa, setan cilik."

Baekhyun memasang muka masam.

Chanyeol ingin tertawa tetapi ia menahannya. Ia berencana membuat semua orang di Azzereath terkejut dengan kemunculan Baekhyun.

Setelah membawa pulang Baekhyun, Chanyeol sengaja tidak memberi kabar apapun pada orang-orang di Istana maupun pada rakyat Vandella. Chanyeol melarang seorangpun mengatakan Baekhyun telah ditemukan.

"Ia suka memberi kejutan. Aku ingin kemunculannya ini mengejutkan seperti menghilangnya," kata Chanyeol pada setiap orang yang ikut bersamanya.

Kereta memasuki halaman Istana semakin dalam.

Seluruh penghuni Istana telah berdiri di depan pintu masuk untuk menyambut kedatangan Chanyeol.

Chanyeol turun kemudian mengulurkan tangan ke dalam kereta. "Kemarilah, sayang."

Semua memandang ingin tahu. Siapakah gadis yang dibawa kembali oleh Raja mereka?

Kyungsoo murung. Ia ingin melihat Baekhyun menikah dengan Chanyeol tetapi rupanya pria itu telah menemukan wanita lain. Menurutnya, Chanyeol akan menjadi pria yang baik untuk Baekhyun. Chanyeol akan dapat membahagiakan Baekhyun.

Sepasang tangan putih terulur dari dalam kereta. Kyungsoo terbelalak melihat rambut keemasan yang menutupi wajah gadis itu. Rambut kuning seemas dan secerah itu hanya dimiliki seorang gadis. Gadis itu adalah…

Gadis itu memandangnya dan tersenyum manis.

"Yang Mulia Paduka Ratu Baekhyun!" pekik semua orang.

Baekhyun tersenyum dan menjatuhkan diri di pelukan Chanyeol.

Chanyeol membawa Baekhyun menjauhi kereta kuda.

"Kami senang sekali dapat melihat Anda, Paduka."

"Aku bukan Ratu kalian lagi," kata Baekhyun mengingatkan.

"Bagi mereka, engkau adalah Ratu mereka dan terus akan menjadi Ratu mereka," kata Chanyeol dan ia berbisik dengan suara lembut, "Bagiku, engkau adalah Ratu yang selalu bersinar di hatiku."

Baekhyun tersenyum pada pria itu. Lalu ia meninggalkan pria itu dan mendekati orang-orang itu sambil membentangkan kedua tangannya lebar-lebar.

"Mengapa engkau tidak menyambutku seperti biasanya, Kyungsoo? Mengapa kalian tidak menyambut kedatanganku?"

Kyungsoo berlari memeluk Baekhyun. "Anda membuat saya khawatir, Paduka."

Baekhyun melihat Chanyeol menatapnya lekat-lekat. Matanya seperti mengingatkannya pada kesalahannya. Baekhyun memberikan senyum tak bersalah pada pria itu.

"Anda pergi ke mana saja, Paduka? Saya mencari Anda di Marshwillow tetapi Anda tidak ada di sana. Sebenarnya Anda ke mana?"

"Aku tidak ke mana-mana, Kyungsoo."

"Di mana Anda menemukan Ratu, Paduka?"

"Aku menemukannya di Lasdorf. Ia sangat pintar. Bersembunyi di tempat yang tidak mungkin kupikirkan. Lalu setelah kita telah memeriksa Marshwillow, ia akan pergi ke sana."

"Aku tidak begitu!" bantah Baekhyun, "Aku ke Lasdorf karena aku ingin memulihkan kesehatanku. Aku yakin udara di sana dapat mempercepat kesembuhan paru-paruku."

"Mengakulah," desak Chanyeol, "Engkau ke sana karena ingin bersembunyi."

Baekhyun melepaskan Kyungsoo dan mendekati Chanyeol. Matanya menatap tajam pria itu. "Kalau aku ingin bersembunyi, aku pasti telah berada di sana saat ini. Aku takkan berdiam diri di Lasdorf ketika tahu engkau akan datang," katanya tajam.

"Engkau sudah tahu?" tanya Chanyeol keheranan.

"Taehyun memberitahuku," jawab Baekhyun, "Ia selalu memberi kabar padaku atas apa yang terjadi di Vandella termasuk di sini."

"Jadi, engkau tahu kami mencemaskanmu?" Chanyeol berkata sinis.

"Sudah kukatakan aku mengetahuinya, engkau tidak mendengarkan dengan baik."

"Aku harus menghukummu atas itu," Chanyeol berjanji.

"Tidak akan bisa!" sahut Baekhyun.

Chanyeol tersenyum kejam tetapi Baekhyun tidak takut melihatnya.

Kyungsoo merasa bersalah telah menimbulkan pertengkaran di antara dua orang itu. "Maafkan saya, saya tidak bermaksud membuat Anda bertengkar."

Sehun tertawa geli. "Kau tidak bersalah, Kyungsoo. Mereka sering bertengkar. Ketika mereka tinggal di Lasdorf, setiap saat mereka bertengkar. Tanyalah mereka yang tinggal di Lasdorf kalau engkau tidak percaya."

"Kalau begitu sebaiknya saya menjauhkan Paduka Ratu dari Paduka Raja," kata Kyungsoo. Kyungsoo menarik Baekhyun menjauh. "Saya tidak ingin Paduka Ratu disakiti Paduka Raja."

Sehun tertawa semakin keras melihat wajah masam Chanyeol.

"Apakah Anda baik-baik saja selama perjalanan pulang?"

"Jangan cemas, Kyungsoo. Yixing telah memberiku bekal obat-obatan yang banyak. Ia pandai meramu obat. Ia juga yang merawatku selama aku tinggal di Lasdorf."

"Anda harus menceritakan pada saya semua yang telah terjadi."

"Tentu."

Sepanjang hari itu, Baekhyun harus menghadapi berbagai macam pertanyaan dari semua orang. Tanpa henti dan tanpa kenal lelah, ia menceritakan apa yang dilakukannya setelah pergi dari Istana Azzereath.

Semua orang ingin mengetahui cerita Baekhyun. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian.

Baekhyun merasa lelah terus bercerita tetapi ia tetap melakukannya. Baekhyun tahu ia telah membuat mereka semua cemas dan sudah seharusnya ia menceritakan semuanya agar mereka tidak cemas lagi.

Terlihat kelegaan yang luar biasa di mata mereka saat mereka memandang Baekhyun.

Chanyeol merasa keberadaan Baekhyun menghidupkan kembali suasana Azzereath. Chanyeol tahu gadis bintangnya selalu menebarkan sinarnya yang memukau dan membuat orang tertarik.

"Malam ini engkau sangat cantik, Baekhyun."

Baekhyun tersenyum. "Terima kasih."

Untuk makan malam ini, ia mengenakan gaun sutranya yang paling indah. Ujung gaunnya yang berwarna merah muda dihiasi renda-renda putih dan modelnya sangat manis. Warnanya yang cerah membuatnya tampak semakin segar.

Chanyeol duduk di sisi Baekhyun. "Mereka tampak sangat senang melihatmu."

"Aku melihatnya."

Tiba-tiba Chanyeol menarik Baekhyun ke dalam pelukannya. "Aku juga sangat senang dapat memelukmu seperti ini."

Baekhyun tidak melawan. Ia memejamkan matanya. "Aku merasa lelah."

"Sepanjang hari ini engkau bercerita tanpa henti," Chanyeol mengingatkan, "Andai aku tidak membawamu pergi, saat ini engkau masih berada di Ruang Duduk."

Baekhyun tersenyum geli teringat wajah geram Chanyeol ketika pria itu memasuki Ruang Duduk. Tanpa banyak berbicara, Chanyeol membopongnya dan membawanya ke Kamar Tidur Utama di mana telah pelayan-pelayan telah menanti kedatangannya.

"Mengapa engkau menyuruhku tidur di Kamar Tidur Utama?" tanya Baekhyun, "Kamar itu adalah kamar Raja Vandella. Sekarang engkaulah Raja Vandella, bukan aku."

"Hingga hari ini rakyat menganggapmu sebagai Ratu mereka."

Baekhyun mengangkat kepalanya menatap wajah Chanyeol. "Mereka juga menghormatimu sebagai Raja mereka."

"Tetapi aku merasa mereka lebih mencintaimu daripada aku."

"Jangan berbicara seperti itu, Chanyeol," hibur Baekhyun, "Mereka mencintaimu."

"Mereka juga mencintaimu. Tetapi cinta mereka tidak sebesar cintaku padamu," bisik Chanyeol, "Tidak ada yang boleh mencintaimu melebihi cintaku padamu. Tidak boleh ada yang kaucintai melebihi cintamu padaku."

Chanyeol mencium Baekhyun.

"Aku memberikan seluruh cintaku padamu, Chanyeol, rajawaliku yang gagah perkasa."

Chanyeol kembali mencium Baekhyun. Kali ini ia mencium gadis itu dengan penuh nafsu.

Baekhyun merasa tubuhnya panas. Darahnya seperti mendidih. Tubuhnya terasa ringan seperti terbang ke tempat yang sangat tinggi. Tangan-tangan kekar yang melingkar tubuhnya, membuatnya merasa terlindungi.

Tiba-tiba Chanyeol menghentikan ciumannya yang membara.

Baekhyun menatap Chanyeol dengan penuh rasa heran.

Chanyeol tersenyum. Tangannya yang satu menelusuri wajah Baekhyun dan tangannya yang lain memeluk pinggang Baekhyun erat-erat. "Aku ingin terus mencium dan memelukmu tetapi aku harus bersabar hingga engkau menjadi istriku," katanya.

"Bukankah aku telah menjadi istrimu?"

"Di Lasdorf, kita telah diresmikan menjadi suami istri oleh Pastor. Aku ingin dunia tahu engkau adalah istriku. Aku ingin melakukan apa yang dulu seharusnya kulakukan. Aku akan mengadakan pesta besar dan mengundang banyak orang. Semakin banyak orang yang datang, semakin banyak yang tahu engkau adalah milikku."

Baekhyun mengulangi janji yang pernah diucapkannya pada Chanyeol, "Aku takkan meninggalkan burung rajawali agungku yang gagah perkasa. Aku akan menjadi bintangmu yang selalu bersinar di hatimu. Selamanya."

.

.

FIN~~~~

.

.

So, gimana pendapat kamu tentang ceritanya?

BIG THANKS TO:

whey.K , enoanggraeni250712,
Baeks06, baekidora, ByunJaehyunee, parkbaexh614, parkbaekhyun276, exindira, Chanbaekhunlove, yousee, ohbyunpark, nne, cara mengatasi, ChanBMine, erry-shi, yoogeurt, gentaca, byunbaek92, Kurniaa286, Dazzlingcloud, Dhararere, Mrkxy, phantom.d'esprit, princebaechan, parkyeolliecy61, babyce, azurradeva, yeollo, avriloh16(Thankyouu, btw, chapternya udh abis mba^^), ShinHaein61, lyd88.

Makasih buat yang rela-relain baca dan yang terus review dari chapter 1 hihi^^

emang pendek tapi kelar kan?

jan minta sequel:vvv

BYEEEEE

Byunnerate